T1 802008017 Full text

PERBEDAAN KEPUASAN HIDUP PADA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN USIA DEWASA MADYA

OLEH
ARTHA PURWA HARJANTI
802008017

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kepuasan hidup pada laki-laki dan
perempuan usia dewasa madya. Subjek penelitian berjumlah 90 responden yang berusia

dewasa madya yaitu 40 sampai 60 tahun yang bertempat tinggal di RW 08 Kelurahan
Randuacir. Variabel kepuasan hidup diukur dengan menggunakan skala kepuasan hidup
(SWLS) yang terdiri dari 5 item pernyataan. Hasil pengukuran reliabilitas diperoleh nilai
alpha cronbach 0,788 yang tergolong cukup baik. Hasil nilai rata-rata pada laki-laki sebesar
23,31 dan nilai rata-rata perempuan sebesar 24,56 yang keduanya tergolong dalam kepuasan
hidup tinggi. Berdasarkan hasil analisis data penelitian mengenai perbedaan kepuasan hidup
pada laki-laki dan perempuan usia dewasa madya diperoleh nilai sig 0,275 (p > 0,05), yang
artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kepuasan hidup laki-laki dan kepuasan
hidup perempuan.
Kata kunci :Kepuasan Hidup, Jenis Kelamin, Dewasa Madya

Abstract
The aim of this study was to determine differences in life satisfaction in men and women aged
middle adulthood. Subjects numbered 90 respondents aged middle age is 40 to 60 years
residing in RW 08 Randuacir village. Variable life satisfaction was measured using life
satisfaction scale (SWLS) which consists of 5 items statement. Reliability of measurement
results obtained Cronbach alpha value of 0.788 which is quite good. Results of the average
value in males at 23.31 and the average value of 24.56 women who both belong to the high
life satisfaction. Based on the analysis of research on life satisfaction differences in men and
women aged middle adulthood obtained sig value of 0.275 (p> 0.05), which means there is

no significant difference in male life satisfaction and life satisfaction of women.
Keywords: Life Satisfaction, Sex, Adult Associate

1

PENDAHULUAN
Setiap orang menginginkan kebahagiaan di dalam hidupnya. Kebahagiaan itu
sendiri dapat dicapai dengan terpenuhnya kebutuhan hidup. Bagi beberapa orang
kebahagiaan mungkin berarti mempunyai kelimpahan materi atau mendapatkan semua
yang diinginkan. Bagi sebagian orang lainnya ada pula yang akan merasa bahagia
apabila bisa membuat orang lain bahagia. Ada pula yang menganggap dengan
menikmati dan mensyukuri apa yang telah dimiliki dapat membuatnya merasakan
bahagia.
Kepuasan hidup sering dikaitkan dengan kebahagiaan dan kualitas hidup. Bagi
sebagian orang kebahagiaan diukur dengan cara melihat kepuasan akan hidupnya. Bila
mereka merasa puas maka mereka juga akan mengatakan dirinya bahagia. Sedangkan
untuk menilai kepuasan hidup itu berbeda bagi tiap individu. Masing-masing individu
mempunyai batasan ideal sendiri yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan
hidup. Oleh karena itu kepuasan hidup menjadi sangat subjektif tergantung dengan
batasan ideal yang dimiliki oleh masing-masing individu. Bila kita bicara mengenai

kepuasan hidup maka tidak terlepas dari bagaimana seseorang menilai kualitas hidupnya.
Penilaian kualitas hidup biasanya dilihat dari kepuasan individu terhadap hidupnya
begitu pula sebaliknya.
Pada kenyataannya masih ditemui orang yang merasa puas dengan segala yang
dimiliki dalam hidup, seperti materi, jabatan, dan keluarga tetapi masih belum merasa
bahagia dalam hidupnya. Ada juga yang merasa kualitas hidupnya buruk tetapi ternyata
di dalam keterpurukannya itu masih bisa merasakan kebahagiaan. Maka dapat dikatakan
bahwa bisa saja seseorang merasa puas tetapi tidak bahagia, merasa bahagia tetapi
hidupnya buruk atau merasa bahagia walaupun tidak puas dengan hidupnya.

2

Kebahagiaan dapat diartikan sebagai sebuah penilaian menyeluruh tentang
kehidupan secara lengkap, yaitu meliputi aspek kognitif dan afektif (Galati, Manzano,
dan Sotgiu, dalam Diponegoro, 2008). Sedangkan yang dimaksud dengan kepuasan
hidup adalah penilaian subjektif atau kualitas hidup seseorang.
Hurlock (1996:443) menyatakan bahwa kepuasan hidup adalah keadaan
sejahtera dan adanya kepuasan hati yang merupakan kondisi menyenangkan dan timbul
bila kebutuhan dan harapan tertentu individu dapat terpenuhi. Selain itu George (1981,
dalam Krause, 2004), mendefinisikan kepuasan hidup sebagai penilaian kognitif dari

kesesuaian antara tujuan yang diinginkan dalam hidup dan hasil nyata yang didapatkan.
Hal ini berarti bahwa kepuasan hidup merupakan ringkasan penilaian dari tujuan dan
hasil yang mencangkup perjalanan sepanjang hidup. Kepuasan hidup bersifat sangat
subjektif, tergantung pada bagaimana individu memandang hidupnya sendiri.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan hidup, seperti gender,
usia, kesehatan, hubungan sosial, pernikahan, agama, pekerjaan, relialisme, dan tingkat
kesejahteraan. Dari faktor gender atau jenis kelamin terdapat pro dan kontra mengenai
apakah jenis kelamin mempengaruhi kepuasan hidup. Penelitian yang dilakukan Forest
(1996), menemukan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan antara laki-laki dan
perempuan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Eddington & Shuman (tanpa
tahun) juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan kepuasan hidup secara global pada
laki-laki dan perempuan. Berdasarkan penelitian Forest, hal ini disebabkan laki-laki dan
perempuan tidak memiliki perbedaan dalam merespon peristiwa hidup yang tidak
diinginkan. Namun demikian beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih
bahagia dibanding perempuan (Lewis, Maltby, dan Day, 2005).

3

Laki-laki dan perempuan memiliki sumber yang berbeda dalam hal memberikan
penilaian terhadap kesejahteraan mereka. Kepuasan terhadap dirinya merupakan hal

yang penting bagi kesejahteraan laki-laki, sedangkan pada perempuan hal itu tidak
sepenuhnya berlaku. Pada perempuan, faktor lain yang berpengaruh adalah keterlibatan
dalam hubungan yang seimbang dan saling menguntungkan. Perempuan dengan harga
diri yang lebih tinggi menunjukkan lebih banyak afek positif dan afek negatif daripada
perempuan dengan harga diri rendah (Kwan et al.; Suh; Suh et al, dalam Reid, 2004).
Menarik untuk kemudian mengkaji kesejahteraan pada usia dewasa madya. Usia dewasa
madya bisa menjadi perangkap atau sarang kosong. Bisa menjadi usia terbaik atau
menjadi kemunduran. Bagi beberapa orang periode usia dewasa madya merupakan usia
terbaik dalam hidupnya. Tetapi bagi orang lain periode dewasa madya adalah permulaan
kemunduran.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran
kesejahteraan subjektif dewasa madya laki-laki dan perempuan serta perbedaan
kesejahteraan subjektif yang dimiliki pada usia dewasa madya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan kepuasan hidup pada
laki-laki dan perempuan usia dewasa madya?”

4


TINJAUAN PUSTAKA
Kepuasan Hidup
Kepuasan hidup diartikan sebagai penerimaan individu terhadap segala situasi
dalam hidupnya serta evaluasi kognitif individu mengenai seberapa baik dan
memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara
menyeluruh berdasarkan standart yang dibuat oleh individu itu sendiri, sehingga
penilaian terhadap kepuasan hidup seseorang bersifat subjektif (Diener, Scollon, &
Lucas, 2003).
Kepuasan hidup memiliki berbagai faktor yang mempengaruhinya. Beberapa
faktor yang mempengaruhi timbulnya kebahagiaan secara umum dan khususnya
kepuasan hidup pada seseorang individu antara lain gender, usia, kesehatan, hubungan
sosial, pernikahan, agama, pekerjaan, relialisme dari konsep-konsep peran, dan tingkat
kesejahteraan.
Diener dan Biswas (2008) mengemukakan kepuasan hidup memiliki 5
komponen, yaitu keinginan untuk mengubah kehidupan, kepuasan terhadap kehidupan
saat ini, kepuasan hidup di masa lalu, kepuasan terhadap kehidupan di masa mendatang,
dan penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang.
Kelima komponen tersebut mewakili 5 item pernyataan dalam Satisfaction with
Life Scale oleh Diener (1985) yaitu :
1. Dalam banyak hal kehidupan saya mendekati ideal

2. Kondisi hidup saya bagus sekali
3. Saya sangat puas dengan hidup saya
4. Sejauh ini, saya telah memperoleh hal-hal penting yang diinginkan dalam hidup
5. Kalau saya menjalani hidup selamanya, tidak ada yang saya ubah

5

Michalos (dalam Amat dan Mahmud, 2009) menegaskan kepuasan hidup adalah
melibatkan berbagai konstruk yang memerlukan seseorang itu menilai berbagai aspek
kehidupannya seperti kesehatan, keuangan, kerja, serta hubungan interpersonalnya.
Tetapi kebanyakan masyarakat meletakkan berbagai nilai tersebut terhadap salah satu
aspek saja.
Sementara itu Sousa dan Lyubomirsky (2001) menyatakan kepuasan hidup
seseorang itu merujuk kepada penerimaan seseorang terhadap keadaan kehidupannya
serta sejauh mana seseorang itu dapat memenuhi apa yang dikehendaknya secara
menyeluruh. Secara umum kepuasan hidup merujuk kepada sejauh mana seseorang itu
berpuas hati dengan apa yang diperolehnya selama ini.
Dewasa Madya
Menurut Hurlock (1999) orang dewasa


adalah individu

yang telah

menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama orang dewasa lainnya. Transisi peran adalah suatu hal yang harus dicapai untuk
menjadi orang dewasa.
Menurut Erikson (dalam Hoyer dan Roudin, 2003) masa dewasa ini terbagi
menjadi tiga tahapan, yaitu masa dewasa dini usia 20 sampai 35 tahun, masa dewasa
madya usia 35 sampai 60 tahun, dan dewasa lanjut dimulai dari usia 60 tahun ke atas.
Erikson (dalam Hurlock, 1999) mengatakan dewasa madya merupakan masa krisis
antara generativitas dengan stagnasi yang berarti selama usia madya individu akan
menjadi lebih sukses atau sebaliknya, tidak akan mengerjakan apapun lagi.
Dewasa madya adalah suatu masa menurunnya kondisi fisik dan semakin
besarnya tanggung jawab, suatu masa individu menjadi semakin sadar akan polaritas
muda-tua, semakin berkurangnya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan, dan

6

individu berusaha meneruskan sesuatu yang berarti pada generasi berikutnya, serta masa

ketika individu mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya (Santrock,
2002).
1. Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Madya
Hurlock (1980) mengemukakan tugas perkembangan dewasa madya sebagai berikut:
a. Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik
Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan dan penyesuaian
dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada usia madya.
b. Tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan minat
Orang yang berusia dewasa madya sering kali mengasumsikan tanggung jawab
warga negara dan sosial serta mengembangkan minat pada waktu luang yang
berorientasi pada kedewasaan pada tempat kegiatan-kegiatan yang berorientasi
pada keluarga dan biasa dilakukan pada masa dewasa dini.
c. Tugas-tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejuruan
Tugas ini berkisar pada pemantapan dan pemeliharaan standar hidup yang relatif
mapan.
d. Tugas-tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga
Tugas yang penting dalam kategori ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan
seseorang sebagai pasangan, menyesuaikan diri dengan orang tua yang sudah
lanjut usia dan membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia.

Sedangkan menurut Havighurst, tugas perkembangan yang harus dipenuhi pada
masa dewasa madya adalah :
a.

Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara.

7

b.

Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia.

c.

Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untukorang dewasa.

d.

Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai seorang individu.


e.

Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang
terjadi.

f.

Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.

2. Karakteristik Dewasa Madya
Menurut Hurlock (1999) karakteristik individu pada masa dewasa madya adalah
periode yang sangat ditakuti, masa transisi, masa stres, masa sepi, usia yang berbahaya,
usia canggung, masa berprestasi, masa evaluasi, dan masa jenuh.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin dalam kamus Bahasa Indonesia (2002), yang berarti sifat jasmani
atau rohani yang membedakan dua makhluk sebagai betina dan jantan atau wanita dan
pria, jenis laki-laki atau perempuan. Jenis kelamin merupakan aspek identitas yang
sangat berarti. Wanita dan pria mempunyai pengalaman yang berbeda tentang
pembentukan identitas jenis kelamin. Jenis kelamin atau gender adalah perbedaan yang
tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.
Santrock (2005) mengemukakan istilah seks (jenis kelamin) mengacu pada
dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan. Artinya seks berarti perbedaan lakilaki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi
organisme yang berbeda. Dalam arti perbedaan jenis kelamin (seks) mengandung
pengertian laki-laki dan perempuan terpisah secara biologis. Laki-laki memiliki fisik
yang kuat, otot yang kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki penis, testis, sperma

8

yang berfungsi untuk alat reproduksi dalam meneruskan keturunan. Perempuan
memiliki hormon yang berbeda dengan laki-laki, sehingga terjadi menstruasi, perasaan
yang sensitif, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang berbeda dengan laki-laki, seperti
bentuk pinggul yang lebih besar daripada laki-laki. Secara biologis hal ini akan terus
melekat pada laki-laki dan perempuan selamanya dan fungsinya tidak dapat
dipertukarkan.
Hipotesa Penelitian
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka peneliti merumuskan hipotesis
sebagai berikut : Ada perbedaan kepuasan hidup yang signifikan pada laki-laki dan
perempuan usia dewasa madya.

METODE PENELITIAN
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini
adalah warga RW 08 Kelurahan Randuacir yang berjumlah 215 orang. Sampel pada
penelitian ini diambil dari seluruh populasi yang sesuai dengan kriteria yaitu laki-laki
dan perempuan yang berusia 40 sampai 60 tahun berjumlah 90 orang.Cara pengambilan
data yaitu dengan mendatangi subjek langsung. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan skala kepuasan hidup (Satisfaction With Life Scale) yang terdiri dari 5
item pernyataan. Pernyataannya disusun dengan 7 tingkat penilaian (skala Likert) yaitu
nilai 1-7. Respon-respon subyek untuk pernyataan favourable diberikan bobot masingmasing nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, nilai 2 untuk jawaban tidak setuju,
nilai 3 untuk jawaban agak tidak setuju, nilai 4 untuk jawaban netral, nilai 5 untuk

9

jawaban agak setuju, nilai 6 untuk jawaban setuju, dan nilai 7 untuk jawaban sangat
setuju.
Reliabilitas dan Analisis Aitem
Dalam penelitian ini digunakan Alpha Cronbach untuk alat ukur analisis item.
Menurut penelitian Diener (2008) dalam The Satisfaction With Life Scale diperoleh
koefisien korelasi item total sebesar 0,82 dannilai alpha cronbach0,87 yang tergolong
cukup reliabel.
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Berdasarkan data item yang valid yang ada, maka selanjutnya akan dibuat
kategorisasi untuk menentukan tinggi rendahnya kepuasan hidup dalam penelitian ini
akan dibuat 5 kategorisasi, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat
tinggi.
Berdasarkan data yang ada, menunjukkan bahwa jumlah item yang valid adalah
5 item. Setiap itemnya memiliki 5 pilihan jawaban dengan 1 merupakan nilai terkecil
dan 7 nilai tertinggi. Jadi skor tertinggi dari 5 item yang valid adalah 5 x 7 = 35, dan
skor terendah adalah 5 x 1 = 5. Sedangkan kategori yang digunakan terdiri dari 5
kategori. Berikut ini adalah perhitungannya :
Interval = Jumlah Skor Tertinggi – Jumlah Skor Terendah
Jumlah Kategori
= 35-5
5
=6

10

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh penjang interval 6 Sehingga dapat
dibuat pengkategorian sebagai berikut :
Sangat Tinggi

: 29< X ≤ 35

Tinggi

: 23 < X ≤ 29

Sedang

: 17< X ≤ 23

Rendah

: 11 < X ≤ 17

Sangat Rendah

: 5 ≤ X ≤ 11

Hasil pengukuran kepuasan hidup pada laki-laki usia madya dapat dilihat pada tabel 1 :
Tabel 1
Kategorisasi Kepuasan Hidup pada Laki-laki Usia Madya

Kategori

Skor

F

%

Sangat Tinggi

29< X ≤ 35

7

15,55

Tinggi

23< X ≤ 29

11

24,4

Sedang

17 < X ≤ 23

21

46,66

Rendah

11< X ≤ 17

6

13,3

Sangat Rendah

5≤ X ≤11

0

0

Min

Max

Mean

35
23,31

13

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel kepuasan hidup terdapat 7
subjek yang tergolong dalam kepuasan hidup yang sangat tinggi atau 15,55%, 11 orang
masuk dalam kategori kepuasan hidup tinggi atau 24,4%, pada kategori sedang terdapat
21 orang atau 46,66% dan kategori rendah 6 orang atau 13,3%. Hasil pengukuran
kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan usia dewasa madya dapat dilihat pada
tabel 2.

11

Tabel 2
Kategorisasi Kepuasan Hidup Pada Perempuan usia Madya

Kategori

Skor

F

%

Sangat Tinggi

29< X ≤ 35

5

11,11

Tinggi

23< X ≤ 29

22

48,88

Sedang

17 < X ≤ 23

14

31,11

Rendah

11< X ≤ 17

2

4,44

Sangat Rendah

5 ≤ X ≤11

2

4,44

Min

Max

Mean

35
24,56

9

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa variabel kepuasan hidup terdapat
5 subjek yang tergolong dalam kepuasan hidup yang sangat tinggi atau 11,11%, 22
orang masuk dalam kategori kepuasan hidup tinggi atau 48,88%, pada kategori sedang
terdapat 14 orang atau 31,11% dan kategori rendah 2 orang atau 4,44%. Dan pada
kategorisasi sangat rendah terdapat 2 orang atau 4,44%.
Uji Normalitas dan Homogenitas
Dalam uji normalitas diperoleh nilai sig 0,200 pada kedua kelompok > 0,05 oleh
karena itu data tiap kelompok berdistribusi normal. P value pada kelompok laki-laki
sebesar 0,084> 0,05 dan pada kelompok perempuan sebesar 0,161> 0,05. Karena semua
> 0,05 maka kedua kelompok sama-sama berdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas dengan metode Levene's Test. Nilai Levene ditunjukkan
pada baris Nilai based on Mean, yaitu 0,040 dengan p value (sig) sebesar 0,841 di mana
> 0,05 yang berarti terdapat kesamaan varians antar kelompok atau yang berarti
homogen.

12

Pada Tabel Independent Samples Test di peroleh nilai sig 0,275. Karena nilai sig
0,275> 0,05, dengan demikiandapat diartikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan pada usia madya.
Tabel 3
Independent Samples Test
Levene's
Test

for

Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.

95% Confidence

Sig.
F

Sig. T

Df

Mean

Error Interval

of

Difference

Differ Difference

the

(2tailed)
ence

Lower

Upper

Nilai Equal
variances

.040 .841 -1.098 88

.275

-1.244

1.133 -3.497

1.008

-1.098 87.979 .275

-1.244

1.133 -3.497

1.008

assumed
Equal
variances
not assumed

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh hasil nilai sig 0,275> 0,05 (p
> 0,05), dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kepuasan
hidup pada laki-laki dan perempuan pada usia madya. Tidak terdapat perbedaan karena

13

bukan hanya usia dan gender saja yang mempengaruhi kepuasan hidup seseorang
melainkan terdapat faktor-faktor yang lain.
Faktor kepuasan hidup yang lain adalah kesehatan, menurut Diener (2009)
ketidakmampuan fisik dan kesehatan buruk dapat menjadi penghalang untuk mencapai
kepuasan hidup seseorang. Hubungan sosial, menurut Bacoon (2001) semakin tinggi
tingkat dukungan sosialnya semakin tinggi pula kepuasan hidupnya. Pernikahan,
hubungan yang romantic merupakan sumber kebahagiaan (Weiten & Liyod, 2006).
Agama bermafaat bagi kehidupan psikologi yang berdampak pada kepuasan
hidup seseorang (Diener et al, 2009). Pekerjaan, menurut Sousa & Lyubomirsky (2001)
status pekerjaan mampu menggambarkan kepuasan hidup seseorang. Relialisme,
keberhasilan seseorang menjalankan tugasnya mempengaruhi kepuasan hidupnya
(Hurlock, 1997). Dan tingkat kesejahteraan, menurut Sousa & Lyubomirsky (2001)
semakin tinggi tingkat kesejahteraan hidup seseorang semakin tinggi juga tingkat
kepuasan hidupnya.
Hasil penelitian ini juga hampir sama dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Forest (1996) yang hasilnya bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan
hidup secara global pada laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki dan
perempuan tidak memiliki perbedaan dalam merespon peristiwa hidup yang tidak
diinginkan.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif kepuasan hidup pada laki laki dan
perempuan usia dewasa madya terdapat 13,33% yang tergolong memiliki tingkat
kepuasan hidup yang sangat tinggi. Pada kategori kepuasan hidup yang tinggi terdapat
36,66%. Kategori kepuasan hidup sedang terdapat 38,88%. Pada kategorisasi kepuasan

14

hidup rendah terdapat 8,88%. Dan pada kategorisasi kepuasan hidup yang sangat rendah
terdapat 2,22%.

PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan pada
usia madya yang telah dilakukan di Kelurahan randuacir Kecamatan Argomulyo
khususnya RW VIII diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kepuasan hidup laki laki dan
perempuan pada usia madya.

2.

Pada analisis deskriptif diperolehnilai rata-rata sebanyak 23,31 pada laki-laki dan
24,56 pada perempuan yang masuk dalam kategori kepuasan hidup tinggi.

SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti memberikan saran sebagai
berikut :
1.

Bagi laki-laki dan perempuan usia dewasa madya.
Bagi laki-laki dan perempuan yang berusia dewasa madya diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan hidupnya dengan mempertimbangkan beberapa faktor,
seperti faktor kesehatan, pernikahan, pekerjaan, tingkat kesejahteraan, hubungan
sosial. Misalnya saja dilihat dari faktor kesehatan. Mereka yang berusia dewasa
madya hendaknya tetap memeriksa kesehatannya secara rutin dan juga disarankan
berolahraga agar tidak ada penyakit yang dapat menurunkan kinerja seseorang
tersebut. Apabila orang tersebut memiliki kesehatan yang baik, maka bisa dikatakan

15

orang tersebut memiliki kepuasan hidup yang baik pula, walaupun masih ada faktor
lain yang harus ditingkatkan agar tercipta kepuasan hidup yang tinggi.
2.

Bagi peneliti selanjutnya.
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan dan mengembangkan disarankan
untuk meneliti mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan hidup.
Adapun faktor tersebut yaitu usia, kesehatan, hubungan sosial, pernikahan, agama,
pekerjaan, serta tingkat kesejahteraan. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk
mempertimbangkan partisipan yang akan dijadikan subyek penelitian, karena
keadaan subyek tertentu dapat berpengaruh terhadap kepuasan hidup mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar. S. (2012).Penyusunan skala psikologi . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Balai Pustaka (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Depdikbud.

Diener, E., Scollon, C. N., & Lucas, RE. (2003). The envolving concept of subjective
well-being: the multifacted nature of happiness. Advances in Cell Aging and
Gerontology, 15, 187-219.

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2008). Hedonia, eudaimonia and well-being: An
introduction.Journal of Happiness Studies, 9, 1-11.

Diener, E. (1984). Subjective well-being. Psychological Bulletin, 95, 542-575.

16

Diener, E., Emmons, R.A., Larsen, R.J., & Griffin, S. (1985). The Satisfaction With
Life Scale. Journal of Personality Assessment. Diunduh pada 27 Juli 2015 dari
http://internal.psychology.illinois.edu/~ediener/Documents/Diener-EmmonsLarsen-Griffin_1985.pdf

Diener, E., Suh, M. E., Lucas, E. R., & Smith, L. H. (1999). Subjective wellbeing:Three decades of progress. Psychological Bulletin, 125 (2), 276-302.

Diener, Ed. & Biswas-Diener, R. (2008). Happiness: Unlocking The Mysteries of
Psychological Wealth. Singapore: Blackwell publishing.

Diener, E., & Ryan, K. (2009). Subjective well-being: A general overview. South
African Journal of Psychology, 39 (4), 391-406.

Eddingtong, N. & Shuman, R. (Tanpa tahun). Well-being (happiness). Continuing
Psychological Education.

Eid, Michael. L, Randy J. 2008. The Science of Subjective Well-Being. New York : The
Guilford Press

Forest, K. B. (1996). Gender and the pathways to ubjective well-being. Social
Behaviour and Personality, 24 (1), 19-34.

Hadi, S. (2000). Methodology Research Jilid 3. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Hurlock, E. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Hurlock, E. B. (2004). Developmental Psychology. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (1980). Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hoyer, William. J.& Paul. A. R. (2003). Adult Development and Aging. New York : Mc.
Graw-Hill.

17

Lewis, C. A., Maltby J., & Day, L. (2005). Religious orientation, religious coping and
happiness among UK adults. Personality and Individual Defferences, 38, 11931202.

Mappiare, A. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.

Melendez, J. C., Tomas, J.M, Oliver, A, Navarro, E. (2009). Psychological well-being
in old age. Journal of Health and Social Behavior.

Pavot, W. & E. Diener. (1993). Review of The Satisfaction with Life Scale. Journal of
Psychological Assesment, Vol 5 (2), pp. 164-172.

Reid, A. (2004). Gender and sources of subjective well-being, sex roles, 51 (11-12),
617-629).
Sousa, L., & Lyubomirsky, S. (2001). Life Satisfaction. In J. Worell (Ed.), Encylopedia
of women and gender: Sex similarities and differences and the impact of society
on gender (Vol. 2, pp.667-676). San Diego, CA: Academic

Santrock, J.W. 2002. Life-Span Developmnet: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5,
Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Santrock, J. W. (2005). Adolescence, eleven edition. New York: McGraw-Hill.

Sarwono, J. (2012). Buku metode riset skripsi pendekatan kuantitatif menggunakan
prosedur SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta