Unpad Gelar Seminar Karbon dan Protokol Kyoto.

RADAR BANDUNG
o Rabu o Kam;s
o Sen;n . Selasa
2
18

0

3
19

4

5

20

0

OMar
, '-."_, Jan ... . ,.,.~

Peb
~..H._.....

6

8
23

7
22

21

8Apr
OMe;
..--......-.........-..

j

9


OJun

0

Jumat

10
24

12

11
25

OJul

o Sabtu

26

0 Ags

13
27

LlNGKUNGAN

BANDUNG- RADAR BANDUNG

FAKULTAS Hukum Universitas Padjadjaran (FH Unpad)
mengadakan seminar bertema aspek hukum dalam upaya
penanggulangan perubahan iklim Indonesia, dengan tema
implementasi perdagangan kabon dalam Protokol Kyoto
serta perkembangannya.
Seminar yang diadakan pada Senin (13/4) di Gedung
Rektorat tersebut menghadirkan Kepala Bidang. Mitigasi
Kementrian Lingkungan Hidup Haneda Sri Mulyanto, pakar
hukum lingkungan intemasional Suparman A. Diraputra,
Divisi Perubahan Iklim WWF Fitiran Ardiansyah, dan
Diasha Kaskatri SH dari Budidjaja Associates Law Offices.

"Konteks Reducing Emission from Deforestation and
Forest Degradation (REDD). adalah untuk mengurangi
emisi di negara berkembang. Dalam upaya untuk pelaksanaan REDD, negara maju memberikan insentif positif
kepada negara berkembang dalam bentuk pendanaan
sehingga negara bockembang
mau relawan untuk
berkontribusi dalam mengurangi emisi," jelas Haneda Sri
Mulyanto dari Kementrian Lingkungan Hidup.
Ia mengatakan bahwa Protokol Kyoto adalah sebuah
persetujuan intemasional mengenai pemanasan global.
Periode komitmen pertama dari Protokol Kyoto mulai dari
2008 sampai dengan 2012. Negara-negara maju yang telah
meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi
emisi sebanyak lima persen.
Namun, belakangan menurutnya dibentuklah suatu
konsep "perdagangan karbon". Pada awalnya Papua
Nugini mengusulkan konsep avoiding deforestation, yang
kemudian berkembang menjadi Reducing Emission from
Deforestation and Forest Degradation (REDD).
Lebih lanjut dikatakannya

insentif tersebut akan
dibayarkan jika negara berkembang dapat menunjukkan
kineIja bahwa telah teIjadi pencegahan atau pengurangan
deforestasi hutan dalam kurun waktu yang disepakati. Yang
dimaksud dengan deforestasi hutan adalah pengurangan
area hutan secara permanen, baik untuk dijadikan
pemukiman ataupun infrastruktur.
Sementara itu, menurutnya sebagai negara yang menu rut
data Badan Planologi dan Kehutanan (Saplan) memiliki
127 hektar hutan, dapat memanfaatkan skema pendanaan
,nsentif ini. Dana tersebut dapat digunakan untuk menjaga
kelestarian hutan Indonesia, terutama untuk mencegah
pihak-pihak tertentu yang ingin mengeksploitasi hutan
seperti illegal logging.
"Namun, harga dalam penjualan karbon ini juga harus
diperhatikan. Jangan sampai pemerintah daerah berpikir
bahwa pemerintah daerah tersebut menjual kayu jauh lebih
menguntungkan
daripada menjaga kelestarian hutan.
Insentif yang diperoleh harus memadai untuk mengonservasi hutan," papar Haneda.Gob --.....

1)
~

K lip i n 9 Hum 0 5 U n pod

28

W29 1530 1631

o Sep 0 Okt

Unpad Gelar Seminar
Karbon dan Protokol Kyoto

.

o M;nggu

2 009------


ONov

ODes