STUDI PEMASARAN KARET DENGAN MEKANISME LELANG DI DESA SIRIH SEKAPUR KECAMATAN JUJUHAN KABUPATEN MUARO BUNGO.

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

STUDI PEMASARAN KARET DENGAN MEKANISME LELANG DI DESA SIRIH SEKAPUR
KECAMATAN JUJUHAN KABUPATEN MUARO BUNGO

Elsha Vadilla (0810223 )
Pembimbing : Dr. Ir. H. Nofialdi, M.Si dan Nuraini Budi Astuti SP, M.Si
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juni 2012 dengan tujuan
mendeskripsikan mekanisme pasar lelang karet dan pasar konvensional serta membandingkan
manfaat pasar lelang karet dengan pasar konvensional di Desa Kapur Sirih. Analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Prosedur dan tatacara pelaksanaan lelang dilaksanakan dengan proses pendaftaran sebagai
anggota lelang, pelaksanaan lelang dan penyerahan barang harus berdasarkan ketentuan yang ada
pada pasar lelang dan pembayarannya dilakukan secara cash. Untuk tahap pelaksanaan lelang
dalam penetapan harga pada pasar lelang mengutamakan mutu getah karet sedangkan pada pasar
konvensional tidak ada standar mutu yang ditentukan karena penawaran yang dilakukan
berdasarkan kesepakatan antara petani dan pembeli.
Pasar lelang karet ini memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat karena harga yang
ditawarkan lebih tinggi daripada pasar konvensional. Pada pasar lelang karet, harga getah

ditawar paling tinggi Rp. 16.550/kg sedangkan di pasar konvensional Rp. 12.833/kg.Pasar lelang
karet Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten Muaro Bungo sebaiknya dicarikan
tempat oleh Disperindagkop untuk diselenggarakannya pasar lelang agar pasar lelang ini bisa
mempunyai tempat yang pasti sehingga tidak terjadi perpindahan tempat penyelenggaraan
lelang.Perlunya penyebaran informasi yang lebih luas dalam menarik minat petani untuk dapat
mengikuti pasar lelang, dengan memberdayakan Disperindagkop dan Dinas Pertanian setempat
agar dapat mencapai tujuan untuk meningkatkan harga jual sehingga pendapatan petani karet
meningkat.
Kata Kunci : pasar lelang karet, pasar konvensional
Abstract
The research was conducted from May to June 2012 with the aim of describing the
auction market mechanisms rubber and conventional markets and compare the benefits of the
auction market of rubber with the conventional market in the village of Lime Betel. Analysis of
the data used is descriptive qualitative analysis.
Procedures and procedures for an auction held by the registration process as a member of
the auction, the auction and the delivery of the goods should be based on market conditions
existing at the auction, and payment is made in cash. For the implementation phase of the auction
in the auction market pricing on prioritizing quality rubber while in the conventional market does
not exist for the specified quality standards offer made by agreement between farmers and
buyers.

This rubber auction markets provide positive benefits for the community because the
price offered is higher than the conventional market. In the auction market of rubber, latex
offered the highest price of Rp. 16.550/kg whereas in the conventional market Rp.
12.833/kg.Betel village auction market rubber Foreword Jujuhan District Muaro Bungo district
should look for a place by the convening of the auction market Disperindagkop that this auction
markets can have a definite place so there is no transfer of venue for the auction.The need for
wider dissemination of information in the interest of farmers to be able to attend the auction
market, by empowering local Disperindagkop and the Department of Agriculture in order to
achieve the objective of increasing the selling price so that the rubber farmers' income increases.
Key Words : rubber auction markets,conventional market
1

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan
perkebunan karet terluas di dunia, meskipun
tanaman tersebut baru terintroduksi pada

tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu
sekitar 150 tahun sejak dikembangkannya
pertama kali, luas perkebunan karet di
Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar
(Setiawan dan Handoko, 2005).
Sejumlah lokasi di Indonesia
memiliki keadaan lahan yang cocok untuk
pertanaman karet, sebagian besar berada di
wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas
area perkebunan karet tahun 2005 tercatat
mencapai lebih dari 3,2 juta ha tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85%
merupakan perkebunan karet milik rakyat,
dan hanya 7% perkebunan besar negara serta
8% perkebunan besar milik swasta. Produksi
karet secara nasional pada tahun 2005
mencapai 2,2 juta ton. Jumlah ini bisa
ditingkatkan lagi dengan melakukan
peremajaan dan memberdayakan lahanlahan pertanian milik petani serta lahan
kosong atau tidak produktif yang sesuai

untuk perkebunan karet (Chairil Anwar,
2006).
Karet (Hevea brasiliansis), sebagai
salah satu komoditas ekspor hasil
perkebunan Indonesia kebutuhan yang vital
bagi kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini
terkait dengan mobilitas manusia dan barang
yang memerlukan komponen yang terbuat
dari karet, misalnya ban mobil, pembungkus
kawat listrik, telepon, sepatu, alat
kedokteran, beberapa peralatan rumah
tangga dan kantor, alat-alat olah raga dan
aspal. Oleh karena itu karet memiliki
pengaruh besar terhadap transportasi,
komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan,
dan banyak bidang lain yang vital bagi
kehidupan manusia. Karet alam ternyata
juga dimanfaatkan di peternakan-peternakan
besar yaitu untuk lantai kandang ternak yang
digunakan sehari-hari. Alas lantai kandang


dari karet mudah dibersihkan dan menjamin
kesehatan ternak (Setiawan dan Handoko,
2005).
Sistem pemasaran yang dijalankan
oleh petani masih tergolong rumit, yaitu
distribusi yang sangat rumit dan saluran
distribusi yang panjang, tidak adanya
standar mutu, sistem harga tidak transparan,
petani
tidak
memperoleh
informasi
mengenai harga dan situasi pasar, petani
kekurangan dana dan tidak ada kesempatan
untuk
mengembangkan
mutu,
serta
kepercayaan petani pada Koperasi Unit Desa

(KUD) sangat lemah. Kondisi ini kemudian
berakibat pada lemahnya kedudukan petani
produsen yang kemudian berimplikasi pada
rendahnya pangsa pasar (price share) dan
rendahnya pendapatan, serta daya saing
produk (Depperindag, 2003).
Menurut
Badan
Pengawas
Perdagangan
Berjangka
Komoditi
(Bappebti) (2003), untuk mengatasi masalah
di atas maka perlu diciptakan suatu
kelembagaan yang mampu menjembatani
kepentingan penjual dan pembeli dengan
konsep pengembangan pasar lelang yang
bertujuan menciptakan sistem perdagangan
yang lebih baik melalui transparansi
mekanisme pembentukan harga dan

peningkatan efisiensi pemasaran serta
mampu
mempertemukan
berbagai
kepentingan pembeli dan penjual sehingga
menguntungkan semua pihak.
Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Jambi (2011),
produksi
tanaman
karet
mengalami
fluktuasi. Produksi karet di Provinsi Jambi
dari tahun 2007 sampai tahun 2010 secara
berturut-turut adalah: tahun 2007 sebanyak
292.653 ton, tahun 2008 sebanyak 305.829
ton, tahun 2009 sebanyak 273.173 ton dan
tahun 2010 sebanyak 290.439 ton (Lampiran
1).
Berdasarkan data dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Provinsi Jambi (2011),
Kabupaten Muaro Bungo merupakan sentra
2

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

produksi karet no 5 di Provinsi Jambi pada
tahun 2010 dengan hasil produksi 105.000
ton. Sentra utama karet Provinsi Jambi
adalah Kabupaten Merangin dengan hasil
produksi karet 130.000 ton, Kabupaten
Sarolangun dan Kabupaten Tebo sama-sama
menghasilkan produksi karet 120.000 ton.
Kemudian diikuti oleh Kabupaten Batang
Hari dengan hasil produksi karet 115.000
ton (Lampiran 2).
Menurut Dinas Perkebunan Provinsi
Jambi (2011), karet merupakan salah satu
komoditi perkebunan yang mempunyai

peranan penting dalam meningkatkan
pendapatan. Pada Kabupaten Muaro Bungo
karet merupakan komoditi unggulan dengan
luas lahan 96.458 ha (Lampiran 3).
Sistem pasar lelang yang selama ini
terjadi adalah sistem pasar lelang tradisional
dimana penjual dan pembeli bertemu dan
bertatap muka disuatu tempat dengan
perantara penyelenggara pasar lelang.
Dengan sistem yang demikian, penjual dan
pembeli diharuskan untuk hadir pada tempat
dan waktu yang bersamaan. Jika lokasi
pembeli dan penjual tidak berada pada satu
tempat yang sama, maka diperlukan biaya
perjalanan
yang
akhirnya
akan
mempengaruhi biaya transaksi. Saat ini
peyelenggara pasar lelang sering kali

dibebani oleh biaya untuk menghadirkan
pelaku pasar lelang seperti biaya transportasi
dan akomodasi, oleh karena penyelenggara
pasar lelang harus mengundang peserta
lelang yang berdomisili di berbagai tempat.
Sasaran pasar lelang dalam era
globalisasi adalah pasar lelang sebagai
bagian sistem perdagangan nasional yang
lebih efisien dan efektif melalui terciptanya
sistem jaringan informasi antar pasar lelang
sebagai basis sistem perdagangan yang lebih
transparan dan pasar yang lebih terbuka,
pasar lelang sebagai institusi pembentukan
harga yang lebih transparan dan pasar yang
lebih terbuka, pasar lelang memberi
motivasi bagi peningkatan jumlah dan mutu

produk, serta penyebaran pasar lelang untuk
berbagai jenis komoditi ke berbagai propinsi
(Bappebti, 2003).

Menurut Mubyarto (1989) bahwa
efisiensi pemasaran itu tercapai bila mampu
mengadakan pembagian yang adil dari
keseluruhan
harga
yang
dibayarkan
konsumen akhir kepada semua pihak yang
ikut serta dalam kegiatan produksi dan
pemasaran barang tersebut. Namun untuk
mencapai efisiensi pemasaran tersebut masih
banyak ditemukan masalah. Menurut
Silitonga (1994) bahwa dalam pemasaran
produk pertanian masalah yang sering
terjadi adalah ketidakadilan harga yang
diperoleh petani dengan harga yang
dibayarkan oleh konsumen akhir. Berbagai
alasan yang menyebabkan hal tersebut
adalah posisi penawaran petani lemah,
khususnya posisi harga untuk komoditi
ekspor.
Oleh karena itu perlu dilakukan studi
pemasaran karet dengan mekanisme lelang
untuk mengetahui bagaimana proses
pelelangan yang ada, nilai jual getah, dan
mutu getah yang dihasilkan.
Perumusan Masalah
Pasar lelang Desa Sirih Sekapur
Kecamatan Jujuhan Kabupaten Muaro
Bungo
terletak di pinggir jalan lintas
Sumatera. Peserta dari pasar lelang karet ini
berasal dari 8 Desa (Lampiran 4). Harga
getah karet di Desa Sirih Sekapur ini
dikuasai oleh tengkulak/pengepul yang
biasanya membeli getah karet petani dengan
harga yang sangat murah sehingga
menyebabkan perekonomian masyarakat
menjadi menurun. Adapun faktor yang
menghambat petani dalam mengikuti pasar
lelang waktu pelaksanaan lelang yang
dilakukan cukup lama yaitu satu kali lima
belas hari, apabila petani memerlukan uang
mereka
tidak
bisa
dengan
cepat
mendapatkan uang karena mereka harus
menunggu saat lelang dilaksanakan lagi.
3

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

Oleh sebab itu petani biasanya menjual
langsung getah karet kepada agen yang
dapat menerima penjualan karet dalam
waktu kapan saja dengan harga yang
ditawarkan dibawah harga pasar. Karena
jarak dari kebun ke pasar lelang cukup jauh,
sehingga memakan waktu yang lama untuk
sampai disana dan biaya yang dikeluarkan
lebih besar sehingga petani berinisiatif untuk
langsung menjual getah karet pada pembeli
yang langsung datang ke kebun karet atau
dengan berjualan langsung di pinggir jalan.
Cara praktis ini dilakukan untuk dapat
meminimumkan
biaya
serta
dapat
menghemat waktu dan tenaga. Maka dari itu
tidak semua petani dapat melakukan
penjualan ke pasar lelang karet, karena
mereka lebih memilih menjual karet di
pinggir jalan saja.
Jumlah pembeli pada pasar lelang ini
hanya berkisar 5 orang dan ini merupakan
jumlah yang sedikit untuk melakukan
persaingan di pasar lelang, sehingga
persaingan harga pada pasar lelang tidak
begitu terlihat. Peserta yang menjual karet
pada pasar lelang ini berasal dari petani
langsung, karena kalau petani menggunakan
jasa pedagang pengumpul atau menyuruh
orang untuk menjualkan karet ke pasar
lelang akan menambah biaya pengeluaran.
Beberapa petani juga ada yang menjual karet
pada pedagang pengumpul disebabkan karet
yang akan dijual tidak banyak sehingga akan
mengeluarkan biaya lebih besar untuk
mejual karet pada pasar lelang tersebut.
Harga yang ditawarkan pada pasar lelang
adalah harga yang paling tertinggi dapat
mencapai Rp. 16.550/kg sedangkan harga
yang pada pasar konvensional Rp.
12.833/kg. Selisih harga pada kedua pasar
ini adalah Rp.3717/Kg yang mana biasanya
petani yang memiliki banyak karet mereka
lebih memilih untuk menjual karet pada
pasar lelang dibandingkan dengan pasar
konvensional. Pembayaran yang dilakukan
oleh pembeli dibayarkan secara cash kepada

bendahara yang bertugas pada pasar lelang
yang nantinya bendahara ini akan
memberikan uangnya langsung kepada
petani yang memiliki getah karet sesuai
dengan jumlah di miliki.
Tujuan dari pasar lelang adalah
meningkatkan
efisiensi
pemasaran,
meningkatkan transparansi pembentukan
harga
dan
mendorong
terjadinya
peningkatan mutu. Diharapkan dengan
tujuan tersebut maka akan mencapai sasaran
dari peningkatan pendapatan petani,
mendorong peningkatan mutu dan adanya
kepastian mutu (Koperindagtam, 2003).
Agar tujuan diatas dapat terwujud
maka kegiatan pasar lelang ini seharusnya
diatur sesuai dengan aturan yang telah
dibuat oleh dinas terkait yakni Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(Bappebti) sebagai badan pengawas kegiatan
lelang di seluruh Indonesia. Kegiatan yang
terkait dengan pelelangan yang digariskan
oleh Bappebti antara lain adalah terkait
dengan penyelenggara lelang, mekanisme
pasar lelang, waktu pelaksanaan lelang,
pembentukan
harga,
peserta
lelang,
ketentuan lelang, tugas dan tanggung jawab
petugas pelaksana lelang, serta hak dan
kewajiban anggota pasar lelang.
Berdasarkan
uraian
tersebut,
diperlukan adanya suatu penelitian yang
mengkaji tentang pelaksanaan pasar lelang
karet. Dari uraian di atas, dapat disusun
pertanyaan
yang
berkaitan
dengan
permasalahan pengembangan pasar lelang di
Muaro Bungo yaitu “Bagaimanakah
mekanisme pasar lelang karet yang ada di
Desa Sirih Sekapur, apakah telah sesuai
dengan mekanisme lelang yang ada”?
Dari rumusan masalah di atas, maka
penulis perlu melakukan penelitian dengan
kajian “Studi Pemasaran Karet Dengan
Mekanisme Lelang di Desa Sirih Sekapur
Kecamatan Jujuhan Kabupaten Muaro
Bungo”.

4

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan mekanisme
pasar
lelang karet dan pasar konvensional di
Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Muaro Bungo.
2. Membandingkan manfaat pasar lelang
karet dengan pasar konvensional di
Desa Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan
Kabupaten Muaro Bungo.
Manfaat Penelitian
1. Mengetahui bagaimana manfaat yang
diperoleh petani dengan menjual karet
pada pasar lelang dan konvensional,
bagi
petani
dapat
mendorong
peningkatan mutu serta pasar lelang
menjadi tempat berinteraksinya sesama
petani dan saling tukar informasi.
2. Bagi Pemerintah setempat dapat
digunakan untuk menyampaikan pesanpesan atau penyuluhan kepada peserta
lelang.

Pasar Lelang Karet Desa Sirih Sekapur
Pasar lelang Desa Sirih Sekapur ini
didirikan oleh masyarakat Desa Sirih
Sekapur yang dalam pembentukannya
dengan mengadakan musyawarah dan
langsung membentuk sistem kepengurusan
dengan melibatkan masyarakat Desa Sirih
Sekapur. Menurut H. Nahrawi yang
merupakan salah satu pendiri sekaligus
pengurus pasar lelang karet Desa Sirih
Sekapur ini mengatakan Pasar Lelang Karet
ini berjalan baru lima tahun yang didirikan
pada tahun 2007. Pasar lelang ini didirikan
oleh masyarakat sekitar karena pada masa
itu
getah
karet
dikuasai
oleh
tengkulak/pengepul
yang
membuat
perekonomian masyarakat tidak mengalami
peningkatan. Setelah dicapai kesepakatan
bersama akhirnya pengurus datang dan
melapor ke Disperindagkop untuk meminta
izin untuk didirikannya pasar lelang di Desa
Sirih Sekapur. Pengurus pasar lelang Desa

Sirih Sekapur adalah Rio Desa Sirih
Sekapur, Bapak H. Nahrawi, Bapak Fauzul,
Bapak Bastian serta mayarakat yang terlibat
didalamnya dan Disperindagkop.Usaha yang
dilakukan
oleh
masyarakat
tersebut
mendapat
tanggapan
baik
oleh
Disperindagkop karena kegiatan ini sangat
positif bagi kehidupan masyarakat. Pasar
lelang ini didirikan pada tanah Bapak H.
Nahrawi bukan dari tanah milik pemerintah,
Bapak H. Nahrawi meminjamkan tanah
tersebut
untuk masyarakat dan tidak
meminta
imbalan
apapun
dengan
persyaratan apabila tanah tersebut diminta
kembali maka secara otomatis pasar lelang
ini akan hilang atau dipindahkan ke tempat
lain.
Pasar lelang ini diberikan bantuan
oleh Disperindagkop berupa kursi, papan
tulis, timbangan untuk karet. Setiap kali
dilaksanakan
lelang
biasanya
Disperindagkop datang untuk menjemput
laporan penjualan yang dilakukan karena
Disperindagkop merupakan salah satu
pengurus dan juga memberikan bantuan
terhadap pelaksanaan lelang. Laporan
penyelenggaraan lelang menjadi tanggung
jawab ketua lelang.
Pelaksanaan pasar lelang ini diikuti
petani karet (penjual), pembeli karet, serta
Disperindagkop. Saat penelitian petani yang
ikut menjual karet di pasar lelang ini
berjumlah 109 orang dan mempunyai lahan
perkebunan karet masing-masing 1 Ha
sampai 10 Ha (Lampiran 5). Para petani
yang bergabung pada pasar lelang ini
merupakan anggota dari pasar lelang karet
Desa Sirih Sekapur. Jumlah ini tidak tetap
setiap
kali
lelang
karena
dalam
pelaksanaannya siapa saja petani yang
datang untuk menjual karet dapat diterima
oleh penyelenggara pasar lelang karena
tidak ada batasan penjual dalam pasar lelang
karet.

5

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi
udi Agribisnis
Agribisni

Pasar lelang karet ini terdapat 1
orang ketua penyelenggara, 1 orang
sekretaris dan 1 orang bendahara.
Susunan organisasi
si tersebut dapat
dilihat
pada
gambar
berikut
ini:
Fauzul
Akmal
Ketua
Bachtiar
sekretaris

Sudirman
bendahara

Gambar 1 : Struktur Penyelenggara Pasar Lelang
Karet Desa Sirih Sekapur
Sumber : Kantor Desa
sa Sirih Sekapur, 2011
201

Tugas penyelenggara lelang
elang karet Desa
Des Sirih
Sekapur :
1. Ketua, bertugas melaksanakan dan
mengawasi pelaksanaan pasar lelang
dan melaporkan laporan
ran pertanggung
jawaban
kepada
Disperindagkop,
bertugas mengawasi jalannya pasar
lelang karet dan bertanggung jawab
terhadap segala sesuatu yang terjadi di
pasar lelang karet memeriksa karet yang
boleh diikutkan dalam lelang.
2. Sekretaris, bertugas mencatat segala
sesuatu yang berhubungan dengan
kegiatan pasar lelang. Mulai dari
pencatatan penawaran karet pada papan
tulis sampai pada pembuatan laporan
penjualan karet tiap minggunya.
minggun
3. Bendahara, bertugas pada bidang
administrasi dan keanggotaan yaitu
menyelesaikan semua kegiatan yang
berhubungan dengan pembayaran pada
pasar lelang, baik kepada pembeli,
penjual maupun kepada penyelenggara
lelang.
Penyelenggara juga merupakan
petani/penjual getah karet yang menjual
getah karetnya pada pasar lelang Desa Sirih
Sekapur. Setiap getah karet yang terjual

masing-masing petani/penjual mengeluarkan
uang Rp. 50 per/kg yang nantinya
nantin uang itu
akan dibayarkan ke petugas penyelenggara,
dan disumbangkan untuk Desa. Masing–
masing penyelenggara akan mendapat upah
Rp. 200.000 setiap diadakan lelang dan
sisanya akan diberikan untuk Desa.
Pada pasar lelang karet ini, terdapat
beberapa persyaratan
yaratan atau aturan untuk para
anggota yang ingin mengikuti lelang,
persyaratan tersebut adalah:
1. Karet yang berbahan (dicampur dengan
kulit kayu atau bahan lainnya) tidak
boleh diikutkan dalam pasar lelang
2. Karet harus tahan coda (tahan di
cincang)
3. Karet yang akan dijual harus berada
pada lokasi pelelangan sebelum jam
12.00 WIB
4. Karet yang akan dijual harus
mendapatkan
nomor
urut
yang
diberikan oleh penyelenggara
Semua petani yang menjual karet
pada pasar lelang ini harus mengikuti semua
persyaratan
yang
diberikan
oleh
penyelenggara lelang.. Apabila ada petani
yang tidak mengikuti aturan yang diberikan
maka petani tersebut tidak dibolehkan untuk
mengikuti proses pelelangan. Nama petani
yang diikut sertakan dalam pelelangan
dalam penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 6.
tuk petani karet,
Selain persyaratan untuk
pembeli karet yang
ng akan mengikuti lelang
juga harus memenuhi beberapa persyaratan,
yaitu :
1. Pembeli harus berada pada lokasi
pelelangan pada pukul 14.00 WIB
2. Pembeli harus mendaftarkan diri pada
penyelenggara lelang
3. Pembeli harus melakukan pembelian
karet secara cash
Semua pembeli karet pada pasar
lelang ini harus mengikuti persyaratan yang
diberikan oleh pihak penyelenggara. Apabila
persyaratan tersebut tidak dipenuhi oleh
6

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

pembeli maka pembeli tersebut tidak
dibenarkan untuk ikut dalam pelelangan.
Dari beberapa persyaratan yang diberikan
kepada pembeli dan penjual yang ingin
mengikuti pasar lelang, sejauh ini belum ada
ditemukan masalah dari persyaratan
tersebut. Pihak pembeli dan penjual sudah
mengerti dan menerima semua persyaratan
yang diajukan. Nama sampel pembeli dapat
dilihat pada Lampiran 7.
Dalam pelaksanaan pasar lelang ini,
permasalahan yang timbul oleh pihak
penyelenggara adalah lokasi tempat
diselenggarakannya pelelangan. Karena
tanah pada lokasi ini merupakan milik salah
satu warga Desa Sirih Sekapur yang apabila
warga tersebut meminta kembali tanahnya
maka secara otomatis pasar lelang ini bisa
hilang atau mati. Tetapi apabila ada lokasi
yang memungkinkan untuk diadakan
pelelangan ini maka pasar lelang ini dapat
dipindahkan. Pemakaian tanah ini tidak
dipungut biaya apapun karena Bapak
H.Nahrawi ini meminjamkan tanahnya
secara sukarela untuk dapat menolong
masyarakat agar perekonomian masyarakat
dapat membaik dengan persyaratan apabila
Bapak H. Nahrawi memerlukan tanahnya
maka pasar lelang akan dipindahkan.
Profil Sampel Peserta Lelang Karet
Semua sampel petani/penjual karet
merupakan penduduk yang bertempat
tinggal disekitar pasar lelang karet.
Petani/penjual dari desa lain yang ingin
menjual getah karet pada pasar lelang Desa
Sirih Sekapur ini akan diterima karena tidak
ada batasan dalam penjualan yang
dilakukan. Setiap petani/penjual yang datang
akan
diterima
asalkan
memenuhi
persyaratan yang sudah ditetapkan oleh
penyelenggara. Sampel
petani/pembeli
diambil hanya 10 orang saja karena
umumnya pengetahuan mereka mengenai
getah karet, manfaat adanya pasar lelang
yang dirasakan petani sama hanya saja yang

berbeda dari masing-masing sampel ini
adalah jumlah getah karet yang mereka jual,
dan luas lahan yang dimiliki. Berikut akan
disajikan profil penjual karet pada pasar
lelang karet Desa Sirih Sekapur. Profil
tersebut meliputi nama, umur, pendidikan
terakhir, pengalaman berusaha tani karet,
produksi karet, alasan menjual karet pada
pasar lelang dan luas lahan karet yang
diusahakan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Profil Sampel Penjual Karet.

Sampel petani/penjual diambil 10
orang dikarenakan 10 orang ini merupakan
pembeli yang aktif menjual getah karet pada
pasar lelang. Berdasarkan informasi yang
didapatkan
dari
penyelenggara,
Petani/penjual yang aktif menjual getah
pada pasar lelang diperkirakan berjumlah 50
orang tetapi peneliti mengalami kesulitan
untuk mengambil sampel 50 orang tersebut
karena sangat sulit untuk mendapatkan
informasi
kepada
penyelenggara
dikarenakan penyelenggara terlalu sibuk
mendata anggota yang ikut dalam
pelelangan. Oleh karena itu peneliti hanya
mengambil 10 sampel petani/penjual.
Masing-masing petani/penjual karet menjual
getah dengan berat yang berbeda-beda
karena mereka mempunyai luas lahan yang
berbeda pula. Dengan luas lahan yang
7

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

berbeda ini menyebabkan jumlah getah yang
akan dijual bervariasi beratnya. Pada saat
melakukan penelitian dilapangan sampel
yang menjual getah karet terbanyak adalah
H. Dolet yang menjual getah karet sebanyak
15 pikul dengan berat keseluruhan yaitu 900
kg dan sampel yang paling sedikit menjual
karet adalah Ibu Hermely yang hanya
menjual karet 2 pikul saja dengan berat
keseluruhan 160 kg (Lampiran 8).
Sampel pembeli berasal dari desa
sekitar pasar lelang yang merupakan
pembeli tetap yang berkisar 3-5 orang. Pada
saat penelitian hanya ditemukan 3 orang
pembeli saja yang datang untuk menawar
getah karet petani/penjual. Tiga orang
pembeli ini merupakan pembeli yang aktif
membeli karet pada pasar lelang. Menurut
informasi yang didapat di lapangan pembeli
ini dulunya banyak diperkirakan 10 orang
tetapi hanya ada 5 orang yang mampu
menawar dengan harga tinggi sehingga
pembeli yang lain tidak mendapatkan getah
karet yang mereka tawar. Lama kelamaan
pembeli tersebut tidak datang lagi, itulah
sebabnya pembeli pada pasar lelang ini
hanya ada 5 orang. Namun saat penelitian
pembeli yang datang untuk menawar getah
karet hanya ada 3 orang. Biasanya pembeli
ini merupakan pembeli yang biasa langsung
menjual karetnya pada pabrik yang akan
mengelola karet dan ada juga pembeli yang
merupakan pekerja dari pabrik karet yang
disuruh oleh pimpinan pabrik untuk
membeli getah pada pasar lelang karet.
Tabel 2. Profil Sampel Pembeli Karet.

Pembeli menawarkan harga pada
getah karet berdasarkan harga getah karet di
pasaran. Apabila harga getah karet naik
maka pembeli menawar harga juga tinggi,
pembeli dan penjual sama-sama mengetahui
berapa harga jual karet pada saat dilakukan
pelelangan. Petani dan pembeli itu
mengetahui harga dari internet setelah itu
baru dari mulut ke mulut. Disamping
penawaran dilihat dari harga karet dipasaran,
kondisi karet juga menentukan penawaran
yang dilakukan oleh pembeli. Karena
pembeli akan menawar getah tinggi apabila
getah yang dijual dengan kondisi yang
bagus. Pembeli harus berada pada lokasi
pelelangan pukul 14.00 Wib karena
pelelangan dilakukan secara serentak.
Pembeli dapat meminta kertas yang sudah
dipersiapkan kepada penyelenggara lelang.
Pada kertas tersebut sudah ada data diri
petani/penjual beserta nomor urut pada
getah karet. Setelah itu baru masing-masing
pembeli memberikan penawaran yang
berbeda terhadap getah karet, masingmasing pembeli tidak mengetahui berapa
harga yang ditawar antar pembeli karena
pembeli melakukan penawaran secara
tertutup.
Setelah
selesai
melakukan
penawaran terhadap semua getah karet maka
penawaran tersebut akan ditulis pada papan
tulis yang telah tersedia agar semua anggota
dapat mengetahui berapa harga getah karet
mereka yang ditawar. Semua sampel
mempunyai alasan yang sama dalam
membeli getah karet pada pasar lelang,
mereka mempunyai alasan karena kualitas
getah karet yang dijual pada pasar lelang ini
bagus karena mutu karet yang ada pada
pasar lelang ini lebih diutamakan berbeda
dengan pasar konvensional tidak ada standar
mutu yang sehingga penawaran yang
diberikan juga rendah.
Pada pasar lelang ini, pembeli dapat
memilih getah yang akan dibeli, sehingga
mereka tidak akan merasa rugi dalam
membeli getah karet. Pada kegiatan
8

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

pelelangan ini yang melakukan penawaran
tertinggi dan memperoleh getah karet paling
banyak adalah Bapak Syamsul dengan berat
10.590 kg (Lampiran 9).
Pelaksanaan Pasar Lelang Karet
Pasar lelang karet Desa Sirih
Sekapur termasuk pasar oligopsoni, menurut
Risya Anjani (2011) pasar oligopsoni adalah
kondisi pasar dimana terdapat beberapa
pembeli, masing-masing pembeli memiliki
peranan cukup besar untuk mempengaruhi
harga. Atau dikatakan pasar yang dikuasai
oleh beberapa pembeli.
Ketentuan pasar lelang yang berlaku
secara nasional tercantum dalam Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor 650/MPP/Kep/10/2004 tentang
ketentuan Penyelenggaraan Pasar Lelang
dengan Penyerahan Kemudian (forward)
Komoditi agro yang dikeluarkan pada
tanggal 18 Oktober 2004. Perumusan
ketentuan ini berangkat dari pengalaman
penyelenggaraan pasar lelang lokal spot
(penyerahan langsung) diberbagai daerah di
Indonesia (Lampiran 10).
Pasar lelang spot mengharuskan
penjual membawa seluruh komoditi yang
akan dijual ke lokasi pelelangan. Hal ini
mengakibatkan petani harus mengeluarkan
biaya transportasi untuk membawa karet
hasil sadapannya ke tempat dilaksanakannya
lelang karet yang berkisar antara Rp.
50.000-Rp. 350.000 untuk satu kali
pengangkutan sesuai dengan banyaknya
getah karet yang akan dibawa.
Lembaga yang mengelola pasar
lelang karet ini adalah masyarakat langsung
yang bekerjasama dengan Diperindagkop.
Pelaksanaan lelang karet ini diikuti oleh
penjual, pembeli, penyelenggara lelang. Para
penjual terdiri dari petani yang ingin
menjual getah karet hasil sadapannya.
Pembeli terdiri dari pembeli yang berasal
dari daerah sekitar pasar lelang karet yang
bekerjasama dengan pabrik pengolahan

getah karet. Penyelenggara lelang terdiri dari
1 ketua, 1 sekretaris, 1 bendahara. Berikut
akan disajikan prosedur pelaksanaan pasar
lelang karet dan pelaksanaan lelang menurut
Bappebti.
Tabel 3. Prosedur pelaksanaan pasar lelang
karet Desa Sirih Sekapur dan
pelaksanaan Menurut Bappebti

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
prosedur atau mekanisme lelang karet yang
dilaksanakan oleh pasar lelang karet di Desa
9

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

Sirih Sekapur dan Pelaksanaan lelang
menurut Bappebti
tidak sama secara
keseluruhan. Pada penelitian yang dilakukan
dilapangan bahwasanya penyelenggara tidak
mengetahui tentang Bappebti. Semua aturan
yang ada di pasar lelang hanya disepakati
secara bersama dan tidak ada pedomen
untuk membuat peraturan pelaksanaan
lelang.
Adanya
pasar
lelang
ini
menguntungkan masyarakat karena harga
yang ditawar lebih tinggi dari harga yang
ada pada pasar konvensional sehingga
petani/penjual banyak yang menjual getah
pada pasar lelang karet. Adanya pasar lelang
karet
ini
sangat
sulit
ditemukan
petani/penjual yang menjual getah karet
pada pasar konvensional. Pelaksanaan lelang
mulai dari penetapan tanggal dan hari
pelelangan diatur oleh penyelenggara lelang.
Pelelangan ini dilakukan 1 x 15 hari yaitu
dilakukan pada setiap hari Sabtu pada
Minggu kedua, penelitian ini dilakukan
bertepatan pada saat pasar lelang
diselenggarakan yaitu pada hari Sabtu
tanggal 12 Mei 2012. Pada hari yang
ditetapkan tersebut penjual karet atau petani
karet datang ke pasar lelang lelang untuk
menjual hasil sadapannya. Tetapi pada
malam hari sebelum diadakan lelang getah
karet sudah dapat diantar ke lokasi
pelelangan untuk mendapatkan nomor
antrian. Petani yang datang mendaftarkan
karetnya pada malam hari ini mempunyai
alasan tersendiri kenapa karetnya diantar
pada malam hari. Petani ini tidak mau
menunggu lama dalam waktu penawaran.
Dengan mendapatkan nomor antrian
pertama maka petani tersebut mendapatkan
penawaran lebih awal juga. Karena
penawaran tersebut berdasarkan nomor
antrian yang sudah diberikan.
Petugas penyelenggara lelang sudah
berada di lokasi malam sebelum diadakan
lelang karena petani boleh mengantarkan
getah karetnya pada malam hari. Untuk
penjagaan getah karet yang diantar

petani/penjual pada malam hari masingmasing petani/penjual membayar upah
Rp.10.000 yang diberikan kepada petugas
penjaga getah karet. Pada hari pelelangan
petani harus mengantarkan getah karet dan
mengambil nomor antrian sebelum pukul
12.00 WIB, apabila lewat dari jam yang
telah ditetapkan getah karet yang datang
tidak akan diterima lagi. Setelah getah
terkumpul semua petugas lelang kembali
mencocokan data yang diambil sebelumnya
berdasarkan catatan yang ada.
Dalam penjualan getah karet ini
petani menggunakan jasa ojek motor dengan
membayar Rp. 50.000 untuk satu kali angkut
dan ada juga yang menggunakan mobil
sewaan. Berapa kali petani menggunakan
ojek motor itu tergantung getah karet yang
dibawa ke tempat lelang. Semakin banyak
pikul getah karet yang dibawa maka
petani/penjual juga banyak mengeluarkan
uang untuk upah transportasi (Lampiran 8).
Biasanya petani/penjual menjual getah
karetnya antara 1-15 pikul yang masingmasing petani berbeda berat pikul getah
karetnya. Beratnya getah karet tergantung
dengan banyak karet yang dihasilkan. Pada
penjualan getah karet ini petani tidak
menggunakan jasa pedagang perantara
karena dengan adanya pedagang perantara
itu akan membuat pendapatan petani
menjadi berkurang. Untuk itu petani
langsung datang sendiri untuk menjual getah
karetnya.
Saluran
pemasaran
untuk
penjualan karet pada pasar lelang karet ini
dapat dilihat pada gambar berikut:

Pada pukul 14.00 WIB pembeli biasanya
sudah berada dilokasi pelelangan dan
kemudian pihak penyelenggara mendata
10

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

nama-nama pembeli yang akan mengikuti
lelang. Pihak penyelenggara membagikan
kertas kepada pembeli, kemudian pembeli
menuliskan harga karet yang akan diajukan
pada kertas tersebut tanpa ada yang
mengetahui berapa besar harga yang akan
diberikan pada saat itu. Pembeli menentukan
harga dengan cara melihat masing-masing
getah yang dijual sesuai dengan kualitas
getah karet yang dijual. Kemudian kertas
harga tersebut diberikan kembali kepada
pihak penyelenggara.
Setelah
semua
kertas
harga
terkumpul, pihak penyelenggara lelang
membacakan harga-harga yang ada pada
kertas tersebut.
Semua penawaran itu
dituliskan pada papan tulis yang telah
disiapkan pihak penyelenggara pelelangan
agar semua anggota lelang dapat mengetahui
harga karet yang ditawar. Kemudian harga
tertinggi dijadikan sebagai pemenang dalam
lelang saat itu. Pihak penyelenggara lelang
membacakan siapa nama pemenang lelang
dan berapa harga yang diberikan.
Selanjutnya pembeli yang memenangkan
lelang menuliskan nama pada buku
penjualan karet yang ada pada pengurus
lelang
kemudian
pengurus
lelang
menuliskan harga karet dan nama pemenang
pada papan tulis yang ada di tempat
pelelangan agar semua penjual dan pihakpihak lainnya mengetahui harga dan
pemenang lelang karet pada saat itu.
Tahap selanjutnya adalah melakukan
penimbangan karet masing-masing petani,
nama petani yang terpanggil langsung
membawa karet sadapannya ke tempat
penimbangan dan karet tersebut langsung
ditimbang oleh orang yang sudah ditunjuk
pihak penyelenggara lelang. Nama-nama
petani ini sudah didaftarkan sesuai dengan
nomor urut yang sudah diberikan. Apabila
pada saat penimbangan ditemukan karet
yang tidak memenuhi persyaratan untuk
diikutkan lelang, maka karet tersebut tidak
akan ditimbang dan tidak diikutkan dalam

pelelangan. Karet yang tidak sesuai dengan
persyaratan akan dikembalikan kepada
petani/penjual, terserah petani akan menjual
getah karetnya dengan harga yang ditawar
oleh pembeli yang ingin membeli getahnya
atau mau dibawa pulang kembali karena
apabila ditemukan dalam getah karet yang
tidak sesuai dengan persyaratan getah karet
tersebut dikeluarkan dalam pelelangan yang
secara otomatis harga yang sudah
ditawarkanpun juga akan hilang. Setiap
karet yang ditimbang akan langsung ditulis
oleh sekretaris pada buku lelang karet.

Pembentukan Harga
Sumber informasi harga biasanya
didapatkan petani/penjual melalui internet.
Apabila harga karet dipasaran tinggi maka
penawaran pada pasar lelang karet tinggi.
Faktor cuaca menjadi faktor utama dalam
proses penyadapan karet karena apabila
11

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

musim hujan petani tidak bisa menyadap
getah karet karena nantinya karet akan
bercampur dengan air hujan. Karena itu
getah karet tersebut juga dapat dipengaruhi
oleh musim yang terjadi. Harga yang
ditawarkan pun sesuai dengan mutu karet
yang dihasilkan apabila mutu karet bagus
maka penawaran pun juga akan tinggi
apabila
kondisi karet tidak baik bisa jadi karet
tersebut tidak mendapat penawaran pada
pasar lelang.
Karet yang bagus itu adalah karet
yang kering dimana karet ini apabila kondisi
nya bagus dapat ditawarkan dengan harga
Rp.16.540/kg nya tetapi ini juga sesuai
dengan harga karet dipasaran. Karet yang
kurang bagus adalah karet yang basah
karena karet basah yang tidak dijemur dan
mengandung banyak air, biasanya karet ini
ditawar dengan harga rendah dan ada yang
tidak ditawar sama sekali oleh pembeli.
Untuk karet kurang bagus ditawar dengan
harga sekitar Rp. 10.233/kg. harga ini juga
menyesuaikan dengan harga karet dipasaran
dan harga ini juga ditentukan oleh pembeli
berapa harga yang akan ditawarkannya
(Lampiran 11).

Berdasarkan kriteria yang ada pada
Tabel 4, kriteria karet yang ada pada pasar
lelang karet Desa Sirih Sekapur dan menurut
SNI pada umumnya adalah sama. Tidak ada
perbandingan yang terlalu jauh antara
kriteria karet antara pasar lelang Desa sirih
Sekapur dan SNI.

Petani dan pembeli biasanya
mengetahui harga karet di pasaran melalui
internet dan setelah itu baru dari mulut ke
mulut antara sesama petani, pembeli atau
orang terdekat. Sehingga para pembeli dan
petani selalu tahu berapa harga karet di
pasaran.
Pelaksanaan Pasar Konvensional Karet
Penjualan karet yang dilaksanakan
dengan konvensional ini dilakukan kapan
saja oleh petani. Biasanya petani yang
menjual karet secara konvensional ini
memiliki luas lahan yang kurang dari 1 Ha.
Sampel petani yang diambil pada pasar
konvensional ini sebanyak 5 orang petani
(Lampiran 12). Penjualan karet yang
dilakukan petani pada pasar konvensional
ini bisa terjadi karena petani butuh uang dan
petani meminjam uang kepada agen karet
yang nantinya dibayar dengan getah karet
apabila getah karet sudah di sadap. Kondisi
seperti ini biasanya dimanfaatkan oleh agen
untuk menawar harga karet dibawah harga
standar. Karena petani butuh sekali uang itu
maka petani tersebut menerima saja
berapapun harga yang diberikan agen.
Banyak petani yang menjual getah
karet di depan rumah mereka sendiri, kepada
agen karet atau di pinggir jalan. Pada waktu
penelitian peneliti mendapatkan satu orang
petani yang menjual karetnya kepada agen
karet karena mempunyai hutang dan dibayar
apabila getah karet sudah ada dan sesuai
dengan harga yang disepakati yaitu Rp.
12.000/kg dengan kondisi karet bagus,
apabila kondisi karet kurang bagus harga
yang diberikan yaitu dibawah harga
Rp.10.000/kg. Untuk petani yang menjual
karet di depan rumah nya peneliti
mengambil 2 orang petani/penjual dan 2
orang petani/penjual yang menjual langsung
dikebun. Semua kegiatan ini dilakukan
untuk menghemat biaya yang dikeluarkan
dalam penjualan karena karet yang mereka
hasilkan sedikit. Apabila karet mereka bawa
12

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

menggunakan jasa ojek motor dengan
membayar biaya pengangkutan untuk satu
kali angkut lebih baik mereka langsung
menjual di depan rumah atau langsung di
kebun karena dapat menghemat waktu yang
mereka miliki. Cara ini dilakukan petani
karena petani ingin cepat mendapat uang
untuk kebutuhan keluarga mereka, karena
kalau mereka menjual karet pada pasar
lelang mereka harus menunggu waktu lelang
dilaksanakan lagi.
Pasar konvensional ini yang langsung
mengelola adalah masyarakat langsung
petani dan pembeli karena tidak ada
lembaga khusus yang berperan membantu.
Pada pasar konvensional ini petani langsung
menjual karetnya pada pembeli langsung,
pada pedagang pengumpul maupun agen
karet. Jadi, pada pasar konvensional ini tidak
ada lembaga khusus yang menangani. Pasar
konvensional ini tidak ada biaya khusus
yang dikeluarkan petani karena getah yang
dihasilkan sedikit sehingga petani bisa
membawa pulang getah tersebut tanpa
menggunakan jasa tukang ojek. Ada juga
pembeli yang datang langsung ke kebun
petani untuk membeli karet sehingga itu
dapat meringankan beban petani dan harga
pun ditawar bisa rendah. Saluran pemasaran
yang dilakukan pada pasar konvensional ini
dapat dilihat pada Gambar 4.

Perbandingan Manfaat Pasar Lelang
Karet Dengan Pasar Konvensional
Tabel 5. Perbandingan manfaat pasar lelang
karet dan pasar konvensional

Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan
bahwa pasar lelang karet ini dilakukan setiap
1x15 hari yang merupakan ketentuan yang
sudah dibuat oleh penyelenggara lelang.
Berdasarkan wawancara langsung yang
dilakukan pada petani waktu pelaksanaan
pasar lelang karet ini merupakan waktu yang
cukup
lama
buat
mereka
untuk
mengumpulkan getah karet yang akan
mereka jual. Dengan waktu yang telah
ditentukan ini membuat petani dan pembeli
siap untuk melakukan kegiatan penjualan
dan pembelian karet. Penjualan getah karet
pada pasar konvensional bisa dilakukan
kapan saja. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan langsung pada petani dan
pembeli pada pasar konvensional, adanya
13

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

pasar konvensional ini cukup bisa
membantu meringankan beban mereka
karena penjualan pada pasar konvensional
ini dapat mereka lakukan kapan mereka
butuhkan karena tidak ada waktu yang
ditentukan.
Harga yang ditawarkan pada pasar
lelang karet ini disesuaikan dengan harga
karet dipasaran karena masyarakat selalu
melihat harga getah karet melalui internet.
Pada saat penelitian, harga getah karet yang
bagus pada pasar lelang ini ditawar dengan
harga paling tinggi Rp.16.540/kg dan harga
getah karet paling rendah dengan harga
Rp.10.233/kg. Sistem harga pada pasar
lelang karet ini dilakukan secara terbuka
sehingga semua anggota penyelenggara baik
itu petani, pembeli dan orang lain yang
menyaksikan pelelangan mengetahui berapa
harga yang ditawarkan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan penyelenggara pasar
lelang, kegiatan ini sangat positif sekali
karena dapat membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar dan
mencegah tengkulak masuk dan menguasai
harga getah karet masyarakat. Harga yang
ditawarkan pada pasar konvensional pada
kenyataannya tidak sesuai dengan harga
karet yang ada dipasaran. Berdasarkan
wawancara
yang
dilakukan
kepada
petani/penjual mereka biasanya menjual
karet kepada penjual langsung dari kebun
atau dijual di pinggir jalan saja. Karena ini
pasar konvensional dan tidak ada aturan
dalam penjualan sehingga petani dapat
melakukan penjualan kepada siapa saja.
Salah satu dari sampel petani menjual getah
karet kepada agen sebelum getah karet
petani itu ada karena mereka membutuhkan
uang maka dengan cara ini mereka
melakukan untuk bisa mendapatkan uang
dengan cepat tanpa harus menunggu getah
karet ada. Agen hanya memberikan
penawaran harga untuk karet dengan kondisi
bagus Rp.12.000/kg apabila kondisi karet
kurang bagus agen memberikan harga

dibawah Rp10.000/kg. Untuk petani yang
menjual karet pada pembeli
baik itu
langsung dari kebun atau dipinggir jalan
karet dengan kondisi bagus ditawar dengan
harga Rp.12.833/kg dan kondisi karet yang
kurang bagus ditawar dengan Rp.10.222/kg.
pada pasar konvensional ini harga masih
dikuasai oleh tengkulak.
Berdasarkan wawancara langsung
yang dilakukan pada petani/penjual biaya
yang dikeluarkan untuk pengangkutan getah
karet untuk sampai di lokasi pelelangan ini
menggunakan jasa ojek motor yang dibayar
untuk satu kali pengangkutan Rp.50.000 dan
yang mempunyai getah karet banyak dapat
menggunakan mobil untuk satu kali
pengangkutan
dibayar
Rp.350.000.
Berdasarkan
hasil
wawancara
yang
dilakukan kepada petani/penjual pada pasar
konvensional tidak ada biaya khusus yang
dikeluarkan petani karena getah yang
dihasilkan sedikit dan petani bisa membawa
pulang sendiri dan ada juga pembeli yang
langsung datang ke kebun untuk membeli
getah karet. Karena petani mempunyai lahan
yang kecil maka mereka berusaha untuk
menahan biaya yang dikeluarkan.
Mutu pada pasar lelang karet ini
sangat diutamakan karena apabila mutu
karet bagus maka penawaran yang dilakukan
akan tinggi. Mutu karet yang bagus pada
pasar lelang karet ini harus tahan coda atau
tahan dicincang dan kondisi karet kering.
Karena apabila kondisi getah karet basah
maka getah karet akan berat pada saat
ditimbang dan ini menyebkan kerugian pada
pembeli. Mutu pada pasar konvensional ini
tidak ada standar mutu dalam penjualannya.
Karena penjualan getah karet pada pasar
konvensional ini berdasarkan kesepakatan
antara petani dan pembeli. Apabila petani
merasa cocok dengan harga yang ditawar
pembeli maka getah karet akan dijual.

14

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Prosedur dan tatacara pelaksanaan lelang
dilaksanakan dimulai dengan proses
pendaftaran sebagai anggota lelang,
pelaksanaan lelang, dan penyerahan
barang harus berdasarkan ketentuan yang
ada pada pasar lelang, dan pembayaran
dilakukan secara cash. Untuk tahap
pelaksanaan lelang dalam penetapan
harga, pasar lelang mengutamakan mutu
getah karet karena apabila mutu karet
bagus maka harga yang ditawarkan akan
tinggi. Semua aturan yang telah diberikan
pihak penyelenggara harus ditaati oleh
semua anggota lelang karena kalau tidak
ditaati akan dikeluarkan dan tidak boleh
mengikuti pelelangan lagi. Untuk pasar
konvensional tidak ada standar mutu
yang ditentukan karena penawaran yang
dilakukan
berdasarkan
kesepakatan
antara petani dan pembeli. Aturan pada
pasar konvensional ini tidak ada karena
pasar konvensional ini bebas dilakukan
kapan saja oleh petani/penjual.
2. Adanya
pasar
lelang
karet
ini
memberikan manfaat positif bagi
masyarakat karena harga yang ditawar
lebih tinggi dari harga pada pasar
konvensional. Pasar lelang karet harga
getah ditawar paling tinggi Rp.16.550/kg,
pasar konvensional Rp.12.833/kg.
Saran
1. Pasar lelang karet Desa Sirih Sekapur
Jujuhan Kabupaten Muaro Bungo
sebaiknya
dicarikan
tempat
oleh
Disperindagkop
untuk
diselenggarakannya pasar lelang agar
pasar lelang ini bisa mempunyai tempat
yang pasti sehingga tidak terjadi
perpindahan tempat penyelenggaraan
lelang.
2. Perlunya penyebaran informasi yang
lebih luas dalam menarik minat petani
untuk dapat mengikuti pasar lelang,

dengan memberdayakan Disperindagkop
dan Dinas Pertanian setempat agar dapat
mencapai tujuan untuk meningkatkan
harga
jual
sehingga
pendapatan
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Anjani, Risya. 2011. Pasar Oligopsoni.
Jakarta.
Http:///karet/pasaroligopsoni-dan-pasarkomoditas.html. Diakses tanggal
15 September 2012
Anwar, Chairil, 2006. Jurnal Manajemen
dan Teknologi Budidaya Karet.
Pusat Penelitian Karet. Medan.
Anwar, Chairul, 2008. Pasar Konvensional
vs
Pasar
Modern.
Jakarta.
Http://irulblogs.blogspot.com/pasarkonvensional-vs-pasar-modern.html
Diakses tanggal 12 mei 2012.
Badan

Penelitian dan Perkembangan
Pertanian. 2005. Prospek dan arah
pengembangan agribisnis karet.
Jakarta.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi. 2003. Konsep dan
Strategi Pengembangan Pasar
Lelang. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2010. Jambi Dalam
Angka. Provinsi Jambi.
Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi
Mikro. Insania. Jakarta.
Basit, Abdul. 1997. Keunggulan dan
Manfaat
PLL
Dibandingkan
dengan
Pasar
Konvensional.
Makalah Pelatihan Pelaksana Pasar
Lelang. Bogor.
Bellasari,
Azizah.
2010.
Proses
Terbentuknya
Harga.
Jakarta.
Http://azizahbellasari.blogspot.com
/2010/10/proses-terbentuknya
harga.html. Diakses tanggal 15
September 2012.
15

Universitas Andalas
Program Strata 1- Program Studi Agribisnis

Depperindag. 2003. Pengembangan Pasar
Lelang Lokal (PLL) serta Pasar
Lelang Regional dan Distribusi
(PLRD).
Bahan
Persentasi
Sosialisasi Pasar Lelang Lokal Di
Lingkungan Pemerintah Daerah
Propinsi Sumatera Barat. Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi. Deperindag. Padang.
Edilius

dan Sudarsono. 1994. Kamus
Ekonomi Uang dan Bank. Rineka
Cipta. Jakarta.
Epakartika dan kurniawan teguh. 2004.
Integrasi Komunikasi Pasar Lelang
di
Indonesia. Makalah
disajikan dalam pertemuan Mitra
Praja Utama, Hotel Mega Cikini, 2
Desember. Jakarta.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian
Ilmu Sosial. Erlangga. Jakarta
Kontan. 2010. Revisi SNI Karet Keluar
Kuartal
1.
Jakarta.
Http://www.bsn.go.id/news_detail.
php?news_id. Diakses tanggal 15
September 2012
Mardikanto, Totok. 2009. Membangun
Pertanian Modern. LPP UNS dan
UNS Press. Surakarta.

Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sadjad, Samsoe’oed. 1995. Empat Belas
Tanaman
Perkebunan
Untuk
Agroindustri.
Balai
Pustaka.
Jakarta.
Setiawan dan Handoko. 2005. Petunjuk
Lengkap Budidaya Karet. PT
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi. PT
Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Silitonga,
C.
1994.
Pengembangan
Pemasaran Hasil Pertanian dan
IndustrialisasiPedesaan
Dalam
Pelita VI. Proseding Seminar
PERHEPI. Jakarta.
Winda . 2007. Evaluasi Pelaksanaan Pasar
Lelang Karet Di Koperasi Usaha
Karya Utama Kecamatan Rao
Kabupaten Pasaman. [Skripsi].
Fakultas Pertanian. Universitas
Andalas. Padang.

Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Edisi ke 3. LP3ES.
Jakarta.
Nazir,

Muhammad.
2005.
Metode
Penelitian.
Ghalia
Indonesia.
Jakarta.

Novan, Mulia. 2010. Analisi Faktor Yang
Mempengaruhi Lelang Beras Pada
Pasar Lelang Forward di Sub
Terminal Agribisnis Soropandan
Kabupaten Temanggung. [Skripsi].

16