MODIFIKASI GEDUNG EVERBRIGHT HOTEL MENGGUNAKAN SISTEM PRECAST BALOK KOLOM PADA ZONA GEMPA KUAT.

MODIFIKASI GEDUNG EVERBRIGHT HOTEL
MENGGUNAKAN SISTEM PRECAST BALOK KOLOM PADA
ZONA GEMPA KUAT
TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian per syar atan dalam memper oleh Gelar
Sar jana Teknik Sipil (S-1)

Oleh :
DEDIK SUHENDRIK P.
0753010013

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


MODIFIKASI GEDUNG EVERBRIGHT HOTEL
MENGGUNAKAN SISTEM PRECAST BALOK KOLOM PADA
ZONA GEMPA KUAT

ABSTRAK
Disusun Oleh:
Dedik Suhendrik Pitono
0753010013

Gedung EVERBRIGHT Hotel Surabaya akan di analisa menggunakan
sistem precast pada sambungan balok kolomnya, dan juga akan di modifikasi
zona gempa yang semula terletak pada zona gempa menengah dimodifikasi
dengan zona gempa kuat maka perhitungan yang digunakan adalah sistem
rangka pemikul momen khusus ( SRPMK ). Metode perencanaan meliputi
struktur utama yaitu pendimensian dan penulangan balok induk, kolom, dan
hubungan balok kolom. Dalam perencanaan struktur gedung Everbright Hotel
ini telah memenuhi konsep ”strong coloumn weak beam” sesuai SNI 2847
pasal 23.4.2.2. Pendimensian dan penulangan balok antara lain : Dimensi
40/60 dengan tulangan longitudinal D22, sengkang Ø10. Momen terbesar
yang bekerja pada balok tumpuan sebesar 109,57 kNm, dipakai 6D22

(tulangan tarik), dan 5D22 (tulangan tekan). Sedangkan untuk momen yang
bekerja pada balok lapangan sebesar 58,97 kNm, dipakai 3D22 (tulangan
tarik), dan 4D22 (tulangan tekan). Dimensi 40/70 dengan tulangan
longitudinal D22, sengkang Ø10. Momen terbesar yang bekerja pada balok
tumpuan sebesar 227,88 kNm, dipakai 8D22 (tulangan tarik), dan 5D22
(tulangan tekan). Sedangkan untuk momen yang bekerja pada balok lapangan
sebesar 113,9 kNm, dipakai 4D22 (tulangan tarik), dan 4D22 (tulangan
tekan). Dimensi 30/40 dengan tulangan longitudinal D22, sengkang Ø10.
Momen terbesar yang bekerja pada balok tumpuan sebesar 58,1 kNm, dipakai
5D22 (tulangan tarik), dan 4D22 (tulangan tekan). Sedangkan untuk momen
yang bekerja pada balok lapangan sebesar 38,97 kNm, dipakai 3D22
(tulangan tarik), dan 4D22 (tulangan tekan). Untuk perencanaan kolom
dengan dimensi 70/70 digunakan tulangan longitudinal 20D22 dan sengkang
Ø10. Pada hubungan balok kolom menggunakan konsol pendek dengan
dimensi b= 400mm, h= 450 mm, a= 150 dan dengan tualangan Ah= 4D13.
Kata kunci : precast, sambungan balok kolom,SRPMK
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Dengan segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul ”Modifikasi Gedung Everbright
Hotel Menggunakan Sisitem Precast Balok Kolom Pada Zona Gempa Kuat” dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusun banyak mendapatkan bimbingan serta bantuan yang sangat
bermanfaat dalam penyusunan Tugas Akhir ini, tetapi dengan segala keterbatasan
yang dimiliki oleh penyusun, hasil dari Tugas Akhir ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan. Meski demikian penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mencapai hasil yang terbaik.
Dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini, penyusun mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Ir. Naniek Ratni JAR. M.Kes., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan UPN ”Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ibnu Solichin ST.,MT. selaku Kepala Program Studi Teknik Sipil UPN
”Veteran” Jawa Timur dan dosen pembimbing utama yang senantiasa
memberikan bimbingan dan motivasi selama menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Ir. Drs. Made D. Astawa, MT. selaku dosen pembimbing utama yang
senantiasa memberikan bimbingan dan motivasi selama menyelesaikan Tugas

Akhir ini.
4. Ibu Ir. Siti Zaenab, MT. selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan
yang sangat membantu dalam proses perkuliahan.

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Ibu Ir. Wahyu Kartini, MT selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
pengarahan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
6. Ibu Dr. Ir. Minarni Nur Trilita.,MT selaku dosen pembimbing kerja praktek yang
telah banyak memberikan pengarahan ketika saya melakukan kerja praktek di
lapangan.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Program Studi Teknik Sipil yang telah
membantu selama proses perkuliahan.
8. Rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada orang tua, ayah Djoko Pitono dan
ibuku Sukiyam serta nenek Kamsirah dan kakekku Setroirono yang selalu
mendoakan saya, yang telah memberikan nasihat, dan motivasi demi kesuksesan
saya. Dan juga kepada adikku Nanda Yogo Prasetio dan kakakku Etik mery
Aditya.,SS , terima kasih untuk kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

9. Untuk keluarga kecilku tercinta istriku Ressila Martasari terima kasih telah
menyemangatiku untuk menyelesaikan tugas akhir ini, dan untuk “my litle sun”
anakku Serafina Belicia Diangela yang selalu menghiburku dengan senyum dan
ocehannya.
10. Semua anggota keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih
untuk semua dukungan dan bantuannya.
11. Teman-teman “Gank Buntu” Septian Cripsi Pratama.,ST, Thomas Arya
Pideksa.,ST, Alfian Eka P.,ST, dan Arif Saputra, bantuan kalian adalah
penyemangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Teman-teman seperjuangan, angkatan 2007, yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, serta teman – teman 2006 dan 2008 terima kasih untuk semuanya.

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13. Semua rekan kerja ketika saya bekerja di “PT.Rasenta Consultant” dan rekan
kerja sekarang di “PT.Artistama Setia Mandiri Kontraktor” terima kasih atas
semua semangat dan doanya.
14. Seluruh rekan-rekan


dan

semua

pihak

yang telah

membantu

dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Semoga segala bantuan dan budi baik mendapat balasan dari Allah SWT.
harapan penyusun, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Surabaya, Juni 2012

Penyusun


iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ..............................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii

BAB I

BAB II


PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2

Rumusan masalah .................................................................... 2

1.3

Maksud Dan Tujuan ................................................................ 2

1.4

Batasan Masalah ....................................................................... 3

1.5

Lokasi ...................................................................................... 4


TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Umum ....................................................................................... 5
2.2

Perbandingan sistem Konvensional dan Sistem Pracetak ..... 5

2.3

Elemen Struktur Pr acetak ....................................................... 7

2.4

Karakteristik Resiko Gempa Wilayah..................................... 8

2.5

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus................................... 9

2.6. Pembebanan Struktur Utama.................................................... 9


iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.7 Sambungan ................................................................................

10

2.8 Ketentuan – ketentuan yang dipakai pada sambungan
pracetak ..................................................................................... 13
2.9 Beban Gempa Statik Ekuivalen.................................................. 13
2.10 Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus.................................... 14
BAB III

METODOLOGI PERENCANAAN
3.1. Umum .......................................................................................... 18
3.2. Data-data perencanaan ............................................................... 18
3.2.1. Data Gedung ................................................................. 18
3.2.2. Data Mutu Bahan ......................................................... 18

3.3. Peraturan-peraturan yang dipakai ........................................... 19
3.4. Metodologi perencanaan ............................................................ 19
3.4.1. Data ..................................................................................... 20
3.4.2. Perencanaan Pembebanan ................................................. 20
3.4.3. Analisa Struktur Rangka .................................................. 20
3.4.4. Gambar Rencana ................................................................ 20
3.4.5. Pemilihan Kriteria Desain ................................................. 22
3.4.6. J enis Tanah Setempat ......................................................... 22
3.4.7. Kombinasi Pembebanan .................................................... 23
3.4.8. Perencanaan Sambungan ................................................... 23
3.4.9. Sambungan Balok Kolom ................................................... 23
3.4.10 Per encanaan Balok dan Kolom pracetak ........................ 24

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.4.10.1. Dimensi balok dan kolom ................................. 24
3.4.10.2. Penulangan balok dan kolom .......................... 26
3.4.10.3. Penulangan Geser ............................................. 27

DAFTAR PUSTAKA

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 2.1 Balok Berpenampang Persegi ( Rectangular Beam)....................... 6
Gambar 2.2 Balok Berpenampang L ( L-shape Beam )........................................

6

Gambar 2.3 Balok berpenampang T terbalik ( inverted Tee beam )...................

7

Gambar 2.4 Wilayah Gempa di Indonesia ..........................................................

7

Gambar 2.5 Sambungan Daktail Mekanik .......................................................... 10
Gambar 2.6 Sambungan Daktail Dengan Luas ................................................... 11
Gambar 2.7 Sambungan Daktail Dengan Menggunakan Baut ........................... 12
Gambar 3.1. Flowchart metodologi perencanaan ............................................... 20
Gambar 3.2 permodelan struktur open frames ................................................... 21
Gambar 3.3 Parameter Geometri Konsol Pendek ............................................... 23
Gambar 3.4 Sambungan balok dengan kolom ...................................................... 23

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 perbandingan sistem Konvensional dan sistem pracetak ........................ 5
Tabel 2.2 Perbandingan metode penyambungan ..................................................... 11

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Akhir - akhir ini sering sekali metode pracetak ( precast )

digunakan pada pekerjaan struktur dalam bidang teknik sipil di
Indonesia, seperti pada rumah susun, mall, maupun apartemen. Hal
ini disebabkan karena semakin besarnya tuntutan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang efisien, baik dari segi biaya dan waktu
pelaksanaan. Metode pracetak ( precast ) memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan metode cor setempat ( cast in place ).
Kelebihan tersebut antara lain adalah pada metode pracetak ( precast
) proses produksinya tidak tergantung cuaca, tidak memerlukan
tempat penyimpanan material yang luas, waktu pengerjaan relatif
singkat, dan kontrol kualitas beton lebih terjamin. Tapi di samping
kelebihannya,

pracetak

(precast)

pun

memiliki

kekurangan.

Kekurangannya terdapat pada pelaksanaan pemasangan elemen
beton pracetak dilapangan karena kurangnya jumlah tenaga
pelaksana di Indonesia yang terlatih dan berpengalaman pada proyek
konstruksi dengan menggunakan sistem ini.
Perencanaan gedung bertingkat juga perlu memperhatikan
beberapa kriteria, antara lain kriteria kekuatan, perilaku yang baik
atau memiliki prilaku daktail pada taraf gempa rencana, serta aspek
ekonomis. Merencanakan bangunan bertingkat banyak, dari segi

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2
struktur memerlukan pertimbangan yang matang terutama gedung itu
direncanakan tahan gempa.
Pada pengaplikasiannya, metode pracetak atau precast lebih
tepat dan efisien apabila diaplikasikan pada beberapa hal.
Diantaranya adalah pengaplikasian pada gedung yang berada pada
daerah zona gempa relatif rendah ( zona gempa 1 dan 2 ) serta pada
gedung yang bertipe tipikal karena pada gedung yang bertipe tipikal
ini lebih mudah dalam pelaksanaannya. Karena zona gempa relatif
rendah (1 dan 2) memiliki frekunsi gempa yang tidak sering dengan
intensitas yang tidak besar. Karena pada metode praccetak ( precast )
ikatan yang terjadi tidak kaku. Dan surabaya menurut SNI-17262002 terletak pada daerah dengan zona gempa 2 yakni rendah,
sedangkan pada perencanaan tugas akhir ini gedung EVER BRIGHT
hotel surabaya ini akan direncanakan pada zona gempa kuat, maka
pada hubungan balok kolom harus direncankan lebih detail, daktail
dan stroung colum weak beam ( kolom kuat balok lemah ) karena
pada perencanaan tugas akhir ini gedung EVER BRIGHT ini akan
diubah menjadi pracetak ( precast ) pada hubungan balok kolomnya.
Berdasarkan hal di atas, maka dalam tugas akhir ini saya
melakukan perencanaan kolom-balok precast pada Gedung EVER
BRIGHT Hotel Surabaya. Gedung ini memiliki 8 ( delapan ) lantai,
dengan tinggi 32m dan menggunakan metode cor ditempat ( cast in
place ) dalam pelaksanaannya. Lokasi gedung ini berada di kota
Surabaya. Dalam tugas akhir ini, Gedung EVER BRIGHT Hotel
Surabaya di analisa pada zona gempa kuat dan pada HBK (hubungan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3
balok-kolom) yang tadinya cor ditempat ( cast in place ) diubah
menjadi menggunakan beton pracetak ( precast ).
1.2.

Rumusan Masalah
Dalam perencanaan struktur gedung dengan metode pracetak

( precast ) pada balok-kolomnya terdapat beberapa permasalahan
yang timbul. Permasalahan tersebut antara lain :
1.

Bagaimana

merancang dimensi dari balok-kolom

pracetak pada zona gempa kuat, sehingga mampu
mendapatkan dimensi yang efisien.
2.

Bagaimana

merancang

sambungan

balok-kolom

pracetak yang mampu menahan beban gravitasi dan
gempa lateral pada zona gempa kuat.
3.

Bagaimana

menuangkan

detailing

pada

gambar

hubungan balok-kolom pracetak sesuai hasil desain
struktur menurut ketentuan yang berlaku.
1.3.

Maksud dan Tujuan
Gedung

dengan

metode

pracetak

pada

balok-kolom

mempunyai tujuan diantaranya :
1.

Dapat merencanakan dimensi balok-kolom

pracetak

yang efisien.
2.

Dapat merencanakan sambungan balok-kolom pracetak
yang mampu menahan beban lateral dan gravitasi.

3.

Dapat

merencanakan

komponen balok-

detailing

sambungan

kolom pracetak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pada

4
1.4.

Batasan Masalah
Dalam perencanaan ini diambil batasan :
1.

Menggunakan sistem pracetak pada struktur balok
kolom gedung sesuai SNI 03-2847-2002 dan SNI 031726-2002.

2.

Dalam perencanaan struktur gedung EVER BRIGHT
hotel ini direncanakan penggunaan teknologi pracetak
hanya pada balok-kolom.

3.

Gedung EVER BRIGHT hotel Surabaya ini akan
direncanakan pada zona gempa 5-6.

1.5.

Lokasi
Perencanaan gedung EVER BRIGHT hotel Surabaya ini

terletak pada jalan Manyar Surabaya .

SPBU

Jl.RayaManyarKertoarjo

Jl.RayaKertajayaIndah

Jl.RayaManyarKertoarjo
Jl. Manyar Tirtoyoso

Jl. Raya Menur

Jl. Raya Dharma Husada

Jl. Menur
Jl.RayaKertajaya

Samsat
Manyar

Lokasi:
ProyekPembangunan
HOTEL
GedungD'SOEVERBRIGHT
YAHOTEL

Gambar 1.1. Site Plan Lokasi Proyek Gedung Everbright Hotel
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Umum
Pada dasarnya beton pracetak tidaklah berbeda dengan beton biasa. Yang
membedakan hanyalah pada metode pabrikasinya. Sebagian besar dari elemen
struktur pracetak dicetak ditempat tertentu (dapat dilokasi proyek ataupun diluar
lokasi proyek yang memang pada umumnya memproduksi elemen-elemen beton
pracetak). Selanjutnya komponen-komponen tersebut dipasang sesuai keberadaannya
sebagai komponen struktur, sebagai bagian dari sistem struktur beton. ( Wulfram I
Erflamto, 2006 ).
Beberapa prinsip beton pracetak tersebut dipercaya dapat memberikan manfaat
lebih dibandingakan beton monolit antara lain terkait dengan waktu, biaya,
peningkatan jaminan kualitas, keandalan, produktifitas, kesehatan, keselamatan,
lingkungan, koordinasi, inovasi, reusabilitiy, serta relocability (Gibb, 1999).
Menurut SNI-2847-2002 Pasal 3.16 beton pracetak adalah suatu elemen atau
komponen beton dengan atau tanpa tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum
dirakit menjadi bangunan.
2.2.

Per bandingan Sistem Konvensional dan Sistem Pr acetak

Tabel 2.1 Perbandingan Sistem Konvensional dan Sistem Pracetak
ITEM
KONVENSIONAL
PRACETAK
Membutuhkan wawasan
yang
luas
terutama
Desain
dengan fabrikasi sistem,
Sederhana
serta pelaksanaan sistem
penyambungannya.

5
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Bentuk dan ukurannya

Waktu pelaksaan

Efisien untuk bentuk
yang tidak teratur dan
bentang-bentang
yang
ridak mengulang.

Lebih lama

Teknologi pelaksanaan

Konvensional

Koordinasi pelaksanaan

Kompleks

Pengawasan/kontrol kerja

Bersifat kompleks, serta
dilakukan dengan cara
terus menerus.

Kondisi lahan

Butuh area yang luas
karena butuh adanya
penimbunan material dan
ruang gerak.

Kondisi cuaca

Banyak dipengaruhi oleh
keadaan cuaca.

Ketepatan/akurasi ukuran
Kualitas

Efisien untuk bentuk yang
teratur dengan jumlah
bentuk-bentuk
yang
berulang.
Lebih cepat, karena dapat
dilaksanakan
secara
pararel sehingga hemat
waktu 20-25%.
Butuh
tenaga
yang
mempunyai keahlian.
Lebih sederhana kerena
semua
pengecoran
elemen struktur pracetak
telah dilakukan dipabrik.
Sifatnya lebih mudah
karena telah dilakukan
pengawasan
oleh
kualitar
kontrol
di
pabrik.
Tidak memerlukan lahan
yang
luas
untuk
penyimpanan material
selama
proses
pengerjaan konstruksi
berlangsung, sehingga
lebih bersih terhadap
lingkungan.
Tidak dipengaruhi cuaca
karena dibuat di pabrik.

Sangat
tergantung Karena dilaksanakan di
keahlian pelaksana.
pabrik, maka ketepatan
ukuran lebih terjamin.
Sangat tergantung banyak Lebih
terjamin
faktor, terutama kehlian kualitasnya karena di
pekerja dan pengawasan.
kerjakan
di
pabrik
dengan mengguanakan
sistem pabrik.

Sumber : M.Ali Afandi (2004)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

2.3.

Elemen Stuktur Pracetak
Balok Pracetak ( pr ecast )
Balok memikul beban pelat dan berat sendiri. Selain itu, balok juga berfungsi

untuk memikul beban pelat dan berat sendiri. Selain itu, balok juga berfungsi untuk
memikul beban-beban lain yang bekerja pada stuktur tersebut.
Untuk balok pracetak ( precast beam ), ada tiga jenis balok yang sering atau
umum digunakan karena keuntungan dari balok jenis ini sewaktu fabrikasi lebih
mudah dengan bekisting yang lebih ekonomis dan tidak perlu memperhitungkan
tulangan akibat cor sewaktu pelaksanaan, dikarenakan pada waktu pabrikasi tulangan
penyambungan sudah terpasang dan diperhitugkan (PCI sixth edition):
1. Balok berpenampang persegi ( Rectangular Beam ) :

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.1 Type Penampang Balok, (a) Persegi, (b) L, (c) T terbalik
2.4.

Karakter istik Resiko Gempa Wilayah
Sesuai SNI 03-1726 wilayah gempa di Indonesia dikategorikan dalam 6

wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 dan 2 adalah wilayah dengan resiko
kegempaan rendah, wilayah gempa 3dan 4 adalah wilayah gempa dengan resiko
kegempaan sedang, dan wilayah gempa 5 dan 6 adalah wilayah dengan resiko

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

kegempaan tinggi. Pembagian wilayah ini berdasarkan atas penempatan puncak
bantuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun.

Gambar 2.2 Wilayah Gempa di Indonesia

(Sumber SNI 03-1726-2002 pasal 4.7.6 hal 21)
Gambar 2.3 Grafik Respons Spektrum Gempa Rencana

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

2.5.

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
Pengertian dari Sistem Rangka Pemikul Momen ( SRPM ) adalah suatu

sistem rangka ruang dalam dimana komponen – komponen struktur dan join –
joinnya dapat menahan gaya –gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan
aksial. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus ( SRPMK ) dipakai untuk daerah
dengan resiko gempa tinggi ( wilayah gempa 5 dan 6 ) (SNI 03-2847-2002).
Dalam sistem rangka semua beban lateral dan beban gravitasi dipikul oleh
balok yang diteruskan ke kolom. Prinsip desain gedung tahan gempa adalah setiap
massa pada gedung mempunyai lokasi yang simetris. Prinsip desain tersebut
mempunyai implikasi yang sangat berarti pada keseluruhan bentuk gedung karena
penempatan mekanisme penahan beban lateral dan beban gravitasi sangat
dipengaruhi bentuk gedung. Struktur gedung yang simetris tidak mengalami gaya
torsi yang besar daripada struktur gedung yang tidak simetris, sehingga jenis struktur
simetris lebih diharapkan untuk gedung tahan gempa.
2.6.

Pembebanan Str uktur Utama
Jenis pembebanan yang dipakai dalam perhitungan ini adalah :

1.

Beban Mati
Berat seluruh bahan konstruksi gedung yang terpasang, termasuk dinding,

lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi, finishing, komponen arsitektur dan
struktur lainnya (PPUIG 1987).
2.

Beban Hidup
Semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung,

termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat
berpindah (PPUIG 1987).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

3.

Beban Gempa
Beban gravitasi pada gedung ikut menentukan besarnya beban gempa rencana

yang harus dipikul oleh sistem struktur. Gempa rencana memiliki faktor reduksi
gempa R dan waktu getar alami fundamental T1, maka beban geser dasar nominal
statik ekuivalen V.
2.7

Sambungan
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 18.6 gaya-gaya boleh disalurkan melalui

komponen-komponen struktur dengan menggunakan sambungan grouting, kunci
geser, sambungan baja tulangan, pelapisan dengan beton, bertulang cor setempat,
atau kombinasi dari cara-cara tersebut.
Sistem sambungan pracetak yang digunakan adalah sambungan basah dengan
bahan mortar grouting. Tulangan utama pada daerah sambungan dirangkai dengan
menggunakan sambungan mekanis. Rangkaian kolom-balok pracetak tidak terlalu
berbeda dengan prilaku rangkain monolit. Posisi sambungan balok kolom pracetak
pada dasarnya tidak merubah lokasi sendi plastis pada balok.
Proses penyatuan komponen-komponen struktur beton pracetak menjadi
sebuah struktur bangunan yang monolit, merupakan hal yang sangat penting dalam
pengaplikasian teknologi beton pracetak. Sambungan antar komponen pracetak tidak
hanya berfungsi sebagai penyalur beban tetapi juga harus mampu secara efektif
mampu mengintegrasikan komponen tersebut sehingga struktur keseluruhan dapat
berprilaku monolit. ( M.Ali Afandi, 2004 )

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Tabel 2.2 Perbandingan Metode Penyambungan
Deskripsi

Sambungan dengan cor Sambungan
ditempat
las/baut
Monolit
Tidak monolit

Keutuhan struktur
Waktu yang dibutuhkan
agar sambungan dapat Perlu setting time
berfungsi secara efektif
Jenis sambungan
Basah
Ketinggian bangunan
Toleransi dimensi
Lebih tinggi

dengan

Segera dapat berfungsi
Kering
Maksimal 25 meter
Rendah,
karena
dibutuhkan akurasi yang
tinggi
selama
proses
produksi dan erection

Sumber : wulfram I. Ervianto (2006)
Sambungan Daktail Mekanik
French and Friends (1989) mengembangkan sambungan yang menggunakan
Post-tension untuk menghubungkan antara balok dan kolom. Pada sambungan posttension ini dirancang pelelehan terjadi pada lokasi pertemuan balok dan kolom.
Sebagai alat penyambung, digunakanlah treaded coupler yang dipasang pada ujung
tulangan. Dengan adanya treaded coupler, maka ujung tulangan baja yang dapat
dimasukkan pada lubang tersebut. Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah
ketelitian, ketrampilan dan keshlian kuhusus dalam memasang alat ini.

Gambar 2.4 Sambungan Daktail Mekanik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Sambungan Daktail Menggunakan Las
Ochs dan Ehsani (1993) mengusulkan dua sambungan las pada penempatan
di lokasi sendi plastis pada permukaan kolom sesuai dengan konsep stroung coloums
weak beam.

Gambar 2.5 Sambungan Daktail Dengan Luas

Sambungan Daktail Menggunakan Baut
Englekirk dan Nakaki, Inc. Long Beach California dan Dywidag System
Internasional USA, Inc. Long Beach california telah mengembangkan sistem dengan
menggunakan penyambungan daktail yang dikenal dengan DPCF system (Ductile
Precast Concrete Frame System). Penyambungan ini dilakukan menggunakan baut
untuk menghubngkan elemen satu dengan elemen yang lain. Dari hasil percobaan,
system DPCF berprilaku monolit lebih baik, khususnya untuk moment resisting

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

space frame karena memberikan drift gedung 4% tanpa kehilangan kekuatan pada
saat terjadi post yied cycles.

Gambar 2.6 Sambungan Daktail Dengan Menggunakan Baut
Sambungan Daktail Cor Setempat
Sambungan ini merupakan sambungan dengan menggunakan tulangan biasa
sebagai penyambung / penghubung antar elemen beton baik antar pracetak ataupun
antara pracetak dengan cor setempat. Elemen pracetak yang sudah berada di
tempatnya akan di cor bagian ujungnya untuk menyambungkan elemen satu dengan
yang lain agar menjadi satu kesatuan yang monolit. Sambungan jenis ini disebut
sambungan biasa.
2.8 Ketentuan – ketentuan yang dipakai pada sambungan pracetak
Pada pengecoran Balok tidak seluruh bagiannya di cor, pada daerah tumpuan hanya
di cor setinggi ½ h. Balok.
Syarat – syarat tentang penyambungan pada balok kolom pracetak diatur dalam SNI
- Pasal 183 :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Distribusi gaya-gaya yang tegak lurus bidang komponen struktur harus ditetapkan
dan dianalaisis atau dengan pengujian. Apabila prilaku sistem membutuhkan gayagaya sebidang yang disalurkan antara komponen-komponen struktur pada sistem
dinding atau lantai pracetak, maka ketentuan sebagai berikut.
Kolom pracetak harus mempunyai kekuatan nominal tarik minimum sebesar 1,5 Ag
dalam kN. Untuk kolom dengan penampang yang lebih besar dari pada yang
diperlukan berdasarkan tinjauan pembebanan, luas efektif terediksi Ag yang
didasarkan pada penampang yang diperlukan tetapi tidak kurang dari pada setengah
luas total, boleh digunakan.
-

Pasal 18.5.3 :

Kolom pracetak tarik minimum sebesar 1,5Ag dalam kN. Untuk kolom dengan
penampang yang lebih besar dari pada yang diperlukan berdasarkan tinjauan
pembebanan, luas efektif tereduksi Ag yang berdasarkan pada penampang yang
diperlukan tetapi tidak kurang dari setengah luas total, boleh digunakan.
-

Pasal 18.6.1 :

Gaya–gaya pada komponen struktur boleh disalurkan dengan menggunakan grouting,
kunci geser, sambungan mekanis, sambungan baja tulangan, pelapisan beton dengan
cor ditempat, atau kombinasi dari cara-cara tersebut.
-

Pasal 18.6.1.1:

Kemampuan sambungan untuk menyalurkan gaya-gaya antara komponen-komponen
struktur harus ditentukan dengan analisis atau pengujian. Apabila geser merupakan
pembebanan yang utama, maka ketentuan pada 13.7 dapat digunakan.
-

Pasal 18.6.1.2 :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Dalam merencanakan sambungan dengan menggunakan bahan-bahan dengan sifat
struktural yang berbeda, maka daktilitas, kekuatan, dan kekakuan relatifnya harus
ditinjau.
2.9

Beban Gempa Statik Ekuivalen
Gedung D’Soya Hotel termasuk gedung beraturan yang memenuhi ketentuan

SNI 03-1726-2002 pasal 4.2.1 yaitu :
Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat
atau 40 m.
Denah stuktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan, dan kalaupun ada
tonjolan, panjangnya tidak lebih dari 25% dari ukuran terbesar denah struktur gedung
dalam arah tonjolan tersebut.
Denah struktur tidak menunjukkan coakan sudut, dan kalaupun mempunyai coakan
sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15% dari ukuran terbesar denah
struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh gempa rencana dapat ditinjau
sebagai pengaruh beban gempa statik ekuivalen. Sehingga menurut standar ini,
analisisnya dapat dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen.
A. Waktu Getar Alami Fundamental (T1)
SNI 03-1726-2002 mengatur perhitungan T1 dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Pasal 6.2.2 menyebut T1 harus ditentukan dengan rumus – rumus empiris :
T1 = 0,06 . H3/4

………………………………………………. ( 2.26 )

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

b. Pasal 5.6 mensyaratkan T1 harus lebih kecil dari .ξ n ( T1 < ξ. n ) untuk mencegah
penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel. Nilai ξ tergantung lokasi
Wilayah Gempa.
Tabel 2.3.

Koefisien ξ yang Membatasi Waktu Getar Alami Fundamental Struktur

Ξ
Wilayah Gempa
1
0,20
2
0,18
3
0,18
4
0,17
5
0,16
6
0,15
Sumber : SNI 03-1726-2002 pasal 5.6, tabel 8

c. Nilai T1 dari hasil empiris tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari hasil T
yang dihitung rumus Rayleigh.
n

Tray = 6,3

∑W

i

i =1

n

⋅ di

2

g ∑ Fi ⋅ d i

………………………………

( 2.27 )

i =1

Dimana

di = Simpangan horizontal lantai tingkat i dinyatakan dalam (mm)
g = Percepatan gravitasi : 9810 mm/dt2

2.10

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
Untuk memikul gaya-gaya akibat gempa di daerah gempa resiko gempa

tinggi, yaitu wilayah gempa ( WG ) tinggi hendaknya digunakan SNI pasal 23.3
tentang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus. Berdasarkan SNI 03-2847-2002
dinyatakan bahwa kuat geser rencana balok, kolom, dan konstruksi pelat dua arah
yang memikul beban gempa tidak boleh kurang daripada :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

1. Jumlah gaya lintang yang timbul akibat termobilisasinya kuat lentur nominal
komponen strukur pada setiap ujung bentang bersihnya dan gaya lintang akibat
beban gravitasi terfaktor.
2. Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana termasuk
beban gempa, E, dimana nilai E diambil sebesar dua kali nilai yang ditentukan dalam
peraturan perencanaan tahan gempa.
Tujuan persyaratan dalam pasal 23.3 ini adalah untuk mengurangi kegagalan
geser sewaktu ada gempa.
2.11

Tinjauan Elemen Pr acetak

2.11.1 Fase-fase penanganan produk pracetak
Sebelum digunakan produk pracetak mengalami fase – fase perlakuan yang
meliputi :
1. Pengangkatan dari bekisting modul (stripping)
a. Orientasi produk apakah horisontal, vertikal, atau membentuk sudut.
b. Jumlah dan lokasi peralatan angkat.
c. Berat produk pracetak dan beban-beban tambahan, seperti bekisting saat
produk diangkat.
2. Penempatan ke lokasi penyimpanan (yard handling and storage)
a. Orientasi produk apakah horisontal, vertikal, membentuk sudut.
b. Lokasi titik – titik angkat sementara.
c. Lokasi sokongan sehubungan dengan produk – produk lain yang juga
disimpan.
d. Perlindungan dari sinar matahari langsung.
3. Transportasi ke lokasi (transportation to the job site)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

a. Orientasi produk apakah horisontal, vertikal, membentuk sudut.
b. Lokasi sokongan vertikal maupun horisontal.
c. Kondisi kendaraan pengangkut, jalan, batas-batas berat muatan dari jalan
yang akan dilalui.
d. Pertimbangan dinamis saat transportasi.
4. Pemasangan (erection)
Proses penyatuan elemen pracetak pada bangunan yang berupa beton
pracetak yang telah diproduksi dan layak (cukup umur) untuk disatukan
menjadi bagian dari bangunan disebut erection (wulfram, 2006). Dalam
menetuikan metode erection dipengaruhi beberapa hjal seperti bentuk sistem
struktur, jenis alat penyambung yang digunakan, kapasitas alat crane yang
tersedia dan kondisi lapangan. Metode erection yang biasa digunakan adalah
metode vertikal dan metode horisontal. Sehingga tersedia waktu yang cukup
untuk pengerasan beton sehingga sambungan cor ditempat (cast in place)
sesuai dengan metode ini.
a. Erection metode vertikal
Dalam

metode

erection

secara

vertikal

komponen

pracetak

dilaksanakan pada arah vertikal struktur bangunan yang memiliki kolom
menerus dari lantai dasar hingga lantai atas sehingga sambungan –
sambungan pada lantai diatasanya harus dapat bekerja secar efisien. Pada
bangunan tinggi metode ini harus menggunakan bracing. Sementara yang
berfungsi untuk menahan gaya – gaya timbul selama erection.
b. Erection metode horisontal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Dalam metode erecttiion secara horisontal dilakukan tiap satu lantai
arah horisontal bangunan. Metode ini digunakan untuk struktur bangunan
yang menggunakan metode sambungan yang tidak harus dapat berfungsi
sehingga tersedia waktu yang cukup untuk pengerasan beton sehingga
sambungan cor ditempat (cast in place) sesuai dengan metode ini.
2.11.2 Peralatan er ection
Dalam penyatuan komponenen beton pracetak menjadi kesatuan
struktur, peralatan erection menjadi sangat penting adanya. Jenis peralatan
minimium yang harus tersedia dalam penerapan teknologi beton pracetak
adalah forklift dan tower crane/ mobile crane. Untuk forklift kapasitas angkut
bisa lebih dari 2 ton. Untuk tower crane, dengan mempertimbangkan
kapasitas angkat, kemampuan produsen untuk memproduksi komponen,
kemampuan metode trnsportasi, kemempuan jalur transportasi, maka berat
maksimal satu unit komponen beton pracetak adalah2 ton. Akan tetapi mobile
crane memiliki kapasitas angkat lebih dari 20 ton.
2.12

Metode Pelaksanaan

1. Proses pencetakan yang terdiri dari 2 macam :


Proses pencetakan secara fabrikasi di Industri pracetak, dengan
memperhatikan hal – hal berikut ini :
a. Perlunya standard khusus sehingga hasil pracetak harus dapat
diaplikasikan secara umum di pasaran.
b. Terbatasnya fleksibilitas ukuran yang disediakan untuk elemen
pracetak yang disebabkan harus mengikuti kaidah sistem dimensi
satuan yang disepakati bersama dalam bentuk kelipatan modul.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

c. Dengan

ukuran

elemen

pracetak

yang

berbeda

dapat

mempengaruhi harga, sehingga dalam perencanaan menggunakan
metode pracetak hendaknya bentuknya tipikal.


Proses percetakan di lapangan / lokasi proyek, hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah :
a. Proses ini sering dilakukan pada proyek – proyek lokal.
b. Umur dengan proses produksi percetakan disesuaikan dengan
usia proyek.
c. Proses ini lebih disukai bile dimungkinkan untuk pelaksanaan
dikarenakan standarisasi hasil percetakan dengan keperluan
proyek.

2. Sehingga pelaksanaan pengecoran, pada beton pracetak dilakukan curing
untuk menghindari penguapan air semen secara drastis sehingga mutu mutu
beton yang direncanakan terpenuhi. Pembukaan bakisting dilakukan setelah
kekuatan beton antara 20% - 60% dari kekuatan akhir yang dapat tercapai,
kurang lebih umur 3-7 hari hari pada suhu kamar ( PCI Design Handbook
sixth edition ).
Adapun syarat dari cetakan elemen beton pracetak adalah :
1. Volume dari cetakan stabil untuk percetakan berulang.
2. Mudah ditangani dan tidak bocor.
3. Mudah untuk dipindahkan, khusus untuk pelaksanaan pengecoran di
lapangan / proyek.
Setelah pembongkaran bekisting, dilakukan finishing elemen beton pracetak, hal –
hal yang perlu diperhatikan dalam dalam pengangkatan elemen pracetak antara lain :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

1. Kemampuan maksimum crane yang digunakan.
2. Metode pengangkatan.
3. Letak titik – titik angkat pada beton pracetak
4. Momen yang timbul akibat pengangkatan tidak boleh lebih dari momen retak
yang disyaratkan.
Bila beton pracetak berasal dari maka diperlukan sistem transportasi yang meliputi :
1. Pemindahan beton pracetak di areal pabrik.
2. Pemindahan dari pabrik ke tempat penampungan di proyek.
3. Pemindahan dari penampungan sementara di proyek ke posisi akhir.
Pemilihan jenis, ukuran dan kapasitas alat angkut dan angkat seperti truk, mobile
crane dan tower crane akan sangat mempengaruhi ukuran komponen beton
pracetaknya. Untuk tahap pemindahan komponen beton pracetak dari lokasi
pabrikasi ke areal proyek diperlukan sarana angkut seperti truk tunggal, tandem.
Truk yang biasa digunakan untuk pengangkutan berukuran lebar 2,4 m x 16 m x atau
2,4 m x 18 m dengan kapasitas angkut kurang lebih 50 ton. Utnuk komponen tertentu
dimana panjangnya cukup panjang hingga 30 m dapat dipergunakan truk temel
dimana kapasitasnya dapat mencapai 80 ton. Kendala yang dipertimbangkan dalam
pemilihan jenis truk. Adalah kondisi jalan yang akan dilalui meliputi kekuatan jalan,
lebar jalan, fasilitas untuk menikung memutar dan lain–lain. Di areal pabrikasi dan
lokasi proyek juga diperlukan sarana untuk pemindahan komponen beton pracetak
yang biasa menggunakan mobile crane. Tersedianya alat angkut ini juga akan
mempengaruhi ukuran dari komponen beton pracetaknya.
3.

Dilanjutkan dengan pemasangan penulangan untuk kolom dan konsol

yang akan yang akan memikul balok unduk nantinya. Setelah siap,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dilakukan

22

pengecoran di tempat secara bersama antara kolom dan konsol. Pemasangan balok
pracetak dilakukan setelah pengecoran kolom. Balok induk usia 7-10 hari diangkat
ke lokasi denga menggunakan crane. Untuk memilih crane harus disesuaikan antara
kemampuan angkat crane dengan berat elemen pracetak yang akan diangkat.
Data – data crane ysng digunakan
Jenis crane POTAIN MDT 218 J8
Jarak jangkau maksimum 55m dengan beban maksimum 2,8 ton.
Beban yang bekerja saat balok berusia 3 hari dan belum diangkat adalah berat balok
itu sendiri. Kemudian saat diangkat pada titik angkatannya menyebabkan momen
bekerja di seluruh penampang balok, sehingga diperlukan ketelitian dalam
menentukan titik angkat dari balok tersebut. Agar nantinya saat pengangkatan
dilakukan taidak akan terjadi retak/crack pada balok. Kemudian dapat dlanjutkan
dengan pemasangan tulangan utama pada balok yaitu tulsngan tarik pada tumpuan
yang bertemu dengan kolom. Lalu setelah tulangan terpasang baru dilakukan
pengecoran. Beban yang bekerja bertambah akibat beban pekerja, Sedangkan pelat
dianggap beban juga pada perencanaan sehingga menambah beban pula. Kemudian
balok diletakkan pada konsol pendek kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan.
Perencanaan konsol berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.9.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN

3.1. Umum
Perencanaan struktur Gedung EVERBRIGHT HOTEL menggunakan Sistem
pracetak (precast). Dimana dalam perhitungannya struktur utama yang akan dianalisa
adalah meliputi balok induk melintang, balok induk memanjang, kolom dan tipe
sambungan balok ke kolom precast.

3.2. Data-Data Per encanaan
3.2.1. Data Gedung
Data-data gedung adalah sebagai berikut :
- Nama gedung

: EVERBRIGHT HOTEL

- Lokasi

: Jl. Manyar Kertoarjo no. 44 Surabaya

- Fungsi bangunan

: Penginapan

- Jumlah lantai

: 8 lantai

- Tinggi tiap lantai

: akan diseragamkan menjadi 4 m

- Panjang gedung

: 33 m

- Lebar gedung

: 16 m

- Tinggi gedung

: 40 m

- Wilayah gempa

: Direncanakan zona gempa 5-6

3.2.2. Data Mutu Bahan
Dalam proposal ini data mutu bahan direncanakan sebagai berikut :

23
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

1. Mutu Beton

:

Fc’ = 40 MPa
2. Mutu Tulangan Baja :
Fy’ = 350 MPa

3.3.

Per aturan-Per atur an yang Dipakai
Didalam perencanaan ini, akan digunakan pedoman dari beberapa peraturan

yang ada antara lain :


SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perancangan Ketahanan Gempa
Untuk Bangunan Gedung.



SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung.



SNI 03-1727-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Pembebanan Untuk
Bangunan Rumah dan Gedung.



ACI 318-02 Building Code Requirements For Structural Concrete.



PCI sixth edition hand book ( Precast and Prestres ) tentang Tata Cara
pembangunan Gedung Dengan Beton Precast.



Dan tidak menutup kemungkinan digunakan literature yang lain sebagai
acuan selama proses mengerjakan.

3.4. Metodologi Perencanaan
Data yang diperoleh akan dihitung sesuai dengan rumus-rumus yang
ditentukan menurut literature yang berlaku, antara lain SNI 03-2847-2002, SNI 031726-2002 dan peraturan-peraturan lainnya. Dalam proposal ini dapat diuraikan
sebagai berikut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

3.4.1. Data
- Data teknis bangunan denah (gambar-gambar).
- potongan memanjang
- potongan melintang

3.4.2. Rencana Pembebanan
a. Beban gravitasi :
beban terfaktor beban hidup dan beban mati
b. Beban lateral :
beban gempa dan beban angin

3.4.3. Analisa Struktur Rangka
1. Perhitungan gaya dalam balok dan kolom, analisa untuk mendapatkan
gaya dalam menggunakan bantuan program ”SAP2000”, dengan cara
memodelkan balok dan kolom sebagai rangka (frame).
2. Perencanaan balok precast.
3. Perencanaan kolom.
4. Perencanaan sambungan balok kolom.
3.4.4. Gambar Rencana
- detail sambungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

MULAI

Pengumpulan data-data bangunan
- Data sekunder : gambargambar.

Preliminary Design
- Dimensi balok precast
- Dimensi kolom

Perhitungan Beban

Analisa struktur
rangka:
- Balok precast
- Kolom
- Sambungan

TIDAK OK
SYARAT
OK

-

Gambar Rencana :
Potongan memanjang
Potongan melintang
Detail sambungan

SELESAI

Gambar 3.1. Flowchart metodologi perencanaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

3.4.5. Pemilihan Kr iteria Desain
Secara umum pemilihan kriteria desain harus memenuhi dua syarat, yakni
kuat dan layak. Kuat berarti kemampuan elemen struktur lebih besar daripada beban
yang bekerja. Layak berarti struktur lendutan, simpangan, dan retaknya masih dalam
toleransi yang ada. Dalam perancangan dengan metode precast ini digunakan Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dimana jaminan akan kekuatan elemen
struktur dijelaskan dalam SNI-2847-2002 pasal 23.2.
Sedangka untuk kekakuan elemen struktur telah disyratkan dalam SNI-17262002 pasal 6.2.1 dan pasal 8.2.2. Metode precast dipilih karena konfigurasi struktur
gedung adalah beraturan dan tipikal pada tiap lantainya. Sedangkan dalam pemilihan
sistem struktur digunakan Sistem Ranka Pemikul Momen khusus (SRPMK) karena
gedung dimodifikasi pada zona gempa kuat.

Gambar 3.2 Permodelan Struktur Open Frames

3.4.6. J enis Tanah Setempat
Jenis – jenis tanah menurut SNI 1726 dibagi 4 jenis yaitu tanah keras, tanah
sedang, tanah lunak, dan tanah khusus. Dalam perencanaan ini diasumsikan
menggunakan tanah lunak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

3.4.7. Kombinasi Pembebanan
Dimana kombinasi pembebanan yang digunakan sesuai dengan SNI 032847-2002 pasal 11.2 :
U = 1.4 D

( 3.1 )

U = 1.2 D + 1.6 L

( 3.2 )

U = 1.2 D + 1.0 L ± 1.0 E

atau 1 D ± 0.9 E

( 3.3 )

dimana :
U = kuat perlu
D = beban mati
L = beban hidup
E = beban gempa
3.4.8 Per encanaan Kolom-Balok pracetak
3.4.8.1 Dimensi balok-kolom


Perencanaan Balok
Penentuan tinggi balok minimum, hmin dihitung berdasarkan SNI 03-28472002 pasal 11.5.2.3b, dimana bila persyaratan ini telah dipenuhi maka tidak
perlu dilakukan kontrol terhadap lendutan.
1. Merencanakan tinggi balok minimum.
h min =

1
⋅L
16

.................................................................

( 3.4 )

a. Untuk struktur ringan dengan berat jenis 1500 Kg/m3 – 2000 kg/m3, nilai
diatas harus dikalikan dengan (1,65 – ( 0,0003)Wc)tetapi tidak kurang
dari 1,09
b. Untuk fy selain 400 MPA, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

dimana,
L

= panjang bentang

Wc

= berat jenis beton

Fy

= mutu baja

2. Merencanakan lebar balok.
1,5 ≤

h
≤2
b

.....................................................................

( 3.5 )

3. Merencanakan dimensi kolom
Menurut SNI 03-2847-2002 untuk komponen struktur dengan tulangan
spiral maupun sengkang ikat, maka φ = 0,7, tapi φ tersebut hanya memikul
gaya aksial saja. Maka, agar kolom juga mampu memikul gaya momen
diambil φ = 0,65.
A= φ
Dimana,

W

= beban aksial yang diterima kolom

Fc’

= kuat tekan beton karakteristik

A

= luas penampang kolom

I kolom I balok

Lkolom Lbalok
I=

......................................................

1
⋅ b ⋅ h3
12

..........................................................

( 3.6 )

3.4.8.2 Penulangan balok-kolom

ρb =

0,85 ⋅ f c' ⋅ β1
fy

 600
⋅
 600 + f
y







............................................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

( 3.7 )

30

ρ max = 0,75 ⋅ ρ b

ρ min =

........................................................

( 3.8 )

........................................................

( 3.9 )

φ tul

...............................

( 3.10 )

.......................................................

( 3.11 )

...................................................................

( 3.12 )

1,4
fy

d = h − p − φtul .sengkang −

Rn =

Mu
φ ⋅b⋅d 2

m=

fy
0,85 ⋅ f c'

ρ perlu =

2 ⋅ m ⋅ Rn
1 
⋅ 1− 1−
m 
fy

Syarat : ρ min < ρ perlu < ρ max

2






............................

( 3.13 )

............................

( 3.14 )

apabila ρ perlu < ρ min maka pakai ρ min
Tulangan yang dibutuhkan :
As perlu = ρ ⋅ b ⋅ d

……………………………….....

( 3.15 )

.....................................................

( 3.16 )

Kontrol analisa penampang :
a=

As ⋅ fy
0,85 ⋅ fc'⋅b

a

ØMn = ØAs.fy.  d − 
2


ØMn ≥Mu

............................

....................................................

( 3.17 )
( 3.18 )

3.4.8.3. Penulangan Geser
Sedangkan untuk perhitungan kebutuhan tulangan geser, dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai beikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31



Hitung Vu pada titik berjarak (d) dari ujung perletakan



Cek Vu ≤ φ (Vc + 2/3 √ fc . Bw . d)
Bila tidak memenuhi maka pembesaran penampang



Kriteria kebutuhan tulangan geser :
-

Vu ≤0,5 φ

-

Vc → tidak perlu penguatan ge