UJI KEPEKAAN BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA TERHADAP BAKTERI PENYEBAB ENDOMETRITIS PADA PETERNAKAN BABI DESA SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

SKRIPSI UJI KEPEKAAN BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA TERHADAP BAKTERI PENYEBAB ENDOMETRITIS PADA PETERNAKAN BABI DESA SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

  Oleh:

CAHYANI KARTIKA MAHARANI

  NIM 061111071

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

UJI KEPEKAAN BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI PENYEBAB ENDOMETRITIS PADA PETERNAKAN BABI DESA SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

  Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

  Sarjana Kedokteran Hewan Pada

  Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh

CAHYANI KARTIKA MAHARANI

  061111071 Menyetujui

  Komisi Pembimbing,

  PERNYATAAN

  Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul:

UJI KEPEKAAN BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA TERHADAP BAKTERI PENYEBAB ENDOMETRITIS PADA PETERNAKAN BABI DESA SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

  tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

  Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian Tanggal : 03 Juli 2015 KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN Ketua : Dr. Iwan Sahrial Hamid, drh, M.Si.

  Sekretaris : Hasutji Endah Narumi., drh., M.P. Anggota : Nusdianto Triakoso, drh., M.P. Pembimbing Utama : Emy Koestanti S, drh., M.Kes. Pembimbing Serta : Prof. Dr. Ismudiono, drh., M.S.

  Telah dinilai pada Sidang Skripsi Tanggal : 10 Agustus 2015 KOMISI PENILAI SIDANG SKRIPSI Ketua : Dr. Iwan Sahrial Hamid, drh, M.Si.

  Anggota : Hasutji Endah Narumi., drh., M.P.

  : Nusdianto Triakoso, drh., M.P. : Emy Koestanti S, drh., M.Kes. : Prof. Dr. Ismudiono, drh., M.S.

SENSITIVITY TEST OF SOME ANTIBIOTIC TYPES ON BACTERIA OF ENDOMETRITIS IN PIG FARM, SUKAPURA, PROBOLINGGO

  Cahyani Kartika Maharani

  ABSTRACT

  The aim of this study was to detect the sensitivity of some types of antibiotics that can be used for the treatment of endometritis. This study used 11 swab samples from canal servicalis of sows which suffered from endometritis with symptoms like recurrent mating and examined through Ultrasonography (USG) test. Result of identification tests showed that the bacteria were Escheriachia coli from nine samples, Streptococcus β haemolyticus from three samples, and Enterobacter

  cloacae from one sample. Antibiotics for this study were ampicillin, gentamicin, ciprofloxacin, tetracycline, and metronidazole. The sensitivity test showed that Escheriachia coli and Enterobacter cloacae were sensitive 100% to ciprofloxacin

  and gentamicin, Streptococcus β haemolyticus were sensitive 100% to ampicillin, and all bacteria were resistant to tetracycline and metronidazole.

  Key words : Sow, Endometritis, Antibiotic

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Kepekaan Beberapa Jenis Antibiotika terhadap Bakteri

  Penyebab Endometritis pada Peternakan Babi Desa Sukapura Kabupaten Probolinggo”

  Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : Allah SWT yang telah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan kesulitan apapun selama penelitian.

  Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Hj Romziah Sidik Ph.D, drh atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

  Ibu Emy Koestanti S, drh., M.Kes selaku pembimbing pertama dan bapak Prof. Dr. Ismudiono, drh., M.Si selaku pembimbing serta, atas saran, bantuan, pengorbanan waktu dan bimbingannya selama ini sampai selesainya skripsi ini.

  Bapak Dr. Iwan Sahrial Hamid, drh, M.Si selaku ketua penguji , Ibu Hasutji Endah Narumi., drh., M.P selaku sekretaris penguji dan bapak Nusdianto Triakoso,drh., M.P selaku anggota penguji yang telah memberikan banyak saran, masukan dan waktunya kepada penulis selama penyusunan skripsi ini

  Bapak Prof. Mas’ud Hariadi, M.Phil.,Ph.D., drh., selaku dosen wali yang telah banyak memberikan nasehat , saran, kesabaran, dan waktunya kepada penulis.

  Kedua orangtuaku Drs. Langgeng Maskoencoro, M.Pd dan Dra. Any Trisnowati, M.Pd, serta adikku Agung Mahardika atas semua pengorbanannya selama ini, perhatian dan kasih sayangnya.

  Rekan satu tim penelitian Fitri Nur Fadilah, terimakasih untuk kerjasamanya dari awal sampai akhir. Sahabat-sahabatku tercinta Larasati Chandra, Lesty Yulieta, Eka Kurnianingsih, Nindya Marpaung, Miftachul Jannah, Desy Ina, Woro Mustika, Dinda Riska, Reni Kurnia, Rosita Anggraeni, Evi Sulistiani, Riansyah Comdeca, Nanang Tri, Wildan Aunurachman, Ardi Budi, Ari Bagus, Agil Rahmat, Denny Wahyu, Choirul Umam, Rian Rizky, Nurisna Sholihatin, Merwin Yosia, Fachrudin Aziz, M. Bagas, Akbar Noer, Rizal Maulana, Ghozi Fanani, Lucky Ramadhan, Pebri Hadi, Reza Mahendra, Taufiqurachman, Puspa Ramadhani, dan Maharani Yuliastina.

  Rekan-rekan satu dosen bimbingan, senior-senior FKH yang juga banyak membantu, civitas FKH dan seluruh teman-teman angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya.

  Keluarga Besar Pengurus Cabang IMAKAHI Universitas Airlangga, khususnya Periode 2013 terimakasih atas bantuan dan semangat dari kalian semua.

  Seluruh Staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas wawasan keilmuan selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

  Surabaya, Juli 2015 Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.......................... ...................................... i LEMBAR PENGESAHAN ...................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ...................................................... iii LEMBAR IDENTITAS ............................................................ iv ABSTRACT .. ........................................................................ vi UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................ xi DAFTAR TABEL ................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xiii SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG.... ................................. xiv

  BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................... 1

  1.1 Latar Belakang .......................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah............................................ .......... 3

  1.3 Landasan Teori ............................................... .......... 3

  1.4 Tujuan Penelitian ………............... ............................. 5

  1.5 Manfaat Penelitian ........................................... ......... 5

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....…......………......... ............... 6 2. 1 Tinjauan Tentang Babi……………..................................... 6

  2. 1. 1 Morfologi babi...... .............................................. 6 2. 1. 2 Klasifikasi babi …………............... ....................... 6

  2. 1. 3 Anatomi reproduksi babi...... ................................. 7 2. 1. 4 Siklus birahi babi …………............... ..................... 7

  2. 2 Tinjauan Tentang Endometritis.... ..................................... 8 2. 2. 1 Etiologi endometritis...... ...................................... 8

  2. 2. 2 Gejala klinis endometritis…………............... ........... 9 2. 2. 3 Patogenesis endometritis…………............... ............ 9 2. 2. 4 Diagnosa endometritis…………............... ............... 9 2. 2. 5 Pengobatan pada endometritis…………............... ...... 10

  2. 3. Tinjauan tentang Antibiotika........................................................ 10 2. 3. 1 Definisi antibiotika...... ........................................ 10

  2. 3. 2 Penggolongan antibiotik…………............... ............. 10 2. 3. 3 Aktifitas dan mekanisme kerja antibiotika...... ........... 11 2. 3. 4 Resistensi antibiotik…………............... .................. 12 2. 3. 5 Sediaan antibiotik…………............... ..................... 13

  BAB 3 MATERI DAN METODE.............................................. 17 3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 17 3. 2 Materi Penelitian ........................................................................... 17

  3.2.1.Bahan Penelitian .............................................. 17

  3.2.2. Alat - alat Penelitian .............................................. 18 3. 3 Metode Penelitian ......................................................................... 18

  3.3.1 Metode pengambilan sampel penelitian ........................... 18

  3.3.2 Persiapan penelitian .............................................. 18

  3.3.3 Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 19

  3.3.4 Uji kepekaan terhadap antibiotik ....................................... 20

  3.4 Analisis data ............................................................... 21

  3.5 Kerangka Penelitian ..................................................................... 22

  BAB 4 HASIL PENELITIAN..................................................................... 23

  4.1 Isolasi dan identifikasi bakteri penyebab Endometritis.............. 23

  4.2 Uji Kepekaan terhadap Antibiotik ............................................. 26

  BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................. 29 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 32

  6.1 Kesimpulan .................................................................................. 32

  6.2 Saran .................................................................................. 32 RINGKASAN ............................................................................................. 33 DAFTAR PUSTAKA .............……………………………………………... 35 LAMPIRAN ...........................……………………………………………... 40

  DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

Gambar 2.1 Struktur Kimia Ampicillin ............................................................ 14Gambar 2.2 Struktur Kimia Gentamicin .......................................................... 15Gambar 2.3 Struktur Kimia Tetracycline ......................................................... 16Gambar 2.4 Struktur Kimia Ciprofloxacin ...................................................... 16Gambar 2.5 Struktur Kimia Metronidazole .....................................................17Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ......................................................................23Gambar 4.1 Koloni Bakteri Streptococcus sp pada media blood agar .............25Gambar 4.2 Koloni Bakteri gram negatif pada media McConcey Agar............25Gambar 4.3 Kelompok bakteri Gram negatif Batang .......................................25Gambar 4.4 Kelompok Bakteri Gram Positif Coccus .......................................25Gambar 4.5 Hasil Uji Biokimia Bakteri Escheriachia coli ............................. 26Gambar 4.6 Hasil Uji Katalase negatif Bakteri Streptococcus sp. ...................26Gambar 4.7 Uji Kepekaan Antibiotik .............................................................. 27

  DAFTAR TABEL

  Tabel Halaman 4.1. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penyebab Endometritis ……..

  23

  4.2. Hasil Uji Kepekaan Antibiotika terhadap Bakteri Escherichia coli

  27 Penyebab Endometritis ......................................................................

  4.3. Hasil Uji Kepekaan Antibiotika terhadap Bakteri Streptococcus β

  27 Haemoliticus Penyebab Endometritis .............................................

  4.4. Hasil Uji Kepekaan Antibiotika terhadap Bakteri Enterobacter

  28 cloacae Penyebab Endometritis .......................................................

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran Halaman

  1. Pemeriksaan Endometritis dengan USG (Ultrasonography) ............ 40

  2. Hasil Pewarnaan gram .....................................……………………. 41

  3. Hasil Uji Biokimia ............................................................................ 42

  4. Tabel Standar Bakteri ........................................…………..………. 43

  5. Dokumentasi Penelitian ...................................……………………. 44

  6. Standar Diameter Zona Hambat ................……………................... 45

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

  S/C = Service per Conception

  o

  C = Derajat Celcius USG = Ultrasonography

  NA = Nutrient Agar

  BA =

  Blood Agar

  MCA = Mac Conkey Agar EMBA = Eosin Methyline Blue Agar MSA = Manitol Salt Agar TSIA = Triple Sugar Iron Agar % = Persen MHA = Muller Hinton Agar NaCl

  2 = Natrium Chlorid

  H

  2 O2 = Hidrogen Peroksida

  H

  2 S = Hidrogen Sulfida

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1 Babi merupakan ternak non ruminansia dari famili Suidae. Babi sebagai

  ternak mamalia, memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan banyak anak dalam setiap kelahiran dengan interval generasi yang sangat singkat dibandingkan dengan ternak lain seperti sapi, kambing, domba, kerbau maupun kuda. Sifat reproduksi babi tersebut sangat berpotensi untuk memenuhi kebutuhan daging (Sihombing, 2006).

  Pada umumnya tingkat pengafkiran pada peternakan babi komersil setiap tahun cukup tinggi mencapai 30-60% dari jumlah populasi (Engblom et al., 2007).

  Alasan dilakukan pengafkiran babi umumnya dikarenakan gangguan reproduksi, umur tua, penurunan reproduksi, gangguan laktasi, kematian, dan masalah kesehatan lainnya. Gangguan reproduksi merupakan masalah utama dari pengafkiran babi yang dapat merugikan perekonomian pada peternakan babi (Tummaruk et al., 2006). Berdasarkan hasil penelitian Bilkei and Horn (1991) pada beberapa peternakan babi di Lithuania, dimana dari 61,38% gangguan reproduksi yang menunjukkan positif endometritis sebesar 20,4%.

  Endometritis merupakan gangguan reproduksi yang biasanya terjadi dalam waktu dua minggu sampai dua puluh hari post partus, khususnya pada partus yang abnormal (Subroto dan Tjahajati, 2001). Endometritis adalah peradangan pada endometrium atau dinding uterus. Gejalanya meliputi leleran warna keputihan sampai purulen yang berlebihan, dan uterus mengalami pembesaran. Penderita bisa nampak sehat, walaupun dengan leleran vulva purulen dan dalam uterusnya tertimbun cairan (Ratnawati dkk., 2007).

  Pada umumnya endometritis disebabkan oleh infeksi jasad renik yang masuk ke dalam uterus melalui serviks dan vagina. Bakteri non-spesifik penyebab endometritis yang masuk uterus selama estrus, baik melalui Insememinasi Buatan maupun kawin alami. Bakteri tersebut antara lain Escherichia coli, Streptococcus

  sp., Staphylococcus sp., Arcanobacterium pyogenes, Enterobacter sp., Proteus, Klebsiella, dan bakteri lainnya (Kirkwood, 2012). Menurut Dominiek et al (1999),

  endometritis terjadi terutama pada babi yang diberikan tindakan Inseminasi Buatan (IB).

  Diagnosis endometritis dapat dilakukan dengan penanaman pada media agar yang diperoleh dari biopsi endometrium hewan penderita dengan ditemukannya macam mikroorganisme dan koloni yang terbentuk di permukaan media (Hariadi dkk., 2011).

  Salah satu obat andalan untuk mengatasi penyakit infeksi adalah antibiotika. Indikasi penggunaan antibiotika dimulai dengan menegakkan diagnosis pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi dan pemeriksaan penunjang lainnya (Permenkes, 2011). Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai anjuran ataupun pemberian dalam jangka panjang dapat menimbulkan resistensi pada bakteri tersebut (Salehi and Bonab, 2006).

  Antibiotika yang biasa digunakan untuk terapi terhadap endometritis dan penyakit saluran reproduksi betina adalah Tetracycline (Sheldon et al., 1998),

  Gentamicin (Wiesenfeld and Heine, 1998), Ciprofloxacin (Maccato et al., 1991) , Ampicillin (Stiglich et al., 2011), dan Metronidazole (Lofmark et al., 2010).

  Menurut informasi yang didapatkan dari peternak, antibiotika yang sudah pernah diberikan adalah Oxytetracycline dan Enrofloxacin.

  Berdasarkan informasi dari peternakan babi di Desa Sukapura Kabupaten Probolinggo saat ini uji kepekaan atibiotika terhadap kasus endometritis belum pernah dilakukan dan kasus endometritis ini berlangsung terus-menerus sehingga mendorong penulis untuk meneliti kasus ini dan melakukan uji kepekaan antibiotika.

  1.2 Rumusan Masalah

  Jenis antibiotika apakah yang paling peka terhadap bakteri penyebab endometritis pada peternakan babi di Desa Sukapura Kabupaten Probolinggo?

  1.3 Landasan Teori

  Usaha peternakan babi telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Babi merupakan salah satu sumber daging dan dapat memenuhi kebutuhan gizi yang sangat efisien dibanding ternak lain, sehingga nilai ekonomi dari ternak babi cukup tinggi, karena dapat beranak 2 kali setahun, sekali beranak 6-12 ekor, ternak babi mudah beradaptasi dengan lingkungan (Kementrian Pertanian, 2011). Endometritis merupakan gangguan reproduksi umum pada hewan betina yang memiliki tingkat konsekuensi mulai dari tidak adanya pengaruh terhadap kerja reproduksi hingga dapat menyebabkan kemandulan. Keadaan patologis ini dapat terjadi pada babi setelah melahirkan serta pada hewan yang belum melahirkan. Pada babi juga banyak ditemukan kasus gangguan reproduksi hewan betina, terutama endometritis (Barbara et al., 2004).

  Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam beternak babi seperti halnya sistem perkandangan, pembibitan, pengolahan pakan, kesehatan dan pemasaran.

  Apabila semua faktor tersebut tidak dijalankan dengan benar maka hasil yang didapat kurang memuaskan. Salah satu faktor yang paling diperhatian seharusnya adalah faktor kesehatan (Kusumamihardja, 1993; Sihombing, 1997).

  Endometritis dapat terjadi pada semua hewan mamalia betina termasuk pada babi. Babi merupakan hewan yang memiliki kebiasaan hidup pada lingkungan yang kotor. Pola perilaku babi duduk seperti anjing memudahkan mikroorganisme menginfeksi saluran reproduksi (Dominiek et al., 2010). Agen penyebab terjadinya peradangan pada saluran reproduksi antara lain adalah

  Streptococcus sp., Staphylococcus sp., Escherichia coli, dan Enterobacter sp (Martineau et al., 1992).

  Endometritis berpengaruh buruk terhadap fertilitas seperti memperpanjang calving interval, menurunkan jumlah service per conception (S/C) dan kegagalan perkawinan. Secara ekonomi, endometritis tergantung dari efek gangguan pada fertilitas hingga peningkatan pengafkiran. Infertilitas yang terjadi dapat berupa matinya embrio karena pengaruh mikroorganisme sendiri atau terganggunya perlekatan embrio pada dinding uterus (Hardjopranjoto, 1995).

  Salah satu obat andalan untuk mengatasi penyakit infeksi adalah antibiotika. Indikasi penggunaan antibiotika dimulai dengan menegakkan diagnosis pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi dan penunjang lainnya (Permenkes, 2011).

  1.4 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini memiliki tujuan yaitu mengetahui antibiotika yang paling peka terhadap bakteri penyebab endometritis pada peternakan babi Desa Sukapura Kabupaten Probolinggo.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Hasil dari penelitian ini adalah untuk memberi informasi kepada masyarakat khususnya pada peternak babi di Desa Sukapura, Kabupaten Probolinggo tentang antibiotika yang peka untuk mengobati endometritis.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Babi

  2.1.1 Morfologi Babi

  Babi merupakan mamalia yang pintar dan mudah stress dengan lingkungannya. Babi sering digunakan sebagai hewan coba pada penelitian produk untuk manusia, karena mempunyai beberapa kesamaan pada organ digesti (monogastrik), urogenital dan kardiovaskular (Lumb, 2003).

  Masalah umum terjadi pada babi adalah stress. Stress bisa terjadi karena transportasi dan adaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada kondisi stress ini babi akan menjadi lebih peka terhadap penyakit, tidak nafsu makan dan pertumbuhannya menjadi lambat. Beberapa penyakit yang sering menyerang babi adalah radang paru-paru, influenza, penyakit pseudorabies, disentri babi dan penyakit reproduksi (Rouche and Systma, 2007).

  2.1.2 Klasifikasi babi

  Klasifikasi dari babi secara lengkap adalah sebagai berikut (Lumb, 2003) Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Artiodactyla Famili : Suidae Up famili : Suinae Genus : Sus Spesies : Sus domesticus

  2.1.3 Anatomi Reproduksi Babi

  Vulva pada babi memiliki dua bibir yang mengandung banyak pembuluh darah. Panjang vagina sekitar 400 mm, dan terdiri dari dua bagian yaitu vestibula (sekitar 70 mm), terletak kaudal dari pembukaan uretra, dan forniks vaginae terletak antara pembukaan uretra dan serviks. Panjang leher uterus sekitar 100mm. Tulang rawan berliku-liku membentuk lipatan saluran leher uterus. Lipatan kurang menonjol ke sisi uterus. Uterus terdiri dari bagian yang pendek (50 mm) dan sepasang kornua. Panjang kornua uteri adalah sekitar 500 mm dalam keadaan tidak bunting, namun kornua bisa mencapai 1-1,8 m selama bunting.

  Persimpangan dari uterus ke saluran telur tidak tajam digambarkan. Panjang oviduk adalah 40-80 mm, sedangkan ovarium adalah 10-20 mm dan yang tertanam dalam bursa besar ovarica (Dominiek, 1999). Ovarium ditangguhkan oleh ligamentum yang luas pada posisi kranial ke batas lateral pintu atas panggul, tetapi tidak dekat dengan ginjal. Mesosalping sangat luas dan menutupi ovarium (Dunne, 1975).

  2.1.4 Siklus Birahi Babi

  Menurut Toelihere (1993), siklus berahi pada babi mencapai 19 sampai 23 hari, tetapi rata-rata 21 hari dan relatif konstan. Perubahan suhu dan musim tidak mempengaruhi siklus berahi, tetapi gangguan endokrin dan perubahan patogenik pada organ kelamin betina dapat mengakibatkan bertambah panjangnya siklus berahi.

2.2 Tinjauan tentang Endometritis

2.2.1 Etiologi Endometritis

  Secara umum kejadian endometritis diasumsikan karena adanya bakteri dalam kondisi tertentu, seperti peningkatan jumlah bakteri tersebut atau penurunan pertahanan uterus (Barbara et al., 2004).

  Pelaksanaan inseminasi buatan yang dilakukan intra uterine mempunyai risiko terjadi endometritis, karena mungkin saja bakteri yang terbawa oleh alat inseminasi atau dalam semen masih tercemar oleh kuman kemudian dapat menulari uterus. Streptococcus sp., Staphylococcus sp., Escherichia coli,

  Pseudomonas aeruginosa, dan Corynebacterium pyogenes adalah bakteri

  nonspesifik yang terdapat secara non patogen di mana-mana dan sering menginfeksi uterus. Berat tidaknya endometritis yang terjadi tergantung pada keganasan bakteri yang menularinya, jumlah bakteri, dan ketahanan tubuh penderita (Hardjopranjoto, 1995).

  Faktor hormonal berperan penting dalam menekan jumlah bakteri dalam rahim. Tahap siklus estrus merupakan faktor predisposisi yang sangat penting.

  Estrogen berperan dalam meningkatan fagositosis, migrasi neutrofil ke dalam endometrium dan lumen uterus, serta meningkatkan bakteriosida dalam neutrofil.

  Efek ini dapat meningkatkan aktivitas kelenjar uterina seiring meningkatnya permeabilitas jaringan, sehingga neutrofil dalam uterus mudah meningkat dengan cepat ( De Winter et al., 1992).

  2.2.2 Gejala Klinis Endometritis

  Endometritis merupakan peradangan pada endometrium. Uterus biasanya terkontaminasi dengan berbagai mikroorganisme selama masa puerpurium atau masa nifas. Gejalanya meliputi leleran berwarna jernih keputihan sampai purulen yang berlebihan, uterus mengalami pembesaran. Penderita bisa nampak sehat, walaupun dengan leleran vulva purulen dan dalam uterusnya tertimbun cairan. Pengaruh endometritis terhadap fertilitas meningkat dalam jangka pendek, dapat menurunkan kesuburan, calving interval dan S/C naik, sedangkan jangka panjang menyebabkan kemajiran karena terjadi perubahan saluran reproduksi (Ratnawati dkk., 2007). Gejala klinis lain yang muncul antara lain adalah penurunan produksi susu dan nafsu makan, terkadang akan timbulnya rasa nyeri, denyut nadi lemah, dan pernafasan cepat (Hardjopranjoto, 1995).

  2.2.3 Patogenesis endometritis

  Endometritis terjadi terutama pada babi yang diberikan tindakan Inseminasi Buatan (IB). Terkadang deteksi berahi tidak dilakukan dengan benar, sering kali peternak terlambat menyadari dan inseminasi dilakukan setelah masa birahi berakhir. Melakukan IB dalam kondisi tersebut sangat rentan terhadap infeksi uterus, karena pada akhir berahi konsentrasi estrogen darah sudah rendah, sedangkan progesteron darah konsentrasinya 10 µg / ml (Dominiek et al., 1999).

  2.2.4 Diagnosis endometritis

  Diagnosis harus mulai dengan lengkap dari anamnesis dan studi catatan peternak. Selanjutnya ada beberapa teknik untuk mendiagnosis endometritis.

  Teknik diagnosa yang biasa dilakukan antara lain melakukan palpasi rektal, menanam koloni bakteri, biopsi endometrium, pemeriksaan sitologis dan pemeriksaan Ultrasonography (USG) (Dominiek et al.,1999).

2.2.5 Pengobatan pada Endometritis

  Pengobatan pada endometritis dan infeksi pada saluran reproduksi pada babi betina tidak mengacu pada suatu standar metode pengobatan. Pada umumnya mengambil pilihan antibiotika dengan harus melakukan tes sensitivitas terlebih dahulu (Dominiek et al., 1999).

2.3 Tinjauan Tentang Antibiotika

  2.3.1 Definisi Antibiotika

  Antibiotika berasal dari kata anti dan bios. Anti berarti melawan, membunuh, membasmi, sedangkan Bios berarti hidup. Definisi antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan oleh organisme seperti kapang atau jamur tertentu, dalam konsentrasi tertentu yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Definisi ini masih berlaku terhadap antibiotika yang sampai saat ini masih diisolasi dari proses perkembangbiakan jamur atau kapang tersebut.

  Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotika sintetis. Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk didalamnya adalah antibiotika, anti jamur, anti parasit, anti protozoa dan anti virus. (Yuniriadi, 2009).

  2.3.2 Penggolongan Antibiotika

  Antibiotika digolongkan menjadi beberapa golongan. Penggolongan ini didasarkan pada mekanisme kerjanya dan masa kerja antibiotika. Antibiotika yang mempunyai masa kerja yang lama inilah yang mempunyai waktu paruh yang lebih lama (Mutschler, 1991).

  Menurut Widjajanti (1989), antibiotika dibagi menjadi dua golongan berdasar kegiatannya yaitu antibiotika yang memiliki kegiatan luas (Broad

  Spectrum), yaitu antibiotika yang dapat mematikan Gram positif dan bakteri Gram

  negatif. Antibiotika jenis ini diharapkan dapat mematikan sebagian besar bakteri, termasuk virus tertentu dan protozoa, sebagai contoh tetracycline dan derivatnya,

  chloramfenicol serta Ampicillin. Golongan kedua adalah antibiotika yang

  memiliki kegiatan sempit (narrow spectrum). Antibiotika golongan ini hanya aktif terhadap beberapa jenis bakteri. Penicillin, streptomisin, neomisin, basitrasina, polimisin B merupakan obat golongan narrow spectrum.

2.3.3 Aktivitas dan Mekanisme kerja antibiotika

  Berdasarkan sifat toksisitas selektif, terdapat dua aktivitas antibiotika, yaitu aktivitas bakteriostatik yang menghambat pertumbuhan bakteri serta aktivitas bakterisidal yang bersifat membunuh mikroba. Kadar minimal yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing- masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibiotika tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakteriosidal bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Setiabudy dan Gan, 2003).

  Mekanisme kerja antibiotika dapat dibagi menjadi empat cara, yaitu kerja antibiotika melalui penghambatan sintesis dinding sel, penghambat membran sel, penghambat sintesis protein dan penghambat asam nukleat (Jawetz, 1997).

2.3.4 Resistensi Antibiotika

  Mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotika antara lain perubahan tempat kerja obat terhadap bakteri, bakteri menurunkan permeabilitasnya sehingga obat yang diberikan sulit masuk ke dalam sel, inaktivasi antibiotika oleh bakteri, meningkatnya produksi enzim yang menghambat kerja antibioka dan bakteri membentuk penghambat kerja antibiotika (Ganiswarna dkk., 2003).

  Menurut Byarugaba (2009), untuk mengetahui mekanisme resistensi penting untuk memahami bagaimana antibiotika tersebut bertindak. Agen yang terkandung dalam antibiotika bertindak selektif pada fungsi kerja dari bakteri dengan efek minimal atau tanpa mempengaruhi fungsi dari host. Agen antimikroba yang berbeda bertindak dengan cara yang berbeda.

  Resistensi bakteri merupakan masalah yang harus mendapat perhatian khusus karena menyebabkan terjadinya kegagalan pada terapi dengan antibiotika.

  Berbagai strategi disusun untuk mengatasi masalah resistensi, diantaranya dengan mencari antibiotika baru atau menciptakan antibiotika semisintetik. Meskipun demikian ternyata usaha ini belum dapat memecahkan masalah. Kehadiran antibiotika baru diikuti jenis bakteri sebagai pertahanan hidup. Penggunaan berbagai macam antibiotika yang tersedia telah mengakibatkan munculnya banyak jenis bakteri yang resisten terhadap lebih dari satu jenis antibiotika (multiple drug resistance) (Zulfa, 2013).

  Bahaya resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah yang mengancam kesehatan masyarakat. Hampir semua bakteri saat ini menjadi lebih kuat dan kurang responsif terhadap pengobatan antibiotika sehingga akan mengancam masyarakat dengan hadirnya penyakit infeksius baru yang lebih sulit untuk diobati dan lebih mahal juga biaya pengobatannya (Medicastore, 2010).

  Keterbatasan antibiotika untuk menimbulkan efek pada hospes, mendorong untuk dilakukan uji sensitivitas dari bakteri yang diisolasi dari hewan sakit untuk menentukan jenis antibiotika yang tepat. Uji ini dikembangkan untuk menemukan kemampuan menghambat beberapa bakteri dengan satu jenis antibiotika (Brander et al., 1991).

2.3.5 Sediaan Antibiotika

2.3.5.1 Ampicillin

  

Ampicillin merupakan anggota kelompok Penicillin yang tahan asam

  termasuk tahan asam lambung. Kelompok Penicillin ini memiliki gugus Phenoxyl yang terikat oleh gugus alkyl dari rantai alkylnya. Ampicillin efektif melawan bakteri seperti Streptococcus, Staphylococcus fecalis, Corynebacterium,

  Clostridium, Escherichia coli, dan Pasteurella (Yuriadi, 2003). Ampicilin

  mempunyai keaktifan melawan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dan merupakan antibiotika spektrum luas (Brander et al., 1991).

2.1. Struktuk kimia ampicillin

2.3.5.2 Gentamicin

  

Gentamicin adalah antibiotika aminoglikosida yang diisolasi dari

Micromonospora purpurae. Hal ini efektif terhadap gram positif dan gram

  negatif, serta yang sifatnya mirip dengan aminoglikosida (Katzung et al., 2009). Antibiotika ini digunakan untuk mengobati endometritis, pyometra dan coliform mastitis yang akut. Mekanisme kerja gentamicin adalah menghambat sintesa protein kuman (Allen, 1998).

2.2. Struktuk kimia gentamicin Dianggap sebagai antibakteri, Gentamicin memiliki potensi menengah.

  Aktivitasnya terhadap gram positif cocci sangat baik. Produk yang mengandung

  gentamicin diproduksi melimpah. Dalam praktek umum, produksinya sering digunakan sebagai pilihan pertama antibakteri. Gentamicin bersifat bakterisid.

  Gentamicin efektif terhadap berbagai stain kuman gram negatif termasuk spesies Pseudomonas, Brucella, Alymmatobacterium, Ompulobacter, Escherichia, Enterobacter dan Vibrio. Terhadap mikroorganisme gram positif gentamicin juga efektif terutama terhadap Staphylococcus dan Listeria (Daniel, 2004).

  Pemberian gentamicin dengan dosis standar tidak ada korelasinya dengan efektitas, tetapi ada korelasi antara kadar dalam darah dengan efektifitas. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan pemantauan kadar dalam darah, bila dosis standar yang diberikan terbukti tidak efektif (Ganiswarna dkk, 2003).

2.3.5.3 Tetracycline

  

Tetracycline adalah antibiotika bakteriostatik berspektrum luas yang

  menghambat sentesis protein. Tetracycline aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk anaerob, riketsia, klamidia, mikroplasma dan terhadap beberapa protozoa (Katzung et al., 2009). Tetracycline merupakan kelompok antibiotika yang dihasilkan oleh jamur Streptomyces aureofaciens. Tetracycline adalah derivat dari senyawa hidronaftalen dan berwarna kuning (Subronto, 2001).

2.3. Struktuk kimia tetracycline

2.3.5.4 Ciprofloxacin

  

Ciprofloxacin adalah obat yang memiliki aktivitas dalam melawan bakteri

  gram positif dan dan gram negatif (Meles dkk., 2011). Aktivitas antibakteri

  Ciprofloxacin lebih luas daripada Quinolon generasi pertama. Ciprofloxacin

  hanya sedikit aktif melawan tipe mycobacteri (Chamber, 1995). Ciprofloxacin memiliki aktivitas antibakteri yaitu lebih tinggi dari enrofloxacin terhadap bakteri gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa dan memiliki efek aditif dengan enrofloxacin (Cole et al., 2003).

2.4. Struktuk kimia ciprofloxacin

2.3.5.5 Metronidazole

  

Metronidazole adalah nitroimidazole buatan yang dibuat atau diisolasi dari

Streptomyces sp yang berguna dalam mengatasi berbagai peradangan akibat

  protozoa. Obat ini juga efektif melawan bakteri anaerob yang bekerja dengan mengganggu DNA bakteri sehingga menghambat sintesis asam nukleat.16 Spektrum metronidazole terbatas pada bakteri anaerob obligat dan beberapa bakteri mikroaerofilik (Freeman et al., 1997).

2.5. Struktuk kimia metronidazole

BAB 3 MATERI DAN METODE

  3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2015. Kegiatan penelitian dilaksanakan menggunakan sarana di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya.

  3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Bahan penelitian

  Sampel yang digunakan adalah cairan yang diambil dari canalis servicalis babi menggunakan swab yang diperoleh dari peternakan babi di Desa Sukapura Kabupaten Probolinggo, yang kemudian disimpan dalam media Amies yang merupakan media transport.

  Bahan yang digunakan untuk uji isolasi identifikasi yaitu, Blood Agar (BA), Mac Conkey Agar (MCA), Kliger Iron Agar (KIA), dan Manitol Salt Agar (MSA). Satu set bahan pewarnaan Gram terdiri dari crystal violet, lugol, alkohol 95%, dan air fuschine.

  Bahan yang digunakan untuk uji kepekaan antibiotik adalah media Muller

  Hinton Agar (MHA), serta Antibiotica disk ang mengandung Gentamycin, Tetracyclin, Ampicilin, Metronidazole dan Ciprofloxacin.

3.2.2 Alat-alat penelitian

  Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cotton swab,

  vaginoscope, tabung reaksi, cawan petri, ose bulat, ose, pembakar Bunsen, object glass, cover glass, mikroskop, cotton bud, pinset, kertas label, incubator, autoclave, kapas dan mistar.

3.3 Metode Penelitian

  3.3.1 Metode pengambilan sampel penelitian

  Pengambilan sampel cairan yang diambil dari canalis servicalis babi menggunakan swab yang diperoleh dari peternakan babi di Desa Sukapura Kabupaten Probolinggo, yang kemudian disimpan dalam media Amies yang merupakan media transport. Sampel kemudian segera dibawa ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya untuk dilakukan isolasi dan identifikasi terlebih dahulu.

  3.3.2 Persiapan penelitian

3.3.2.1 Sterilisasi

  Sterilisasi alat dan bahan bertujuan untuk membunuh semua mikroorganisme, termasuk mikroorganisme berspora. Sterilisasi alat dan bahan pada penelitian ini menggunakan strelisasi panas basah bertekanan dengan autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit. Sterilisasi media dilakukan dalam inkubator selama 24 jam.

3.3.3 Pelaksanaan penelitian

  3.3.3.1 Isolasi dan identifikasi bakteri

  Sampel swab disimpan dalam media Amies kemudian ditanam pada media

  Blood Agar (BA) dan MacConcey Agar (MCA). Setelah inkubasi suhu 37ºC

  selama 24 jam diamati pertumbuhan koloni bakteri kemudian dilakukan pengamatan mikroskopis untuk mempelajari bentuk bakteri dengan bantuan pengecatan zat warna menurut metode gram. Hasil pengecatan dapat dilihat dari pembentukan warna biru untuk bakteri gram positif dan merah untuk bakteri gram negatif. Selanjutnya ditanam pada media KIA dan kemudian dilakukan pengujian uji biokimia gula-gula serta uji katalase. Hasil uji biokimia dan uji katalase dicocokan pada Tabel standar bakteri (Lampiran 3.) yang sudah baku untuk menentukan genus atau spesies bakteri (Martadinata, 2000).

  3.3.3.2 Pewarnaan Gram

  Pewarnaan Gram bertujuan untuk mengamati morfologi sel bakteri dan mengetahui kemurnian sel bakteri. Pengecatan Gram merupakan salah satu pewarnaan yang paling sering digunakan, yang dikembangkan oleh Christian Gram. Preparat apus bakteri dibuat dengan cara, mencampurkan satu usa biak bakteri dari media BA dan MCA dengan NaCl fisiologis yang telah diteteskan pada gelas obyek, kemudian dibuat apus setipis mungkin, dikeringkan, dan difiksasi di atas lampu spiritus. Preparat apus ditetesi pewarna pertama dengan kristal violet selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, ditetesi lugol selama 1 menit,dicuci dengan air mengalir, kemudian preparat apus dilunturkan dengan alkohol 95% selama 5-10 detik. Selanjutnya alkohol dibuang, preparat dicuci dengan air mengalir dan diberi pewarna kedua dengan larutan Safranin selama 30 detik. Warna kemudian dibuang dan dibersihkan dengan air mengalir, dikeringkan dan diamati morfologi sel, serta warnanya di bawah mikroskop. Bakteri dikelompokkan sebagai Gram positif apabila bakteri bewarna ungu, dan Gram negatif apabila selnya terwarnai merah.

  3.3.3.3 Uji Biokimia

  Uji Biokimia dilakukan dengan cara menginokulasi bakteri dari media

  MacConcey Agar dan Blood Agar ke dalam media Urea, Citrat, Sulfid Indol Motility (SIM), Kliger Iron Agar (KIA), Methyl Red (MR), dan fermentasi

  karbohidrat (glukosa, sukrosa, manosa, maltosa dan laktosa). Media uji biokimia tersebut di inkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam.

  3.3.3.4 Uji Katalase

  Uji Katalase dilakukan dengan meneteskan hidrogen peroksida (H

  2 O 2 ) 3%

  pada gelas obyek yang bersih. Biakan dioleskan pada gelas obyek yang sudah ditetesi hidrogen peroksida. Suspensi dicampur secara perlahan menggunakan ose, hasil yang positif ditandai oleh terbentuknya gelembung-gelembung udara (Matadinata, 2000).

3.3.4 Uji kepekaan terhadap antibiotik

  Pengujian resistensi antibiotik menggunakan metode difusi, yaitu metode yang sangat tergantung pada kelarutan suatu bahan antibiotik terhadap air.

  Pengujian ini mengacu pada metode dari Kirby Baver dalam Jackie Reynolds (2012) dari Richland Colloge, Dallas USA. Tahap-tahap yang yang dilakukan adalah menanam bakteri positif penyebab endometritis pada media isolasi. Tahap selanjutnya adalah pembuatan suspensi bakteri dengan cara mentransfer koloni bakteri dari setiap plate ke dalam 2 ml NaCl fisiologis steril. Kekeruhan suspensi disetarakan dengan Mc. Farland 0,5. Setelah kekeruhan sesuai dengan Mc. Farland 0,5, dilakukan swab pada media plate Muller-Hinton Agar dengan menggunakan cotton buds steril merata keseluruh permukaan media. Siapkan media disk antibiotikyang digunakan yaitu Ampicillin, Gentamicin, Tetracyclin, Metronidazole dan Ciprofloxacin.

  Uji kepekaan antibiotik bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepekaan suatu mikroorganisme terhadap antibiotik tertentu, atau untuk mengetahui sejauhmana potensi antibiotik tertentu terhadap mikroorganisme secara in vitro. Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh antibiotik sebagai wilayah jernih (zona hambat) di sekitar pertumbuhan mikroorganisme. Luas wilayah jernih (zona hambatan) merupakan petunjuk mikroorganisme terhadap antibiotik, selain itu luasnya wilayah juga berkaitan dengan kecepatan berdifusi antibiotik dalam media.

3.4 Analisis data

  Data yang diperoleh dinyatakan secara deskriptif kualitatif dengan perhitungan dengan mengukur zona hambat untuk mengetahui adanya kepekaan terhadap bahan-bahan antibiotik yang terdiri atas Gentamycin, Tetracyclin,

  Metronidazole, Ampicillin, dan Ciprofloxacin yang kemudian ditampilkan dalam tabel persentase.

3.5 Kerangka Penelitian

Gambar 3.1. Kerangka penelitian

  Pembacaan hasil identifikasi bakteri Uji kepekaan dengan menggunakan 5 macam antibiotik yaitu Ampicillin, Gentamycin,Tetracyclin, Metronidazole dan Ciprofloxacin

  Uji katalase Uji Biokimia

  Gram Positif Gram Negatif

  Pemeriksaan Gram Pengambilan sampel dengan mengambil cairan menggunakan swab dari canalis servicalis babi yang menderita endometritis yang dilihat dari gejala yang tampak dan pemeriksaan USG

  Isolasi sampel pada media MacConcey Agar dan Blood Agar

  Sampel dimasukkan dalam media Amies

BAB 4 HASIL PENELITIAN Isolasi dan identifikasi bakteri penyebab Endometritis

4.1 Berdasarkan isolasi terhadap 11 sampel swab dari canalis servicalis babi

  betina endometritis yang diperoleh dari peternakan babi di Desa Sukapura Kabupaten Probolinggo didapatkan 13 isolat bakteri penyebab endometritis. Isolat bakteri tersebut antara lain 9 sampel Escherichia coli, Streptococcus β

  haemolyticus sebanyak 3 sampel dan Enterobacter cloacae sebanyak 1 sampel.

  Selengkapnya dapat dilihat pada table 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penyebab Endometritis Kode Sampel Hasil Identifikasi

  1 Escherichia coli

  2 Streptococcus β haemolyticus

  3 Escherichia coli

  Enterobacter cloacae

  4 Streptococcus β haemolyticus