Konsep pendidikan tasawwuf menuruuf Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad dalam Kitab Nashoihud Diniyyah - Test Repository

  

KONSEP PENDIDIKAN TASAWUF

MENURUT HABIB ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD

( STUDI ANALISIS KITAB NASHOIHUD DINIYYAH )

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

  

MUHAMMAD SYA’RONI

NIM: 111 11 071

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA TAHUN 2016 M

  

MOTTO

  

Hati adalah nikamt Allah yang terbesar atas hamba-hamba-Nya.

Siapa yang menggunakannya untuk mentaati-Nya dan menghiasi

dengan hal-hal yang berkaitan dengan kecintaan pada-Nya, serta

memanfaatkan sesuai dengan fungsinya, maka ia telah mensyukuri

nikmat dan berbuat kebaikan

  

(Al Hamid,2010:272)

  

PERSEMBAHAN

  Skiripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.

  Bapak dan almarhumah ibu yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang dan mendidik untuk selalu berbuat kebaikan

  2. Bapak Muhammad Sholikhin dan Bapak Tsawabirruddin yang mengajarkan hikmah kebijaksanaan dalam kehidupan

  3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang memberikan ilmu yang tidak terhingga luasnya.

  4. Saudari Rahayu Istikomah yang memberikan motifasi untuk selalu belajar 5.

  Sahabat-sahabat PMII angkatan 2011 (GANAS) yang senantiasa mendampingi belajar dan berorganisasi baik dalam keadaan suka maupun duka.

  6. Teman-teman di pondok Pesantren Bustanul Muta‟allimin( Pondok Lor ) yang menemani dalam mempelajari ilmu agama dan memberikan pengetahuan agama.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirabbil „alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada

  Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam bentuk yang jauh dari segala kesempurnaan. Sholawat serta salam, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tentunya atas segala limpahan syafaatnya yang akan kita nanti-nantikan.

  Dengan segala kerendahan hati, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan semua pihak. Dan penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Sealaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Bapak Dr. M. Ghufron, M.Ag. Selaku pembimbing dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  5. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si. Selaku pembimbing akademik dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan study di IAIN Salatiga.

  6. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan yang telah membantu dalm menyelesaikan study di IAIN Salatiga.

  7. Bapak Muhammad Sholikhin dan Bapak Tsawabiruddin selagi pengasuh

  pondok pesantren Bustan ul Muta‟allimin (Pondok Lor) Reksosari kec. Suruh Kab. Semarang yang telah memberikan pengajaran tentang kitab Nashoihud Diniyyah terutama kepada penulis dan seluruh santri di pondok tersebut.

  Sekaligus telah memberikan pengetahuan agama kepada masyarakat di sana.

  ABSTRAK Muhammad Sya‟roni. 2016. Konsep pendidikan tasawwuf menuruuf Habib

  Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad dalam Kitab Nashoihud Diniyyah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Dr.M. Ghufron, M.Ag. Kata kunci: Konsep, pendidikan, tasawwuf.

  Kitab Nashoihud Diniyyah merupakan salah satu karya yang terkenal dari Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad yang berisi tentang tasawwuf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep tasawwuf menurut Al-Habib Abdullah Bin Alwi Bin Muhammad Al-Haddad dalam kitab Kitab Nashoihud Diniyyah. Beberapa hal yang akan disampaikan dalm penelitian ini adalah: (1) Latar belakang Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al- Haddad, (2) Konsep pendidikan tasawwuf yang terdapat dalam kitab Nashoihud Diniyyah, dan (3) Relevansi konsep tasawwuf yang terdapat dalam kitab Nashoihud Diniyyah dalam kehidupan sehari-hari .

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Sumber utama adalah kitab Nashoihud Diniyyah dan sumber pendukungya adalah terjemahan kitab Nashoihud Diniyyah dan buku-buku yang bersangkutan dengan materi. Adapun teknis analisis data menggunakan metode content analysis.

  Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa konsep tasawwuf yang ada dalam kitab Nashoihud Diniyyah karya Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad menunjukkan bahwa tasawwuf adalah penjelmaan dari ihsan. Dalam penafsirannya tasawwuf mempunyai tiga aspek yaitu:, tasawwuf akhlaki, tasawwuf amali, dan tasawwuf tauhid. Adapun tasawwuf tersebut sangat dibutuhkan sebagai pedoman masyarakat saat ini yang belum mencerminkan perilaku akhlak tasawwuf yang sesuai dengan tuntunan, menjadi pribadi yang berakhlakul karimah. Dalam mencapai akhlak yang mulia baik di sisi Allah, manusia harus berusaha melelui dua aspek yaitu: Aspek perbuatan yang dilakukan oleh bathin (jiwa) yang berupa penyucian hati. Dan Aspek perbuatan yang dilakukan oleh dhohir (anggota tubuh) yang berupa budi pekerti yang sesuai dengan tuntunan Al Qur‟an dan Hadits. Konsep pendidikan tasawwuf dalam kitab Nashoihud Diniyyah bisa dibilang praktis dan berpegang teguh dengan Al Qur‟an dan Hadits. Yang dari setiap uraiannya disertakan dasar-dasar (dalil- dalilnya). Dengan demikian, memberikan motivasi untuk melaksanakan kebaikan baik itu dihadapan manusia maupun dihadapan Allah.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i HALAMAN BERLOGO................................................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING................................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................................... v MOTTO............................................................................................................................. vi PERSEMBAHAN............................................................................................................. vii KATA PENGANTAR....................................................................................................... viii ABSTRAK......................................................................................................................... x DAFTAR ISI..................................................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

  1 A. Latar Belakang....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.................................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian................................................................................... 5 D.

  Manfaat Penelitian................................................................................. 6 E. Kerangka Teoritik.................................................................................. 7 F. Metode Penelitian................................................................................. 11 G.

  Sistematika Pembahasan....................................................................... 12

  BAB II BIOGRAFI AL-HABIBABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMADALHADDAD........................................................................ A. LatarBelakangHabib Abdullah Al-Haddad.........................................

  14 B. RiwayatHidupHabib Abdullah binAlwi Al Haddad..........................

  16 C. MadzhabHabib Abdullah bin Alwi Al Haddad……………………… 21 D.

  Guru-guru Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad.. 22 E. Murid Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad 23

  AlHaddad..............................................................................................

  F.

  24 Karya-karyaAl-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al- Hadda d………………………………………………………………..

  G.

  27 SistematikaKitabNashoihudDiniyyah………………………………

  BAB III DESKRIPSI PEMIKIRANAL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN

  39 MUHAMMADAL-HADDA D………………...

  A.

  40 KonsepTasawufBerkaitandenganHablumMinallah.........................

  B.

  44 KonsepTasawufBerkaitandenganHablumMinannas........................

  BAB IV ANALISIS DAN RELEVANSI KONSEP TASAWUF KITAB

  48 NASHOIHUD DINIYYAH.......................................................................

  A.

  48 PemikiranHabib Abdullah bin Alwi Al Haddad........……………… B.

  80 RelevansiTasawufdalamkeidupan modern.......................................

  BAB V PENUTUP................................................................................................. A.

  84 Kesimpulan.......................................................................................

  B. Saran..................................................................................................

  86 C. Kata Penutup…………………………………………………………. 87

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah yang dibaluti dengan nilai-nilai tasawwuf yang sangat tinggi,

  mampu menginspirasi untuk selalu tulus dan ikhlas dalam beribadah. Tidak mengharapkan sesuatu apapun dari ibadah kita, termasuk balasan surga ataupun ancaman neraka. Tetapi kita beribadah semata-mata, karena kecintaan kita kepada Allah. Sebuah lagu tentang tasawwuf:

  

Apakah kita semua benar-benar tulus menyembah pada-Nya

Atau mungkin kita hanya takut pada neraka dan inginkan surga Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud kepada-Nya Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau menyebut nama- Nya Bisakah kita semua benar-benar sujud sepenuh hati Karena sungguh memang Dia, memang pantas disembah Memang pantas dipuja (Crisye)

  Demikian bait-bait yang dibawakan oleh Crisye dan Ahmad Dhani yang diilhami oleh syair-syair seorang sufi perempuan yang sangat masyhur, Rabiah Adawiyah. Syair-syair Rabiah memang menggambarkan ketulusan cinta dan kehambaan kepada Tuhan. Ia tidak ingin ada satupun yang menjadikan kehambaan dan ketulusan cintanya, terbelokkan oleh adanya tujuan lain, termasuk surga dan neraka.

  Kehambaan dan ketulusan cinta itulah kira-kira yang hilang dari mutiara dunia ini. Kesadaran kehambaan sesungguhnya akan memberikan sebuah penghayatan kehidupan bahwa dirinya tidak lebih hanyalah seseorang yang harus tunduk kepada pemiliknya yang hakiki. Kesadaran kehambaan akan melahirkan juga kecintaan kepada kekasihnya yang hakiki, yaitu Tuhan.

  Kesadaran kehambaan dan ketulusan cinta pada Tuhan akan mewujudkan cinta kepada sesama tanpa memandang “baju-baju” yang menyekat satu orang dengan orang yang lainnya. Sayangnya fenomena saat ini justru sedemikian cintanya kepada Tuhan, mereka sangat bersemangat dalam membela Tuhan. Atas nama Tuhan, mereka menghakimi, bahkan menghancurkan siapa saja yang dianggap menentang Tuhan.

  Kesadaran kehambaan dan ketulusan cinta terhadap Tuhan juga tergerus oleh mesin-mesin modernisasi yang semakin perkasa. Modernisasi telah mendakhwahkan ajaran agama yang baru bernama materialisme-

  

hedonisme . Daya pikatnya sedemikian luar biasa, sehingga banyak manusia

  yang berlomba-lomba menjadi pengikut yang paling fanatik. Agama baru itu, materialisme dan hedonisme telah membugkus seluruh sisi kehidupan manusia. Semua diukur berdasarkan kepuasan materialis. Manusia tidak menjadikan dirinya sendiri yang sejati bersifat sepiritul sebagai ukurannya.

  Dalam keadaan seperti ini, sepiritualitas tasawwuf menawarkan jalan pembebasan dari keterbelengguan manusia dari dirinya sendiri. Itu sebabnya, sekarang ini banyak orang yang menggeluti tasawwuf, karena tasawwuflah yang berusaha secara pasti untuk memanusiakan manusia. Ia berusaha mngembalikan manusia ke dalam dimensinya yang sepiritual(Syukur, 2006:xiii)

  Tasawwuf merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan Al- Qur‟an sebagai referensi paling penting tentang akhlak tasawwuf bagi kaum muslimin, individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Akhlak tasawwuf merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Akhlak tasawwuf merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak tasawwuf, masyarakat tidak akan berbeda dari kumpulan binatang (Munzier, 2008: 89).

  Salah seorang

  ulama‟ yang mengkaji dan memberikan pendidikan

  tasawwuf secara mendalam adalah Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Dia adalah seorang guru besar dalam bidang pendidikan akhlak dan tasawwuf, baik akhlak dhahir (lahir) maupun

  

bathin (batin). Sejarah menyebutkan bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad

  tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja( Munawir, 2007:7).

  Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam mendidik akhlak dan tasawwuf, Al-Habib Abdullah Al-Haddad juga dikenal sebagai seorang yang produktif dalam karya tulis (Musthofa, 1994: 163). Karya-karyanya banyak sekali, salah satu karyanya yang ada di Indonesia, yang banyak dikaji oleh majlis-majlis pengkajian ilmu adalah kitab Nashoihud Diniyyah. Kitab ini tergolong praktis, di dalamnya terdapat berbagai ulasan-ulasan yang berhubungan dengan pendidikan akhlak tasawwuf beserta dalil-dalilnya (dasar-dasarnya), yang bisa dijadikan acuan untuk mempengaruhi dan memformulasikan nilai-nilai tasawwuf dalam kehidupan sehari-hari.

  Di dalam kitab Nashoihud Diniyyah memberikan konsep tasawwuf yang berbeda dengan konsep pendidikan modern saat ini. Kitab Nashoihud

  

Diniyyah memberikan pendidikan akhlak tasawwuf diawali mendekatkan

  diri kepada Allah melalui bertaqwa kepada Allah melalui ajaran-ajaran agama islam dari Al Qur‟an dan Hadits. Dalam pembahasan selanjutnya kita dituntut untuk menjalankan suatu ibadah dengan didasari keikhlasan hati untuk meraih ridhaNya. Dalam penutup kitab dijelaskan tentang kaidah-kaidah bertasawwuf berdasarkan

  Ahlussunnah wal jama‟ah sesuai tuntunan Al Qur an dan Hadits.

  Dalil-dalil di dalam Al Qur an, Hadits Nabi, serta perumpamaan dan keutamaan bagi orang yang bertasawwuf juga diikutsertakan dalam memberikan dasar dalam pendidikan akhlak tasawwuf. Konsep pendidikan akhlak tasawwuf dalam kitab Nashoihud Diniyyah menggabungkan tasawwuf dan akhlak. Sehingga akan terbentuknya antara kehidupan bertasawwuf yang dibaluti dengan kebersihan hati.

  Berdasarkan uraian diatas penulis ingin membahas konsep tasawwuf menurut Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al- Haddad dalam kitab Nashoihud Diniyyah. Dalam kitab trersebut akan membahas bagaimana Bagaimana latar belakang sosial dari Habib Abdullah Al Haddad, konsep pendidikan tasawwuf yang terdapat dalam kitab Nashoihud Diniyyah, dan relevansi konsep pendidikan tasawwuf kitab Nashoihud Diniyyah dalam kehidupan sehari-hari.

  Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali konsep tasawwuf yang terdapat dalam kitab Nashoihud Diniyyah , yang memuat ulasan-ulasan pemikiran dari Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad tentang wasiat-wasiat keimanan dan langkah- langkah seseorang menempuh jalan kehidupan menuju kebahagiaan dunia akhirat.

  Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: KONSEP PENDIDIKAN TASAWWUF MENURUT HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD ( STUDI ANALISIS KITAB NASHOIHUD DINIYYAH). Penulis akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan akhlak tasawwuf yang ada dalam kitab Nashoihud Diniyyah. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi dalam pembimbingan akhlak para pelajar dan juga masyarakat umum.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.

  Bagaimana latar belakang sosial dari Habib Abdullah Al Haddad?

  2. Apa konsep pendidikan tasawwuf yang terdapat dalam kitab Nashoihud Diniyyah?

  3. Bagaimanakah relevansi konsep tasawwuf kitab Nashoihud

  Diniyyah dalam kehidupan sehari-hari? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1.

  Mengetahui latar belakang sosial dari Habib Abdullah Al Haddad.

  2. Mengetahui konsep pendidikan tasawwuf yang terdapat dalam kitab Nashoihud Diniyyah

  3. Mengetahui relevansi nilai-nilai akhlak tasawwuf yang terdapat dalam kitab Nashoihud Diniyyah dalam kehidupan sehari-hari.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Teoritis a.

  Memperkaya khasanah keilmuan tentang kitab Nashoihud Diniyyah melalui konsep tasawwuf yang terkandung di dalamnya.

  b.

   Menambah pemahaman ajaran islam sebagai agama yang Rahmatanlil „alamin melalui tasawwuf yang terkandung dalam

  kitab Nashoihud Diniyyah.

2. Praktis a.

  Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan salah satu bentuk pelatihan bagi peneliti dalam menganalisa isi kandungan khususnya konsep tasawwuf yang terkandung dalam kitab Nashoihud Diniyyah untuk dijadikan sebagai salah satu karya ilmiah (Skripsi).

  b.

  Bagi Masyarakat Umum Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan karya ilmiyah yang berkaitan dengan konsep tasawwuf dan mempermudah masyarakat umum untuk mengetahui isi kandungan kitab Nashoihud Diniyyah kususnya konsep tasawwuf yang terkandung pada kitab tersebut.

E. Kajian Pustaka

  Dari segi bahasa, para ahli memberikan berbagai pengertian tentang tasawwuf, namun dari beberapa pengertian itu dapat disimpulkan, bahwa tasawwuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.

  Sedangkan pengertian tasawwuf dari segi istilah atau menurut pendapat para ahli tasawwuf sangat tergantung kepada sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing pakar. Jika memandang mausia sebagai makhluk yang harus berjuang, maka tasawwuf dapat didefinisikan sebagai "upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt."

  Tasawwuf ialah penjabaran ajaran Al-Qur ‟an, Sunnah, berjuang mengendalikan hawa nafsu, menjauhi perbuatan

  bid‟ah, mengendalikan

syahwat , dan menghindari sikap meringankan ibadah ( Hoeve, 1993: 74).

  Secara umum para ahli tasawwuf membagi tasawwuf menjadi 3 (Tiga) macam yaitu: tasawwuf aqidah, tasawwuf amali dan tasawwuf akhlaki. Ketiga jenis tasawwuf tersebut pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama yaitu sama- sama ingin “mendekatkan diri kepada Allah” dengan cara membersihkan diri dari perbuatan tercela dan menghiasinya dengan perbuatan terpuji. Namun ketiga jenis tasawwuf tersebut mempunyai perbedaan dalam penerapan “pendekatan” yang di gunakan (Asmaran, 1994:46)

  Pendekatan-pendekatan dari masing-masing jenis tasawwuf, sekaligus merupakan spesifikasi dan ajaran inti masing-masing jenis tasawwuf tersebut. Para tasawwuf yang bercorak akhlaki, pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan “moral” atau biasa di sebut pencerdasan emosi. Untuk tasawwuf yang bercorak aqidah, maka pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan “rasio” memberdayakan akal pikiran yang biasa disebut pencerdasan inteligen. Sedangkan tasawwuf yang bercorak amali, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan “amaliah”, memperbanyak aktifitas yang bersifat rohani yang biasa disebut pencerdasan spiritual.

  Ketiga bentuk corak tasawwuf itu merupakan perwujudan untuk meng-Esakan Tuhan secara mutlak, dan itu berarti kita harus menyadari bahwa meng-Esakan dan memahami Tuhan tidak bisa dijangaku atau didekati hanya dengan rasio atau akal semata, tetapi memahami Tuhan harus dibantu dengan pendekatan moral atau emosi dan spiritual yang keduanya itu bertempat dalam hati sebagai tempatnya iman bersemayam ( Siregar, 2002:52).

  Berikut adalah ajaran inti tasawwuf yang dikemukakan menurut pembagian tasawwuf itu sendiri, yakni:

  1. Tasawwuf Akhlaki Taswuf Akhlaki ialah ajaran tasawwuf yang berhubungan dengan pendidikan mental dan pembinaan serta pengembangan moral agar seseorang berbudi luhur atau berakhlak mulia. Bahwa satu-satunya cara untuk bisa mengantarkan seseorang agar bisa dekat dengan Allah SWT

  , hanyalah dengan jalan “mensucikan jiwa”. Bahwa untuk mencapai kesucian jiwa tersebut diperlukan “latihan mental” yaitu al-riyadhah yang ketat. Riyadhah tersebut wujudnya adalah “mengontrol” sikap dan tingkah laku secara ketat agar terbentuk pribadi yang berahklak mulia.

  2. Tasawwuf Amali

  Tasawwuf amali yaitu ajaran tasawwuf yang mementingkan pengalaman-pengalaman ibadah baik secara lahiriah maupun batiniah. Tasawwuf amali dianggap oleh sebahagian sufi sebagai bagian dan lanjutan dari taswuf akhlaki. Menurut sufi yang menganutnya bahwa untuk dekat dengan Allah SWT. Maka seseorang harus menggunakan pendekatan amaliah dalam bentuk memperbanyak aktifitas, amalan lahir dan batin(Asmaran, 1994:53)

  Oleh karena itu menurut sufi, ajaran agama juga mengandung aspek lahiriah dan batiniah, maka cara memahami dan mengamalkannya juga harus melalui aspek lahir dan batin.

  3. Tasawwuf Aqidah Tasawwuf aqidah berbeda dengan tasawwuf akhlaki dan amali. Sebab tasawwuf falsafi menggunakan term filsafat dalam mengungkap ajarannya.

  Terminologi tersebut berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang mempengaruhi tokoh-tokoh sufi. Dengan adanya term-term filsafat dalam tasawwuf ini menyebabkan bercampurnya ajaran filsafat dan ajaran-ajaran dari luar Islam seperti Yunani, India, Persia, Kristen dalam ajaran tasawwuf Islam. Tetapi perlu diketahui bahwa orisinalitas tasawwuf tetap ada dan tidak hilang.

  Sebab para sufi tersebut menjaga kemandirian ajarannya(Asmaran, 1994:192).

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan

  Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Library

  research . Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan

  angka secara langsung. Dalam hal ini hendak diuraikan nilai-nilai akhlak tasawwuf yang terdapat dalam kitab Nashoihud Diniyyah dan relevansinya dengan kehidupan kontemporer.

2. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library

  research (penelitian kepustakaan). Maka peneliti menggunakan

  teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.

  Yang terdiri dari dua sumber: a.

  Sumber utama, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang didapat yaitu: kitab Nashoihud

  Diniyyah b.

  Sumber Pendukung, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data utama. Yaitu terjemahan kitab Nashoihud Diniyyah serta buku-buku lain yang ada hubungannya dengan pendidikan konsep tasawwuf.

3. Teknik Analisis Data

  Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan Metode Content Analysis. Yaitu menganalisis isi. Menurut Weber sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul: Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen” (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam ulasan-ulasan kitab Nashoihud Diniyyah dan konsep tasawwuf.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

  Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, keragka teoritik, dan sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

  Bab Kedua. Biografi dan pemikiran Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, menguraikan tentang: Latar belakang Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, riwayat hidup Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang meliputi kelahiran dan nasab, tempat tinggal, ahli keluarganya, dan peristiwa wafatnya. Dilanjutkan dengan madzhab Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, guru-gurunya, murid-muridnya, karya- karyanya, serta sistematika penulisan kitab Nashoihud Diniyah.

  Bab Ketiga. Deskripsi pemikiran Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad.

  Bab Keempat. Pembahasan, menguraikan pemikiran, relevansi pemikiran, dan analisis.

  Bab Lima. Penutup, menguraikan kesimpulan, saran, implikasi penelitian, dan kata penutup.

BAB II BIOGRAFI AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL HADDAD A. Latar Belakang Habib Abdullah Al-Haddad Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad tinggal

  di sebuah tempat bernama Al-Hawi. Al-Hawi adalah sebuah kawasan yang berdekatan dengan Tarim, ia menetap disana(Al-Hawi) pada tahun 1099H. Sayyid Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri (Sejarawan dari Hadlramaut) berkata:

  ”Sesungguhnya Al-Habib Abdullah Al-Haddad mendirikan Al-Hawi semata-mata untuk mempunyai tapak yang berdiri sendiri untuknya dan ahli keluarganya serta para pengikutnya,dan tidak tertakluk kepada pentadbiran(pemikiran) Qadli Tarim pada masa itu. Ia merupakan tempat yang strategi untuk mendapatkan segala yang baik dari pada Tarim, dan kawasan yang terlindung dari segala fitnah dan kejahatan dari tempat itu

  ”. Dengan demikian Al-Hawi menjadi kawasan yang selamat lagi dihormati.

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad membangun rumahnya di Al- Hawi pada tahun1074 H, lalu berpindah dari Subair kesana pada tahun 1099H. Ia membangun masjidnya berhampiran dengan rumahnya, dan mengajar disana selepas shalat ashar setiap hari, serta hadlrah (rebana) pada setiap malam J um‟at selepas salat isya‟. Maka dengan berbagai aktivititas, Al-Hawi menjadi tumpuan kepada para ulama

  ‟, dan orang- orang shaleh, serta tempat perlindungan bagi kaum fakir miskin ,dan merupakan zona selamat, aman, dan tenteram (AlBadawi, 1994: 161).

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad, dalam menyusun kitab ini memiliki berbagai alasan, tujuan, dan latar belakang. Ia mengatakan bahwa alasan yang mendorongnya untuk menulis kitab ini adalah untuk melaksanakan perintah agung, perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, dan berusaha meraih janji yang mulia yaitu untuk memperoleh janji yang benar (alWa

  ‟ddual Shaadiqu) yang dijanjikan bagi mereka yang

  menyeru kepada jalan kebaikan dan menyebarkan ilmu, disamping juga untuk mengingatkan dan menasehati seluruh umat muslim (Al Haddad, 2010: 3).

  Selain dengan alasan itu semua, memang juga karena masyarakat yang hidup pada masa itu, sedang dalam kondisi minus akhlak, banyak kerajaan-kerajaan yang melancarkan peperangan, berebut kekuasaan, dan masyarakatnya kurang mendapat perhatian dari penguasanya, yang menyebabkan satu sama lain dari mereka berbuat hal-hal yang diluar tuntunan syari

  ‟at islam. Akibat kurangnya tuntunan dari pemimpinnya (Abu Bakar, 1996:132).

B. Riwayat Hidup Al-Habib Abdullah AlHaddad 1. Kelahiran dan Nasab

  Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad dilahirkan di Tarim ( sebuah kota yang terletak di Hadlramaut,Yaman) pada malam senin tanggal 5 Shafar tahun 1044 H/30 Juli tahun 1634 M.Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al Haddad adalah keturunan dari Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang dikenal sebagai seorang yang shaleh, serta diyakini sudah mencapai derajad Al-Arifin (

  ma‟rifat) dan Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin

  Muhammad Al-Habsyi, yang juga dikenal sebagai wanita yang shalehah. (Al-Badawi, 1994: 39-40).

  Adapun nasab beliau sampai pada Rasullullah SAW. Apabila ditulis secara keseluruhan maka nasab beliau yaitu Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Abu Bakar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Alwi bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin isa bin Muhammad bin Ali bin Jaafar Al-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainul Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib dan juga putra Fathimah Putri dari Rasulullah Muhammad (Abu Bakar, 1996:366).

2. Tempat Tinggal

  Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad tinggal disebuah tempat bernama Al-Hawi. Al-Hawi adalah sebuah kawasan yang berdekatan dengan Tarim, ia menetap disana (Al-Hawi) pada tahun 1099 H. Sayyid Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri (Sejarawan dari Hadlramaut) berkata: ”Sesungguhnya Al-Habib Abdullah Al-Haddad mendirikan Al-Hawi semata-mata untuk mempunyai tapak yang berdiri sendiri untuknya dan ahli keluarganya serta para pengikutnya, dan tidak tertakluk kepada pentadbiran(pemikiran) Qadli Tarim pada masa itu.

  Tarim merupakan tempat yang strategi untuk mendapatkan segala yang baik daripada Tarim, dan kawasan yang terlindung dari segala fitnah dan kejahatan dari tempat tersebut

  ”. Dengan demikian Al- Hawi menjadi kawasan yang selamat lagi dihormati . (Al-Badawi, 1994: 139).

3. Ahli keluarga Imam Al Haddad

  Ayah beliau bernama Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad, seorang yang saleh yang tergolong dalam golongan Al‟Arifin. Imam Al-

  Haddad sendiri pernah berkata: “sesungguhnya ayahku ini suci dan mensucikan”. Sakit menimpa ayahanda Imam Al-Haddad sehingga beliau wafat pada malam senin awal bulan rajab setelah mengucap kalimah tauhid.

  Setelah 5 hari ayahanda Imam Al-Haddad meninggal dunia, ibu beliau Syarifah Salma sakit selama lebih kurang 20 hari, lalu kemudian meninggal dunia setelah mengucap syahadat pada hari rabu 24 Rajab 1072 H. Olehnya, berkata Imam Al-

  Haddad : “Aku memuji dan bersyukur kepada Allah karena mereka berdua (yakni kedua ibu bapanya) meninggal dunia dalam keadaan yang diridhai. Imam Al-Haddad mempunyai 3 orang saudara, mereka adalah: Omar, Ali, dan Hamid. Beliau kerap menulis surat kepada mereka yang dipenuhi dengan nasihat-nasihat dan pengajaran-pengajaran. Akan tetapi, surat-menyurat beliau kepada Hamid (saudaranya) lebih kerap, hal ini mungkin disebabkan oleh karena jauhnya jarak antara mereka berdua, oleh kerana beliau (Habib Hamid) tinggal di India dan meninggal dunia di sana pada 1107H. Dari isi kandungan surat-surat itu tampak satu pertalian hubungan persaudaraan yang menggambarkan akan kesungguhan kasih sayang dan kecintaan di antara mereka.

  Imam Al-Haddad mempunyai 6 orang anak lelaki, mereka adalah: Hasan, Alwi, Muhammad, Salim, Husain, dan Zain.

  Beliau seorang ayah yang penyayang terhadap anak-anaknya, beliau memberikan gelaran-gelaran terhadap mereka. Seperti gelaran Ameer (pemimpin) untuk Husain, Sholeh (orang yang banyak amal ibadahnya) untuk Alwi, Hakim (sifat bijaksana) untuk Hasan, dan Sheikh (guru besar) untuk Zain. Berkata imam Al-Haddad tentang anaknya Muhammad:“sesungguhnya anakku Muhammad telah mendapat derajat wilayah yang sempurna” .Sehingga dengan demikian beliau dipilih untuk menggantikan ayahandanya di dalam penghubung antara kabilah-kabilah untuk mendamaikan antara puak-puak yang berselisih

  Adapun Hasan dan Alwi dikenali dengan keilmuannya, dan mereka menggantikan kedudukan ayahanda mereka dalam tugasan mengajar ilmu-ilmu, dan memberi makan fakir miskin, menerima tamu- tamu asing ataupun tamu-tamu khas yang datang dari luar. Imam Al- Haddad pernah berdoa untuk anaknya Hasan: “Hasan (artinya yang baik.) semoga Allah membaikkan di be lakangmu”. Dengan doa itu beliau mempunyai dzuriat yang baik dan banyak dari kalangan ulama. Beliau

  (Hasan) meninggal dunia di Tarim pada tahun 1188H, adapaun Alwi meninggal dunia di Mekkah setelah menunaikan ibadah haji, dan dimakamkan berhampiran dengan kubur Siti Khadijah R.A pada tahun 1153 H.

  Zain telah berhijrah ke Iraq setelah ayahandanya meninggal dunia, beliau sangat dihormati di negeri itu disebabkan oleh kerana pengaruh ayahandanya yang begitu luas sehingga ke negeri Iraq. Beliau meninggal dunia di negeri Oman bertepatan dengan perkampungan Sheer, pada tahun 1157H.

  Adapun Salim, beliau menetap di negeri Misyqash dan mempunyai dzuriat di sana, lalu kemudian kembali ke kampung halamannya Tarim dan meninggal dunia di sana pada tahun 1165 H. (AlBadawi, 1994: 187).

4. Peristiwa Wafatnya

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad menghabiskan umurnya untuk menuntut ilmu dan mengajar, berdakwah dan mencontohkannya dalam kehidupan. Hari kamis 27 Ramadhan 1132 H, dia sakit tidak ikut salat ashar berjama‟ah di masjid dan pengajian rutin sore. Ia memerintahkan orang-orang untuk tetap melangsungkan pengajian seperti biasa dan ikut mendengarkan dari dalam rumah. Malam harinya, ia salat isya berjama‟ah dan tarawih. Keesokan harinya ia tidak bisa menghadiri salat jum'at. Sejak hari itu, penyakitnya semakin parah. Ia sakit selama 40 hari sampai akhirnya pada malam selasa, 7 Dzul- qo‟dah 1132 H / 10 September 1712 M, ia kembali menghadap Yang Kuasa di Al-Hawi, disaksikan anaknya, Hasan. Ia wafat dalam usia 89 tahun. Ia meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum di dunia.

  Di kota tarim, di pemakaman Zanbal ia dimakamkan (AlBadawi, 1994: 171-172).

C. Madzhab Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad dalam sejarah Islam, ia dikenal sebagai penganut aqidah Sunni Asy‟ariyah, dan pengikut madzhab Syafi‟i. Al-Habib Abdullah sangat memahami kitab-kitab madzhab Imam Syafi‟i. Sehingga yang dahulu menjadi gurunya beliau, kemudian menjadi muridnya. Salah satunya yaitu Sheikh Bajubair, dimana Al-Habib Abdullah Al-Haddad dulunya telah berguru kepada Sheikh Bajubair dalam ilmu Fiqh, dan ia telah belajar kitab Al Minhaj (kitab Fiqh madzhab Imam Syafi‟i) dari Sheikh Bajubair. Sheikh Bajubair merantau ke negeri India, setelah beberapa lama berada di sana, lalu kemudian ia kembali ke Hadlramaut. Setelah di Hadlramaut ia belajar kitab Ihya „Ulumuddin Karya Imam Al-Ghozali kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Hal ini menunjukkan akan keluasan ilmu Al-Habib Abdullah yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya(AlBadawi, 1994: 231).

D. Guru-guru Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

  Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad tumbuh besar dalam lingkungan keluarga yang baik, ia mendapat didikan awal dari ayahandanya Al-Habib Alwi bin Muhammad al-Haddad dan ibundanya Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi. Di masa kecilnya, ia menyibukkan diri untuk menghafal Al-

  Qur‟an, dan bermujahadah untuk mencari ilmu, sehingga berjaya mendahului rekan rekannya. Al-Habib Abdullah Al-Haddad sangat gemar menuntut ilmu.

  Kegemarannya ini membuatnya seringkali melakukan perjalanan berkeliling ke berbagai kota di Hadlromaut, menjumpai kaum shalihin(orang-orang yang saleh) untuk menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka. Telah dicatatkan bahwa, jumlah bilangan guru-guru Al-Habib Abdullah melebihi 140 guru, ia telah mengambil ilmu dan berkah dari para guru- gurunya itu. Di antara guru-guru dari Al Habib Abdullah Al-Haddad adalah sebagai berikut: 1.

  Al-Mukarromah Al-Habib Muhammad bin Alwi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaf yang tinggal di Mekkah (1002 –1071 H).

2. Sayyidi Syaikh Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin

  Muhammad bin Syaikh Al- „Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthob

  Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Robbani Abu Bakar bin Abdullah Al- Idrus (1035-1112 H), 3. Al-Allamah Al-Habib Abdurrahman bin Syekh Maula Aidid Ba'Alawy

  (wafat: 1068 H),

  4. Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-„Athos bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Asseqaf (wafat: 1072 H), 5. Al-Mukarromah Al-Habib Muhammad bin Alwi bin Abu Bakar binAhmad

  • – bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaf yang tinggal di Mekkah (1002 1071 H).

  Dari guru-gurunya itulah Al-Habib Abdullah Al-Haddad menerima banyak ilmu hingga menekuni tasawwuf, dan dari guru-gurunya tersebut dengan kajiannya yang mendalam diberbagai ilmu keislaman menjadikannya benar-benar menjadi orang yang `alim, menguasai seluk beluk syari`at dan hakikat, memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi dalam bidang tasawwuf, sampai ia menyusun sebuah Ratib (wirid-wirid perisai diri, keluarga dan harta) yang kini dikenal di seluruh penjuru dunia pada 10 mei pukul 00.30).

  E.

  

Murid-murid Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad AlHaddad

  Murid-murid utama Imam Al Haddad adalah terdiri dari ahli keluarganya sendiri, terutama anak-anak beliau. Adapun dari selain ahli keluarga beliau mereka adalah: Habib Ahmad bin Zain Al Habshi, Habib Muhammad bin Zain bin Semait, Habib Omar bin Zain bin Semait, Habib Omar bin Abdurrahman Al Baar, Habib Abdurrahman bin Andullah Ba Al-Faqih, Habib Muhammad bin Omar bin Taha Al-Seggaf, dllpada 10 mei pukul 00.30).

  F.

  

Karya-karya Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad AlHaddad

  Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam berdakwah, AlHabib Abdullah Al-Haddad juga dikenal sebagai salah seorang penulis yang produktif. Ia mulai menulis ketika berumur 25 tahun dan karya terakhirnya ditulis pada waktu usianya 86 tahun. Keindahan susunan bahasa serta mutiara-mutiara nasehat yang terdapat dalam karya-karyanya, menunjukkan akan keahliannya dalam berbagai ilmu agama. Bukan hanya kaum awam saja yang membaca dan menggemarinya, akan tetapi sebagian ulama‟pun menjadikannya sebagai pegangan dalam berdakwah. (Albadawi, 1994: 163).

  Keistimewaan dari karya-karya Al-Habib Abdullah adalah mudah difahami oleh semua kalangan, mengikut kefahaman masing-masing.

  Sehingga buku-bukunya telah dicetak beberapa kali dan sudah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa.

  Adapun karya-karya Al-Habib Abdullah Al-Haddad diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. An-Nashoihuddiniyah wa al-Washoya al-Imaniyah. Kitab ini mendapat pujian dari para ulama‟ karena isinya merupakan suatu ringkasan daripada kitab Ihya „Ulumudin ( karangan Imam Al Ghozali ). Kata-kata di dalam kitab ini mudah, kalimatnya jelas, pembahasannya sederhana dan disertai dengan dalil yang kukuh (Albadawi, 1994: 165).

2. Risalah al-Mu‟aawanah wa al-Mudzaaharah wa al-Mu`aazirah li ar

  Raghibin minal Mu‟minin fi Suluki Thoriqil Akhirah. Kitab ini selesai ditulis pada tahun 1069 H, sewaktu Al-Habib Abdullah berusia 26 tahun.

  Dan ditulis atas permintaan Habib Ahmad bin Hasyim Al-Habsyi. (Al- Badawi, 1994: 165-166).

  3. Risalah Al-Mudzaakarah Ma‟a Al-Ikhwan Al-Muhibbin Min Ahl

  AlKhair Wa Ad-Din. Berisi tentang definisi takwa, cinta menuju jalan akhirat, zuhud dari dunia, kitab ini sangat cocok untuk menerangkan hati.

  Kitab ini selesai ditulis oleh Al-Habib Abdullah pada hari ahad sebelum waktu dhuhur, akhir bulan Jumadil Awwal tahun 1069 H. (Al-Badawi, 1994: 163).

  4. Risalah Aadab Suluk al-Murid. Tentang kewajiban bagi seorang murid (orang yang mencari Allah dan kehidupan akhirat) meliputi adab dan amal lahir dan batin. Kitab ini selesai penulisannya pada tanggal 7 atau 8 Ramadhan, tahun 1071 H. (Al-Badawi, 1994: 164).

  5. Ithaf as-Saail bi Jawaab al-Masaail.Kitab ini selesai ditulis pada hari Jum‟at, 15 Muharram 1072 H, Ketika itu Al-Habib Abdullah berumur 28 tahun. Kitab ini adalah merupakan kumpulan jawaban atas berbagai persoalan yang diajukan kepadanya oleh Syaikh Abdurrahman Ba „Abbad Asy-Syibaami. Kitab itu ditulis sewaktu ia berkunjung ke Dau „an pada tahun 1072 H. Kitab ini mengandung 15 pertanyaan dengan jawaban dan ulasan yang mendalam darinya. Selesai ditulis pada hari Jum‟at, 15 Muharram 1072 H. (Al-Badawi, 1994: 165).

  6. Al-Fushul al-„Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hikamiyah.Terdiri dari 40 fasal.

  Kitab ini selesai ditulis pada 12 Shafar tahun 1130 H, ketika Al- Habib Abdullah berusia 86 tahun, yaitu 2 tahun sebelum kewafatannya.

  (Al-Badawi, 1994: 167).

  7. Sabil al-Iddikar wa al-I‟tibaar bima Yamurru bi al-Insan wa Yanqadhi

  lahu min al- ‟A‟maar.Terdapat perbedaan pendapat mengenai usia Imam