BAB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN SELF-REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang bertujuan untuk

  mengembangkan seluruh potensi yang ada didalam diri seseorang berdasarkan dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat.

  Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

  bab 1 pasal (1) yang menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

  

  Monks berpendapat bahwa siswa sekolah menengah termasuk dalam masa remaja madya yang berusia sekitar 15 sampai 18 tahun.

  Monks, dkk., mengatakan bahwa: “batasan usia remaja adalah antara usia 12 tahun hingga usia 21 tahun. Monks membagi masa remaja menjadi tiga fase, yaitu:

  1. Fase remaja awal dalam rentang usia 12–15 tahun,

  2. Fase remaja madya dalam rentang usia 15–18 tahun,

  Undang-Undang Sisdiknas UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dan Undang-Undang Guru

  

  3. Fase remaja akhir dalam rentang usia 18–21 ta Dalam aspek perkembangan afektif, kognitif dan moral Peserta didik

  Sekolah Menengah Atas (SMA) telah mengalami perkembangan. Hal itu diharapkan mampu mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Pernyataan itu menerangkan bahwa peserta didik SMA dianggap telah dapat bertanggung jawab dalam meyelesaikan beragam tugas termasuk tugas akademik. Namun pada kenyataannya masih ada peserta didik SMA yang mengalami masalah saat menjalankan tugas-tugasnya.

  Sering kali permasalahan di sekolah tidak dapat dihindari oleh peserta didik walaupun dengan pengajaran yang baik. Dikarenakan banyaknya sumber-sumber permasalahan siswa disebabkan oleh hal-hal lain di luar sekolah. Tingkah laku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk melakukan aktifitas belajar sesuai apa yang diharapkan atau belajar sesuai kehendak sendiri tanpa aturan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila hal itu dibiarkan, maka usaha belajar siswa tersebut tidak dapat berlangsung dengan efektif. Terutama masalah kehidupan sekarang ini semakin rumit, termasuk didalamnya masalah membagi waktu. Semuanya akan menjadi kacau jika pengaturan waktu tidak dilakukan secara disiplin. Begitupun juga kedisiplinan siswa perlakuan guru bimbingan dan konseling diperlukan untuk mendampingi mereka dalam menjalankan aktifitas belajar ataupun aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari.

  Bimbingan Konseling merupakan salah satu komponen penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang keberadaannya sangat dibutuhkan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah pasal 3 yaitu Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan membantu Konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek

  

  pribadi, belajar, sosial, dan kariMaka dapat disimpulkan bahwa, peran guru BK atau Konselor di Sekolah Menengah sangatlah penting untuk membina, mengembangkan, meningkatkan diri konseli seoptimal mungkin agar dapat mencapai tujuan hidupnya dengan baik dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konseli.

  Masalah yang marak terjadi dilingkungan pelajar sekarang ini adalah sebagian waktunya banyak digunakan untuk hiburan atau kegiatan yang menyenangkan dibandingkan dengan kegiatan belajar yang dianggap membosankan. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan pelajar yang suka selfie lalu dibagikan ke akun sosial media mereka, berselancar di dunia maya, begadang, menonton televisi berjam-jam, jalan-jalan di mall atau plaza,

  3Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 111 Tahun

2014 Tentang Bimbingan Dan Konseling Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah, menonton konser, pacaran, kecanduan game online dan suka menunda-nunda

  

  Ketika seorang pelajar tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, sering mengulur waktu dengan melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat sehingga waktu terbuang dengan sia-sia. Tugas terbengkalai dan penyelesaian tugas tidak maksimal berpotensi mengakibatkan kegagalan atau terhambatnya seorang siswa meraih kesuksesan. Kegagalan atau kesuksesan individu sebenarnya bukan karena faktor intelegensi semata namun kebiasaan melakukan penundaan dalam terutama penyelesaian tugas akademik yang dikenal dengan istilah prokrastinasi akademik.

  Seseorang yang tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik adalah orang-orang yang merugi sebagaimana Allah telah berfirman dalam QS.Al- Ashr: 1-3, sebagai berikut:

  

        

    

  

  Artinya

  :

1. Demi masa

  2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran

  Berdasarkan Ayat tersebut dapat dipahami bahwa manusia itu sesungguhnya dalam kerugian. Sangatlah disayangkan karena masih banyak

  Fitria Safira& Yudi Suharsono“Self-Regulated Learning (Srl) Dengan Prokrastnasi

4 Akademik Pada Siswa Akselerasi”. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01,No. 01, (Januari,

  yang tidak menyadari kerugian tersebut, sehingga Allah SWT meyakinkan manusia bahwa mereka sungguh-sungguh berada di dalam kerugian. Yang dimaksud kerugian disini adalah tidak dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ajaran-ajaran dan petunjuk Islam yang telah dianjurkan dan diperintahlan dalam Al-Qu’ran dan Hadits selama hidup di dunia ini untuk mendapat Ridha Allah SWT.

  Allah juga berfirman manusia janganlah sombong ketika akan mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan waktu. Hal ini, tertuai dalam Q.S. Al-Kahfi: 23-24, sebagai berikut:

  

         

         

      

  Artinya :

  Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, “Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut), ‘Insya Allah’.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa, dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.”

  Allah Swt. memberi petunjuk kepada Rasul-Nya tentang ketika bila hendak mengerjakan sesuatu yang telah ditekadkannya di masa mendatang, hendaklah ia mengembalikan hal tersebut kepada kehendak Allah Swt. Yang mengetahui hal yang gaib, Yang mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, dan yang mengetahui apa yang tidak akan terjadi, seandainya terjadi bagaimana akibatnya.

  Salah satu perilaku tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik yaitu, menunda – nunda pekerjaan. Dalam kajian psikologi, fenomena ini disebut prokrastinasi. Orang yang melakukan penundaan disebut prokrastinator.

  Brown dan Holzman menyebutkan bahwa prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda-nunda dan menyelesaikan suatu tugas atau

  

  pekerjaaSolomon dan Rothblum mengatakan “Procrastination, the act of

  needlessly delaying tasks to the point of experiencing subjective discomfort, is an all-too-familiar problem” yang artinya Suatu penundaaan dikatakan

  sebagai prokrastinasi, apabila penundaan itu dilakukan pada tugas yang penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja dan menimbulkan perasaan

  

  Diterangkan juga oleh Spillane bahwa prokrastinasi merupakan kecenderungan untuk menunda-nunda pekerjaan atau tugas bagi setiap orang.

  Kecenderungan ini bisa tanpa alasan, bisa juga dengan niat baik namun tidak terwujud. Kecenderungan prokrastinasi menjadi salah satu sumber stres, rasa

  5Ghufron, M.N & Risnawita, R.S. Teori-Teori Psikologi, Cetakan III. (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2010). h. 151

  6Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. “Academic Procrastination: Frequency and

Cognitive-Behavioral Correlates”.Journal of Counseling Psychology, Vol. 31No. 4 (Oktober, bersalah, dikejar-kejar pekerjaan atau tugas pada saat-saat terakhir yang

  

  Lebih lanjut, Milgram pengertian prokrastinasi mengandung beberapa unsur berikut : “1) serangkaian perilaku menunda-nunda; 2) berakibat rendahnya mutu produk perilaku tersebut; 3) menyangkut tugas yang oleh prokrastinator dianggap penting untuk dilakukan dan 4) berakhir pada keadaan emosional

  

  Jadi, dapat ditarik kesimpulan prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda-nunda pekerjaan atau tugas yang harusnya diselesaikan untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan lain yang dianggap menyenangkan yang tidak berkaitan dengan tugas yang harus dikerjakan.

  Menurut Ferrari dalam Jurnal Surijah dan Tjundjing aspek-aspek pada prokrastinasi akademik terdiri dari 4 hal, yaitu : “(a) Perceived time yang merupakan kecenderungan seorang prokrastinator salah satunya gagal menepati deadline; (b) Intention-action gap yaitu ncelah antara keinginan dan perilaku; (c) Emotional distress yaitu salah satu aspek yang tampak dari perasaan cemas saat melakukan prokrastinasi; (d)

  Perceived ability yang merupakan keyakinan terhadap kemampuan diri pada

  seseorang. Keragu-raguan seseorang terhadap kemampuan diri akan

  

  menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ferrari, para penunda atau prokrastinator dilaporkan merasa cemas, tertekan dan stres ketika

  7Spillane, J, James, “Time Management; Pedoman Praktis Pengelolaan Waktu” (Yogyakarta: Kanisiu, 2003), h. 99

  8Gunarya, A, “Teknik Menangani Prokrastinasi” (Modul SS-06. Basic Study Skills UNHAS, Makassar, 2011), h. 1 mengerjakan tugas dengan batasan waktu tertentu. Oleh karena itu, diusulkan bahwa untuk menghindari perasaan negatif seperti itu, para penunda biasanya mencoba untuk menghindari memulai tugas yang seharusnya dikerjakan

  

  Dari pernyataan tersebut diatas dapat dilihat bahwa masalah prokrastinasi memang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam lingkup akademik khususnya pada Sekolah Menengah Atas , hal ini jika dibiarkan terus menerus dapat membuat kualitas kehidupan seseorang atau pelajar menjadi rendah.

  Ferarri et al menyatakan Prokrastinasi akademik adalah sebuah masalah umum yang dialami siswa. Sebagian besar siswa menunda pada beberapa tugas akademik hingga taraf tertentu, dan sekitar seperempat siswa melaporkan bahwa mereka sering menunda ke tingkat yang menyebabkan

  

  Penundaan saat mengerjakan tugas- tugas akademik atau yang biasa disebut dengan prokrastinasi akademik pada siswa SMA menjadi hal yang seharusnya dihindari dan patut diwaspadai oleh seluruh siswa, karena dapat memberikan efek negatif pada penurunan prestasi akademiknya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perlu adanya kontrol diri dalam belajar yang

  ,

10 B. Uzun Ozer et al “Dynamic interplay of depression, perfectionism and self- regulation onprocrastination”, British Journal of Guidance & Counselling, 2014, h. 310.

  Victor Day, David Mensink & Michael O'Sullivan , “Patterns Of Academic

  11 dapat menunjang dalam pencapaian tujuan belajarnya dengan cara mengatur dan mengendalikan sistem belajar yang dikenal dengan self-regulated

  learning. Regulasi diri dapat membantu siswa untuk menghindari penundaan akademik tersebut dengan melakukan pengaturan diri.

  Self –regulation pertama kali dikemukakan oleh Bandura dari teori

  belajar social dalam tingkah laku. Menurut Bandura, “self–regulation adalah kemampuan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri”.

  Istilah self – regulation yang digunakan dalam belajar dikenal sebagai self-regulated learning. Self regulated learning terdiri dari kata self

  regulated dan learning. Self regulated berarti terkelola, tersusun atau teratur,

  

  Menurut Zimmerman, Self-regulated learning memiliki tiga aspek penting yang akan menentukan tinggi rendahnya tingkat self-reguled

  learning. Pertama yaitu aspek kognisi dimana upaya individu merencanakan,

  menetapkan tujuan, mengatur, memonitor diri, dan mengevaluasi diri. Kedua yaitu aspek motivasi dimana individu merasakan efikasi diri yang tinggi, atribusi diri dan berminat pada tugas intrinsik. Ketiga yaitu aspek perilaku dimana upaya individu untuk memilih, menstruktur, dan menciptakan

  Latipah, E. “Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar” KajianMeta lingkungan yang mengoptimalkan belajar. Apabila siswa mampu dan memiliki ketiga aspek tersebut, maka ia akan memiliki tingkat self-regulated

  

  Jadi dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning adalah mengatur diri atau pengelolaan atau pengaturan diri dalam belajar yang yang melibatkan kognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar dan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

  Penelitian yang dilakukan oleh Handy Susanto, menyebutkan bahwa self-regulated learning mempengaruhi seseorang dalam menyelesaikan proses pendidikannya. Kemampuan regulasi diri dalam belajar meliputi kemampuan individu dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dan kemampuan untuk membagi waktu antara belajar dan kegiatan lain. Selain itu termasuk pula kemampuan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian. Oleh karena itu, apabila kemampuan self-regulated

  learning dalam diri tidak berkembang dengan optimal maka tujuan yang ingin

  dicapai tidak dapat dicapai dengan optimal. Begitu juga sebaliknya, apabila

  self-regulated learning dapat berkembang dengan optimal maka tujuan

  

  Zimmerman, B. J. “ A Social Cognitive View of Self Regulated Academic Learning”.

13 Journal of Educational Psychology.3. 1989 h. 4-5

  14Handy Susanto. Mengembangkan Kemampuan Regulasi diri untuk

Meningkatkan Keberhasilan Akademik Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur (Nomor 7 tahun 5),

  Masril mengungkapkan fenomena-fenomena seperti mengerjakan tugas tidak tepat waktu dan terlambat dalam kegiatan akademik dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang berasal dari dalam diri diasumsikan terkait rendahnya kemampuan regulasi-diri siswa. Lebih lanjut, Masril mengungkapkan regulasi diri dan self awarenes sebagai fungsi eksekutif dari cara kerja otak manusia. Itu menunjukkan bahwa kemampuan regulasi diri merupakan faktor kunci dari sejumlah variabel non-IQ yang

  

  Dari permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu tindakan dari guru BK, salah satunya yaitu dengan memberikan layanan bimbingan belajar. Layanan bimbingan belajar sebagaimana diungkapkan oleh Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani bahwa “Bimbingan belajar merupakan seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat membuat pilihan, mengadakan penyesuaian, dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pengajaran atau belajar yang dihadapinya”. Artinya, bimbingan belajar adalah upaya guru pembimbing membantu siswa dalam mengatasi berbagai

  

  Dewa Ketut Sukardi mengemukakan bahwa “Layanan bimbingan belajar adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar

  15Masril.Konseling Regulasi-Diri Berbasis Teori Pilihan.Prosiding, Seminar dan Workshop Internasional. Bandung: UPI. 2011 Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya,serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai

  

  dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan keseniaPendapat Dewa Ketut Sukardi tersebut menjelaskan bahwa layanan bimbingan belajar diarahkan untuk membantu siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah belajar yang dihadapi.

  Berdasarkan beberapa definisi layanan bimbingan belajar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah upaya bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing/guru BK kepada siswa yang berkaitan dengan kegiatan belajar termasuk dalam mengatasi kesulitan belajar sehingga tercapai keberhasilan belajar yang optimal. Layanan ini sangat bermanfaat bagi peserta didik, untuk itu peran guru BK sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam membantunya memahami tentang bagaimana mengatur Self- regulated learning yang baik sehingga terhindar dari prokrastinasi akademik.

  Dalam penelitian ini, peneliti memilih SMA Negeri 1 Bandar Lampung untuk dijadikan tempat penelitian. Alasannya karena berdasarkan dari hasil pengamatan dan observasi saat melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah ini, masalah yang banyak terjadi di sekolah ini yaitu masalah yang berkaitan dengan prokrastinasi akademik dan self-

  regulated learning. Contoh kasus yang berkaitan dengan prokrastinasi yaitu Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,

  17 (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.62 pada saat disuruh mengumpulkan pekerjaan rumah yang telah diberikan seminggu sebelumnya dari satu kelas masih banyak siswa yang tidak mengumpulkan tugas tersebut, berbagai macam alasan diberikan oleh siswa kepada guru untuk terhindar dari hukuman.

  Untuk data lanjutan penelitian awal yang lebih mendalam, peneliti mengunjungi kembali SMA Negeri 1 Bandar Lampung pada tanggal 5 Maret 2018 untuk melakukan penyebaran angket survey prokrastinasi dan self-

  regulated learning. Peyebaran angket dilakukan keseluruh kelas XI yang

  berjumlah 8 kelas. Hasil angket disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

  

Tabel 1

Permasalahan Prilaku Self-Regulated Learning Peserta Didik kelas XI di

SMA Negeri 1 Bandar Lampung

No Kriteria Self-Regulated Jumlah Peserta Persentas

  . Learning didik e

  1 Tinggi 99 37,9 %

  2 Sedang 82 31,4 %

  3 Rendah 80 30,6 % Sumber : Hasil pra penelitian penyebaran angket 5 Maret 2018 di SMA Negeri

  1 Bandar Lampung Ji= (t-r)/ Jk

  Keterangan : t = skor tertinggi ideal dalam skala r = skor terendah ideal dalam skala Ji = jarak interval

  Sehingga kriteria interval untuk angket Self-regulated Learning dengan jumlah 35 item dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: a. Skor tertinggi : 5 x 35 = 175

  b. Skor terendah : 1 x 35 = 35

  c. Rentang : 175 – 35 = 140

  d. Jarak interval : 140 : 3 = 46,66 = 47

  Tabel 2 Kriteria Self-regulated Learning

Interval Kriteria

  131−175

  Tinggi

  

83−130 Sedang

35−82

  Rendah Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa terdapat 99 peserta didik peserta didik terindikasi mengalami masalah Self-regulated Learning yang tinggi, 82 peserta didik mengalami masalah Self-regulated Learning yang sedang, dan 80 peserta didik mengalami masalah Self-regulated Learning rendah.

  

Tabel 3

Permasalahan Prilaku Prokrastinasi Akademik Peserta Didik kelas XI di

SMA Negeri 1 Bandar Lampung

No

  . Kriteria Prokrastinasi Akademik Jumlah Peserta didik Persentas e

  1 Tinggi 87 33,33 %

  2 Sedang 89 34,09 %

  3 Rendah 85 32,56 % Sumber : Hasil pra penelitian penyebaran angket 5 Maret 2018 di SMA Negeri

  1 Bandar Lampung kriteria interval untuk angket Prokrastinasi Akademik dengan jumlah 43 item dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: a. Skor tertinggi : 5 x 43 = 215

  b. Skor terendah : 1 x 43 = 43

  c. Rentang : 215 – 43 = 172

  d. Jarak interval : 172 : 3 = 57,33 = 57

  Tabel 4 Kriteria Prokrastinasi Akademik

Interval Kriteria

  159−215

  Tinggi

  101−158 Sedang 43−100

  Rendah Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa terdapat 87 peserta didik peserta didik memiliki Prokrastinasi Akademik yang tinggi, 89 peserta didik memiliki Prokrastinasi Akademik yang sedang, dan 85 peserta didik memiliki Prokrastinasi Akademik rendah.

  Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 5 Maret 2018 terhadap guru BK, yaitu Ibu Hj. Yulina Nur, S.Pd memaparkan bahwa: “Siswa yang memiliki ciri perilaku prokrastinasi akademik antara lain: sering lambat atau bahkan tidak mengumpulkan tugas, menghindari tugas yang diberikan guru, sering meninggalkan kelas pada jam pelajaran. Masalah prokrastinasi akademik sangat sering dijumpai disini. Biasanya siswa mengerjakan tugas satu hari sebelum deadline pengumpulan tugas bahkan ada juga siswa sengaja datang lebih awal kesekolah untuk menyalin tugas temannya karena ia sendiri belum mengerjakan. Ada siswa yang terlambat masuk sekolah dan juga masuk jam pelajaran. Ada siswa yang sudah terlambat masuk sekolah dan malah dengan sengaja melambatkan diri masuk ke ruang kelas untuk mengikuti proses belajar. Ada juga yang saat bel masuk sudah berbunyi siswa-siswa itu tidak segera masuk kelas, ada beberapa siswa yang masih mengobrol dengan teman-temannya di kantin, atau pelataran kelas, mendengarkan musik handphone bersama-sama di depan kelas, dan baru masuk kelas setelah ditegur oleh guru yang melihat, masalah seperti itu menunjukkan bahwa siswa belum memiliki regulasi diri

  

  Hasil wawancara menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa terutama kelas XI, memiliki kebiasaan untuk mengerjakan tugas satu hari sebelum deadline pengumpulan tugas tersebut. Sehingga, mereka menjadi tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas karena sempitnya waktu antara pengerjaan dengan waktu pengumpulan tugas. Mengerjakan tugas yang seperti ini dapat mempengaruhi kualitas tugas yang dikerjakan sehingga nilai yang didapatkan menjadi kurang maksimal atau tidak sesuai dengan harapan siswa. Selain itu dapat pula mengakibatkan tidak terpenuhinya target waktu pengumpulan tugas (deadline) serta target nilai yang ingin diraih dari tugas tersebut. Hal itu terjadi karena mereka belum memiliki self-regulated

  learning yang baik. Sehingga proses belajarnya belum teratur sehingga menyebabkan prokrastinasi.

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

  1. Terdapat 99 peserta didik mengalami masalah self-regulated learning yang tinggi

  2. Terdapat 82 peserta didik mengalami masalah self-regulated learning yang sedang

  3. Terdapat 80 peserta didik mengalami masalah self-regulated learning rendah

  4. Terdapat 87 peserta didik siswa yang memiliki prokrastinasi tinggi

  5. Terdapat 89 peserta didik siswa yang memiliki prokrastinasi sedang

  6. Terdapat 85 peserta didik siswa yang memiliki prokrastinasi rendah

  7. Terdapat hubungan antara self-regulated learning dengan prokrastinasi akademik di SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaram 2018/2019.

C. Batasan Masalah

  Untuk lebih mengarahkan penelitian ini pada permasalahan pokok agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan hasilnya dapat terfokus, maka perlu adanya pembatasan yang akan dikaji. Adapun masalah yang diteliti terbatas pada Hubungan Self-Regulated Learning dengan Prokrastinasi Akademik Pada Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019.

  Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah adakah hubungan Self-

  Regulated Learning dengan Prokrastinasi Akademik pada peserta didik kelas

  XI di SMA Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019 ?

E. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui adakah hubungan Self-Regulated Learning dengan Prokrastinasi Akademik Pada Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019.

  2. Tujuan Khusus

  a) Untuk mengetahui gambaran Self-Regulated Learning Pada Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019.

  b) Untuk mengetahui gambaran Prokrastinasi Akademik Pada Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019.

F. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara Self-Regulated Learning dan Prokrastinasi Akademik.

  b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi peneliti-peneliti lain, terutama ranah bimbingan konseling, khususnya terhadap hubungan antara Self-Regulated Learning dan Prokrastinasi Akademik.

  2. Manfaat Praktis Penelitian yang dilakukan terhadap siswa SMA Negeri 1 Bandar Lampung diharapkan dapat memberi masukan kepada peserta didik, guru pembimbing maupun mata pelajaran, dan pihak sekolah untuk dapat melakukan tindakan antisipasi agar tidak terjadinya perilaku prokrastinasi akademik dengan mengembangkan Self-Regulated Learning yang baik pada peserta didik.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KONSELING REALITA UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 0 140

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 1 SUKABUMI INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 0 174

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 2 111

PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BEHAVIORAL CONTRACT TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 1 106

LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 31 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 1 108

PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PESERTA DIDIK KELAS IX SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 2 130

BAB I PENDAHULUAN - EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 0 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 0 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 0 43

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 0 4