BAB I PENDAHULUAN - STTU Rusunawa Dupak Bangunrejo

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya terus meningkat, karena pembangunan rumah susun dapat mengurangi penggunaan tanah, membuat ruang terbuka kota yang lebih luas dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk peremajaan kota bagi daerah yang kumuh. Pembangunan rumah susun memerlukan persyaratan teknis dan administratif yang lebih berat, karena spesifikasi rumah susun memiliki bentuk dan keadaan khusus yang berbeda dengan perumahan biasa (landed house). Disamping itu pelaku pembangunan juga harus dituntut benar-benar qualified di bidangnya untuk melaksanakan pembangunan rumah susun.

  Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Pasal 1 Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda-benda bersama dan tanah bersama.

  Pada daerah perkotaan yang berpenduduk padat, di mana tanah yang tersedia sangat terbatas perlu dikembangkan pembangunan perumahan dan pemukiman dalam bentuk rumah susun yang lengkap, seimbang, dan serasi dengan lingkungannya. Usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakan untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sanitasi rumah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan juga angka kesakitan penyakit menular, salah satu diantaranya dapat mempengaruhi terjadinya ISPA. Sanitasi rumah tersebut antara lain meliputi lokasi, kualitas udara, kebisingan, getaran, kulitas tanah,sarana dan prasarana lingkungan,komponen penataan ruang, kepadatan penghuni, ventilasi, suhu, kelembaban, pengelolaan sampah, amdal, parkir, dan pencahayaan.

  I.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaimana sanitasi tiap rumah, fasilitas bersama, serta sarana dan prasarana lingkungan Rusunawa Dupak Bangunrejo Surabaya ?

  2. Bagaimana kondisi Rusunawa Dupak Bangunrejo Surabaya secara keseluruhan?

  3. Apakah sanitasi Rusunawa Dupak Bangunrejo Surabaya sudah memenuhi kriteria rumah sehat menurut Kepmenkes No. 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan?

  I.3 Tujuan Pengamatan

  1. Mengidentifikasi sanitasi tiap rumah, fasilitas bersama serta sarana dan pra sarana lingkungan Rusunawa Dupak Bangunrejo Surabaya.

  2. Mengidentifikasi kondisi Rusunawa Dupak Bangunrejo Surabaya.

  3. Mengidentifikasi sanitasi Rusunawa Dupak Bangunrejo Surabaya apakah sudah memenuhi kriteria rumah sehat menurut Kepmenkes No. 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sanitasi, Fasilitas Sanitasi, Tempat Umum, dan Sarana Tempat Umum

  2.1.1 Pengertian Sanitasi

  Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh bagi manusia, terutama kepada hal-hal yang mempunyai efek untuk perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.

  2.1.2 Pengertian Fasilitas Sanitasi

  Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya yang digunakan untuk memelihara kualitas lingkungan, mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat merugikan kesehatan manusia. Misalnya air bersih, jamban, saluran air limbah, bak sampah, kamar mandi, lemari pakaian kerja, tempat cuci tangan, dsb.

  2.1.3 Pengertian Tempat Umum

  Tempat-tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang diselenggarakan oleh badan-badan pemerintah, swasta, atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat, mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap.

  2.1.4 Pengertian Sarana Tempat-tempat Umum

  Sarana tempat-tempat umum adalah usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tempat-tempat umum yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Usaha pencegahan tersebut misalnya penyebaran penyakit kulit, cholera, thypus, TBC, demam berdarah, flu burung, dll.

2.2 Rumah Sehat

  2.2.1 Pengertian Rumah Sehat

  Rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman,serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

  2.2.2 Kriteria Rumah Sehat

  Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : a) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

  b) Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

  c) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

  d) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

  2.2.3 Syarat Rumah Sehat

  Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 829/ Menkes/SK/

  VII/1999 : a) Lokasi 1) Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, gelombang tsunami, longsor, dan sebagainya.

  2) Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah dan bekas lokasi pertambangan. 3) Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.

  b) Sarana dan Prasarana Lingkungan 1) Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan.

  2) Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit dan memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3) Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan sebagai berikut: i. Konstruksi jalan tidak membahayakan kesehatan. ii. Konstruksi trotoar jalan tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat. iii. Bila ada jembatan harus diberi pagar pengaman. iv. Lampu penerangan jalan tidak menyilaukan. 4) Tersedia sumber air bersih yang menghasilkan air secara cukup sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5) Pengelolaan pembuangan kotoran manusia dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6) Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7) Memiliki akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial seperti keamanan, kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, dan sebagainya. 8) Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  9) Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadinya kontaminasi yang dapat menimbulkan keracunan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3 Rumah Susun

2.3.1 Pengertian Rumah susun

  Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing- masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama dan tanah bersama.

  Rusun adalah kepanjangan dari rumah susun, kerap dikonotasikan sebagai apartemen versi sederhana, walaupun sebenarnya apartemen bertingkat sendiri bisa dikategorikan sebagai rumah susun. Rusun menjadi jawaban atas terbatasnya lahan untuk pemukiman di daerah perkotaan. Karena mahalnya harga tanah di kota besar maka terpaksa membeli rumah di luar kota.

  Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang di bangun dalam suatu lingkungan, yang tebagi dalam bagian-bagian dan distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal.

  Menurut UU no.16 Tahun 1985 dan PP no.4 Tahun 1998 tentang Rumah Susun, disebutkan bahwa Rumah Susun adalah gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang tebagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing- masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Sedangkan yang dimaksud rumah susun sederhana sewa adalah rumah susun sederhana yang kepemilikannya dengan sistem sewa.

  Menurut Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 50/pmk/03/2005, rumah susun adalah bangungan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang digunakan sebagai tempat hunian dengan luas maksimum 21mᵌ setiap unit hunian, yang dilengkapi dengan kamar mandi serta dapur yang dapat bersatu dengan unit hunian ataupun terpisah dengan penggunaan komunal, dan diperuntukkan bagi masyarakat berpendapatan rendah.

  Berdasarkan status kepemilikan satuan unit huniannya, rumah susun dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (Joseph De Chiara 1984:571) :

  1. Condominium merupakan bangunan rumah susun yang dimiliki secara bersama oleh pengjuninya dan setiap penghuninya memiliki surat hipotek atas unit rumah susun yang dihuni, sedangkan fasilitas umum dimiliki secara bersama-sama dengn penghuni lainnya.

  2. Cooperative Ownership merupakan bangunan rumah susun dimana penghuni mempunyai hak kepemilikan yang diberikan oleh suatu instansi tertentu yang membangun rumah susun dan biasanya dikenakan biaya pemeliharaan atau biaya lainnya.

  3. Rent merupakan bangunan rumah susun dimana penghuni tidak memiliki hak milik atas unit yang dihuninya dan harus membayar biaya sewa serta pemeliharaan kepada pemiliknya.

2.3.2 Standar Kelayakan Rumah Susun

  Adapun beberapa standar kelayakan rumah susun yang harus diperhatikan pihak pengelola sebagai berikut :

  1. Kepadatan Bangunan Dalam mengatur kepadatan (intensitas) bangunan diperlukan perbandingan yang tepat, meliputi luas lahan peruntukan dan kepadatan bangunan.

  2. Lokasi Rumah susun dibangun dilokasi yang sesuai rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, terjangkau layanan transportasi umum, serta dengan mempertimbangkan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

  3. Tata Letak Tata letak rumah susun harus mempertimbangkan kepaduan bangunan, lingkungan, kawasan dan ruang, serta dengan memperhatikan faktor kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian.

  4. Jarak Antar Bangunan dan Ketinggian Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan berdasarkan persyaratan terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan dan pertukaran udara secara alami, kenyamanan, serta kepadatan bangunan sesuai tata ruang kota.

  5. Jenis Fungsi Rumah Susun Jenis fungsi peruntukkan rumah susun adalah untuk hunian dan dimungkpnkan dalam satu rusun atau kawasan rusun memiliki jenis kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha.

  6. Luasan Satuan Rumah Susun Luasan rusun minimum 21mᵌ, dengan fungsi utama sebagai ruang tidur atau ruang serbaguna dan dilengkapi dengan kamar mandi serta dapur.

  7. Kelengkapan Rumah Susun Kelengkapan rumah susun harus dilengkapi prasarana, sarana dan fasilitas yang menunjang kesejahteraan, kelancaran dan kemudahan penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

2.3.3 Tujuan Pembangunan Rumah Susun

  Pembangunan rumah susun bertujuan untuk : 1) memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang menjami kepastian hukum dalam pemanfaatannya. 2) meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi, dan seimbang. 3) memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan masyarakat.

2.3.4 Lokasi Pembangunan Rumah Susun

  1) Rumah susun harus dibangun di lokasi yang sesuai dengan peruntukan dan keserasian lingkungan dengan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna tanah yang ada. 2) Rumah susun harus dibangun pada lokasi yang memungkinkan berfungsinya dengan baik saluran-saluran pembuangan dalam lingkungan ke sistem jaringan pembuangan air hujan dan jaringan air limbah kota. 3) Lokasi rumah susun harus mudah dicapai angkutan yang diperlukan baik langsung maupun tidak langsung pada waktu pembangunan maupun penghunian serta perkembangan dimasa mendatang, dengan memperhatikan keamanan, ketertiban, dan gangguan pada lokasi sekitarnya. 4) Lokasi rumah susun harus dijangkau oleh pelayanan jaringan air bersih dan listrik. 5) Dalam hal lokasi rumah susun belum dapat dijangkau oleh pelayanan jaringan air bersih dan listrik, penyelenggara pembangunan wajib menyediakan secara tersendiri sarana air bersih dan listrik sesuai dengan tingkat keperluannya, dan dikelola berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3.5 Tata Letak Rumah Susun

  1) Tata letak bangunan harus menunjang kelancaran kegiatan sehari-hari dengan mempertimbangkan keserasian, keseimbangan, dan keterpaduan. 2) Tata letak bangunan harus memperhatikan penetapan batas pemilikan tanah bersama, segi-segi kesehatan, pencahayaan, pertukaran udara, serta pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya yang mengancam keselamatan penghuni, bangunan, dan lingkungannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3.6 Kelengkapan Rumah Susun

  Rumah susun harus dilengkapi dengan : 1) jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai persiapan dan perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air dalam bangunan

  2) jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan

  3) jaringan gas yang memenuhi persyaratan beserta perlengkapannya termasuk meter gas, pengatur arus, serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan

  4) saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, dan pemasangan 5) saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, pemasangan 6) saluran dan/atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan 7) tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya 8) alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator sesuai dengan tingkat keperluan dan persyaratan yang berlaku 9) pintu dan tangga darurat kebakaran 10) tempat jemuran 11) alat pemadam kebakaran 12) penangkal petir 13) alat/sistem alarm 14) pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu 15) generator listrik disediakan untuk rumah susun yang menggunakan lift

2.3.7 Prasarana Lingkungan dan Utilitas Umum

  Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan utilitas umum yang sifatnya menunjang fungsi lainnya dalam rumah susun yang bersangkutan, meliputi : 1) jaringan distribusi air bersih, gas, dan listrik dengan segala kelengkapannya termasuk kemungkinan diperlukannnya tangki-tangki air, pompa air, tangki gas, dan gardu-gardu listrik

  2) saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan pembuangan air hujan dari rumah susun ke sistem jaringan pembuangan air kota 3) saluran pembuangan air limbah dan/atau tangki septik yang menghubungkan pembuangan air limbah dari rumah susun ke system jaringan air limbah kota, atau penampungan air limbah tersebut ke dalam tangki septik dalam lingkungan

  4) tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat pengumpulan sampai dari rumah susun untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan memperhatikan faktorfaktor kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan

  5) kran-kran air untuk pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran yang dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan dengan kapasitas air yang cukup untuk pemadam kebakaran

  6) tempat parkir kendaraan dan/atau penyimpanan barang yang diperhitungkan terhadap kebutuhan penghuni dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya sesuai dengan fungsinya

  7) jaringan telepon dan alat komunikasi lain sesuai dengan tingkat keperluannya

  2.3.8 Fasilitas Lingkungan

  Dalam rumah susun dan lingkungannya harus disediakan ruangan-ruangan dan/atau bangunan untuk tempat berkumpul, melakukan kegiatan masyarakat, tempat bermain bagi anak-anak, dan kontak sosial lainnya, sesuai dengan standar yang berlaku.

  2.3.9 Kepadatan Bangunan

  Kepadatan bangunan dalam lingkungan harus memperhitungkan dapat dicapainya optimasi daya guna dan hasil guna tanah, sesuai dengan fungsinya, dengan memperhatikan keserasian dan keselamatan lingkungan sekitarnya, berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  2.3.10 Struktur Komponen dan Bahan Bangunan

  Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi sesuai dengan standar yang berlaku. Struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan rumah susun sebagaimana dimaksud di atas, harus diperhitungkan kuat dan tahan terhadap : 1) beban mati 2) beban bergerak 3) gempa, hujan, angin, banjir 4) kebakaran dalam jangka waktu yang diperhitungkan cukup untuk usaha pengamanan dan penyelamatan 5) daya dukung tanah 6) kemungkinan adanya beban tambahan, baik dari arah vertikal maupun horizontal 7) gangguan/perusak lainnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku

2.3.11 Satuan Rumah Susun

  Satuan rumah susun harus mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggungjawabkan, dan memenuhi persyaratan sehubungan dengan fungsi dan penggunaannya serta harus disusun, diatur, dan dikoordinasikan untuk dapat mewujudkan suatu keadaan yang dapat menunjang kesejahteraan dan kelancaran bagi penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari untuk hubungan ke dalam maupun ke luar.

2.3.12 Pemilik Satuan Rumah Susun

  Pemilik satuan rumah susun : 1) Yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah 2) Hak milik atas satuan rumah susun adalah hak milik atas satuan yang bersifat perseorangan dan terpisah.

  3) Hak milik atas satuan rumah susun sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi juga hak atas bagian-bersama, benda-bersama, dan tanah-bersama, yang semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan. 4) Hak atas bagian-bersama, benda-bersama, dan hak atas tanah bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) didasarkan atas luas atau nilai satuan rumah susun yang bersangkutan pada waktu satuan tersebut diperoleh pemiliknya yang pertama.

  2.3.13 Pengaturan dan Pembinaan Rumah Susun

  Pengaturan dan pembinaan rumah susun : 1) Pemerintah melakukan pengaturan dan pembinaan rumah susun 2) Pemerintah dapat menyerahkan kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan sebagian urusan pengaturan dan pembinaan rumah susun 3) Pelaksanaan ketentuan diatur dengan Peraturan Pemerintah

  2.3.14 Pengelolaan Rumah Susun dan Badan Pengelolanya

  Pengelolaan rumah susun meliputi kegiatan-kegiatan operasional yang berupa: pemeliharaan, perbaikan, dan pembangunan prasarana lingkungan, serta fasilitas sosial, bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

  Badan pengelola mempunyai tugas : 1) melaksanakan pemeriksaan, pemeliharaan, kebersihan dan perbaikan rumah susun dan lingkungannya pada bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama 2) mengawasi ketertiban dan keamanan penghuni serta penggunaan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama sesuai dengan peruntukannya secara berkala memberikan laporan kepada perhimpunan penghuni disertai permasalahan dan usulan pemecahannya.

  2.3.15 Hak dan Kewajiban Penghuni

  Setiap penghuni berhak : 1) memanfaatkan rumah susun dan lingkungannya termasuk bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama secara aman dan tertib 2) mendapatkan perlindungan 3) memilih dan dipilih menjadi Anggota Pengurus Perhimpunan Penghuni

  Setiap penghuni berkewajiban: 1) mematuhi dan melaksanakan peraturan tata tertib dalam rumah susun dan lingkungannya 2) membayar iuran pengelolaan dan premi asuransi kebakaran

  3) memelihara rumah susun dan lingkungannya termasuk bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama Setiap penghuni dilarang : 1) melakukan perbuatan yang membahayakan keamanan, ketertiban, dan keselamatan terhadap penghuni lain, bangunan dan lingkungannya 2) mengubah bentuk dan/ atau menambah bangunan di luar satuan rumah susun yang dimiliki tanpa mendapat persetujuan perhimpunan penghuni

2.3.16 Deskripsi Rumah Susun Dupak Bangun Rejo

  Rumah Susun Bangunsari berada dijalan Dupak Bangun Rejo II Surabaya. Rumah Susun Dupak Bangunsari termasuk dalam kecamatan Krembangan, Kelurahan Dupak, RW 5 RT 21. Warga rumah susun lebih mengenal rumah susun ini dengan nama Rumah Susun Dupak Bangun Rejo. Luas total rumah susun Dupak Bangun Rejo adalah kurang lebih 0,5 hektar. Rumah susun berasal dari rumah-rumah penduduk yang saling berhimpitan. Rumah yang dibangun disana berdiri diatas tanah milik pemerintah daerah. Untuk menghilangkan kesan kumuh, pemerintah kemudian membongkar rumah penduduk, kemudian membangun rumah susun ini.

  Rumah susun didirikan pada tahun 1989, dan pembangunan rumah susun ini dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap 1 dibangun 2 blok rumah susun, yaitu blok A dan blok B. Peresmian pembangunan rumah susun pada tahap pertama ini dilakukan oleh bapak wali Kota Jawa Timur pada saat itu yaitu Bapak Dr. Poernomo Kasidi. Pembungan rumah susun ini kemudian dilanjutkan dalam tahap 2 yang terdiri dari 4 blok, yaitu C, D, E, F. Peresmian pada tahap 2 ini diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada saat itu yaitu Bapak Soedarmono.SH.

  Rumah susun ini terdiri dari 3 lantai. Total keseluruhan blok adalah 6 blok. Banyaknya unit dalam tiap blok adalah 25 unit. Jadi total keseluruhan unit adalah 150 unit. Besarnya tiap unit adalah 3 X 6 X 3,5 meter. Di rumah susun ini tidak ada pembagian ruang-ruang seperti, kamar tidur, ruang tamu, rumah makan, dan sebagainya. Tapi pemilik yang membagi sendiri atau mengatur sendiri. Untuk keperluan memasak dan mandi disediakan dapur dan kamar mandi bersama. Fasilitas yang ada meliputi, lapangan olahraga, pendopo untuk keperluan rapat, tempat parkir kendaraan (tersedia di lantai dasar), MCK per unit (hanya ada di lantai dasar sedangkan lantai 2 dan 3 MCK bersifat kolektif).

  Gambar A Gambar B

BAB III METODE KEGIATAN

  3.1 Metode Kegiatan

  Metode kegiatan yang digunakan adalah observasi langsung ke Rusunawa dengan menggunakan instrument lembar checklist untuk mengetahui keadaan lingkungan Rusun, kondisi unit, perilaku penghuni, sarana sosial dan lingkungan sedangkan wawancara dengan bantuan kuesioner untuk mengetahui identitas responden serta data sosial ekonomi dan kesehatan. Kami juga menggunakan alat penunjang dalam melakukan observasi yaitu kamera untuk dokumentasi, meteran untuk mengukur luas blok, luas unit, luas ventilasi, dan luas jendela.

  3.2 Sasaran

  Observasi dilakukan di Rusunawa Bangunrejo, terletak di jalan Dupak Bangunrejo RSS Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan Surabaya.

  3.3 Sampel

  Sampel yang diambil adalah 21 unit yang menyebar pada 6 blok. Lokasi pengambilan unit untuk di observasi bervariasi bergantung pada kesediaan pemilik unit untuk diobservasi dan diwawancarai. Jumlah tersebut sudah mewakili 14% dari total unit yakni 150 unit dalam 6 blok. Pengambilan sampel secara acak di tiap lantai dalam sebuah blok, dengan demikian diharapkan tidak ada bias karena ada anggapan dari warga apabila mau diobservasi akan dilaporkan ke pemerintah sehingga biaya sewa rusun akan meningkat. Pandangan tersebut termasuk hambatan dari penentuan sampel yang awalnya kami targetkan sebesar 20%.

  3.4 Jenis Data

  Jenis data yang didapatkan adalah data primer karena data diperoleh dengan observasi langsung ke lapangan, menggunakan kuesioner dan checklist.

  3.5 Pelaksanaan

  Pelaksanaan observasi dilakukan dalam empat tahap, yakni:

  1. Permohonan izin secara informal (pengelola rusun P. Ari) : 21 September 2012 2. penyerahan surat tugas

  : 28 September 2012

  3. Pelaksanaan observasi lingkungan rusun : 12 Oktober 2012 (mulai jam 15.00 - 18.00)

  4. Pelaksanaan observasi tiap unit : 23 Oktober 2012 (mulai jam 12.30 –17.30)

  3.6 Instrumen penilaian Instrumen penilaian yang digunakan adalah lembar checklist dan kuesioner (terlampir).

  Lembar observasi dibuat berdasarkan UU No 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun, PP No 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun, PU Nomor : 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi, Permen LH No. 07/Th. 2011 Tentang Pelaksanaan Adipura, Perda Kota Surabaya No. 3 Tahun 2005 Tentang Rumah Susun Dengan Berbagai Penambahan. Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan dan cara penilaian menggunakan lembar observasi : 1) Komponen sanitasi yang akan dinilai dibuat skor sesuai dengan referensi, pemberian skor berbeda di tiap komponen, namun semua memiliki aspek yang sama yakni jika kondisinya lebih baik akan mendapat skor lebih tinggi. Skor sudah tersedia di tiap pilihan jawaban. 2) Bobot diberikan disetiap kategori, penentuannya secara subjektif dari peneliti

  a. Kategori I tentang Kondisi Rumah sebesar 30%

  b. Kategori II tentang Perilaku penghuni sebesar 20%

  c. Kategori III tentang Lokasi Rusun secara Umum sebesar 30%

  d. Kategori IV tentang Sarana Sosial dan Lingkungan sebesar 20% 3) Penilaian dirumuskan dengan cara:

  Nilai = Skor x Bobot

  Dimana: Skor: tertera pada setiap pilihan jawaban

  Bobot: Presentase yang ditetapkan peneliti 4) Untuk melakukan penilaian, observer memberi angka pada kolom skor sesuai dengan yang tertera pada setiap pilihan jawaban dan sesuai dengan keadaan rusun dan unit yang diamati

  5) Setelah penilaian selesai, selanjutnya dilakukan penghitungan nilai oleh enumerator dan direkap dalam sebuah database (Ms. Excel) 6) Sebelum melakukan penghitungan pengamatan, terlebih dahulu menetapkan kriteria yang membagi nilai maksimal menjadi 4 kuartal. Dengan total nilai maksimal 51.6, kriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

  Kriteria:

  Nilai ≥ 38,7 : terkategori memiliki sanitasi yang sangat baik Nilai 25.8- 38.6 : terkategori memiliki sanitasi yang baik Nilai 13 – 25.7 : terkategori memiliki sanitasi yang buruk Nilai < 13 : terkategori memiliki sanitasi yang sangat buruk

  7) Untuk membantu pengisian lembar checklist, observer juga menyiapkan kuisioner yang diisi oleh penghuni unit rumah yang diamati. Kuisioner tersebut berisi identitas responden, data sosial, ekonomi dan kesehatan penduduk rusun.

3.7 Prosedur Penelitian

  Prosedur penelitian yang dilakukan yakni :

  1. Membuat lembar checklist dan kuisioner berdasarkan referensi yang ada

  2. Melakukan pengamatan pada rusun sasaran, yaitu Rusunawa Bangunrejo, Dupak, Surabaya.

  3. Setiap observer melakukan observasi, dengan membagi menjadi 2 kelompok besar, yakni kelompok A beranggotakan 3 orang yang mengobservasi lingkungan rusun beserta sarana disekitarnya dan kelompok B beranggotakan 5 orang yang mengobservasi 21 unit dalam 6 blok.

  4. Kelompok A membawa lembar checklist kategori Lokasi Rusun dan Sarana sosial dan lingkungan serta membawa kamera untuk keperluan dokumentasi. Sedangkan kelompok B membawa lembar kuesioner dan checklist kategori kondisi rumah dan perilaku penghuni juga membawa kamera.

  5. Hasil observasi yang telah dituliskan dalam lembar observasi kemudian dikalkulasi sesuai ketentuan penilaian pada instrumen penilaian untuk mengetahui nilai rata-rata tiap komponen dan nilai total dari seluruh komponen yang dinilai

  6. Selanjutnya dilakukan analisis hasil penilaian sesuai kriteria hasil penilaian pada instrument untuk mengetahui kondisi komponen yang dinilai apakah telah memenuhi persyaratan minimum higiene dan sanitasi rusun

  7. Hasil kalkulasi dan analisis kemudian disusun dalam sebuah laporan hasil observasi dan dipresentasikan.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

  4.1 Gambaran Umum Rusun Dupak Bangunrejo

  Rusun Dupak Bangunrejo terletak di Jl. Dupak Bangunrejo RSS Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan. Rusun Dupak Bangunrejo terdiri dari 6 blok yakni blok A-F dengan bentuk lokasi letter U. Blok A dan B merupakan rusun yang dibangun pertama kali yaitu pada tahun 1989, dan selanjutnya pada tahun 1990 dibangun blok C-F.

Gambar 4.1 Batu peresmian Rusun Dupak Bangunrejo Blok C-F oleh Wakil Presiden RI saat itu (1990)

  Masing – masing blok terdiri dari 3 lantai dan jumlah unitnya sebanyak 25 unit. Sehingga jumlah total unit yang ada di Rusun Dupak Bangunrejo sebanyak 250 unit. Ukuran unit setara dengan rumah tipe 21 dengan panjang 6 meter, lebar 3 meter dan untuk outdoor 1 meter. Outdoor di lantai 1 berupa teras sedangkan di lantai 2 dan 3 berupa balkon.

4.2 Data Sosial, Ekonomi, dan Kesehatan

  Data sosial, ekonomi dan kesehatan warga Rusunawa Dupak Bangunrejo diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh warga Rusun dari tiap unit rumah dimana peneliti melakukan observasi.

  1. Pendidikan Sebagian besar sampel responden adalah lulusan SMA.

  2. Pekerjaan Sebagian besar responden adalah Ibu Rumah Tangga. Sedangkan beberapa orang lainnya adalah pegawai swasta.

  3. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam 1 unit rata – rata berjumlah 3-5 orang.

  Penghuni yang tinggal di rusunawa merupakan keluarga muda dengan anak yang masih kecil. Hanya terdapat sedikit penghuni yang anggota keluarganya ≤ 2 dan biasanya mereka adalah penghuni lama dengan usia yang sudah tidak muda.

  4. Penghasilan keluarga tiap bulan Penghasilan rata – rata responden sebesar Rp 1.000.000 -2.500.000/ bulan.

  5. Penyakit yang diderita 1 bulan terakhir Sebagian besar keluarga responden tidak menderita penyakit yang cukup serius dalam 1 bulan terakhir. Beberapa keluarga bahakan tidak mengalami penyakit apapaun, sedangkan sebagian kecil menderita batuk pilek.

4.3 Hasil Observasi

4.3.1 Kondisi Umum Rusun

  Kondisi umum rusun meliputi lokasi, fasilitas primer seperti jaringan kelistrikan dan air, parkir, dan sebagainya memiliki bobot penilaian sebesar 30%. Hasil observasi menunjukkan nilai 17.1 dari nilai maksimal 23.7 atau tingkat sanitasinya 72%. Pembahasan tiap poinnya adalah sebagai berikut.

  1. Letak geografi Rumah susun yang diamati adalah Rusunawa Dupak Bangunrejo yang beralamat di Jl. Dupak Bangunrejo RSS yang terletak di daerah Surabaya Barat. Letak

  Rusunawa memang tergolong berada di daerah pinggiran Surabaya namun tidak terlalu jauh dari pusat aktivitas. Hanya dibutuhkan waktu 10 menit untuk mencapai pusat perbelanjaan PGS dan Tugu Pahlawan, serta dekat dengan pintu tol Dupak.

  Rusunawa berbatasan dengan perkampungan padat penduduk. Di sebelah baratnya berbatasan dengan sungai yang kotor dan penuh sampah yang menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya banjir di daerah rusunawa pada musim hujan. Jadi pada musim hujan banjir bisa mencapai lebih dari 50 cm sehingga mengkhawatirkan bagi penghuni lantai bawah. Secara geografis selain hal tersebut Rusunawa Dupak Bangunrejo tidak terletak pada daerah rawan gempa, kecelakaan, atau daerah bekas pembuangan sampah.

  Gambar 4.3(a) Kondisi sungai yang berbatasan langsung dengan Rusun Dupak Bangunrejo

  2. Jaringan Listrik dan Air Jaringan kelistrikan di Rusun Dupak Bangunrejo tergolong sistematis dengan meteran yang tidak terpusat, atau tiap unit memiliki meteran sendiri dengan daya listrik sebesar 450 watt. Sistem perkabelannya pun terlihat rapi, tidak ada kabel yang berantakan. Namun kabel yang sudah tersusun itu jarang dibersihkan sehingga banyak debu dan terkadang digunakan sebagai sarang laba – laba sehingga terkesan kotor.

  Pada rusunawa ini jaringan air termasuk baik karena air dialirkan dari tandon air yang berada di lantai bawah ke rumah-rumah, dengan bantuan pipa air yang sudah dibuat sistematis dan tidak ada kebocoran pipa menuju rumah. Air yang dipakai adalah air dari PDAM. Kontinuitas air cukup baik, air mengakir lancar setiap waktu namun memang debit air pada saat malam hari lebih sedikit dari siang hari. Setiap unit telah memiliki meteran air, jadi dapat diketahui berapa besar pemakaian air setiap bulannya per unit.

  3. Pembuangan limbah Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga dialirkan melalui saluran air limbah yang terbuka namun sebelumnya sudah ada saringan sehingga kotoran dengan ukuran yang besar dapat terfilter sehingga meminimalisir terjadinya penyumbatan di saluran air. Selain itu saluran air limbah tidak dilengkapi pipa udara dan bak kontrol yang dihubungkan ke saluran pembuangan air limbah lingkungan. Untuk black water terdaapt septic tank yang letaknya cukup jauh dari sumber air atau pipa – pipa air bersih. Dalam septic tank terdapat bidang resapan air limbah untuk meresapkan air sisa pengolahan black water.

Gambar 4.3 (b) Saluran Air Limbah Terbuka

  4. Pengolahan Sampah Sampah hasil aktivitas penghuni rusun ditampung dalam bak sampah yang terdapat di tiap blok rusun. Volume bak sampah berukuran sedang maka dari itu di tiap blok terdapat lebih dari 1 bak sampah. Bak sampah merupakan bak sampah permanen yang terbuat dari semen yang kedap air namun tidak terutup. Karena itu disekitar bak sampah banyak terdapat lalat berterbangan dan kadang berbau apabila sampah sudah menumpuk banyak.

Gambar 4.3 (c) Tempat sampah per blok

  Kegiatan pemilahan sampah juga tidak ada, padahal bak sampah sudah didesain memiliki dua konter yang satu untuk sampah organik, yang satu sampah anorganik. Namun kedua konter tersebut semuanya berisi sampah organik dan anorganik yang bercampur. Kegiatan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) tidak ada sama sekali. Jadi sampah yang menumpuk 100% langsung diangkut ke TPS.

  Tanpa ada kegiatan pemilahan sampah yang menumpuk langsung diangkut ke TPS setiap hari, pagi atau sore tergantung jadwal petugas khusus yang mengangkut sampah ke TPS. Sampah diangkut ke TPS menggunakan gerobak sampah yang kondisinya masih bagus dan tidak berkarat. TPS Dupak Bangunrejo berada tidak jauh dari rusun jaraknya kurang lebih 200 m dari rusun. Tempat penampungan berupa kontainer besi yang tertutup yang secara berkala diangkut dengan truk sampah ke tempat penampungan sampah akhir (TPA).

  5. Fasilitas Keamanan Terdapat 3 poskamling di lingkungan rusun Dupak Bangunrejo yang semuanya dilengkapi kentongan dan TOA sebagai sarana untuk menjaga keamanan. Masing – masing bertempat di pintu masuk rusun, poskamling antara blok A dan blok B dan poskamling antara blok E dan blok F. Sebenarnya sudah ada jadwal piket jaga poskamling namun hal tersebut tidak berjalan secara rutin melainkan hanya dijalankan pada waktu atau momen tertentu.

  Untuk meningkatkan keamanan dari kecelakaan atau kebakaran yang terjadi disediakan APAR di masing – masing lantai semua blok. Di beberapa blok juga terdapat alarm kebakaran namun tidak berfungsi dengan baik. Selain itu disana tidak ada tangga darurat yang bisa digunakan sebagai evakuasi apabila ada bencana atau kebakaran karena sistem tangganya hanya satu jalur.

  Di setiap blok di rusun juga terdapat penangkal petir yang berfungsi mencegah kebakaran gedung akibat sambaran petir. Biasanya dalam satu gedung atau blok diatapnya terdapat tiga tiang penangkal petir. Untungnya sampai saat ini belum pernah ada kasus kebakaran yang terjadi karena keteledoran, korsleting listrik ataupun sambaran petir di rusun Dupak Bangunrejo.

  6. Tempat parkir Luas rusun yang terbatas namun padat penghuni membuat tempat parkir menjadi hal yang krusial. Di rusun Dupak Bangunrejo terdapat tempat parkir kendaraan roda 2 seperti motor dan sepeda namun tidak ada tempat parkir khusus untuk mobil karena keterbatasan lahan. Lagipula tidak banyak penghuni yang memilik mobil, jikalau ada beberapa yang ada mobil mereka di parkir di ruang kosong pinggir sungai dan terbuka.

  Tiap 2 blok rusun memiliki 1 tempat parkir yang terletak di lorong lantai satu salah satu blok. Misalnya di blok A dan B, parkiran motor terletak di lorong lantai 1 blok B. Motor yang diparkir disana terkesan semrawut karena pada dasarnya lorong tersebut tidak pada tempatnya untuk dijadikan sebagai parkiran, ditambah lagi tidak ada petugas khusus yang mengatur dan menjaga tempat parkir.

  a. Akses Jalan dan Penerangan Jalan Terdapat jalan utama di rusun yang sudah beraspal, tidak bergeronjal namun sempit. Akses jalan utama lebarnya bisa dilewati oleh maksimal dua kendaraan roda empat, namun jika berpapasan memang harus pelan – pelan. Sedangkan akses jalan antar blok lebih sempit lagi, hanya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua. Untuk penerangan di jalan utama tidak ada masalah karena lampu jalan cukup terang dan selalu menyala mulai dari jam 5 sore sampai jam 6 pagi.

  7. Kondisi fisik lain Tangga yang menghubungkan antar lantai di rusun Dupak Bangunrejo terbuat dari besi. Secara umum tangganya cukup aman, anak tangganya cukup lebar, jarak antar anak tangga tidak terlalu tinggi, dan pegangan tangganya pun cukup kuat. Namun sayangnya ada beberapa sudut di tangga yang kotor dengan sampah plastik atau debu yang mengumpul.

Gambar 4.3 (d) Kondisi tangga

  Lorong di setiap lantai cukup luas dan bisa digunakan sebagai tempat berkumpul antar warga atau sekedar tempat bermain anak. Kondisinya pun terlihat bersih walaupun di beberapa sudut lorong ada yang digunakan sebagai tempat meletakkan barang – barang penghuni rusun yang tidak terpakai.

  Kondisi talang hujan pun masih baik. Tidak ada pipa yang bocor yang menyebabkan air hujan merembes ke dinding unit rusun. Apalagi menjelang musim hujan seperti ini warga bekerja sama membersihkan rusun termasuk membersihkan talang air hujan dari sampah yang mungkin menyumbat talang.

4.3.2 Sarana Sosial dan Lingkungan

  Sarana sosial dan lingkungan di Rusunawa Dupak Bangunrejo meliputi fasilitas taman bermain dan taman bacaan, keterjangkauan sarana pendidikan dan sarana kesehatan serta keberadaan ruang terbuka hijau memiliki bobot 20% dari total penilaian. Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai 3 dari nilai maximal 4.8 atau 62.5% dengan penjabaran sebagai berikut.

  1. Taman Bermain Di lingkungan rusunawa belum terdapat taman bermain khusus untuk anak – anak.

  Biasanya anak – anak bermain di pinggir jalan atau di ruang terbuka diantara blok rusun. Hal in tentunya tidak aman karena jalanan depan rusun kecil dan ramai, sehingga dikhawatirkan tingkat risiko kecelakaan tinggi. Harusnya di rusun disediakan ruang bermain mengingat jumlah anak dan balita di rusun cukup tinggi, namun kembali lagi terkendala karena terbatasnya ruang di daerah tersebut.

  2. Taman Bacaan Rusunawa Dupak Bangunrejo memiliki fasilitas pendopo yang biasanya digunakan sebagai tempat perkumpulan warga dan di salah satu sudutnya dimanfaatkan menjadi taman bacaan. Koleksi buku ditaman bacaan ini cukup beragam walaupun kebanyakan adalah buku paket untuk anak SD dan SMA.

  Setiap malam biasanya murid – murid belajar bersama di pendopo sekaligus taman bacaan tersebut dengan didampingi oleh pengelola taman bacaan.

Gambar 4.3.2 (a) Pendopo pertemuan sekaligus taman bacaan

  3. Pertokoan Banyak toko yang berada di daerah sekitar rusunawa yang mudah dijangkau, mulai dari toko kelontong kecil sampai toko skala retail. Tidak jauh dari rusunawa juga terdapat pasar yang menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga. Namun toko yang berada di dalam lingkup rusunawa sendiri biasanya kecil, karena memang memanfaatkan 1 unit rusun sebagai tempat tinggal dan toko sehingga barang dagangan yang banyak pun terkesan semrawut dan pengap.

  4. Peribadatan

  Di tengah rusun yang terdiri dari 6 blok terdapat masjid yang digunakan sebagai pusat peribadatan oleh penghuni muslim, juga selain itu di tiap lantai rusun terdapat mushola kecil. Kegiatannya tidak hanya menegakkan sholat berjamaah 5 waktu tetapi juga sebagai tempat belajar Al-Quran untuk anak – anak usia TK dan SD. Namun sejauh ini belum ada fasilitas ibadah untuk warga non muslin seperti gereja atau pura karena memang kebanyakan penghuni rusun beragama islam.

  5. Pendidikan Sarana pendidikan di lingkungan sekitar rusunawa terbilang cukup lengkap yakni terdapat SD, SMP, dan SMA dengan radius tidak lebih dari 500 m. Terdapat 2 sekolah dasar yaitu SDN dupak dan SD Muhammadiyah, serta SMP dan SMA Muhammadiyah. Kondisi lingkungan sekolah secara umum kurang memenuhi syarat karena luas sekolah sempit dengan ruang terbuka yang minim pula, serta banyak sampah yang berserakan di lingkungan sekolah. Apalagi di SD Dupak yang letaknya dekat dengan pasar tradisional sehingga kesemrawutannya lebih tampak.

  6. Sarana Pelayanan Kesehatan Beberapa sarana kesehatan yang berada di sekitar rusun pada radius kurang lebih 500 m adalah puskesmas dan praktek bidan swasta. Puskesmas Dupak tergolong besar dan maju karena mempunyai ruang gawat darurat khusus 24 jam dan rawat inap serta mobil ambulans. Dengan begitu masyarakat mempunyai akses mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Gambar 4.3.2 (b) Puskesmas Dupak yang mudah dijangkau dari Rusun

  7. RTH Luas lahan Rusun Dupak Bangunrejo memang terbatas dan sebagian besar sudah dimanfaatkan menjadi bangunan tidak tetap sehingga lahan terbuka semakin minim, tidak sampai memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 10 % dari luas lahan total. Jikalaupun ada lahan terbuka yang belum dimanfaatkan, itu digunakan untuk menumpuk barang bekas penghuni. Sedangkan ruang terbuka yang dimanfaatkan sebagai lahan hijau hanya di pinggir jalan rusunawa. Tanaman hijau yang ditanam adalah tumbuhan perdu, tanaman semak, dan tanaman bunga. Sedangkan tumbuhan tinggi seperti sono hanya terdapat beberapa pohon.

  8. Kawasan Tanpa Rokok Lingkungan rusunawa belum menerapkan kawasan tanpa rokok. Penghuni yang merokok pun bisa merokok di sembaranga tempat. Tentunya hal ini menyalahi aturan yang sudah diterapkan oleh pemda surabaya tentang kawasan tanpa atau terbatas merokok.

4.3.3 Kondisi Unit

  Kondisi masing-masing unit dalam rusun yang dinilai meliputi kondisi unit secara umum, kamar mandi, tempat cuci jemur, dan dapur. Kondisi unit memiliki bobot penilaian sebesar 30%. Hasil observasi menunjukkan nilai rata-rata sebesar 14,6 dari nilai maksimal 18.9 atau tingkat sanitasinya 77,24%. Pembahasan tiap poinnya adalah sebagai berikut.

1. Kondisi unit secara umum

  a) Kondisi lantai Seluruh responden yaitu sebanyak 21 orang memiliki kondisi lantai unit rumah yang kedap air dan mudah dibersihkan yaitu terbuat dari ubin. Permukaannya halus namun tidak licin sehingga risiko untuk terpleset menjadi berkurang. Beberapa responden juga melapisi lantai rumah mereka dengan karpet.

  b) Kondisi Dinding Sebanyak 18 responden dari 21 responden memiliki kondisi dinding rumah yang halus dan dicat bewarna terang, sedangkan sisanya yaitu 3 responden tetap membiarkan dinding tidak dicat.

  c) Kondisi Langit-langit

  Ketinggian langit-langit menurut peraturan pemerintah seharusnya ≥2,8m dari lantai rumah, begitu juga yang telah dilakukan oleh rumah susun Bangunrejo ini. Namun hampir 50% dari total responden, yaitu sekitar 10 responden meninggikan lantai rumah mereka dengan alasan agar terhindar dari banjir. Hal tersebut menyebabkan ketinggian lantai terhadap langit-langit pun menjadi berkurang.