ANALISIS KOMPATARIF USAHA TANI PADI PENGGUNA PUPUK BUATAN, PUPUK ORGANIK DAN KOMBINASINYA Kelurahan Krogowanan, Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

  ANALISIS KOMPATARIF USAHA TANI PADI PENGGUNA PUPUK BUATAN, PUPUK ORGANIK DAN KOMBINASINYA Kelurahan Krogowanan, Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Ekonomi Oleh :

  Caecilia Riska Nugraheni NIM : 031324006

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 12 September 2007 Penulis

  Caecilia Riska Nugraheni

HALAMAN MOTTO

  Bersukacitalah Dalam Pengharapan, Sabarlah Dalam Kesesakan, dan Bertekunlah Dalam Doa ( Roma 12:12 )

HALAMAN PERSEMBAHAN

  SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK : Ayahku, Ignatius Aris Sugiyarto yang telah mulya di surga

  Ibuku, Florentina Etty Yuni Artiningsih

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena bekat bimbingan- Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat berjalan hingga selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa dukungan, gagasan dan sumbangan doa merupakan hal yang sangat berarti sehingga skripsi tersebut dapat disusun dengan baik. Maka, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa syukur dan terimakasih kepada :

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unisersitas Sanata Dharma

  2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan IlmuPengetahuan Sosial sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan saran dan kritik bagi penulis selama penyusunan skripsi

  3. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto selaku dosen Pembimbing II, yang dengan sabar membimbing dan memberikan masukan bagi penulis

  4. Bapak Indra Darmawan, SE.,M.Si yang telah memberi dukungan, saran dan kritik pada penulis dalam penyusunan skripsi

  5. Seluruh Staf Sekertariat Program Studi Pendidikan Ekonomi, Mbak Titin, Mbak Aris dan Pak Wawik terimakasih atas bantuan dan pelayanan yang telah diberikan

  6. Bapak Rohadi dan Bapak Sumanto, selaku pamong desa Kelurahan Krogowanan yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data yang dibutuhkan selama penulisan skripsi

  7. Segenap masyarakat di Kelurahan Krogowanan, yang telah bersedia membantu penulis selama proses penelitian hingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik

  8. My Family ‘s : Ayahku, Ignatuis Aris Sugiyarto tercinta yang telah mulya di surga, Ibuku, F. Etty Yuni Artiningsih tercinta dan Adikku, Agnes Sari teimakasih atas doa, dukungan dan perhatiannya hingga penulis dapat meyelesaikan studi tepat pada waktunya

  9. Keluarga Besar Margodihardjo, Romo Margo, Sr.Pietha, Bulek Enny sekeluarga, Om Eddy sekeluarga, Om Elly sekeluarga, Om Erry sekeluarga, keluarga di Merauke, keluarga di Semarang, keluarga di Magelang, mas Totok, mas Soni, mas Septa, mbak Enno, mbak Ani, mbak Ika terimakasih atas dukungan doa, bantuan dan cintanya sehingga penulis dapat menylesaikan studi dengan baik

  10. Keluarga Besar dari Ayahku di Karangrejo, terimakasih atas bimbingan dan dukungan doanya

  11. My friends : Dunk, Agung, Bertha, Tari, Vivi, Marcel, Naniek, Rini,

  Nining, Pipit, Rini, Lius, Rino, Urbanus, makasih atas kebersamaan, persahabatan, bantuan dan dukungan doanya “ miz u all the best “

  12. Temen-temen Pe nd id ika n Eko no mi ’ 03, makasih atas kebersamaannya selama ini, “ CHAYO !!!!!! ”

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR.................................................................................... vii

DAFTAR ISI................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

ABSTRAK ...................................................................................................... xiii

ABSTRACT .................................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................

  3 C. Tujuan Penelitian ...........................................................................

  4 D. Manfaat Penelitian .........................................................................

  4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Revolusi Hijau................................................................................

  15 B. Ketahanan Pangan..........................................................................

  10 C. Kebijakan Pertanian di Indonesia...................................................

  13 D. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan..........................................

  23

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...............................................................................

  33 B. Populasi Penelitian, Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel............................................................................................ 34 C. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................

  37 D. Subjek dan Objek Penelitian ..........................................................

  38 E. Identifikasi Variabel.......................................................................

  38 F. Data Yang Diperlukan ...................................................................

  41 G. Teknik Pengumpulan Data.............................................................

  41 H. Teknik Analisis Data......................................................................

  42 BAB IV TEMUAN LAPANGAN A. Keadaan Geografis ..........................................................................

  56 B. Keadaan Demografi.........................................................................

  58 C. Keadaan Sosial Ekonomi dan Perekonomian..................................

  62 D. Deskripsi Penggunaan Pupuk..........................................................

  65 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ...................................................................................

  66 B. Pembahasan ..................................................................................... 106

  BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 128 B. Saran ................................................................................................ 129

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas dan Wilayah Kelurahan Krogowanan ......................................

  57 Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ......................

  59 Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...........................

  60 Tebel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama.............................................

  60 Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.........................

  61 Tabel 6 Jumlah Penggunaan Pupuk ...............................................................

  64

  

ABSTRAK

  ANALISIS KOMPARATIF USAHA TANI PADI PENGGUNA PUPUK BUATAN, PUPUK ORGANIK DAN KOMBINASINYA

  Caecilia Riska Nugraheni 031324006

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau dampakperbedaan terhadap 1) hasil produksi; 2) harga jual; 3) keuntungan; dan 4) biaya produksi. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Jenis penelitian ini adalah komparatif studi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menggunakan pupuk buatan, pupuk organik dan kombinasinya. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang diambil secara stratified cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan cara tanya jawab berstruktur langsung dengan para petani, dilengkapi dengan pengamatan langsung. Analisis data yang dipakai adalah analisis perbandingan dengan uji Z. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) dengan menggunakan pupuk kombinasi, petani akan memperoleh hasil produksi maksimal dari pada menggunakan pupuk organik dan menggunakan pupuk kombinasi, sehingga ada perbedaan hasil produksi; 2) Harga jual dengan menggunakan pupuk organik lebih baik dari pada harga jual beras dengan menggunakan pupuk buatan dan pupuk kombinasi, sehingga ada perbedaan harga jual; 3) Dengan menggunakan pupuk organik, pupuk buatan dan pupuk kombinasi menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh petani sama besar sehingga tidak ada perbedaan keuntungan; 4) Biaya yang dikeluarkan oleh petani padi dengan menggunakan pupuk organik dapat diminimalisir sehingga ada perbedaan biaya produksi.

  

ABSTRACT

  COMPARATIVE ANALYSIS OF PADDY’S FARMERS WHO APPLY ARTIFICIAL

  FERTILIZER, ORGANIC FERTILIZER AND THEIR COMBINATION Caecilia Riska Nugraheni

  Sanata Dharma University Yogyakarta

  2007 The purpose of the research is know the effect of different uses of artificial fertilizer, organic fertilizer and their combination towards 1) the production; 2) selling price; 3) profit and 4) production cost.

  The research was carried out in the village of Krogowanan, Sawangan District, Magelang Regency, Central Java. This research is a comparative study. The populations of the research are farmers who apply artificial fertilizer, organic fertilizer and their combination. Samples of the research are 50 fermers taken by

  

stratified cluster random sampling. Data gathered by applying direct structural

  interview with the farmers, completed by direct observation. The technique of analyzing the data was comparative analysis by applying Z test.

  The result of this research shows that 1) by applying artificial fertilizer, farmers will get better production than using organic and combined fertilizer. It makes the production different; 2) selling price of paddy fertilized by organic fertilizer is better than the selling price of paddy which is fertilized by artificial fertilizer and combination fertilizer. It makes the selling price different; 3) by applying organic fertilizer, artificial fertilizer and combined fertilizer show that the benefit got by farmers is just the same. So there isn’t any different profit; 4) production cost spent by the farmers by applying organic fertilizer can be minimized. So the cost of production is different.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara agraris yaitu negara yang sebagian besar

  penduduknya (80%) bekerja di sektor pertanian. Data pada tahun 2002 memperlihatkan bahwa penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian Tenaga Kerja ). Sektor pertanian diharapkan dapat menyerap tambahan tenaga kerja sebanyak 1,4 juta pada periode 2005, sehingga jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian menjadi 42,4 juta pada tahun 2009. Pada tahun 2006, pertanian memberikan kontribusi ke PDB sebesar Rp 106.8 triliun atau 13.29% (.). Bagi masyarakat pedesaan, bertani merupakan mata pencaharian yang utama. Hal ini dapat menjadi ciri khas masyarakat Indonesia, karena makanan pokok masyarakat Indonesia adalah beras, sehingga pertanian merupakan hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Dalam bertani banyak persoalan yang dihadapi oleh para petani misalnya mengenai produksi, pemasaran hasil-hasil pertanian, bahkan mengenai penggunaan pupuk dengan tujuan agar hasil panen dapat memuaskan.

  Usaha tani adalah himpunan dari sumber daya alam yang terdapat dalam suatu tempat tertentu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti sinar matahari, air, dan tanah serta usaha untuk produksi pengolahan hasil pertanian yang dilakukan secara tradisional maupun modern. Usaha tani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.

  Peningkatan efisiensi usaha tani merupakan upaya pemenuhan kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya semakin meningkat. Yang memprihatinkan adalah produktivitas lahan mengalami penurunan akibat berkurangnya kandungan-kandungan organik dalam tanah serta penggunaan pupuk buatan yang melampaui batas.

  Keberhasilan pencapaian sasaran produksi komoditas pertanian tidak terlepas dari penggunaan sarana produksi khususnya pupuk secara tepat baik dosis atau jumlah, waktu, jenis dan mutunya. Pada kondisi pasar bebas bagi perdagangan pupuk sekarang ini, petani dihadapkan pada berbagai pilihan jenis dan merek pupuk yang jumlahnya semakin banyak dengan mutu yang beraneka ragam. Kurangnya informasi serta pembinaan penggunaan pupuk di tingkat petani akan menimbulkan kerugian bagi petani maupun berbagai permasalahan lain seperti kelestarian lingkungan. Penggunaan pupuk an-organik yang dilakukan oleh para petani secara intensif selama lebih dari 30 tahun telah menyebabkan degradasi mutu lahan. Agar petani dapat menggunakan pupuk secara efisien, berdaya guna dan berhasil guna, maka upaya pembinaan dalam menggunakan pupuk khususnya an-organik sangat diperlukan.

  Saat ini, para pakar pertanian dan lembaga swadaya masyarakat berusaha merehabilitasi kondisi tanah yang sedang “ sakit “. Salah satu usaha yang sedang dikembangkan adalah melaksanakan pertanian organik. Meskipun sistem pertanian organik akan memberikan keuntungan banyak kepada pembangunan pertanian rakyat dan perlindungan lingkungan hidup, termasuk konservasi sumber daya lahan dan menjadikan petani sebagai petani yang mandiri. Namun pada kenyataannya, para petani masih “ gamang “ menerapkannya.

  Sunardi, salah seorang anggota dari Himpunan Tani Ngudi Makmur, Wulan Sawit di Jatiyoso, Karanganyar, Jawa Tengah mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya menanam padi semi organik lebih menguntungkan dibandingkan pertanian modern dengan menggunakan pupuk kimia. Pupuk organik dan pestisida alami adalah contoh budidaya pertanian yang bersahabat dengan lingkungan (www.tidal.lowlans. Bertani Padi Semi Organik Lebih Menguntungkan. 3 September2006) B.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah :

  1. Apakah ada perbedaan hasil produksi antara petani pengguna pupuk buatan, pupuk organik dan kombinasinya ?

  2. Apakah ada perbedaan harga jual antara petani pengguna pupuk buatan, pupuk organik dan kombinasinya ?

  3. Apakah ada perbedaan keuntungan antara petani pengguna pupuk buatan, pupuk organik dan kombinasinya ?

  4. Apakah ada perbedaan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pengguna pupuk buatan, pupuk organik dan kombinasinya ?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Mengetahui perbedaan hasil produksi antara petani pengguna pupuk buatan, pupuk organik dan kombinasinya

  2. Mengetahui perbedaan harga jual antara petani pengguna pupuk buatan, pupuk organik dan kombinasinya

  3. Mengetahui perbedaan keuntungan yang diperoleh petani pengguna pupuk buatan, pupuk organik dan kombiasinya

  4. Mengetahui perbedaan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pengguna pupuk buatan, pupuk organik dan kombinasinya

  D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Petani Agar petani dapat menggunakan pupuk secara efisien, berdaya guna dan berhasil guna sehingga mendapatkan hasil panen yang memuaskan

  2. Bagi Universitas Dengan adanya penelitian ini, maka akan menambah referensi bacaan dan dapat menambah pengetahuan mengenai penggunaan pupuk buatan, pupuk organik dan kombinasinya dengan tepat

  3. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan tentang penggunaan pupuk buatan, pupuk organik dan kombinasinya dengan benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Revolusi Hijau Pada permulaan tahun 1970 pemerintah Indonesia membuat program

  pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi Hijau yang kemudian dikenal dengan program BIMAS (Bimbingan Massal).

  Tujuan utama dari program tersebut adalah menaikkan produktivitas sektor pertanian, khususnya subsektor pertanian pangan yang terdiri dari pupuk non organik, obat-obatan pelindung tanaman dan bibit unggul (Soetrisno, 1999).

  Revolusi Hijau lebih dikenal dengan nama Panca Usaha Tani yang meliputi penggunaan bibit unggul, pupuk, pestisida, irigasi dan teknik menanam yang lebih baik (Rahardjo:1984). Meskipun memakan waktu yang lama, namun berhasil mengubah sikap petani dari “ anti “ teknologi menjadi mau memanfaatkan teknologi pertanian modern. Perubahan sikap petani berpengaruh pada kenaikan produktivitas pertanian pangan sehingga mampu mencapai swasembada pangan.

  Revolusi Hijau adalah gerakan di bidang pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian guna mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduk yang semakin bertambah dan meningkatkan surplus ekspor untuk menutup defisit neraca pembayaran bagi negara sedang berkembang (Nasikun, 1980, 72-73).

  Menurut Dawam Rahardjo, Revolusi Hijau adalah modernisasi pertanian dengan senjata teknologi baru terutama bibit unggul. Berdasarkan definisi di atas, maka penulis dapat memberi batasan bahwa Revolusi Hijau adalah modernisasi pertanian dengan teknologi baru yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian guna mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduk yang semakin bertambah dan meningkatkan ekspor untuk menutup defisit neraca pembayaran.

  Revolusi Hijau muncul sebagai usaha untuk mengatasi masalah produktivitas lahan yang masih rendah sehingga keseluruhan produksi pangan juga rendah. Selain itu, angka pertumbuhan penduduk masih tinggi, sehingga laju pertumbuhan produksi pangan lebih rendah dari laju pertumbuhan pertanian. Begitu juga dengan produktivitas kerja penduduk dalam mengolah lahan pertanian masih rendah. Dengan diterapkannya Revolusi Hijau diharapkan dapat memberikan perubahan pada tingkat produktivitas, tingkat pendapatan, kesempatan kerja dan pola distribusi pendapatan.

  Revolusi Hijau bertujuan untuk (1) meningkatkan produksi padi guna memantapkan swasembada pangan; (2) meningkatkan pendapatan; (3) meningkatkan kesempatan kerja di bidang pertanian; (4) penghematan dan penigkatan devisa dan (5) mempertahankan sumber kelestarian sumber daya alam. Agar tujuan tersebut dapat tecapai dibutuhkan input yang lebih besar dan penyediaan sarana produksi yang tepat. Untuk itu, pemerintah menyediakan subsidi pupuk, obat-obatan, fasilitas irigasi, bibit jenis unggul dan memberikan subsidi berupa pemberian kredit dengan bunga rendah.

  Dengan diterapkannya Revolusi Hijau, maka akan tercapai swasembada beras yang akan menghemat devisa negara dan akan menghilangkan ketergantungan dalam hal beras dengan luar negeri.

  Di samping pembangunan pertanian terdapat pembangunan pedesaan untuk wilayah pedesaan dan sekitarnya, yaitu pembangunan pedesaan yang bersifat non pertanian. Pembangunan pedesaan adalah suatu strategi pembangunan yang dirangsang bagi peningkatan kehidupan ekonomi dan sosial dari kelompok khusus masyarakat, yaitu si miskin di pedesaan. Karena pembangunan pedesaan bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, maka usaha ini harus dirangsang secara jelas dan tegas ke arah peningkatan produksi dan produktivitas (Prayitno, 1986: 15-16).

  Pelaksanaan pembangunan pedesaan adalah melaksanakan pembangunan pertanian itu sendiri. Kesungguhan pemerintah dalam membantu mewujudkan pelaksanaan pembangunan daerah nampak dengan adanya pemberian bantuan dalam bentuk uang yang mencakup bantuan desa dan jenis bantuan lain. Bantuan tersebut bagi masyarakat di daerah pedesaan digunakan untuk membangun Sekolah Dasar (SD Inpres). Sedangkan bantuan pembangunan untuk Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II lebih banyak digunakan untuk membangun jembatan dan jalan di pedesaan atau jalan yang menghubungkan antar pedesaan.

  Keberhasilan pembangunan pedesaan dan perkotaan mempunyai anggapan negatif yang muncul di kalangan masyarakat, diantaranya (1) semakin sulitnya penduduk untuk mensekolahkan anaknya; (2) adanya kecenderungan meningkatnya tindak kriminalitas dan (3) adanya perasaan kurang aman di jalan umum. Untuk lebih menyebarluaskan dan dalam rangka pemerataan kegiatan pembangunanan hasil-hasilnya ke seluruh pelosok tanah air, telah diberikan bantuan pembangunan pedesaan kepada desa-desa agar masyarakat pedesaan yang bersangkutan dapat secara langsung berpartisipasi dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Tujuannya adalah untuk mendorong, menggerakkan dan membina prakarsa serta untuk mengembangkan usaha swadaya gotong royong masyarakat pedesaan dalam usahanya untuk membangun prasarana desa yang dibutuhkan (Prayitno, 1986: 28).

  Dalam melaksanakan pembangunan desa, dana yang digunakan selain berasal dari Bandes (dari pemerintah pusat) juga berasal dari himpunan dana pembangunan dari pemerintah Daerah Tingkat II dan swadaya gotong royong mayarakat. Besarnya Bandes yang digunakan untuk merealisasikan program kerja pembangunan pedesaan tidak selalu sama dengan yang diterima. Setiap tahunnya selalu terdapat sisa anggaran pembangunan desa.

  Pembangunan pedesaan dari tahun ke tahun selalu meningkat dan diharapkan dapat memberikan hasil-hasil nyata bagi masyarakat pedesaan.

  Untuk lebih memantapkan pembangunan desa diperlukan koordinasi dan keterpaduan pembangunan, baik pembangunan sektoral, regional maupun pembangunan desa itu sendiri. Agar tujuan tersebut dapat tercapai diperlukan mekanisme perencanaan, pelaksanaan pengendalian yang lebih terpadu. Maka dilaksanakan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) sebagai suatu wadah dan sistem perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi pembangunan di wilayah kecamatan. Pembentukan UDKP diutamakan di wilayah yang tergolong miskin, rawan atau krisis dan terbelakang.

  Keberhasilan pembangunan desa tergantung pada tingkat peran serta segenap lapisan masyarakat dalam pembangunan, maka pada setiap desa dibentuk Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Salah satu tugas pokok LKMD dalam membantu kepala desa adalah meningkatkan dan menggerakkan serta melaksanakan pembangunan terpadu. Namun pada kenyatannya, LKMD belum dapat bertindak dan berfungsi sebangaimana mestinya.

  Pedesaan merupakan fokus dalam pembangunan. Sektor pertanian selalu mendapat tempat untuk menunjang sektor lain. Berbagai cara dilakukan agar masyarakat desa dapat mengenal apa yang kurang pada dirinya. Sehingga dapat berkembang dalam memperbaiki kehidupan. Revolusi transportasi dan komunikasi merupakan cara yang dilakukan agar menghilangkan isolasi masyarakat pedesaan dengan dunia luar.

  Desa adalah suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintah sendiri. Desa terjadi dari suatu tempat kediaman masyarakat saja, ataupun terjadi satu induk desa dan beberapa tempat kediaman sebagian masyarakat hukum yang terpisah yang merupakan kesatuan-kesatuan tempat tinggal sendiri.

  Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam hubungan kelompoknya. Sedangkan sosiologi pedesaan merupakan sosiologi yang melukiskan dan menelaah hubungan manusia di dalam dan diantara kelompok-kelompok yang ada di lingkungan pedesaan (Wiriaatmadja, 1983: 7).

  Sebagian besar dari masyarakat Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan yang telah mencapai umur tenaga kerja pada umumnya merupakan tenaga produktif. Rakyat pedesaan memiliki aspek positif yang dapat dikembangkan dalam rangka pembangunan, yaitu jiwa gotong royong, musyawarah dan semangat kekeluargaan untuk pembangunan.

  Desa mempunyai nilai-nilai yang positif bagi keberhasilan perjuangan pembangunan pertanian atau pembangunan lain karena memiliki tenaga kerja yang mampu dan mau bekerja keras. Kelebihan tenaga kerja di pedesaan dapat diatur dengan pendirian industri yang memanfaatkan produk pertanian yang dihasilkan desanya. Maka produk pertanian sebagai produk perdagangan akan meningkat mutu dan harganya, masalah tenaga kerja dapat diatasi pula (Kartasapoetra,dkk, 1986: 46).

B. Ketahanan Pangan

  Kebijakan keamanan pangan nasional di Indonesia yaitu terobosan di sektor produksi dan pemecahan masalah distribusi. Selama Orde Baru, kebijakan bagi ketahanan pangan selain beras tidak dirancang dan digarap secara serius. Kesulitan produksi beras yang dialami selama Orde Baru dapat dipecahkan dengan modernisasi pertanian yang dikenal sebagai Revolusi Hijau. Namun, Revolusi Hijau hanya dapat memecahkan sebagian dari persoalan ketahanan pangan, sedang persoalan mengenai distribusi masih menjadi suatu masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini.

  Adanya ketergantungan negara-negara yang sedang berkembang dalam mencukupi kebutuhan pangan bagi rakyatnya pada dunia luar akan menimbulkan masalah pada petani dan masyarakat pada umumnya di negara tersebut. Keanekaragaman hayati dapat menjadi alternatif dalam penganekaragaman jenis tanaman yang digunakan dalam pertanian. Keanekaragaman hayati merupakan kekuatan bagi petani dalam upaya melestarikan ketahanan pangan.

  Bibit merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang sangat terkait dengan ketahanan pangan keluarga, komunitas dan ketahanan pangan nasional. Bibit merupakan mata rantai pertama dari keseluruhan rantai pangan. Oleh karena itu, kebebasan petani dalam memperoleh akses pada bibit merupakan syarat penting bagi terjaminnya kelestarian pangan suatu negara (Soetrisno,1999:3).

  Kebutuhan akan kecukupan pangan hendaknya diserahkan pada kemampuan rakyat sendiri. Oleh karena itu, teknologi termasuk rekayasa genetika yang merupakan intervensi teknis bioteknologi yang harus dinilai pada kriteria ancaman modern pada kemampuan berkelanjutan sistem produksi dan distribusi pangan yang ada dalam pengawasan rakyat dan adanya teknologi modern dapat menebus produk buangan sehingga biaya yang dibebankan pada alam diberi ganti rugi yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk pelestarian lingkungan.

  Ketahanan pangan tidak ditentukan oleh besarnya ketersediaan beras, melainkan oleh ketercukupan pangan yang sehat dalam keluarga di tingkat nasional, sekarang dan masa yang akan datang. Ketahanan pangan hendaknya diterjemahkan sebagai kemampuan untuk menyediakan pangan yang sehat tanpa melupakan kelestarian dan keharmonisan alam.

  Masyarakat tradisional mampu menjaga ketahanan pangan dengan menanam tanaman di berbagai lahan pertanian dan kebun ataupun menyimpannya di lumbung miliknya. Sebagian masyarakat sudah terbiasa dengan penyeragaman pangan (beras), sehingga hasil pertanian non beras kurang disukai sebagai sumber pangan. Oleh karena itu, perlu kemauan keras dari petani agar bisa memproduksi bahan pangan selain beras. Ada dari sebagian petani yang berusaha memanfaatkan berbagai tanaman secara sungguh-sungguh untuk menyelamatkan ketahanan pangan (Wahono:196).

  Petani melakukannya dengan cara mengolah berbagai hasil pertanian menjadi makanan yang menarik ataupun dengan mulai membiasakan diri mengkonsumsi makanan non beras.

  Politik pertanian berorientasi pada peningkatan produksi, pemerintah berupaya untuk melakukan pengembangan teknologi, pengembangan, kelembagaan petani. Pengembangan sturktur pertanian, menetapkan kebijakan harga dan tata niaga yang ditujukan untuk menigkatkan produksi pertanian.

  Pola konsumsi pangan pokok tergantung pada satu komoditas yaitu beras yang mengandung resiko bahwa ketahanan pangan rumah tangga dan nasional akan rapuh. Maka diperlukan upaya pengembangan pangan altrenatif yang berbasis umbi-umbian, tanaman pohon yang dapat diproses menjadi tepung yang bias tahan lama dapat diperkaya dengan mineral dan vitamin dan lebih fleksibel pengolahannya (Harsoyo, 2004: 3).

  Permasalahan pangan tidak dapat diselesaikan dari penawaran dan permintaan yang akan menentukan dinamika pangan. Usaha untuk menciptakan katahanan pangan akan tercapai jika semua komponen masyarakat memiliki akses yang cukup. Politik pangan menitikberatkan pada peningkatan produksi bahan pangan khususnya beras. Secara mikro, peningkatan produksi tanaman pangan belum disertai penigkatan riil petani secara memadai.

C. Kebijakan Pertanian di Indonesia

  Dari berbagi sektor ekonomi Indonesia, sektor pertanianlah yang merupakan sektor yang sarat dengan campur tangan pemerintah dan aparatnya. Sejak dari penanaman sampai dengan penentuan harga dan pemasaran produknya, khususnya sub-sektor pertanian padi diatur oleh pemerintah. Di samping mengeluarkan harga dasar padi, pemerintah juga mengatur jenis padi yang harus ditanam. Pemasaran produk pertanian juga diatur oleh pemerintah melalui Koperasi Unit Desa yang berada di setiap tingkat kecamatan. Koperasi Unit Desa berfungsi untuk membantu pemerintah dalam membeli padi dari petani kemudian diserahkan pada Badan Urusan Logistik, yaitu sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah guna mencapai stabilitas harga pangan di Indonesia (Soetrisno,1999:17).

  Pertanian ditingkatkan, namun peningkatan itu ditujukan untuk mendorong produk ekspor serta masukan teknologi tinggi yang nyaris tidak membantu dalam meningkatkan persediaan makanan. Kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia memakai sistem pertanian modern, yang mengutamakan peningkatan budidaya padi melalui usaha-usaha yang menaikkan produksi dan menunjang harga. Hal ini menguntungkan bagi petani besar yamg mampu berproduksi sedang situasi pangan kaum miskin di daerah pedesaan dan perkotaan menurun.

  Terjadinya krisis yang menyebabkan negara terpuruk adalah perubahan strategi pembangunan yang radikal dan berjalan tidak seimbang dari strategi pembangunan industri berbasis pertanian menjadi industrialisasi yang menyandarkan diri pada bahan impor. Perubahan strategi pembangunan pertanian ke industri canggih yang berjalan tidak seimbang secara pelan namun pasti mengalihkan sektor pertanian dan petani terabaikan. Ruwetnya dunia pertanian disebabkan oleh kebijakan negara yang tidak berpihak pada nasib petani dan hanya melayani kepentingan ekonomi global.

  Sejak tahun 1998, kebijakan perberasan nasional berubah drastis. Akibat tekanan-tekanan Dana Moneter Internsional, pemerintah meliberalisasi pasar beras domestik. Untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berpihak pada nasib petani. Yang diperlukan bukan hanya strategi dan taktik menghadapi arus deras neoliberalisme pertanian, agar petani dapat meraih hal yang lebih baik.

  Persoalan beras menyangkut kepentingan luas dan mempunyai pengaruh terhadap perekonomian dalam jangka lebih panjang. Harga jual beras bagi petani sangat rendah sehingga ppetani diharapkan dapat bekerja keras untuk menaikkan produksi beras dan sebagai balas jasa petani harus menerima penghasilan yang menyusut karena harga beras menurun. Tujuan untuk mempertahankan harga beras pada tingkat yang lebih layak telah dicapai dengan menentukan harga terendah dan harga tertinggi. Harga terendah ditentukan pada rasio 1:1 antara harga beras dan pupuk urea di pedesaan, sedangkan harga tertinggi beras didasarkan atas harga bahan pokok lain. Harga beras telah dimantapkan dan perbedaan harga antara musim “paceklik” dan musim panen telah diturunkan pada suatu tingkat yang layak.

  Harga tertinggi dapat dipertahankan dan diawasi dengan pertolongan tambahan impor beras, untuk mempertahankan harga dasar pada tingkat petani tetap terdapat suatu masalah. Kebijakan pangan tidak semata-mata menyangkut harga beras saja, bahkan dengan sengaja ingin diusahakan penganekaragaman dalam konsumsi pangan, namun penekanan terhadap program beras tidak dapat dihindarkan. Dalam jangka panjang beras akan selalu merupakan kebijakan inti dalam hal pangan (Mubyarto,1975:126).

  Kebijaksanaan pangan dititikberatkan pada kebijaksanaan harga beras, yang diusahakan untuk mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan beras pada taraf harga yang layak bagi konsumen dan cukup tinggi bagi produsen. Adanya kenaikan harga beras mempunyai tujuan yaitu (1) menjamin persediaan beras; (2) melindungi petani dari eksploitasi tengkulak dan penggilingan padi; (3) menciptakan kelas pertengahan yang berimbang dalam golongan pemilik penggilingan padi (Mubyarto,1978:85).

  Untuk industri beras, kebijakan pelarangan impor sangat menolong bagi petani di dalam negeri. Kebijakan yang muncul pada pertengahan Januari 2004 menjadikan insentif yang besar bagi petani dalam negeri. Tanpa kebijakan ini maka beras impor akan memukul petani saat panen. Di sisi lain, sektor pertanian juga perlu memperbaiki kinerja. Petani tidak meminta perhatian banyak dari pemerintah. Persoalan harga pupuk, persoalan benih palsu, persoalan peramalan iklim dan irigasi harus segera diselesaikan.

  Konsep revitalisasi pertanian untuk menjawab berbagai persoalan pertanian di dalam negeri dan di tengah perdagangan dunia. Dinamika sektor pertanian dan perdagangan akan terus terjadi. Kebijakan yang diambil diharapkan dapat menjawab persoalan pertanian di dalam negeri dalam menghadapi perdagangan bebas. Di samping itu dukungan kebijakan fiskal dan moneter juga diperlukan sebagai bentuk dukungan keuangan dan perlindungan arif.

  Kegiatan impor beras khususnya dalam hal beras jangan dilakukan, mengingat bahwa negara Indonesia sebagai negara agraris dan dapat dipastikan bahwa negara kaya akan kebutuhan pangan khususnya beras. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kegiatan impor merupakan salah satu bentuk menjalin hubungan kerjasama dengan negara luar yang berupa perdagangan internasional. Impor barang adalah kegiatan ekonomi yang menjual barang dari luar negeri ke dalam negeri, yang meliputi (1) bahan konsumsi; (2) bahan baku; dan (3) barang modal (Gilarso,1991:306).

  Keputusan yang diambil oleh pemerintah mengenai impor beras telah menimbulkan resistansi di sejumlah tempat, terutama di daerah sentra produksi padi. Hal ini akan menimbulakn masalah bagi daerah sentra padi karena produksi padi akan tinggi. Adanya impor beras membuat padi yang ada di daerah sentra padi akan menumpuk dan masyarakat cenderung akan membeli beras impor yang menurut masyarakat lebuh berkualitas dan mutunya terjamin. Impor yang dilakukan saat panen membuat kondisi perekonomian menurun.

  Impor beras digunakan untuk cadangan kebutuhan akan pangan, khususnya beras. Harga beras yang terlalu tinggi akan menitikberatkan kondisi ekonomi konsumen yang berpendapatan menengah ke bawah. Sedangkan harga yang terlalu rendah tidak akan memotivasi petani untuk menigkatkan produktivitas lahan usahanya. Penigkatan konsumsi beras diperlukan pula peningkatan produksi areal sawah. Sebagai negara agraris, Indonesia pernah mengimpor pangan terbesar dan pernah berswasembada dalam hal beras. Kejadian menjadi negara pengimpor membuat kesan bahwa pamor sebagai negara agraris menjadi hilang. Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat kurang mnghargai terhadap produksi dalam negeri.

  Kegiatan impor barang memang dipengaruhi oleh tingkat produksi dan pendapatan nasional serta leju perkembangannya. Di satu pihak,. Impor dibutuhakan dan di pihak lain impor dapat merugikan perkembangan indistri dalam negeri. Maka perlu pengawasan dari pemerintah mengenai kegiatan impor. Pada dasarnya, kebijaksanaan impor berarti penentuan prioritas: mana yang penting dan harus diutamakan dan mana yang tidak perlu dan dapat dikurangi atau dihilangkan.

  Politik pertanian di bidang ekspor menyangkut makro perbaikan dalam neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Artinya komoditi ekspor yang menyumbang langsung pada penerimaan devisa negara diusahakan untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi, perluasan dasar ekspor dan perluasan pasar. Tujuan kebijakan ekspor tidak ada hubungannya dengan petani produsen karena memang tujuan tersebut dapat dicapai melalui kebijakan perdagangan tanpa harus bererti pada perluasan produksi. Hal ini terlihat pada beberap komoditi yang mempunyai dua pasar yaitu pasar dalam negeri dan pasar di luar negeri.

  Karena kekayaan alamnya dan letaknya yang strategis, Indonesia dapat menghasilkan bahan-bahan yang mempunyai pasaran luas di luar negeri. Hasil bumi Indonesia seperti cengkeh, lada dan tembakau dikenal di seluruh dunia. Minyak tanah Indonesia mendapat pasaran yang luas di luar negeri seperti halnya dengan timah dan kayu (Gilarso,1667:305). Makin tinggi angka hasil produksi yang dapat dijual ke luar negeri maka perekonomian nasional makin terbuka untuk perkembangan ekonomi luar negeri. Ekspor barang dan jasa menimbulkan tagihan tehadap luar negeri, sedangkan impor menimbulkan hutang . Hutang piutang ini harus diselesaikan dengan pembayaran antar negara.

  Adanya defisit neraca pembayaran disebabkan karena impor lebih besar dari ekspor. Untuk mencegah defisit tersebut dapat dilakukan dengan membatasi impor dan meningkatkan ekspor. Besarnya ekspor tergantung dari produksi, besarnya permintaan dari luar negeri dan tergantung dari kualitas atau mutu barang yang akan dijual. Untuk menigkatkan ekspor, pemerintah dapat melakukan (1) diversifikasi impor; (2) subsidi dan premi ekspor; (3) pengendalian harga dalam negeri; (4) devaluasi dan (5) perjanjian internasional (Gilarso,1991:332-333).

  Pemerintah dapat berpendapat bahwa ekspor adalah sekunder dan pasaran dalam negeri dianggap lebih layak proteknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kebijaksanaan di bidang ekspor adalah usaha untuk menaikkan nilai tambah barang-barang ekspor dengan mendorong pengolahannya di dalam negeri. Ini berarti bahan mentah harus dikurangi dan ekspor harus dalam bentuk barang jadi atau barang setengah jadi.

  Namun yang penting adalah adanya kebijakan pertanian yang konsisten untuk lebih banyak menyerap tenaga kerja yang akan menigkatkan nilai ekspor. Kelemahan dari kebijakan di bidang komoditi ekspor adalah belum dapat dipadukannya kebijakan (makro) perdagangan dengan kebijakan (mikro) pada tingkat petani produsen. Kebijakan perdagangan merangsang sampai pada tingkat petani tidak mudah. Karena diantara petani dan eksportir terdapat berbagai perantara yang berperanan dalam memperlancar aliran komoditi yang berangkutan dari petani produsen ke eksportir.

  Untuk melindungi petani produsen, pemerintah dapat mengeluarkan kebijaksanaan khusus dalam bidang kelembagaan perdagangan dengan tujuan sama, tapi dengan tekanan pada perubahan mata rantai pemasaran dari produsen ke komsumen, dengan tujuan untuk memperkuat daya saing petani.

  Badan Pemasaran Pusat ( Central Market Board ) berusaha untuk mengurangi pengaruh fluktuasi harga pasar dunia atas penghasilan petani. Masalah yang dihadapi saat ini adalah kurangnya kegairahan berproduksi pada tingkat petani, tidak ada keinginan untuk mengadakan penanaman baru dan usaha- usaha lain untuk menaikkan produksi karena presentase harga yang diterima oleh petani relatif rendah dibandingkan dengan bagian yang diterima golongan-golongan lain (Mubyarto,1989:247).

  Dengan adanya usaha untuk memperkuat kedudukan pengusaha eksportir lemah diambil kebijaksanaan kredit, yaitu memberikan fasilitas kredit dengan bunga relatif rendah dan menyederhanakan prosedur ekspor. Mengenai pengangkutan barang-barang ekspor diusahakan dengan penyediaan sarana pengangkutan misalnya kapal dan pesawat. Kebijaksanaan pemasaran hasil-hasil tanaman perdagangan untuk espor meliputi pengaturan distribusi sarana produksi bagi petani. Pemerintah berusaha menciptakan persaingan sehat diantara pedagang dengan melayani kebutuhan petani seperti pupuk, insektisida dan lain-lain sehingga petani dapat membeli sarana produksi dengan harga tidak terlalu tinggi. Kebijaksanaan pemasaran merupakan campur tangan pemerintah dalam bekerjanya kekuatan pasar. Di satu pihak pemerintah dapat mengurangi pengaruh kekuatan pasar agar tidak merugikan pedagang dan petani. Tapi di lain pihak, persaingan dapat didorong untuk mencapai efisiensi ekonomi yang tinggi, yang berarti bahwa pemerintah memberikan arah dalam bekerjanya gaya pasar. Praktek kebijaksanaan pemasaran dilaksanakan bersamaan dengan kebijaksanaan harga.

  Dalam sistem distribusi terdapat kekurangan efisiensi yang memerlukan penyelidikan yang seksama. Dalam sektor ini, diperlukan suatu investasi yang besar apabila sistem distribusi secara menyeluruh akan diperbaiki. Perdagangan bebas merupakan kegiatan usaha besar dengan banyak duplikasi fungsi marketing yang sesungguhnya tidak diperlukan. Masalah distribusi yang sesungguhnya terletak dalam faktor-faktor yang menimbulkan fluktuasi harga dari musim ke musim ( Mubyarto,1975:110).

  Kebijaksanaan produksi merupakan salah satu kebijaksanaan dalam pertanian. Pemerintah tidak dapat merencanakan produksi pertanian. Artinya pemerintah tidak dapat menjamin bahwa rencana produksi dapat direalisasikan jika kebijaksanaan tertentu dapat mendorong tercapainya tujuan rencana produksi padi. Yang dapat disusun oleh pemerintah adalah rencana kebijaksanaan dan rencana aktivitas pemerintah dalam berbagai bidang.

  Produksi hanya dapat direncanakan secara tidak langsung melalui perencanaan kebijaksanaan. Untuk mendorong petani meningkatkan produksi, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan harga minimum atau memberi subsidi pada pupuk.

  Pembangunan prasarana ekonomi ikut menyumbang dalam penciptaan keadaan yang merangsang pada pembangunan pertanian dan membantu memperkecil kemungkinan kegagalan produksi yang direncanakan. Petani produsen memberikan respon pada fenomena-fenomena harga. Jika harga menarik, maka petani akan menaikkan produksi, sedangkan jika harga tidak menarik maka petani akan mengalihkan usahanya pada tanaman yang lebih menguntungkan. Upaya peningkatan produksi pertanian akan lebih cepat teratasi jika disertai pembangunan agroindustri berbasis pedesaan yang akan menyerap banyak tenaga kerja.

  Konsumsi pangan sebagian besar penduduk Indonesia berupa karbohidrat dan beras yang merupakan komoditi penting. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan masyarakat dan keadaan ekonomi secara keseluruhan tergantung pada satu jenis komoditi akan menimbulkan masalah. Sejak dimulainya pemerintahan Orde Baru, pemerintah telah menaruh perhatian pada pembangunan pertanian khususnya beras (Prayitno, Hadi,1986:15).

  Adanya peningkatan konsumsi beras dari 270 ton per tahun menjadi 1 Juta ton per tahun memerlukan penigkatan produksi pertanian dan perluasan areal sawah. Sumber daya manusia yang berkualitas meskipun telah dilengkapi dengan pendidikan tinggi dan kecanggihan teknologi belum mampu membawa pertanian menjadi salah satu faktor dalam menyediakan ketersediaan pangan. Banyak pemuda desa yang enggan bertani dan lebih senang berurbanisasi demi tercapainya kesejahteraan yang layak.

D. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

  Pembangunan ekonomi Indonesia menunjukkan tanda-tanda kemajuan yang menimbulkan harapan baru bagi pembangunan selanjutnya. Rencana pembangunan lebih ditekankan pada sektor pertanian.

  Ada dua aliran mengenai pembangunan pertanian di Indonesia, yaitu golongan optimis dan golongan pesimis. Sikap optimis mengenai pembangunan pertanian akan berjalan dengan baik jika pemerintah menyediakan pupuk, pestisida dan bibit unggul. Golongan pesimis akan berpendapat bahwa pembangunan pertanian sangat sulit dan di luar kemampuan rakyat Indonesia (Penny,1978:56-57).

  Paradigma modernisasi pertanian bertujuan untuk mengubah sektor pertanian tradisional menjadi pertanian modern yang mampu meningkatkan produksi sektor pertanian merupakan paradigma yang menjadi rujukan bagi semua pemerintah negara yang sedang berkembang dalam membangun sektor pertanian. Paradigma modernisasi pertanian mampu mencapai tujuannya yaitu meningkatkan produksi pertanian negara sedang berkembang, khususnya sub sektor pertanian melihat bahwa pembangunan suatu daerah adalah pembangunan yang mencerminkan kesejahteraan dari mayoritas penduduk.

  Mayoritas penduduk negara sedang berkembang adalah petani. Oleh karena itu, pembangunan pertanian merupakan tujuan utama dari setiap negara sedang berkembang. Paradigma pembangunan pertanian bertujuan secara mandiri dan berkelanjutan untuk menjamin keamanan pangan. Untuk itu, diperlukan visi kebijaksanaan dari pemerintah dan aparat pelaksana dalam memahami proses yang hakiki dari suatu pembangunan pertanian.

  Pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosioekonomi yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambah nutrisi tanaman dan penggunaan dasar- dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.

  Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input minimal, yang membandingkan penggunaan input minimal dan pendekatan berkelanjutan pada pertanian daratan Timur dengan apa yang dildihat sebagai kesalahan meroda yang digunakan petani Amerika. Sistem pertanian memiliki kapasitas internal yang besar untuk melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya internal.

  Dalam usaha mengalihkan konsekuensi negatif konvensional, beberapa format sistem pertanian berkelanjutan yang berbeda telah direkomendasikan sebagai alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang secara ekonomi dan aman bagi lingkungan. Kriteria yang penting bagi petani dalam mempertimbangkan suatu perubahan usaha tani adalah keinginan memperoleh hasil yang layak secara ekonomi. Ketika perubahan dari kegiatan pertanian konvensional ke pertanian berkelanjutan dilaksanakan, perubahan sosial dan struktur ekonomi juga terjadi.

  Hakekat pembangunan merupakan upaya untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Pembangunan merupakan pembebasan manusia yang terus menerus. Pembangunan pertanian adalah peningkatan produksi pertanian, upaya pembebasan manusia petani termasuk peningkatan kesejahteraan manusia pada umumnya. Pembangunan pertanian adalah upaya menciptakan manusia petani (Soetomo,1997:5).