BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi dan Manfaat Koperasi - Pengembangan Koperasi untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah Di Kabupaten Indragiri Hulu

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

BAB

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi dan Manfaat Koperasi
Tujuan

utama

mendirikan

koperasi adalah untuk

meningkatkan

kesejahteraan para anggota khususnya dan masyarakat daerah sekitar pada

umumnya. Namun tujuan tersebut sangatlah abstrak, oleh sebab itu, tujuan
yang lebih kongkrit adalah promosi ekonomi anggota. Promosi ekonomi
anggota dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan manfaat atau
pelayanan secara optimal

pada anggota dalam memenuhi

kebutuhan

ekonominya.
Koperasi dibentuk oleh kelompok-kelompok orang yang mengelola
perusahaan

koperasi

secara

bersama-sama, dan

diberi


tugas

untuk

menungjang kegiatan ekonomi para anggotanya. Setiap kelompok orang
dapat merumuskan dan mewujudkan tujuan-tujuan secara bebas melalui
kegiatan-kegiatan ekonomi secara bersama.
Dengan demikian

keberhasilan koperasi tidak hanya cukup dengan

partisipasi kontributif, tetapi lebih penting adalah partisipasi insentif dari
koperasi bagi anggotanya. Peningkatan partisipasi dapat menumbuhkan
rasa ikut memilikizyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
{ sense of belonging) para anggota. Hal ini merupakan ciri
utama

koperasi


yang

membedakannya

dengan

organisasi

lain

(non

koperasi).
Disamping pengaruh faktor di atas, keberhasilan usaha koperasi juga
tampaknya berhubungan erat dengan manfaat yang dirasakan oleh para

Lembaga Penelitian Universitas Riau

8


Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

anggota koperasi. Manfaat yang dirasakan akan dinilai secara subjektif oleh
anggota dan

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

dalam

menumbuhkan loyalitas dan partisipasi anggota koperasi untuk melibatkan
diri dalam setiap aktivitas koperasi.
Bila diamati bentuk partisipasi anggota dapat dibedakan menjadi tiga
jenis (Roepke, 2000), yaitu:
1. Partisipasi anggota dalam mengkontribusi atau menggerakkan sumbersumberdayanya.
2. Partisipasi

anggota

dalam


mengambil

keputusan

(perencanaan,

implementasi pelaksanaan, dan evaluasi).
3. Partisipasi anggota dalam menikmati manfaat.
Ketiga aspek partisipasi ini saling berhubungan satu dengan yang
lainnya.

Anggota

yang

tidak

menikmati


manfaat

tidak

akan

mengkombinasikan sumber-sumberdaya yang dimilikinya. Manfaat koperasi
tidak akan diberikan kepada anggota jika mereka tidak berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan pada koperasinya.
Untuk mendorong tingkat partisipasi anggota yang tinggi dalam suatu
koperasi, perlu dilakukan: 1) mengadopsi suatu kegiatan fungsi tunggal
koperasi; 2)

keanggotaan yang homogen; dan 3)

membatasi jumlah

keanggotaan. Koperasi harus memberikan motivasi kepada anggotanya
agar partisipasi itu efektif. Hal itu diperlukan agar pertumbuhan koperasi
selalu meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan partisipasi anggota

menimbulkan rasa ikut memiliki.

Bagi anggota yang tidak memperoleh

manfaat atau tidak terpenuhi kebutuhannya, partisipasi tidak akan efektif dan

Lembaga Penelitian Universitas Riau

9

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

biaya yang ditanggung bila mereka ikut berpartisipasi akan semakin besar
karena adanyazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
oportunity cost . Sebaiiknya bila manfaat atau kebutuhan
anggota terpenuhi, maka partisipasi kontribusi anggota akan efektif dan
biaya yang ditimbulkan relatif lebih rendah.
Manajemen
koperasi


yang

partisipatif memiliki

menekankan

kesesuaian dengan

partisipasi

transaksi, dan penyampaian penda-pat.

anggota

dalam

karakteriatik
pembiayaan,


Perbedaannya adalah bahwa

anggota koperasi berperan sebagai pemilik perusahaan koperasi, sehingga
memiliki otoritas penuh dalam menentukan keputusan tanpa adanya hierakhi
bawahan (anggota) dengan atasan (manajemen).

Manajemen menjalankan

perusahaan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anggota sesuai dengan
tingkat partisipasinya.
Pengendalian manajemen oleh anggota secara teoritis mungkin terjadi
sebagaimana pendapat Roepke (2000) dalam model kesesuaian partisipasi,
seperti disajikan pada Gambar 1.
Bila variabel anggota, manajemen, dan program menemui kesesuaian
maka akan tercapai keefektifan pertisipasi anggota.

Kesesuaian tersebut

adalah: a) antara pelayanan yang dibutuhkan { needs)


anggota dengan

output pelayanan dari program, b) antara tugas-tugas { task) program dengan
kemampuan { abiity)
{ dem ands)

manajemen; dan c) antara apa-apa yang

anggota dengan keputusan { decisions)

manajemen.

diminta

Alat yang

digunakan untuk mengendalikan mekanisme tercapainya kesesuaian ini
adalah hak suara { voice), hak pilih { vote), dan hak keluar { exit).

Lembaga Penelitian Universitas Riau


10

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

Melalui model ini maka anggota akan berpartisipasi maksimal agar
perusahaan

koperasi bisa terwujud melalui pembiayaan (iuran anggota),

memberikan pendapat, dan mengawasi

jalannya perusahaan.

Adanya

kesesuaian tersebut berimplikasi pada pemilihan manajemen yang mampu
menjalankan tugas

sesuai dengan permintaan dan kebutuhan anggota,

Jika manajemen
melalui mekanisme hak suarazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
{ one m an one vote).
dianggap menyimpang dan tidak mampu memenuhi kebutuhan usahatani
anggota maka anggota akan rugi, sehingga mendorong

ke luar

dari

keanggotaan koperasi. Mekanisme inilah yang perlu ditumbuhkembangkan
oleh para promotor pada diri anggota koperasi yang mayoritas kondisi sosial
ekonominya lemah, maupun pada manajemen koperasi agar difahami.
Bantuan promotor yang andal harus didukung oleh anggota sehingga dapat
menciptakan kekuatan anggota sebagai pemilik dan pelanggan koperasi.

PROGRAM

^

I zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
i

A/

'\

EFEKTIVITAS
PARTISIPASI

si

ANGGOTA

Permintaan

\\\

Keputusan

MANAJEMEN
KOPERASI

Alat-alat partisipasi
(Voice, Vote, Exit)
Sumber: Roepke, 2000

Gambar 1. Model Kesesuaian Partisipasi

Lembaga Penelitian Universitas Riau

11

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

Mutu parisipasi tergantung pada interaksi dari tiga variable (Roepke,
2000), yaitu:
1. Antara anggota sebagai penerima manfaat dengan program harus ada
kesesuaian antara kebutuhan anggota dengan pelayanan atau output
sumber-sumbedaya yang disediakan oleh koperasi.
2. Antara manajement koperasi dengan anggota, harus ada kesesuaian
kepentingan dengan keputusan manajemen. Manajemen harus mampu
dan

mau

mengartikulasikan

dalam

keputusan

organisasi

bagi

kepentingan anggota.
3. Program dengan manajemen koperasi harus ada kesesuaian antara
tugas sebagai tuntutan organisasi dengan

syarat-syarat/kepentingan

kemampuan manajemen koperasi.
Tingkat

partisipasi

anggota

koperasi

berkaitan

erat

dengan

kemampuan yang dimiiiki oleh koperasi didalam menyediakan kebutuhan
yang diminta

oleh

anggota,

yaitu:

apabiia permintaan

anggota

tidak

seimbang dengan kemampuan yang dimiiiki oleh koperasi, maka anggota
akan mengurangi

partisipasinya, sebaiiknya apabiia kemampuan

yang

dimiiiki oleh koperasi sama dengan permintaan anggota, maka anggota akan
meningkatkan partisipasinya.
Partisipasi anggota dalam koperasi berkaitan erat dengan usaha
koperasi. Jika partisipasi akan meningkat, maka efisiensi dan efektivitas
usaha juga meningkat, dan partisipasi yang meningkat akan memberikan
manfaat yang lebih besar pada anggotanya. Dari bentuk partisipasi anggota.

Lembaga Penelitian Universitas Riau

12

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

maka dari pihak koperasi juga memberikan insentif dan kontribusi untuk para
anggota, antara lain:
1. Peningkatan pelayanan secara efisien melalui penyediaan barang dan
jasa

oleh

koperasi. Ciri dan

intensitas

yang

dikehendaki

melalui

penyediaan barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan para
anggota berkaitan erat dengan kenyataan, apakah dan seberapa besar
barang dan jasa tersebut; a) memenuhi kebutuhan secara subjektif
dirasakan

oleh

meningkatkan

masing-masing

kepentingan

anggota,

rumah

tangga

dengan
dan

demikian

unit

akan

usahanya;

b)

disediakan dengan harga, kualitas yang lebih menguntungkan dari pada
yang ditawarkan di pasar.
2. Kontribusi para anggota bagi pembentukan perusahaan koperasi dalam
bentuk sarana keuangan yang akan dinilai secara subjektif oleh mereka
atas dasar biaya oportunitas yang mungkin mahal bagi anggota miskin.
3. Partisipasi dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan mengenai
berbagai kegiatan dalam kehidupan koperasi ditinjau dari sudut pandang
para anggota dapat merupakan suatu insentif ataupun kontributif.
Manfaat yang diterima anggota dari koperasi akan menyebabkan tiaptiap

anggota

melakukan

evaluasi

terhadap

system

yang

berlaku

di

koperasinya. Besarnya manfaat yang diterima oleh setiap anggota dievaluasi
secara subjektif. Partisipasi kontribusi anggota secara aktif tergantung dari
besarnya manfaat yang diterima. Semuanya itu akan menambah motivasi
dan kemampuan mereka untuk memainkan perannya sebagai
koperasi

dan

sebagai

mitra

Lembaga Penelitian Universitas Riau

bagi

koperasi

itu

sendiri.

pemilik

Partisipasi

13

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

mempengaruhi

nilai

nnanfaat

yang

akan

diterima

anggota

dan

juga

mempengaruhi kinerja koperasi.
Sasaran

organisasi

koperasi

adalah

mewujudkan

peningkatan

kepentingan anggota secara maksimal. Kepentingan anggota mendukung
tercapainya

keberhasilan

koperasi

sebagai

badan

usaha

dan

dapat

memperoleh manfaat secara ekonomis dari koperasi. Keberhasilan usaha
koperasi harus didasarkan pada landasar teori yang baik dan rasionalitas
ekonomi.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh beberapa permasalahan
yang

berkaitan

keberhasilan

dengan

usaha serta

tingkat
manfaat

partisipasi
bagi

anggota,

anggota

demikian

koperasi

di

pula
daerah

Kabupaten Indragiri Hulu belumlah maksimal. Hal itu disebabkan oleh
beberapa fenomena yang dihadapi, antara lain:
1. Rendahnya partisipasi kontributif anggota karena manfaat yang diterima
belum sesuai dengan keinginan para anggota.
2. Keterbatasan modal usaha yang dimiiiki koperasi sehingga ruang lingkup
usaha yang dapat dijangkau masih terbatas.
3. Program kerja yang dijalankan pengelola sering kali berdasarkan atas
pengalaman dan keinginan mengelola sendiri, sehingga kebutuhan dan
keinginan anggota terabaikan.
4. Tidak ada perbedaan manfaat yang diperoleh antara anggota dan non
anggota karena pelayanan yang diberikan kepada anggota sama dengan
pelayanan yang diterima oleh bukan anggota.

Lembaga Penelitian Universitas Riau

14

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

2.2 Pelaksanaan Fungsi Menajemen dalam Koperasi
Dalam era globalisasi ini, peran koperasi sangat dibutuhkan untuk
memberi manfaat ekonomi kepada anggotanya.

Dalam kerangka usaha

koperasi dapat berperan sebagai lembaga penunjang kegiatan terutama
untuk daerah pedesaan, baik pada subsistem pengadaan sarana produksi,
produksi, pengolahan hasil, maupun subsistem pemasaran. Koperasi yang
dibiayai, dikelola, dimiiiki, dan diperuntukan bagi anggota secara teoritis
berperan terutama dalam:


Memasok kebutuhan input produksi maupun kebutuhan konsumsi rumah
tangga dengan harga lebih murah di banding di pasar;



Membantu proses produksi (pertanian) melalui peningkatan keterampilan
anggota

melalui

implementasi

prinsip

pendidikan

anggota,

dan

penyediaan alat mekanisasi pertanian;


Mengusahakan proses pengolahan hasil melalui pengadaan sarana
produksi (terutama teknologi tepat guna);



Mengusahakan pemasaran hasil usaha anggota dengan harga jual yang
memberi keuntungan pada anggota; dan



Sebagai wahana dalam meningkatkan

posisi pasar karena adanya

kekuatan kelompok anggota koperasi.
Peran

tersebut

dapat

dipenuhi

jika

didukung

oleh

manajemen

(pengurus, pengelola/ manajer, dan pengawas) yang mampu dan memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakan tugas promosi anggota.

Dukungan

anggota dalam membiayai, menyampaikan pendapat, transaksi dengan

Lembaga Penelitian Universitas Riau

15

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

koperasi,

dan

mengawasi

kinerja

manajemen,

sangat

diperlukan.

Sayangnya kemampuan dan tanggung jawab manajemen sangat rendah.
Intervensi pemerintah yang sangat kuat dalam pemberian bantuan
keuangan, bangunan, peraiatan, manajemen dan pembinaan menghambat
swadaya kelompok koperasi (KUD) sehingga hilangnya kemandiriaan serta
menjadi

sumber

penyimpangan

karena

lemahnya

tanggungjawab

manajemen. Lemahnya kemampuan manajemen menyebabkan perusahaan
koperasi tidak mampu bersaing. Hasil penelitian ini mencoba mencari jalan
keluar dalam meningkatkan kemampuan dan tanggungjawab

manajemen,

serta meningkatkan kemampuan anggota agar dapat dicapai keberhasilan
usaha anggota.
Seperti

halnya

perusahaan

menjalankan fungsi-fungsi

lain,

manajemen

koperasi

harus

manajemen agar perusahaan koperasi dapat

berjalan secara efisien dan efektif dalam memenuhi tujuan promosi anggota.

Downey dan Ericson (1987) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri: 1) zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTS
menetapkan program khusus untuk mencapai hasil yang

perencanaan,
diinginkan;

2) pengorganisasian,

mencakup

organisasi agra cocok satu sama lain;
upaya

untuk

menggambarkan

menunjukkan
usaha-usaha

3) pengarahan,

jalan

terbaik;

untuk

memastikan

bertautan dengan lancar; dan 5) pengendalian,
tidaknya tujuan.

Hanya

pemaduan

4)

bagian-bagian

merupakan daya
penggkoordinasian,

gigi-roda

organisasi

pemeriksaan atas tercapai

melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut, hasil

dan tujuan manajer dapat dicapai

Lembaga Penelitian Universitas Riau

16

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

Dalam organisasi koperasi manajemen harus memahami
selain

sebagai

anggota

pemilik

memiliki

perusahaan

perusahaan

koperasi,

sendiri,

yaitu

masing-masing
usahatani

digelutinya yang bisa sama atau berbeda antar anggota.

yang

bahwa
individu
sedang

Keputusan yang

diambil seluruh anggota dalam rapat anggota tahunan (RAT) harus dapat
diakomodir melalui penetapan berbagai sasaran perusahaan koperasi yang
diarahkan pada:


Penyediaan unit usaha dan sarana produksi dengan harga besaing, serta
jumlah dan kontinuitas ketersediaan yang memenuhi kebutuhan;

*> Penyediaan unit usaha peraiatan mekanisasi, alat angkutan, dan gudang
untuk mendukung proses produksi dan penanganan pascapanen;


Penyediaan unit usaha pemasaran untuk penguasaan pasar atas komodi
yang dihasilkan oleh seluruh anggota setelah dikurangi

kebutuhan

sendiri;


Mengarahkan profitabilitas dari usaha seluruh angggota melalui unit-unit
usaha;



Mekanisme penyerahan dan besarnya sisa hasil usaha untuk anggota;



Mekanisme penyerahan dividen terbatas pada para investor; dan



Penyediaan unit usaha kebutuhan rumah tangga anggota.
Setelah

sasaran

dirumuskan

maka

fungsi

dilaksanakan untuk mencapai sasaran tersebut.

manajemen

dapat

Perencanaan dilakukan

oleh manajemen atas persetujuan dan pendapat anggota melalui langkahlangkah:

Lembaga Penelitian Universitas Riau

17

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah



Pengumpulan fakta kegiatan usaha dari setiap anggota meliputi: jenis
komoditi, kebutuhan sarana produksi, luas lahan, potensi produktivitas/
produksi; harga jual di pasar (tengkulak), potensi agroindustri;



Analisis masalah koperasi dan anggota pada setiap anggota;



Memperkirakan perkembangan perusahaan koperasi dan perkembangan
usaha anggota melalui penyediaan unit-unit usaha koperasi;



Menetapkan pendirian unit-unit usaha, volume usaha, besarnya iuran
(modal sendiri), dan modal luar untuk mengatasi masalah pada setiap
jenis usaha, agar tercapainya sasaran yang telah dirumuskan;



Mengembangkan alat evaluasi kemajuan perusahaan koperasi, yang
m arket test (pengujian pasar)
dipahami oleh semua anggota, melaluizyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
pada setiap priode waktu, yaitu membandingkan harga (pelayanan) di
koperasi dengan harga di pasar.
Pengorganisasian dalam perusahaan koperasi menyangkut organisasi

manajemen dan karyawan perusahaan koperasi, serta kelompok anggota
sebagai pemilik.

Manajemen dengan karyawannya harus bekerja keras

memenuhi kebutuhan setiap usaha anggota sebagai pemilik perusahaan.
Anggota tidak terlibat dalam menentukan kinerja perusahaan (unit usaha)
koperasi, tetapi menjadi pelanggan istimewanya. Anggota harus mendapat
pelayanan

istimewa

sebagai

imbalan

atas

berbagai

partisipasinya,

sedangkan karyawan berperan sebagaimanan karyawan dalam perusahaan
lain.
Pengarahan meliputi dua aspek, yaitu pengarahan oleh kelompok
anggota terhadap

manajemen

Lembaga Penelitian Universitas Riau

koperasi

dan pengarahan

manajemen

18

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

terhadap

karyawan

dalam

perusahaan koperasi.

Kelompok

anggota

mengarahkan sasaran yang ingin dicapai anggota (misalnya pemasaran
seluruh hasil usaha dengan harga yang menguntungkan) baik dilakukan oleh
manajemen maupun pendelegasiaan pada manajer lavel lebih bawah,
menetapkan hasil yang harus dicapai, serta menetapkan tanggung jawab
manajemen.
Fungsi

koordinasi

dimaksudkan

untuk

mensinkronkan

kegiatan

manajemen yang terdiri dari pengurus, pengawas, dan pengelola/manajer,
dalam

mencapai sasaran yang

diinginkan

anggota.

Ketiga

elemen

manajemen koperasi tersebut harus menjalankan tugasnya masing-masing
sesuai amanat anggaran dasar dan rumah tangga.
Fungsi pengendalian muncul untuk mengantisipasi penyimpangan
manajemen dalam memenuhi sasaran yang diinginkan anggota, serta
penyimpangan
manajemen.

karyawan

dalam

memenuhi

Pengendalian manajemen

sasaran

yang

diinginkan

dilakukan setiap seat

secara

bergantian oleh anggota koperasi agar penyimpangan dapat diperbaiki sedini
mungkin. Untuk itu manajemen harus secara transparan melaporkan kinerja
perusahaan koperasi secara periodik dalam periode waktu yang telah
disepakati.
Uraian ini mengisyaratkan perlunya setiap anggota koperasi memiliki
pemahaman

manajemen

yang

memadai

dan

keberanian

untuk

melaksanakan fungsi manajemen tersebut agar manajemen koperasi dapat
dikendalikan.

Untuk itu sangat diperlukan bantuan promotor yang dapat

Lembaga Penelitian Universitas Riau

19

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

mendampingi anggota koperasi sampai mereka memiliki kemampuan dan
keberanian agar tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
Karakteristik koperasi penting difahami dalam upaya memperbaiki
kelemahan organisasi dalam

mencapai sasaran.

Dulfer

(1974)

dan

Muenkner (1976) dalam Hanel (1989) menyatakan bahwa koperasi adalah
organisasi yang bersifat otonom (mandiri) sebagai suatu sistem sosial
ekonomi, dengan karakteristik:
> Adanya sejumlah individu yang bersatu atas dasar sekurang-kurangnya
{ kelom pok
koperasi);
satu kepentingan atau tujuan yang samazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
> Anggota kelompok koperasi secara individual bertekad
tujuannya

memperbaiki

kondisi

sosial

bersama dan saling membantu { swadaya

ekonominya

kelom pok

melalui

>

{ perusahaan

dan

Perusahaan koperasi tersebut ditugasi untuk menunjang
anggota

usaha

koperasi);

> Alat untuk mewujudkannya adalah perusahaan koperasi
koperasi) ;

mewujudkan

kelompok

koperasi

dengan

cara

kepentingan

menyediaakan

dan

menawarkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para anggota dalam
kegiatan ekonominya, yaitu usahatani dan rumah tangga { prinsip

prom osi

anggot a)

Sesuai karakteristik ini

koperasi harus didukung oleh manajemen

yang bersifat:


Mampu memahami keinginan dan kebutuhan anggota sehingga dapat
merumuskan tujuan anggota yang representatif untuk mewakili semua
kelompok usahatani anggota;

Lembaga Penelitian Universitas Riau

20

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerati



Mampu mengelola
kontribusi

uang,

kemampuan swadaya anggota dalam
pendapat,

dan

pengawasan

untuk

memberi

mendirikan

perusahaan yang bermanfaat;


Bertanggungjawab melaksanakan pelayanan (promosi) pada anggota
sesuai dengan kebutuhan anggota bagi keuntungan

angota, tanpa

mementingkan usaha sendiri;


Mampu menjadi manajer agribisnis yang profesional dalam mendirikan
perusahaan koperasi yang berorientasi

maksimisasi output,

melalui

kebijakan harga yang tepat, sehingga dapat bersaing di pasar dan
memberi

keuntungan

langsung

pada anggota

maupun

keuntungan

tahunan (sisa hasil usaha); dan


Bagi daerah pedesaan, manajer harus membangun perusahaan koperasi
menjadi perusahaan agribisnis dengan memahami ciri agribisnis seperti
diungkapkan Downey dan Erickson (1987), yaitu:


kegiatan agribisnis mulai dari: a) pasokan faktor produksi (bibit, pupuk,
pestisida, dan peraiatan pertanian); b) proses produksi pertanian
(pengolahan tanah, pemupukan dan pemeliharaan, panen);
proses

pasca

panen

(penjemuran,

penggilingan,

c)

pemipilan,

penyortiran, pengemasan, agroindustri, pergudangan, pengangkutan);
d) proses pemasaraan (pedagang perantara, pedagang besar, pasar
pemerintah, pengecer); dan e) lembaga keuangan;


banyaknya perusahaan agribisnis yang akan menjadi pesaing maupun
mitra;

Lembaga Penelitian Universitas Riau

21

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah



perusahaan agribisnis dikeiilingi oleh petani dengan produk beraneka
macam;



perusahaan agribisnis dapat berukuran kecil (peorangan)

sannpai

ukuran r a k s a s a ;


banyaknya perusahaan agribisnis menyebabkan persaingan bebas



perusahaan agribisnis berorientasi pada keluarga petani;



perusahaan agribisnis berorientasi pada masyarakat banyak sampai
pelosok;



sering timbul masalah fluktuasi

musim yang

berpengaruh

pada

produksi;


sangat dipengaruhi bencana alam seperti banjir, kekeringan, gempa
bumi, longsor;



kebijakan pemerintah sangat berpengaruh pada kinerja agribisnis,
seperti kebijakan harga dasar gabah atau harga pupuk.
Memahami

hal ini, bagi koperasi yang

berkembang

di

daerah

pedesaan, dimana anggotanya lebih dominant petani, maka perusahaan
koperasi harus dinamis dalam mengantisipasi fluktuasi produksi, perubahan
musim, adanya bencana, bentuk produk pertanian yang beraneka dan cepat
rusak,

dan

produsennya

(anggotanya)

adalah

membutuhkan uang untuk rumahtangganya.

petani

yang

seringkali

Untuk itu diperlukan integrasi

vertikal, sesuai subsistem agribisnis dimana ke atas anggota sebagai pemilik
unit usaha pemasok faktor produksi dan kredit konsumsi, serta kebawah
anggota sebagai pemilik unit usaha pengolahan hasil produksi (agroindustri)

Lembaga Penelitian Universitas Riau

22

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah

dan unit usaha pemasaran hasil produksi, sehingga sangat efisien dan
memberikan keuntungan pada anggota.
Dalam

koperasi,

manajemen

tertinggi

mekanisme rapat anggota tahunan (RAT).

adalah

anggota

melalui

Dalam R A T semua keputusan

penting dilakukan oleh seluruh anggota, mulai dari pemilihan manajemen
(pengurus, pengawas, dan pengelola/ manajer), sampai dengan penyusunan
sasaran dan anggaran sesuai kebutuhan usahatani dan rumah tangga petani
anggota. Dalam kondisi ini maka otoritas manajemen sebenarnya tidak ada
lagi karena semuanya tergantung anggota.

Manajemen hanya berperan

sebagi simpul pengikat untuk mencapai tujuan yang sama. Bagi koperasi di
pedesaan, kenyataan ini tidak pernah dapat dicapai karena:


Manajemen bukan orang yang mengerti masalah usahatani, agribisnis,
dan manajerial (biasanya elit desa);



Manajemen menganggap memiliki otoritas yang sangat besar, sehingga
menganbil keputusan sendiri seolah-olah pemilik perusahaan;



Manajemen bukan dari kalangan petani, bukan hasil pilihan petani yang
bisa mewakilinya;



Anggota tidak mempunyai kemampuan untuk memilih manajemen yang
tepat karena keterbatasan sosial, ekonomi dan politik.
Menghadapi kenyataan ini maka anggota koperasi perlu melakukan

upaya, antara lain:


Perlu pendirian koperasi baru atas keinginan petani karena koperasi
(KUD) bentukan

pemerintah tidak mungkin

dijadikan

koperasi

yang

memberi manfaat dalam kegiatan agribisnis;

Lembaga Penelitian Universitas Riau

23

Pengembangan Koperasi
Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah



Pendirian l