BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 14828483764 BAB II Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Bontang Final

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

BAB II
ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA
2.1

Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,
konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan
berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan
pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut,
sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta
Karya. Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang
membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat)
bagian, yaitu; Amanat penataan ruang/spasial, Amanat pembangunan nasional dan
Amanat direktif presiden, Amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, Amanat
internasional.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan
pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan,
reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta
green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada
masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan
RPI2-JM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.
Amanat Penataan
Ruang/Spasial:
- UUNo.26 Tahun
2007 tentang
- RTRWN/KSN
- RTR pulau
- RTRW
Provinsi/Kota/Kab

Kondisi Eksisting
Pembangunan
Bidang Cipta Karya

Amanat Pembangunan

Nasional:
- RPJPN 2005-2025
- RPJMN 2010-2014
- UU/PP(UU 32/2004,
PP38/2007,dll
- MP3EI,
- MP3KI,
- KEK,
- Direktif Presiden

Amanat Pembangunan Nasional:
- UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
- UU No.20/2011 tentang Rumah Susun
- UU No.28/2002 tentang Bangunan Gedung
- UU No.18/2008 tentang Pegelolaan Persampahan
- UU No.7/2004 tentang SDA
- PP No.16/2005 tentang Pengembangan SPAM
- PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis

- PP36/2005 tentang Peraturan pelaksana UU
Bangunan Gedung
- Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan
Penataan Ruang
- RPI2JM

A. Rencana dan Program Bidang Cipta Karya
B. Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Isu-isu strategis:
- Bencana Alam
- Perubahan Iklim
- Kemiskinan
- Reformasi/Birokrasi
- Kepadatan Penduduk/Perkotaan
- Pengarusutamaan Gender
- Green Economy

Permasalahan dan Potensi
Daerah


Amanat International
- Agenda Habitat
- RIO +20
- MDGs
- SDG

Permukiman yang
Layak Huni dan
Berkelanjutan

Dukungan Stakeholder
- Derah (Prov/Kota/Kab)
- Dunia Usaha
- Masyarakat

Gambar 2.1
Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
II-1


RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

2.2 Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya
Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan
yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun
visi dan misi pembangunan nasional, yaitu;
I. Visi Pembangunan Nasional
1. Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu,
rukun dan damai,
2. Terwujudnya kehisupan masyarakat, bangsa dan negara yang menunjung tinggi
hukum, kesetaraan dan hakasasi manusia,
3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
kehidpan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan
yang berkelanjutan.
II. Misi Pembangunan Nasional
1. Mewujudkan Indonesia yang aman dan damai,
2. Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis,

3. Mewujudkan Indonesia yang sejahtera.
Strategi pokok yang ditempuh :
a) Strategi Penataan Kembali Indonesia yang diarahkan untuk menyelamatkan
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan semangat, jiwa, nilai, dan
consensus dasar yang melandasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang meliputi Pancasila; Undang-Undang Dasar 1945 (terutama Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945); tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan tetap berkembangnya pluralisme dan keberagaman dengan prinsip
Bhineka Tunggal Ika.
b) Strategi Pembangunan Indonesia diarahkan untuk membangun Indonsia di segala
bidang yang merupakan perwujudan dari amanat yang tertera jelas dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terutama dalam pemenuhan hak dasar
rakyat dan penciptaan landasan pembangunan yang kokoh.
Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kegiatan pembangunan yang
berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari
generasi demi generasi. Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam konteks memenuhi
kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang
untuk memenuhi kebutuhannya. Pencapaian tujuan ini dilaksanakan secara bertahap,
mulai dari Rencana Jangka Panjang, Rencana Jangka Menengah, hingga tahunan.
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional

karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka
kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta
Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

II-2

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (RPJPN) yang ditetapkan
melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan
jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan
dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut,
ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri,
Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa
hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:
1. Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektorsektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata dan
jasa sebagai upaya mendorong sumber daya ekonomi (economic goods) dan

sumber daya sosial (social goods) yang seimbang melalui pengelolaan terpadu,
efisien, berkeadilan, dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkankesejahteraan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan tersebut
dilakukan melalu pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach)
dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup,
sumber daya air serta kesehatan.
2. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada :
a) Peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan
air minum dan sanitasi.
b) Pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat.
c) Penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan
profesional.
d) Penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum
dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
3. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan
kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada

perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta
dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk
proyek-proyek yang bersifat komersial.
4. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan
RPJMN, yaitu:
a) RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui
percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama
antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan
permukiman.

II-3

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

b) RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh
masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi
itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
c) RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi

dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa
permukiman kumuh.
2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010
menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan
mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat
tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah
memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta
memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air
minum, air limbah, persampahan dan drainase. Dokumen RPJMN juga menetapkan
sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:
1. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014,
dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum nonperpipaan terlindungi 38 %.
2. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir
tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan
air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem
pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan
air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan
peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang

layak bagi 90 % total penduduk.
3. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di
daerah perkotaan.
4. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis
perkotaan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang
memadai, melalui:
a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
b. Memastikan ketersediaan air baku air minum,
c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,
d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air
limbah, dan pengelolaan persampahan,
e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,
f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
II-4

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS),
h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur,
i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.
2.2.3. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI)
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan
ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui
Perpres No. 32 Tahun 2011. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama
yang spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi
perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan baru yang diperlukan untuk
mendorong percepatan dan perluasan investasi serta menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam dokumen tersebut
pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masingmasing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta
Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada
Kawasan Perhatian Investasi (KPI). Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di
kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah
satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung
dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan
untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau
sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

Gambar 2.2
Peta Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia

II-5

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025, maka Visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil,
dan Makmur”.
Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) Misi yang menjadi fokus utamanya,
yaitu:
1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta
distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan
SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di
dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta
integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan
perekonomian nasional.
3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun
pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju
innovation-driven economy.
2.2.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia
(MP3KI)
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi
dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan
MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk
mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan
tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam
mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada
sinergi dari tiga strategi utama, yaitu :
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,
terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan.
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia di masa mendatang.
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat
miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan
regional dengan memperhatikan aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam
pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat (PNPM Perkotaan/ P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro
Rakyat.

II-6

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

2.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus
adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat
ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak
berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah
provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis
atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan,
perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik
batas alam maupun batas buatan. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang
memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung
kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga
dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya
dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan
tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
2.2.6. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian,
Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan
yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian
MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro
Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan
masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya
berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta
pengurangan permukiman kumuh.
2.3. Amanat Peraturan Perundangan Terkait Pembangunan Bidang Cipta Karya
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi peraturan
perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, dan UU No. 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan dan UU No.20 Tahun 2011 tentang
Rumah Susun.
2.3.1. UU No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Permukiman
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas sebagai
berikut :

II-7

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota
di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada
kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan
kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f. Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu :
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan
permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) pada tingkat kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah
kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
II-8

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, Undang-Undang ini juga mengatur
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman untuk mewujudkan wilayah
yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan
berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Pemeliharaan dan perbaikan untuk
menjaga fungsi perumahan dan kawasan permukiman. Pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh untuk mencegah tumbuh
dan berkembangnya perumahan dan permukiman kumuh baru serja menjaga dan
meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan permukiman. Penyediaan tanah untuk
pembangunan rumah, perumahan dan kawasan permukiman, pendanaan dan
pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni
karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu
dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan
masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman yaitu pemugaran,
peremajaan dan permukiman kembali.
2.3.2. UU No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan bangunan
gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan
pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.
Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan
teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi
persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin
mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan
dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi
persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung meliputi persyaratan
peruntukan lokasi, kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas bangunan gedung,
persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan penampilan bangunan
gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian,keselrasan bangunan gedung
dengan lingkungannya dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang
ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Peraturan
tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut:
a. Bangunan gedung yang dibangun di atas, dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana dan sarana umum tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan,
fungsi lindung kawasan, atau fungsi prasarana dan sarana umum bersangkutan.

II-9

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

b. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan
lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung,
ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di
samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara
dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam
bangunan gedung (amanat green building).
c. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.
Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas
bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.
d. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia
merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.
e. Pembongkaran bangunan gedung yang mempunyai dampak luas terhadap
keselamatan umum dan lingkungan harus dilaksanakan berdasarkan rencana
teknis pembongkaran yang telah diisetujui oleh Pemerintah Daerah.
2.3.3. Undang-Undang No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Undang-undang Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya
air, termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Pengelolaan sumber daya air
adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air. Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian,
keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian,
serta transparansi dan akuntabilitas. Dalam hal ini, negara menjamin hak setiap orang
untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi
kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha milik negara
dan/atau badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah
tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat langsung diminum tanpa harus
dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi
Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan
secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.
Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah Kabupaten atau Kota dalam
pengelolaan sumber daya air, meliputi :
a. Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan pengelolaan sumber daya air
provinsi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya.
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota.
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya.
II-10

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota.
e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
Kabupaten/Kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya.
f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan,
dan pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber daya air pada wilayah
sungai dalam satu kabupaten/kota.
g. Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat
kabupaten/kota dan/atau pada wilayah sungai dalam satu Kabupaten/Kota.
h. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat di
wilayahnya.
i. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu Kabupaten/Kota.
Undang-undang ini juga mencakup hal mengenai konservasi sumber daya air untuk
menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung dan fungsi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air untuk memanfaatkan sumber daya air secara
berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan
masyarakat, pengendalian daya rusak air diutamakan upaya pencegahan melalui
perencanaan pengendalian daya air rusak yang disusun secara terpadu dan perencanaan
pengelolaan sumber daya air disusun untuk menghasilkan rencana yang berfungsi
sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.
2.3.4. Undang-Undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan

Undang-undang No.18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah adalah
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan
dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah dengan cara berwawasan
lingkungan. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan
sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Pemerintah
daerah wajib melakukan kegiatan, yaitu; menetapkan target pengurangan sampah secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu, memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah
lingkungan, memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan, dan
memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang. Sedangkan kegiatan penanganan
sampah meliputi :
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
II-11

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu
menuju ke tempat pemrosesan akhir.
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah sampah.
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Undang-undang tersebut juga melarang mencampur sampah dengan limbah berbahaya
dan beracun, megelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan, pembuangan sampah secara terbuka di tempat pemrosesan akhir dan
membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.
Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah
yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan
sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.
2.3.5. Undang-Undang No.20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun
Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta dalam
pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011. Dalam
undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan sebagai bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian
yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara
terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan,
perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan,
peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan
kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat. Penyelenggaraan
rumah susun adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, penguasaan dan pemanfaatan,
pengelolaan, pemeliharaan dan perawatan, pengendalian , kelembagaan, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang dilaksanakan secara sistematis, terpadu,
berkelanjutan dan bertanggung jawab. Tujuan penyelenggaraan rumah susun yaitu :
a. Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan
permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan
budaya.
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta
menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan
kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan seimbang dengan
memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
c. Mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh.
d. Mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien,
dan produktif.
e. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni
dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan
II-12

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).
f. Memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah
susun.
g. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau,
terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam lingkungan yang
sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola
perumahan dan permukiman yang terpadu.
h. Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan
kepemilikan rumah susun.

2.4. Arahan International Bidang Cipta Karya
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan
kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi
Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium Development Goals, serta Agenda
Pembangunan Pasca 2015.
2.4.1. Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai
kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut
menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran
pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara dunia dalam
menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan. Salah satu pesan inti yang
menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat
hunian yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses
air minum, sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan
rendah dan kelompok rentan.
2.4.2. Konferensi Rio+20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan
Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi tersebut menyepakati
dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman
pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan
penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat
penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan, yaitu:
a. Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan
kemiskinan,
b. Pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global,
c. Kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.
II-13

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs)
post- 2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang
terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia,
dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional
secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2014-2019 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).
2.4.3. Millenium Development Goals
Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi Millenium
sebagai bagian dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan
millennium (Millenium Development Goals). Konsisten dengan itu, Pemerintah
Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap
perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2010-2014 serta RencanaKerja Tahunan berikut dokumen penganggarannya.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam
pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga
tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar
layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan air minum saat ini
(2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu
dicapai pada tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru
mencapai 58,60%, masih kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu,
Ditjen Cipta Karya juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu
mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di
permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia
menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009) proporsi
penduduk kumuh mencapai 12,57%.
Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan perhatian khusus dari
seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu,
pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan optimalisasi kegiatan penyediaan
infrastruktur permukiman dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.
2.4.4 Agenda Pembangunan Pasca 2015
Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk memberi
masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015. Panel ini diketuai
bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen
Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana Menteri David Cameron dari Inggris, dan
beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013, panel tersebut
mempublikasikan laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global
Partnership: Eradicate Poverty and Transform Economies Through Sustainable
Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan pembangunan global pasca2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus pelajaran
yang diambil dari implementasi MDGs.
II-14

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
BIDANG CIPTA KARYA KOTA BONTANG

Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan global pasca
2015, sebagai berikut :
a. Mengakhiri kemiskinan.
b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan gender.
c. Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumur hidup.
d. Menjamin kehidupan yang sehat.
e. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik.
f. Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi.
g. Menjamin energi yang berkelanjutan.
h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan pertumbuhan
berkeadilan.
i. Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan.
j. Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif.
k. Memastikan masyarakat yang stabil dan damai.
l. Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan mendorong.
m. Pembiayaan jangka panjang.
Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta karya berkepentingan dalam pencapaian
sasaran 6 (enam) yaitu mencapai akses universal ke air minum dan sanitasi dimana hal
tersebut juga diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019. Masyarakat Indonesia baik yang
tinggal di perkotaan maupun perdesaan sudah harus memiliki akses 100% terhadap air
minum aman dan fasilitas sanitasi layak.
Indikator 100% yang dimaksud adalah bahwa Indonesia bisa memenuhi 85% Standart
Pelayaan Minumum (SPM) dan 15% memenuhi kebutuhan dasar. Dalam memenuhi
SPM di sektor air minum setidaknya setiap warga bisa mendapatkan akses sebanyak 60
liter/orang/detik. Sedangkan untuk sektor sanitasi yaitu tersedianya sistem air limbah
setempat sebesar 60%, tersediaanya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota
sebesar 5%, tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan sebesar 20% dan
adanya sistem penanganan sampah di perkotaan sebesar 70%.
Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut adalah :
a. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah, di sekolah,
puskesmas dan kamp pengungsi.
b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses universal ke
sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan akses sanitasi di rumah
tangga.
c. Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan pasokan air
minum, serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian seb, industri dan daerahdaerah perkotaan.
d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah perkotaan dan dari
industri sebelum dilepaskan.

II-15

Dokumen yang terkait

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 6bbb1ab41b BAB IIBab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan

0 0 14

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 5a49f50c7a BAB IIBAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

0 0 18

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 673ab13898 BAB IIBab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan CK ok

0 0 17

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 2.1 Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 37d055952f BAB IIBAB 2

0 0 14

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1478160850BAB II Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Bontang Final

0 0 15

BAB II ARAHAN PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1501228091draft Bab 2 Arahan Perencanaan Bidang Cipta Karya

0 0 14

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503391501Bab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan

0 0 15

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503468226Bab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan

0 0 14

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1480655235Bab II Arahan Perencanaan

0 0 12

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1508998682Bab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan

0 0 15