EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN SCAFFOLDING TERHADAP PENINGKATAN ACADEMIC SELF-EFFICACY DAN PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA MAHASISWA PGSD Leo Muhammad Taufik dan Rinto

  

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN SCAFFOLDING TERHADAP

KONSEP DASAR IPA MAHASISWA PGSD

Leo Muhammad Taufik dan Rinto

  Program Studi Pendidikan IPA Universitas Muhammadiyah Cirebon Email : leo.mt@umc.ac.id

  

ABSTRAK

  Sejumlah fakta di lapangan terkait rendahnya keyakinan diri mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) dalam menyelesaikan tugas akademis dan penguasaan konsep IPA melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis seberapa besar efektivitas penerapan strategi pembelajaran scaffolding terhadap peningkatan academic self

  

efficacy dan penguasaan konsep dasar IPA mahasiswa Program Studi

  Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Bentuk dukungan strategis diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berjenjang sesuai dengan kerangka kerja Taksonomi Bloom Revisi. Penelitian ini melibatkan satu kelas mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Konsep Dasar IPA yaitu sebanyak 27 orang mahasiswa prodi PGSD tahun akademik 2017/2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre-experiment dengan desain one group

  

pre-test- post-test . Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa

  kuesioner yang diadaptasi dari academic self-efficacy scale (ASES) yang dikembangkan dengan mengacu pada dimensi self-efficacy menurut Bandura. Sebanyak 72 item terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif digunakan untuk menjaring data academic self-efficacy mahasiswa. Penguasaan konsep mahasiswa tentang subkonsep Biologi dijaring menggunakan 40 soal pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada variabel ASE dan penguasaan konsep dasar IPA subkonsep Biologi mahasiswa PGSD secara signifikan ditinjau dari nilai N-gain dan hasil t-test. Kecenderungan data menunjukkan terdapat peningkatan tingkat ASE pada kategori tinggi sebesar 3,7%. Peningkatan pada tingkat ASE sedang sebesar 3,7% sedangkan pada tingkat rendah terjadi penurunan sebesar 22,2%. Secara empirik scaffolding pertanyaan meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dengan rata-rata N-gain sebesar 0,7 termasuk kategori tinggi. Pertanyaan berjenjang yang diajukan oleh dosen selama mahasiswa membaca textbook memfasilitasi mereka untuk menyiapkan mental untuk menyerap informasi secara lebih efektif dengan demikian keyakinan terhadap kemampuan diri dan penguasaan konsep cenderung meningkat.

  Keywords : Scaffolding, Academic Self-Efficacy, Konsep Dasar IPA

  PENDAHULUAN

  akademisnya. Santrock (2008: 155), yang mengungkapkan bahwa siswa yang berprestasi tinggi merupakan siswa yang mampu meregulasi dirinya. Keyakinan diri mempengaruhi strategi berpikir individu, apakah optimis maupun pesimis. Keyakinan diri juga mempengaruhi tindakan individu untuk memilih tantangan dan tujuan yang mereka tetapkan untuk diri mereka sendiri dan komitmen yang mereka sepakati dengan pribadi mereka masing- masing.

  academic self-efficacy mahasiswa calon

  tingkat keyakinan diri yang tergolong rendah pada dimensi Level dan Generality (Taufik, 2018). Persepsi diri mahasiswa tentang kemampuan mereka memberi pengaruh yang sangat kuat terhadap pencapaian tugas akademiknya. Sebagaimana Bandura (1984) menekankan bahwa persepsi siswa tentang kemampuannya mempengaruhi cara berperilaku, cara berpikir serta reaksi emosional mereka dalam menghadapi situasi yang sulit. Persepsi yang keliru tentang IPA dan rendahnya tingkat keyakinan terhadap mata kuliah Konsep Dasar IPA berdampak pada efikasi diri mahasiswa terhadap pembelajaran IPA. Academic self efficacy mahasiswa calon guru SD secara nyata mempengaruhi self-efficacy mengajarnya di masa depan (Rohaan et al., 2012; Yilmaz-Tuzun, 2008). Pengaruh nyata

  Efficacy Scale (ASES) juga menunjukkan

  menguasai konsep-konsep dasar IPA khususnya subkonsep Biologi didasarkan pada fakta yang ditemui di lapangan serta hasil kajian teoritik. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui teknik survei menunjukkan bahwa mahasiswa PGSD memiliki persepsi yang keliru tentang IPA. Sebagian besar mahasiswa calon guru SD di Universitas Muhammadiyah Cirebon menganggap IPA sebagai pelajaran yang sulit dan dihindari. Penjaringan data ASE dengan menggunakan Academic Self

  self efficacy (ASE) mahasiswa dalam

  Urgensi menumbuhkan academic

  regulation ) untuk mememenuhi harapan

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan esensial dalam kehidupan manusia. Kepentingan IPA dalam kehidupan manusia disebabkan karena kehidupan manusia begitu tergantung pada alam. Sebagai salah satu rumpun ilmu, IPA memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari rumpun ilmu lain. Ilmu Pengetahuan Alam seringkali diidentikkan dengan sains, dalam beberapa literatur para ahli menyamaartikan sains dengan IPA (Hikmawati & Taufik, 2017). Dinamika kehidupan yang kompetitif menuntut upaya penegakkan pendidikan sains untuk membangun literasi sains. Literasi sains merupakan gabungan dua kata dalam bahasa Latin yaitu literatus dan

  definisi yang diberikan oleh Bandura mengenai ASE dapat diungkap bahwa tingkat keyakinan diri mengarah pada aktivitas pengaturan diri sendiri (self-

  is defined as personal jugdments of one’s capabilities to organize and execute courses of action to attain designated types of educational performances”. Berdasarkan

  (1995: 203), “perceive academic self-efficacy

  self efficacy (ASE). Menurut Bandura

  Konsep tentang efikasi diri yang berkaitan erat dengan kegiatan dan pencapaian akademis disebut academic

  huruf, melek huruf atau berpendidikan, sedangkan scientia artinya memiliki pengetahuan (Toharudin, et al., 2011). Sebagai aspek penting dalam memenuhi kecakapan hidup, kemampuan literasi sains dipengaruhi oleh banyak faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemampuan literasi sains menurut Wardhani (2015) adalah efikasi diri (self- efficacy ).

  scientia . Literatus berarti ditandai dengan

  guru IPA SD terhadap self efficacy mengajar IPA perlu disikapi dengan Volume 1 No 2 Tahun 2018

  langkah efektif. Langkah efektif yang menyikapi korelasi positif antara ASE terhadap efikasi mengajar yaitu dengan melatih calon guru sains dasar untuk mendapatkan informasi dasar, keterampilan dan kompetensi untuk mengatasi ketidakmampuan kinerja.

  Sebagai seorang profesional, guru memiliki peran besar dalam mendukung profesionalismenya. Tutor (2008) menegaskan bahwa guru memiliki peran dalam membentuk academic self-efficacy siswa. Permasalahannya adalah terbentuknya academic self efficacy dalam diri seseorang tidak serta merta muncul dengan sendirinya secara instan dan spontan tetapi membutuhkan proses panjang dan kompleks, oleh karena itu pembentukan academic self efficacy pada mahasiswa perlu dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan melalui strategi yang tepat salah satunya melalui scaffolding .

  Gagasan tentang strategi

  scaffolding pertama kali dicetuskan oleh

  Lev Vygotsky (1978), scaffolding pada dasarnya merupakan strategi pembelajaran yang berupa pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberi kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya secara mandiri. Berdasarkan teori Vygotsky dapat dikatakan bahwa scaffolding bersifat temporer artinya apabila kemampuan peserta didik telah berkembang maka porsi bantuan secara berangsur-angsur harus dikurangi, seiring dengan peningkatan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas secara mandiri.

  Terdapat beragam jenis scaffolding yang disarankan oleh para ahli untuk mendukung pembelajaran siswa, namun tidak ada konsensus tentang model baku

  scaffolding (Fisher & Frey, 2010). Dalam

  pembelajaran yang dapat diberikan kepada siswa dapat diimplementasikan berupa strategi pembelajaran, keragaman model pembelajaran, bimbingan guru terhadap pengalaman belajar siswa, fasilitas pembelajaran dan iklim belajar (Taufik & Rinto, 2018). Pada penelitian ini bentuk scaffolding dirancang berupa pemberian contoh (giving examples), umpan balik (feedback), klarifikasi (clarification), pemodelan (modelling) yang dikemas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengarahkan mahasiswa menguasai konsep-konsep penting ketika membaca textbook . Sebagaimana pendapat Chin (2007) yang menyatakan bahwa pertanyaan dapat membantu mengarahkan siswa pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pertanyaan berjenjang diberikan sesuai kerangka kerja Taksonomi Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2001) yang diorganisasikan ke dalam enam level (mengingat, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan). Pertanyaan berjenjang mewakili cara pragmatis untuk merancang tugas berpikir tingkat tinggi melalui teknik scaffolding (McKinnon, 2012).

  Potensi ASE dalam mempengaruhi kegiatan dan pencapaian akademik seseorang sebagaimana telah dilaporkan dalam penelitian-penelitian terdahulu melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dampak penerapan strategi scaffolding pertanyaan terhadap tingkat ASE dan penguasaan konsep mahasiswa. Hasil penelitian tentang penerapan strategi

  scaffolding terhadap academic self-efficacy

  mahasiswa calon guru SD dalam membaca textbook diharapkan dapat menjadi sumber rujukan bagi pengembangan strategi pembelajaran

51 Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan

  Volume 1 No 2 Tahun 2018

  dan kemantapan terhadap keyakinan diukur dengan menggunakan 40 soal pilihan ganda dengan jenjang kognitif C2-C4 mengacu pada Revisi Taksonomi Bloom (Anderson & Krathwohl, 2001).

  METODE

  Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya, yaitu antara variabel strategi pembelajaran scaffolding terhadap academic self efficacy dan penguasaan konsep mahasiswa PGSD. Bagian dari populasi yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini terdiri dari satu kelompok mahasiswa (satu kelas) semester dua tahun akademik 2018/2019 yang mengambil mata kuliah Konsep Dasar

  yang memfasilitasi kemampuan literasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuesioner yang dikembangkan dengan menggunakan skala Likert yang dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban untuk menghindari jawaban ragu-ragu dari responden. Tiga indikator yang digunakan sebagai titik tolak penyusunan item-item dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang menggunakan pedoman skala Likert. Untuk kepentingan analisis data secara kuantitatif maka pilihan jawaban dinyatakan dengan empat pilihan yang bergradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Gradasi pilihan jawaban disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung (favorable) ataupun yang tidak mendukung (unfavorable).

  Sebagai variabel penelitian, ASE dijabarkan menjadi indikator variabel yang pengembangannya mengacu pada skala untuk mengukur persepsi atau keyakinan mahasiswa sesuai dimensi efikasi menurut Bandura (1995) yang terdiri dari tingkat kesulitan tugas (level

  or magnitude ), tingkat kekuatan (strength)

  27 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling.

  Hasil

  IPA sebanyak

  scaffolding pertanyaan dalam membaca textbook . Variabel academic self-efficacy

  diukur menggunakan skala persepsi yang merujuk pada Bandura (1995), terdiri dari tiga indikator (level, strength dan generality). Ketiga indikator skala efikasi diri dikembangkan lagi menjadi masing-masing tiga sub-indikator sehingga diperoleh sembilan sub- indikator. Masing-masing sub-indikator terbagi menjadi dua sub-sub indikator. Satu sub-indikator diwakili oleh dua pernyataan positif dan dua pernyataan dalam bentuk negatif, sehingga total pernyataan adalah 72. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui statistika deskriptif diperoleh data sebagaimana tercantum pada Tabel 1.

  Tabel 1. Hasil Analisis Perbandingan Statistika

  Deskriptif Academic Self-Efficacy Mahasiswa PGSD

  Data N Min Max Sum Mean SD Pre- test

  27 95 261 4236 156,89 37,009 Post- test

  27 125 263 5445 209 53,252

  Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar mahasiswa PGSD memiliki tingkat ASE yang rendah sebelum pembelajaran dengan menerapkan strategi scaffolding . Perbandingan persentase hasil kategorisasi tingkat ASE sebelum dan setelah implementasi upaya scaffolding dapat dilihat pada Tabel 2.

  Penjaringan data pre-test bertujuan untuk memperoleh gambaran ilmiah tentang kondisi awal mahasiswa sebelum diberi perlakuan yang berupa

52 Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan

  Volume 1 No 2 Tahun 2018

  sebesar 11,099 (α = 0,05) dengan signifikansi 0,000 dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara skor pretest dengan skor posttest ASE. Temuan hasil uji paired sample t-test (Tabel 3) secara statistik menunjukkan bahwa tingkat ASE telah meningkat secara signifikan setelah melalui rangkaian upaya scaffolding dalam pembelajaran khususnya ketika mahasiswa dihadapkan pada textbook.

  Tinggi Sedang Rendah

  17; 63% 10; 37% 0; 0%

  Visualisasi distribusi data kategorisasi N-gain mahasiswa calon guru SD dapat dilihat pada Gambar 1. Secara empirik kategorisasi indeks gain menunjukkan bahwa setelah pembelajaran melalui scaffolding pertanyaan berjenjang selama mahasiswa membaca textbook, terjadi peningkatan penguasaan konsep mahasiswa calon guru SD dengan rata- rata N-gain 0,7 termasuk kategori tinggi.

  95 Nilai terendah 10 62,5

  27 X 40,1 81,9 SD 4,2 5,6 Nilai tertinggi 57,5

  27

  N

  Komponen Pre-test Post- test

  Konsep Dasar IPA

  Tabel 4. Rekapitulasi Data Penguasaan

  Pengukuran efektivitas strategi mahasiswa ditinjau dari pencapaian rata- rata skor post-test yang diperbandingkan dengan skor pre-test melalui pengukuran indeks gain (N-gain). Hasil rekapitulasi data pre-test menunjukkan bahwa skor rata-rata penguasaan konsep dasar IPA subkonsep Biologi mahasiswa PGSD yaitu 16,03 dengan skor minimal 4 dan skor maksimal 23. Berdasarkan perolehan nilai pre-test diketahui bahwa rata-rata mahasiswa PGSD memiliki tingkat penguasaan konsep dasar IPA yang tegolong rendah.

  scaffolding terhadap ASE. Nilai t hitung

  Perbandingan Kategorisasi Tingkat

  apakah terdapat pengaruh strategi

  pre-test dengan post test menentukan

  Perbedaan signifikan antara hasil

  27 .911 .000

  Posttest & Pretest

  Tabel 3. Paired Samples Correlations N Correlation Sig.

  Korelasi antara hasil pre-test dengan post-test dianalisis melalui pengujian paired samples correlation yang ditunjukkan pada Tabel 3. Nilai korelasi diantara kedua data tes yaitu 0,911 dengan signifikansi 0,000. Nilai tersebut mengindikasikan adanya korelasi yang tinggi antara pre-test dengan post-test dalam variabel ASE.

  (n=27) Kecenderungan data menunjukkan terdapat peningkatan tingkat ASE pada kategori tinggi sebesar 3,7%. Peningkatan pada tingkat ASE termasuk kategori sedang sebesar 3,7% sedangkan pada tingkat rendah terjadi penurunan sebesar 22,2%.

  Tinggi 11.1% 14.8% Sedang 48.2% 66.7% Rendah 40.7% 18.5%

  Pre Test Post Test

  Academic Self-Efficacy Tingkat

53 Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan

  Volume 1 No 2 Tahun 2018

  Persentase Kategori Indeks Gain Mahasiswa pada Subkonsep Biologi

  Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa peningkatan penguasaan konsep sebagian besar (63%) mahasiswa termasuk kategori tinggi, sedangkan 37% lainnya termasuk kategori sedang.

  Pembahasan Self efficacy merupakan proses

  motivasi yang sangat penting untuk pencapaian kemampuan akademik yang lebih baik seperti kemampuan membaca pemahaman. Variasi bentuk dukungan (alat scaffolding) yang diberikan oleh dosen tergantung pada kemampuan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan. Dalam penelitian ini bentuk dukungan diimplementasikan berupa pertanyaan berjenjang sesuai dengan jenjang kognitif menurut revisi Taksonomi Bloom’s. Pertanyaan yang diajukan kepada mahasiswa saat membaca textbook membuat siswa terlibat aktif dengan teks. Keterlibatan aktif mahasiswa dengan bacaan memberi kesiapan mental untuk menyerap informasi secara lebih efektif, dengan demikian keyakinan terhadap kemampuan diri dan penguasaan konsep cenderung meningkat. Kepercayaan penuh terhadap kemampuan diri memperkuat kontrol membaca strategis.

  Scaffolding pertanyaan yang disusun secara berjenjang sesuai dengan level kognitif mahasiswa calon guru SD membantu mereka percaya bahwa mereka dapat membangun pengetahuan sendiri melalui bacaan yang disediakan. Pertanyaan berjenjang yang dikembangkan oleh dosen selaku pemangku mata kuliah Konsep Dasar

  IPA subkonsep Biologi, secara empirik dibuktikan dalam penelitian ini mampu meningkatkan persepsi diri mahasiswa calon guru SD sebagai pembaca.

  Chairiyati (2013) bahwa self-efficacy akademik. Selain itu dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa prestasi akademik dapat diprediksi dengan ASE.

  Temuan dari penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Aagard, et al (2014) yang menemukan bahwa 63,2% siswa dengan self-efficacy yang tinggi menunjukkan bahwa mereka benar-benar membaca buku teks ketika ditugaskan. Siswa dengan self-efficacy rendah cenderung percaya bahwa membaca buku teks tidak diperlukan. Menurut penelitian tersebut, siswa yang memiliki self-efficacy akademik di bawah rata-rata secara signifikan kurang terlibat dalam strategi yang dapat membantu mereka untuk berhasil dalam membaca buku. Menurut Schunk (2003), peningkatan ASE secara positif berhubungan dengan penggunaan strategi dan keterampilan akademik. Penggunaan strategi dan keterampilan akademik yang dimaksud pada penelitian ini berkaitan dengan strategi membaca dan keterampilan berpikir. Kepercayaan mahasiswa terhadap keberhasilannya dalam mata kuliah Konsep Dasar

  IPA memfasilitasi beberapa perilaku positif seperti manajemen waktu yang lebih baik, ketekunan dalam menghadapi situasi sulit (Kurien, 2011) serta berkomitmen untuk menghadapi tugas-tugas sampai selesai, tidak peduli sesulit apapun tugas yang sedang ia hadapi.

  Kepercayaan untuk berhasil dalam menghadapi sesuatu cenderung menimbulkan perasaan positif, sedangkan kegagalan menghasilkan emosi negatif. Academic self-efficacy juga membuat siswa merasa termotivasi dan memiliki ketertarikan untuk mengerjakan tugas atau menghindari tugas tertentu yang mereka tidak percaya diri dalam melakukannya (Alegre, 2014). Dengan demikian maka

54 Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan

  Volume 1 No 2 Tahun 2018

  melibatkan subjek penelitian dalam jumlah yang lebih banyak.

  ,”

  (2014).“Self-Efficacy, Textbook Use, and Activity Preferences of College Students in a High-Poverty Area

  DAFTAR PUSTAKA Aagaard, L. Skidmore, R.L. Conner, T.V.

  IPA subkonsep Biologi mahasiswa PGSD secara signifikan mengalami peningkatan ditinjau dari nilai N-gain dan hasil t-test. Pertanyaan berjenjang yang diajukan oleh dosen selama mahasiswa membaca textbook memfasilitasi mereka untuk menyiapkan mental untuk menyerap informasi secara lebih efektif dengan demikian keyakinan terhadap kemampuan diri dan penguasaan konsep cenderung meningkat.

  pertanyaan berjenjang, tingkat ASE mahasiswa PGSD mengalami peningkatan pada setiap kategori (rendah, sedang dan tinggi). Variabel penguasaan konsep dasar

  scaffolding

  Setelah pembelajaran melalui strategi

  KESIMPULAN

  scaffolding dapat digeneralisasikan jika

  self-efficacy memberi kepercayaan diri

  dalam pembelajaran untuk mendukung pembelajaran efektif. Scaffolding pertanyaan memungkinkan dosen untuk membimbing dan memfasilitasi mahasiswa selama aktivitas membaca. Bentuk scaffolding yang diterapkan selama mahasiswa membaca textbook membantu mereka dalam memahami dan belajar dari teks jenis naratif dan ekspositori (Clark & Graves, 2003). Dalam menerapkan strategi scaffolding, sebaiknya mempertimbangkan data awal tentang kemampuan akademis mahasiswa sebagai tolak ukur dalam menentukan langkah dukungan selanjutnya. Efektivitas penerapan

  scaffolding secara eksplisit digunakan

  Berdasarkan temuan dari

  2013: 292). Modelling membantu mahasiswa dalam membangun kepercayaan diri yang lebih ketika memahami teks.

  of the paragraph so they can complete the task by themselves” (Yantaprakorn, et al.,

  masing-masing memiliki tujuan dan peran tersendiri. Giving examples atau pemberian contoh berperan dalam membantu pemahaman mahasiswa dan membantu mereka untuk belajar secara aktif. Clarification, memberi penguatan terhadap pemahaman mereka tentang bacaan. Prompt yang diberikan oleh dosen, “...can help them learn the structure

  examples , clarification, prompt dan modellig,

  Pertanyaan berjenjang yang diajukan dosen mampu mengarahkan proses kognitif mahasiswa ketika terlibat dengan bacaan. Temuan ini menegaskan penelitian Hikmawati (2014) bahwa pertanyaan membuat siswa terlibat dalam beberapa proses yang memerlukan interaksi lebih dalam dengan teks. Pentingnya mengajukan pertanyaan pada diri sendiri sebelum, selama dan setelah membaca bertujuan untuk mengarahkan pembaca agar secara aktif membangun makna dengan memproses teks secara lebih dalam dan membangun pengetahuan dari teks tersebut. Rangkaian scaffolding yang diberikan selama mahasiswa berinteraksi dengan bacaan terdiri dari giving

  akademik yang berbeda. Pengontrolan situasi akademik tentu akan berdampak pada penggunaan waktu yang dibutuhkan siswa untuk mengerjakan setiap tugas akademiknya. Siswa yang memiliki self-efficacy akademik tinggi akan menggunakan lebih banyak strategi kognitif yang berguna dalam belajar, mengatur waktu dan mengatur usaha mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas.

55 Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan

  Volume 1 No 2 Tahun 2018

  Kurien, S.K. (2011). The Relation Between Teachers’ Personal Teaching Efficacy and Students’ Academic Efficacy for Science and Inquiry Science. Dissertation: The Graduate College at the University of Nebraska. Nebraska : Proquest LLC.

  Reading and Writing : Influence of modelling, goal setting, and Evaluation. Reading and Writing Quarterly,

  Pendidikan,” Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Media Group. Schunk, D.H. (2003). Self-efficacy for

  22(3), 271 –280. Santrock, J. (2008). “Psikologi

  Technology and Design Education ,

  (2012). Analysing teacher knowledge for technology education in primary schools. International Journal of

  Rohaan, E., Taconis, R., & Jochems, W.

  Emory University. [Online]. Tersedia : http: www//emory.edu/EDUCATION /mfp/eff.htm.

  Pajares, F. (2002). Overview of Social Cognitive Theory and of Self-Efficacy.

  ,” Dissertation, Departement of Education and Educational Psychology, Western Connecticut State University.

  Order Thinking Questions on Reader Self-Efficacy and Critical Thinking of Sixth Grade Students

  Mckinnon, J.L. “Effect of Scaffolding Higher

  “Profil Retensi Pengetahuan Siswa SMA pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh melalui Metode Membaca SQ5R,” Journal Bioeducatio, Vol. 1 (1), 55-63.

  Morehead State University. Conference

  Clark, K.F. & Graves, M.F. Scaffolding students’ comprehension of text. The Freading Teacher, 58 (6), 570-580. Fisher, D. & Frey, N., “Identifying instuctional moves during guided learning,” The Reading Teacher, 64 (2), 84-94. Hikmawati, V.Y. (2014).

  Journal of Research in Science Teaching , Vol. 44, 815-843.

  Chin, C. (2007).“Teacher Questioning in Science Classroom : Approaches that Stimulate Pr oductive Thinking,”

  Chairiyati, L.R., “Hubungan antara Self- Efficacy Akademik dan Konsep Diri Akademik dengan Prestasi Akademik”. HUMANIORA, Vol. 4 (2), 1125-1133.

  Bandura , Albert. (1997). “Self-efficacy: The exercise of control,” New York: Freeman.

  Bandura, Albert. (1995). Self-efficacy in Changing Societies. New York: Cambridge University.

  bulletin , (84) hlm. 194-215.

  Bandura, Albert. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological

  (2001). “A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing; A revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives,” New York : Addison Wesley Longman Inc.

  Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.

  Alegre, A.A. (2014). “Academic Self- Efficacy, Self-regulated Learning and Academic Performance in First-year University students,” Propositos y Representaciones , Vol. 2 (1), 79-120.

56 Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan

  Volume 1 No 2 Tahun 2018

  Taufik, L.M., & Hikmawati, V.Y. (2017). theories of activity and discourse for Bio Educatio. Proceeding Seminar in the classrom. Linguistic and Nasional Pendidikan IPA I : Education, 5, 1-37. Penguatan Kemampuan Guru IPA dalam Pembelajaran Berbasis Yantraprakorn, Phutthraksa, Pornapit, Literasi Sains. Universitas Pancasakti Darawasang, et al. (2013). Tegal. Hlm. 69-81.

  “Enhancing Self Efficacy through S caffolding,”. Taufik, L.M. (2018). Academic Self-Efficacy http://www.litu.tu.ac.th/journal/F

  Mahasiswa Calon Guru Sd Dalam LLTCP/Proceeding/284.pdf. 284- Pembelajaran Konsep Dasar IPA 295. Subkonsep Biologi. Jurnal Bio Educatio, Vol. 3 (1). Yilmaz-Tuzun, O. (2008). Preservice elementary teachers’ beliefs about

  Taufik, L.M. & Rinto. (2018). Efectiveness science teaching. Journal of of Scaffolding to Promote Academic Science Teacher Education, Self Efficacy of Preservice 192(2), 183 –204. Elementary Teacher. Proceeding International Conference on Elementary Education (ICEE). Universitas Pendidikan Indonesia. Hlm. 554-562. Toharudin, U., Hendrawati, S., &

  Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung : Humaniora. Tuckman, B.W. & Monetti. (2011). “D.M

  Psicología educativa,” México, DF.:Cengage Learning..

  Vygotsky, L.S. (1978). Mind Society: The Development of Higher Psychological Processes. Cambridge, MA : Harvard University Press.

  Wardhani, Prayuningtyas Angger.

  (2015). Efikasi Diri dan Pemahaman Konsep IPA dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Sekolah Dasar Negeri Kota Bengkulu. Jurnal Pendidikan Dasar.

  Vol.6, Edisi 1. Wells, G. Reevaluating the IRF sequence :

  A proposal for the articulation of

Dokumen yang terkait

PENGUKURAN NILAI PERFORMANCE SISTEM INFORMASI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (PMB)

0 1 9

PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI PELAYANAN PUBLIK YANG BERDAMPAK TERHADAP PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT (STUDI KASUS PADA POLSEK SUKAHAJI)

1 1 6

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BOLA VOLI MINI DENGAN BOLA PLASTIK SEKOLAH DASAR NEGERI KERTASARI KECAMATAN LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA Yayat Ruhiatna SDN Kertasari Ligung ABSTRAK - UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BOLA VOLI MINI DENGAN B

0 0 7

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN SUNIA III, KECAMATAN BANJARAN TAHUN AJARAN 2017-2018 Sunarya sunaryagmail.com SDN Sunia III Kec. Banjaran Kab. Majalengka ABSTRAK - UPAYA

0 0 7

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA SERTA PENERAPANNYA PADA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) MASYARAKAT Popo Musthofa Kamil

0 0 5

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DENGAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS BLENDED LEARNING PADA MATERI SISTEM RESPIRASI MANUSIA Dani Ramdani

0 0 8

KETERAMPILAN ARGUMENTASI PADA PEMBELAJARAN MATERI SISTEM RESPIRASI MANUSIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE Meilyna Rahayu

0 0 9

DAMPAK PERCAYA DIRI DAN POWER LENGAN TERHADAP HASIL FLYING SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA TANGAN

0 1 6

Program Studi Pendidikan Jasmani, Universitas Majalengka, Jl. K.H. Abdul Halim 103 Majalengka udisahudiunma.ac.id mayanurhayatiunma.ac.id abstrak - PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DENGAN PERMAINAN BOLA GANTUNG BERANGKA UNTUK MENINGKATKAN GERAK DASAR ANAK US

0 0 15

PENERAPAN MODEL MULTILITERASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

0 1 6