Amoniasi Daun Kelapa Sawit Dengan Beberapa Taraf Urea Dan Pengaruhnya Terhadap Kandungan Gizi Dan Kecernaan Secara In Vitro
Jurmal P eternakan Indonesia, I 2 (3) : I 95-200, 2 007
IS9N: 19A7-1760 195
Amoniasi Daun Kelapa Sawit l)engan Beberapa Taraf Urea l)an
Pengaruhnya Terhadap Kandungan Gizi Dsn
Kecernaan Secara In Vitro
Mrrdirti Zein, E4nmen
Program Studi
Nutisi
dan
Kertini
dan MakananTemak Fakultas Peternakan Universitas Andalas
Kampus Unand Limau Manis 25163
Abstrrct
An experiment was conducted to evalude the efect of ammoniation on the digestibility of
oil palmfrond. As tredments, oil palmfrond was mixed with difference levels of wea ot
0, 3, 6 and 9 % of DM basis. I1E mixtures were then dded 15 % &ied chicken mcmtre
erd the incubated in mtaerobic conditionfor one week Puameters measwed iltcluded:
fiber fractions contmt md digestihility of DM ed OI,L Data were statisticdly analyed
by variorce analpk in a block rmdomized design. Resuln showed tha the treatments
gave significant efect on the digestibility. Digestibility of DM utd OM of oil palm.frond
treqted with 6 and 9 %o trea were higlur tlro, that of treated with 0 and 3 % of urea. The
best digestibilitywasfomd by ammoniaionwith 6 26 rrea
Key words: Oil palmfrond, ammoniation in vitro digestion.
Pendahuluan
Temak ruminansia merupakan
salah satu jenis ternak yang mampu
memberikan kontribusi yang besar
unfuk kesejatrteraan manusia melalui
produksi sllnu, daglng dan produk
sarnpingan lainnya. Salah sahr faktor
yang sangat menentukan kemajuan
suatu usaln peternakan runinansia
adalah ketersediaan rumput sebagai
makanan utama. Kecenderungan
akhir == akhir ini ketersediaan nrrrput
semakin
sulit
dikarenakan b€ftu-
rangnya alokasi lahan untuk tanaman
pakan ternalq dikarenakan terjadinya
peningkatan penggunaan latnn untuk
pemukimaq industi dan perkebunan.
Untuk itu perlu dicari batran pakan
hijauan alt€matif yang bisa menggantikan rumput.
Bahan pakan alternatif pengganti rumput seyogyanya tersedia
dalam satu tempat dalam jumlah yang
banyak dan tersedia tenrs menerus.
Mardiati: Anoniasi Daun Kelapa Smtit
Berbagai hasil ikutan penanian
a*iupun pefkebunali dapat dijadikan
sebagai sumber banr bahan makanan
t€rnak. Perkebunan kelapa sawit
sekarang di Indonesia meqiadi
dan dari tahun ketahun
terjadi peningkatan luas areal yang
cukup tinggi. Menurut Fauzi et al,
(2006) selama tahun 1990 * 2000 hras
perkebunan kelapa sawit berkembang
cukup pesat dimana luas
areal
perkebunan sawit pada tahrm 1990
yang hanya 8,5 juta Ha menjadi 14,2
juta hektar ditatrun 2000. Meningluas porkebunan akan
menyebabkan
peningkatan
limbah yang dihasilkan.
Dari seluruh produksi tandan
buatr sawit hanya sekitar 22,1 %
berupa hasil utama (minvak sawit 20
ktyu
juga
% d^a minyak inti sawit 2,1 o/o).
Sekitar 2,2 o/o berupa hasil ikutan
Oungkil inti sawit) dan selebihnya
(75,7W berupa limbah seperti tandan
buatr kosong, serat sawit dan lain -
196
Mtrdisti: Amoniasi Daun Kelapa Sawit
lain. Disamping tandan kosong sawit,
daun sawit juga potensiat dijadikan
sebagai pakan ternak ruminansia
pengganti hijauan. Daun kelapa sawit
mirip darm kelapa yaitu membentuk
susunan daun majemulq bersirip
genap dan bertulang sejajar, Jumlah
anak daun disetiap pelepah berkisar
antara 250
400 helai" Dari satu
hektar lahan diperkirakan dapat
dihasilkan
7500 pelepah
pertahun (Hassan dan Ishida, 1991).
Kandungan gtzr daun sawit yaitu
54,12 % balmn kering, 8,51a/o protein
kasar, 59,11 % NDF, 42,87 % ADF,
24,69 % selulosa dan 12,90 %ligpi\
yang cukup potensial sebagai sumber
energi bagi ternak ruminansia.
Penggunaan datrn kelapa sawit
dalam pakan telah dicobakan pada
sapi pedaging dan sapi perah, namun
daun kelapa sawit ini hanya bisa
digunakan
4A % pengganti
rumput (Ishida dan Hassan, 1992).
6500
30
Limbah atau hasil ikutan ini
mempunyai keterbatasan dalam
penggunaannya sebagai pakan antara
lain bersifat amba dan mengandung
serat kasar serta lignin yang tinggi.
perlu dilakukan
Oleh karena
pengolalran sebelum diberikan pada
ternak
fermentabilitasnya dalam rumen. Peningkatan ferrrentabilitas pakan berserat
tmggr diupayakan dengan melahrkan
beberapa teknologi pengolahan
itu
untuk
seperti pengolahan secara kimia
(perlakuan alkali dan amoniasi),
perlakuan biologi (fermentasi dengan
berbagai jenis mikroorganisme aerob
atau anaerob) dan perlakuan fisik
(penggilingan, pembuatan pellel dan
steam). Metode rnetode tersebut
sudah banyak dikaji dan telah
memperlihatkan hasil yang cukup
baik.
-
Jurnal
P etermakan
Indonesia,
I2
(j) :
I 9 5 -2A0, 2 007
Salah satu teknik pengolahan
yarlg oukup efektif nneningkatkan
kualitas limbah adalah perlakuan
kimia menggunakan urea yang
disebut amoniasi. Amoniasi dengan
urea merupakan perlakuan kimia
yang tergolong murah dan mu.dah
dilah*an. Perlakuan
arnoniasi
pada
pakan
dengan urea
serat selain
mampu melonggarkan ikatan lignoselulosa sehingga lebih mudah
dicema oleh bakteri rumen juga
mampu memasok nitogen untuk
pertumbuhan bakteri tersebut (Leng,
leel).
Dari beberapa penelitian terbukti bahwa amoniasi dengan urea
terhadap pakan serat mampu mening-
katkan nilai manfaat dari pakan
tersebut. Promma et al., (1985)
menyatakan bahwa pe, mberian jErarf
padi yang diamoniasi dalam ftursum
sapi dapat meningkatkan pertam-
bahan berat badan dan produksi susu.
Van Soest (2006) rnelaporkan bahwa
terjadi peningkatan konsumsi dan
kecernaan bahan kering ftmsum
jerami padi arnoniasi dibanding yang
tidak pada temak sapi. Hal yang sama
juga dilaporkan oleh Sundstol (1991)
dimana terjadi peningkatan kecernaan
bahan organik jerami padi amoniasi
sebesar 13 18 o/opadaternak domba
dan konsumsi bahan kering sebesar
45 % pada ternak sapi dibanding yang
tidak diamoniasi. Genin et al, (2A07)
menyatakan bahwa alfalfa yang
diamoniasi dengan urea mempunyai
kecernaan bahan kering, bahan
organik NDF dan ADF yang lebih
tinggi dibanding perlakukan menggunakan abu.
Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui dosis urea yang tepat
dalam proses amoniasi daun sawit
sehingga didapatkan daun sawit
fermentabel dalam rumen"
-
ISSN: 1907-1760
Mtdiati : Anonias i Daun Kelapa Sau,it
Metode Penelitiln
Dar.n kelapa sawit diambil dari
perkebunan kelapa sawit di sekitar
kota Padang. Daun sawit dibenihkan
dari kotoran dan dipotong potong
-
sepanjang5-l0cm.
197
6, dan 9 %BK daun sawit) dengan 4
kali ulangan. Pengaruh perlakukan
terhadap peubah yang diukur
dianalisis dengan anova. (Steel and
Torrie, 1980).
Hasil Dan Pembahesan
Pembuatan l)aun Srwit Amoniasi
Darm sawit yang sudah
ClipOtong * potong niasing - rlrrasing
sebanyak I kg diamoniasi dengan 0,
a/o vre,a
3, 6, dan 9
dari balun kering
daun sawit. Urea untuk masing masing perlakuan dilarutkan dalam
air bersih. Jumlah ait yang diguoakan
adalah
dengan bahan kering
daun sawit. Disamping urea untuk
proses amoniasi ini juga ditambatrkan
kotoran ayam kering sebanyak 15 o/o
dari bahan kering daun sawiL
Kotoran ayam dicampur merata pada
daun sawit kemudian disemprot
dengan lanrtan urea. Diaduk agar
semua daun sawit kena oleh lanrtan
urea Kemudian darm sawit dimasukkan kedalam kantong plastik
dipadatkan supaya suasiana anaerob
dan disimpan ditempat yang panas
tapi teduh selama I minggu.
Setelatr satu minggu kantong
plastik
sawit
dikeringkar/ dianginkan untuk
menghilangkan bau amoniak setelah
itu dikeringkan dan digiling. Untuk
uji kualitlu nutrisi, datrn srrwit yang
sudah diamoniasi
dikeringkan
dalam oven 60 C selama 48 jam dan
selanjutnya dianalisis kandungan
fraksi serahya (Van Soest). Evaluasi
kecemaatr dilakukan dengan fermentasi secara in vino dalam water
shakcr bath (Tilley and Terry, 1969).
I :I
dibukq dauq
ini
Percobaan dilakr*an dengan
menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) 4 x 4 dimana
terdapat 4 perlakuan (dosis urea 0, 3,
Jurnal Peternakan Indonesia, I 2(3) : I 95-200, 2007
Kandungan Gizi dan Fraksi Sent
dari Daun Sawit Amoniasi
Kandungan fraksi serat dari
daun sawit setelah diamoniasi dengan
0, 3, 6, dan 9 Yo wea disajikan pada
Tabel
l.
Dari tabel dapat dilihat
batrwa dosis trea marnpu mengubah
komposisi kandungan gizi daun sawit.
Kadar bahan organik terlihat sedikit
meningkat pada daun sawit yang
diamoniasi dibanding yang tidak
diamoniasi. Hal
dikarenakan
penambahan kotoran ayam pada
proses amoniasi akan meningkatkan
kandrmgan bahan organik.
Daxi Tabel juga terlihat
kandrmgan protein meningkat cukup
tinggi dengan meningkatnya dosis
ini
I
urea.
Ini
sejalan dengan pendapat
Leng (1991) yang menyatakan bahwa
teknik amoniasi dapat meningkatkan
kandungan protein kasar dari bahan
yang diamoniasi disebabkan terfiksasinya nitrogen dari urea kedalam
sel bahan. Kandungan fraksi serat
dari daun sawit amoniasi s€dikit lebih
rendah yang terlihat dengan menurunnya fraksi dinding sel (NDF)
yang menunjukkan bahwa fraksi isi
sel (yang mudah dicenra) menjadi
meningkat. Peningkatan dosis urea
dalarn proses amoniasi ini juga
terlihat menurunkan sedikit kandungan lignin. Ini disebabkan urea
dalam proses amoniasi akan dirubah
meqiadi larutan alkali (NH4OH) yang
mampu melarutkan sedikit lignin.
ISSN: 1907-1760
198
hrnal
Paernakan Indonesia.,
12(i):
ISSN: 1907-1760
195-200,2007
Tabel l. Pengarutr Dosis Urea Dalam Proses Amoniasi Terhadap Kandungan
Protein Balran Organik Dan Fraksi Serat Daun Sawit (% BK)
Perlakuan
Kandungan
D
89,01
90,14
90,89
90,23
8,28
15,87
17,44
17,97
NDF
59,09
57,93
57,43
57,55
ADF
42,59
41,40
41,33
41,77
Selulosa
28,85
29,04
29,60
29,80
Hemiselulosa
15,50
r6,53
16,10
16,78
Lienin
12,28
11,53
10,68
14,72
Bahan Organik
Protein kasar
Keterangan:
A=
:
C:
B
D
Tabel2.
=
Daun sawit yangtidakdianoniasi
Daun sawit yang diamoniasi dengan 3 o/owea
Serat sawit yang diamoniasi dengan 6 %urea
Serat sawit yang diamoniasi dengan 9 o/orxea
Rataan Kecernaan
Perlakuan
Zat-zatMakanan Perlakuan (%)
Kecernaan bahan kering
Kecernaan bahan organik
A
39,01
4737u
B
49,73b
54,66b
C
5lJlc
59,61o
D
52A3"
60,56'
Keterangen:
A:
B
C
D
=
=
=
Darm sawit yang tidak dianoniasi
Daun sawit yang diamoniasi dengan 3o/owaa
Serat sawit yang diamoniasi dengan 6o/otrel
Serat sawit yang diamoniasi dengan 9/ower
Superskrip dcngan
(P< 0,05)
huruf
yang bcrbeda menuqiukkan perbedaan
temak tidak dapat
Kecernran 7,tt-?-,tt Mrkrnen
Nilai potensial suatu
semua
bahan
yang nyata
memanfaatkan
zat 7at makanan yang
terdapat dalam patcan. Nilai manfaat
diketatrui
pakan untuk menyediakan zat - zat
makanan tertentu dapat ditentukan
dengan analisis kimia" tetapi nilai
bahan tersebut bagr ternak hanya
dapat ditentukan setelah mengalami
kehilangan yang tidak dapat dihindari
dari suatu bahan pakan
pencemaan, penyerapan dan metabolisme ((Mc Donald et al, 1988).
Ensminger (1990) menyatakan bahwa
leEs).
Penganrtr dosis urea dalam
pnoses amoniasi daun sawit terhadap
kecernaan batran kering dan bahan
yang terjadi selama proses
Mardiati: Amoniasi Daun Kelapa Smtit
melalui percobaan penentuan Mya
cernanya pada ternak, karena analisis
kimia hanya menggambarkan nilai
suatu pakan tanpa nilai manfaatnya
(Anggorodi, 1990; Chrnch dan Pond,
Mardiati : Amoniasi Dotm Kelrya Smtil
organik (Tabel
2).
199
Hasil analisis
Kesimpulan
ragam memp€rlihatkan bahwa
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa kuatitas daun
sawit bisa ditinekatkan meldui
amoniasi menggrnakan urea dan
dosis yang optimal dalam peningkatan kecernaan bahan kering dan
bahan organik adalah 6 % dwt bahan
kering daun sawit
kecemaan batran kering dan bahan
organik daun sawit amoniasi nyata
dipengaruhi oleh dosis urea. Uji
laqiut DMRT menunjukkan bahwa
peningkatan dosis urea satttpal 6 %
dari bahan kering daun sawit nyata
meningkatkan kecernaan bahan
kering dan bahan organik. Peningkatan dosis urea sampai taraf 9
o/o
Drftar Pustakr
dari bahan kering (perlakuan D)
masih
memberikan
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan
kecernaan tetapi tidak berbeda
dengan perlakuan C. Tingginya
t€rnak Umum.
Gramedia,
Jalffit^
kecernaan pada perlakuan B, C dan D
disebabkan fraksi s€rat dan kandungan lignin dari daun sawit pada
Churh" D.C. and W.G. Ponds. 1988.
perlakuan tersebut cukup rendah
dibanding perlakuan A. Hal ini
disebabkan urpa yang membentuk
lartrtan alkali mempunyai kelnampuan untuk merenggangkan ikatan
lignoselulosa dan lignohemiselulosa
Akibat merenggangnya ikatan
tersebut lignoselulosa membengkak
Fceding. 3nd ed Jhon Willey
and Son. New York.
Basic Animal Nutition
and
M.E. 1990. Animal
Science. The Interstate
Ensminger,
hinters & Publisher, [nc.
Ville.
and
Fauzi, Y, Y.E.Widyastuti.
I.
Satyawibawa dan R. Hartono.
Kelapa Sawit.
Penebar' Swadaya. Jakarta.
dan bagian selulosa kristal berkurang
dan sedikit lignin dan silika juga akan
larut sehingga penefiasi enzim yang
dihasilkan mikroba nrmen akan lebih
sempuma sehingga akan meningkatkan kecernaan yang sejalan
penelitian yang
dengan
didapatkan oleh Wanapat et al,1982
dan Sundstol, 1991.
Rendahnya kecemaan pada
perlakuan
(daun sawit tanpa
2006.
Geniq
hasil
D., T. Khornhani,
and M.
Hammadi, 2007. lnproving
nutritive value of Norttr
African range gfi$s: Effect of
Dung Ash And
Urea
Treatment On Digestion By
Goats. J. Anim. Feed Sci and
Technology. Vol. 23. l-10
A
amoniasi) disebabkan tinggnya
lignin dan ftaksi serat
A.O., and M. Ishida, 1991.
Effect of Water, Molasses
And Urea Addition On Oil
Palm Frond Silage auAityFermentation Characteristic
And Palatability to KedahKelantan Bulls. In Proceeding
HassarU
(NDF dan ADF) dari bahan tersebut.
Sesuai dengan pendapat Varga and
Hoover (1983) yang menyatakan
batrwa tingkat kecemaan berkolerasi
negatif dengan kandungan NDF dan
ADF bahan.
of yhe third International
Symposium on tne Nutrition
Jwnal Peternakan Indonesia,
I2
(i) :
I 9 5-200,
2
007
ISSN: 1907-1760
200 Mardiati: Amoniosi Daun Kelapa Smvit
of
Herbivores.
Penang.
Ishida M., and A.O. Hassan. 1992.
of Urea Treafinent
Level On Nunitive Value Of
Oil Fronds Silage in KedahKelantan Bulls.In Proceedings
of the 6o' AAAP enima
Science Congress,Vol 3
AHATi Bangkol Thailan4
pp.68
Leng,
RA.
1991. Aplication of
Biotechnologyto Nutritionof
Animalin
Developing
Counfries.
Animal
Production and Health Paper.
Pommg
$,, S,
Ratnavanija,
FAO
Tuikumpee, A.
N.
Vidyakhorn,
and R.W. Frcemert, 1985.
The effect of urea treated
straw on growth and milk
pnrduction of cnoss breed
Holstein Friesien Dairy Cattle.
In The Utilization of Fibrous
Agricultural Residues
as
Animal Feeds. Ed. P.T. Doyle.
IDP. Canberra
Steel
F. 1991.
, R.G.D. and J.H. Torrie.
1980. Principles and
Procedure of Statistics. Mc
Graw-Hill Book Co.Inc. New
York.
Large
Scale
of Staw for
Ruminant Production
Utilizatisn
Malaysia.
Effect
Sundstol,
Systems. In Recent Advances
on The Nutrition of Herbivora
Ed. Y.W.Ho. H.K.Wong, N.
AMullab Nd Z,A. Tqiuddi4,
Malaysia Society of Animal
Nurition.
Tilley, J. M. o and R. A, Terry. 1969,
A Two Stage Technique For
In Vitro Digestion Of Forage
Crops.J. Br. Grassland Society
18 (2): 104- lll
Vogq G.A. and W.H. Hoover. 1983.
Rate and extent of NDF of
feedstuffs in situ. J. Dairy.
Sci.66:219
Van Soest, P.J. 2006. Rice sffaw the
role of silica and teatnent to
irnprove quality. J.Anim.Feed.
Sci. and Technology Volume
r30. 137-171.
Wannapat M.S., S.Praserdsuk, Chatai
and Sivapraphagon. 1982.
Straw
Utilization Of Treaunent With
Ammonia Released From
Urea And Or Supplementation
With Qasava Chips. Paper at
the 2ns. Annual workshop of
the AFAR Research Network
3-7 Mei 1982. UPM. Malaysia
Effect of Rice
Alamat korespondensi: Dr. Ir. Mardiati Zain M.Sc.
Jurusan Nutrisi Makanan Temak, Fakultas Peternakan
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang
Telp. 0751-74208 Fa,r: 0751-71464
Diterima:28 Agustus 2007, Disetujui:24 September 2007
Jurnal Peternskan Indonesia, I2(3): 195-200, 2007
ISrSN:
1907-1760
IS9N: 19A7-1760 195
Amoniasi Daun Kelapa Sawit l)engan Beberapa Taraf Urea l)an
Pengaruhnya Terhadap Kandungan Gizi Dsn
Kecernaan Secara In Vitro
Mrrdirti Zein, E4nmen
Program Studi
Nutisi
dan
Kertini
dan MakananTemak Fakultas Peternakan Universitas Andalas
Kampus Unand Limau Manis 25163
Abstrrct
An experiment was conducted to evalude the efect of ammoniation on the digestibility of
oil palmfrond. As tredments, oil palmfrond was mixed with difference levels of wea ot
0, 3, 6 and 9 % of DM basis. I1E mixtures were then dded 15 % &ied chicken mcmtre
erd the incubated in mtaerobic conditionfor one week Puameters measwed iltcluded:
fiber fractions contmt md digestihility of DM ed OI,L Data were statisticdly analyed
by variorce analpk in a block rmdomized design. Resuln showed tha the treatments
gave significant efect on the digestibility. Digestibility of DM utd OM of oil palm.frond
treqted with 6 and 9 %o trea were higlur tlro, that of treated with 0 and 3 % of urea. The
best digestibilitywasfomd by ammoniaionwith 6 26 rrea
Key words: Oil palmfrond, ammoniation in vitro digestion.
Pendahuluan
Temak ruminansia merupakan
salah satu jenis ternak yang mampu
memberikan kontribusi yang besar
unfuk kesejatrteraan manusia melalui
produksi sllnu, daglng dan produk
sarnpingan lainnya. Salah sahr faktor
yang sangat menentukan kemajuan
suatu usaln peternakan runinansia
adalah ketersediaan rumput sebagai
makanan utama. Kecenderungan
akhir == akhir ini ketersediaan nrrrput
semakin
sulit
dikarenakan b€ftu-
rangnya alokasi lahan untuk tanaman
pakan ternalq dikarenakan terjadinya
peningkatan penggunaan latnn untuk
pemukimaq industi dan perkebunan.
Untuk itu perlu dicari batran pakan
hijauan alt€matif yang bisa menggantikan rumput.
Bahan pakan alternatif pengganti rumput seyogyanya tersedia
dalam satu tempat dalam jumlah yang
banyak dan tersedia tenrs menerus.
Mardiati: Anoniasi Daun Kelapa Smtit
Berbagai hasil ikutan penanian
a*iupun pefkebunali dapat dijadikan
sebagai sumber banr bahan makanan
t€rnak. Perkebunan kelapa sawit
sekarang di Indonesia meqiadi
dan dari tahun ketahun
terjadi peningkatan luas areal yang
cukup tinggi. Menurut Fauzi et al,
(2006) selama tahun 1990 * 2000 hras
perkebunan kelapa sawit berkembang
cukup pesat dimana luas
areal
perkebunan sawit pada tahrm 1990
yang hanya 8,5 juta Ha menjadi 14,2
juta hektar ditatrun 2000. Meningluas porkebunan akan
menyebabkan
peningkatan
limbah yang dihasilkan.
Dari seluruh produksi tandan
buatr sawit hanya sekitar 22,1 %
berupa hasil utama (minvak sawit 20
ktyu
juga
% d^a minyak inti sawit 2,1 o/o).
Sekitar 2,2 o/o berupa hasil ikutan
Oungkil inti sawit) dan selebihnya
(75,7W berupa limbah seperti tandan
buatr kosong, serat sawit dan lain -
196
Mtrdisti: Amoniasi Daun Kelapa Sawit
lain. Disamping tandan kosong sawit,
daun sawit juga potensiat dijadikan
sebagai pakan ternak ruminansia
pengganti hijauan. Daun kelapa sawit
mirip darm kelapa yaitu membentuk
susunan daun majemulq bersirip
genap dan bertulang sejajar, Jumlah
anak daun disetiap pelepah berkisar
antara 250
400 helai" Dari satu
hektar lahan diperkirakan dapat
dihasilkan
7500 pelepah
pertahun (Hassan dan Ishida, 1991).
Kandungan gtzr daun sawit yaitu
54,12 % balmn kering, 8,51a/o protein
kasar, 59,11 % NDF, 42,87 % ADF,
24,69 % selulosa dan 12,90 %ligpi\
yang cukup potensial sebagai sumber
energi bagi ternak ruminansia.
Penggunaan datrn kelapa sawit
dalam pakan telah dicobakan pada
sapi pedaging dan sapi perah, namun
daun kelapa sawit ini hanya bisa
digunakan
4A % pengganti
rumput (Ishida dan Hassan, 1992).
6500
30
Limbah atau hasil ikutan ini
mempunyai keterbatasan dalam
penggunaannya sebagai pakan antara
lain bersifat amba dan mengandung
serat kasar serta lignin yang tinggi.
perlu dilakukan
Oleh karena
pengolalran sebelum diberikan pada
ternak
fermentabilitasnya dalam rumen. Peningkatan ferrrentabilitas pakan berserat
tmggr diupayakan dengan melahrkan
beberapa teknologi pengolahan
itu
untuk
seperti pengolahan secara kimia
(perlakuan alkali dan amoniasi),
perlakuan biologi (fermentasi dengan
berbagai jenis mikroorganisme aerob
atau anaerob) dan perlakuan fisik
(penggilingan, pembuatan pellel dan
steam). Metode rnetode tersebut
sudah banyak dikaji dan telah
memperlihatkan hasil yang cukup
baik.
-
Jurnal
P etermakan
Indonesia,
I2
(j) :
I 9 5 -2A0, 2 007
Salah satu teknik pengolahan
yarlg oukup efektif nneningkatkan
kualitas limbah adalah perlakuan
kimia menggunakan urea yang
disebut amoniasi. Amoniasi dengan
urea merupakan perlakuan kimia
yang tergolong murah dan mu.dah
dilah*an. Perlakuan
arnoniasi
pada
pakan
dengan urea
serat selain
mampu melonggarkan ikatan lignoselulosa sehingga lebih mudah
dicema oleh bakteri rumen juga
mampu memasok nitogen untuk
pertumbuhan bakteri tersebut (Leng,
leel).
Dari beberapa penelitian terbukti bahwa amoniasi dengan urea
terhadap pakan serat mampu mening-
katkan nilai manfaat dari pakan
tersebut. Promma et al., (1985)
menyatakan bahwa pe, mberian jErarf
padi yang diamoniasi dalam ftursum
sapi dapat meningkatkan pertam-
bahan berat badan dan produksi susu.
Van Soest (2006) rnelaporkan bahwa
terjadi peningkatan konsumsi dan
kecernaan bahan kering ftmsum
jerami padi arnoniasi dibanding yang
tidak pada temak sapi. Hal yang sama
juga dilaporkan oleh Sundstol (1991)
dimana terjadi peningkatan kecernaan
bahan organik jerami padi amoniasi
sebesar 13 18 o/opadaternak domba
dan konsumsi bahan kering sebesar
45 % pada ternak sapi dibanding yang
tidak diamoniasi. Genin et al, (2A07)
menyatakan bahwa alfalfa yang
diamoniasi dengan urea mempunyai
kecernaan bahan kering, bahan
organik NDF dan ADF yang lebih
tinggi dibanding perlakukan menggunakan abu.
Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui dosis urea yang tepat
dalam proses amoniasi daun sawit
sehingga didapatkan daun sawit
fermentabel dalam rumen"
-
ISSN: 1907-1760
Mtdiati : Anonias i Daun Kelapa Sau,it
Metode Penelitiln
Dar.n kelapa sawit diambil dari
perkebunan kelapa sawit di sekitar
kota Padang. Daun sawit dibenihkan
dari kotoran dan dipotong potong
-
sepanjang5-l0cm.
197
6, dan 9 %BK daun sawit) dengan 4
kali ulangan. Pengaruh perlakukan
terhadap peubah yang diukur
dianalisis dengan anova. (Steel and
Torrie, 1980).
Hasil Dan Pembahesan
Pembuatan l)aun Srwit Amoniasi
Darm sawit yang sudah
ClipOtong * potong niasing - rlrrasing
sebanyak I kg diamoniasi dengan 0,
a/o vre,a
3, 6, dan 9
dari balun kering
daun sawit. Urea untuk masing masing perlakuan dilarutkan dalam
air bersih. Jumlah ait yang diguoakan
adalah
dengan bahan kering
daun sawit. Disamping urea untuk
proses amoniasi ini juga ditambatrkan
kotoran ayam kering sebanyak 15 o/o
dari bahan kering daun sawiL
Kotoran ayam dicampur merata pada
daun sawit kemudian disemprot
dengan lanrtan urea. Diaduk agar
semua daun sawit kena oleh lanrtan
urea Kemudian darm sawit dimasukkan kedalam kantong plastik
dipadatkan supaya suasiana anaerob
dan disimpan ditempat yang panas
tapi teduh selama I minggu.
Setelatr satu minggu kantong
plastik
sawit
dikeringkar/ dianginkan untuk
menghilangkan bau amoniak setelah
itu dikeringkan dan digiling. Untuk
uji kualitlu nutrisi, datrn srrwit yang
sudah diamoniasi
dikeringkan
dalam oven 60 C selama 48 jam dan
selanjutnya dianalisis kandungan
fraksi serahya (Van Soest). Evaluasi
kecemaatr dilakukan dengan fermentasi secara in vino dalam water
shakcr bath (Tilley and Terry, 1969).
I :I
dibukq dauq
ini
Percobaan dilakr*an dengan
menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) 4 x 4 dimana
terdapat 4 perlakuan (dosis urea 0, 3,
Jurnal Peternakan Indonesia, I 2(3) : I 95-200, 2007
Kandungan Gizi dan Fraksi Sent
dari Daun Sawit Amoniasi
Kandungan fraksi serat dari
daun sawit setelah diamoniasi dengan
0, 3, 6, dan 9 Yo wea disajikan pada
Tabel
l.
Dari tabel dapat dilihat
batrwa dosis trea marnpu mengubah
komposisi kandungan gizi daun sawit.
Kadar bahan organik terlihat sedikit
meningkat pada daun sawit yang
diamoniasi dibanding yang tidak
diamoniasi. Hal
dikarenakan
penambahan kotoran ayam pada
proses amoniasi akan meningkatkan
kandrmgan bahan organik.
Daxi Tabel juga terlihat
kandrmgan protein meningkat cukup
tinggi dengan meningkatnya dosis
ini
I
urea.
Ini
sejalan dengan pendapat
Leng (1991) yang menyatakan bahwa
teknik amoniasi dapat meningkatkan
kandungan protein kasar dari bahan
yang diamoniasi disebabkan terfiksasinya nitrogen dari urea kedalam
sel bahan. Kandungan fraksi serat
dari daun sawit amoniasi s€dikit lebih
rendah yang terlihat dengan menurunnya fraksi dinding sel (NDF)
yang menunjukkan bahwa fraksi isi
sel (yang mudah dicenra) menjadi
meningkat. Peningkatan dosis urea
dalarn proses amoniasi ini juga
terlihat menurunkan sedikit kandungan lignin. Ini disebabkan urea
dalam proses amoniasi akan dirubah
meqiadi larutan alkali (NH4OH) yang
mampu melarutkan sedikit lignin.
ISSN: 1907-1760
198
hrnal
Paernakan Indonesia.,
12(i):
ISSN: 1907-1760
195-200,2007
Tabel l. Pengarutr Dosis Urea Dalam Proses Amoniasi Terhadap Kandungan
Protein Balran Organik Dan Fraksi Serat Daun Sawit (% BK)
Perlakuan
Kandungan
D
89,01
90,14
90,89
90,23
8,28
15,87
17,44
17,97
NDF
59,09
57,93
57,43
57,55
ADF
42,59
41,40
41,33
41,77
Selulosa
28,85
29,04
29,60
29,80
Hemiselulosa
15,50
r6,53
16,10
16,78
Lienin
12,28
11,53
10,68
14,72
Bahan Organik
Protein kasar
Keterangan:
A=
:
C:
B
D
Tabel2.
=
Daun sawit yangtidakdianoniasi
Daun sawit yang diamoniasi dengan 3 o/owea
Serat sawit yang diamoniasi dengan 6 %urea
Serat sawit yang diamoniasi dengan 9 o/orxea
Rataan Kecernaan
Perlakuan
Zat-zatMakanan Perlakuan (%)
Kecernaan bahan kering
Kecernaan bahan organik
A
39,01
4737u
B
49,73b
54,66b
C
5lJlc
59,61o
D
52A3"
60,56'
Keterangen:
A:
B
C
D
=
=
=
Darm sawit yang tidak dianoniasi
Daun sawit yang diamoniasi dengan 3o/owaa
Serat sawit yang diamoniasi dengan 6o/otrel
Serat sawit yang diamoniasi dengan 9/ower
Superskrip dcngan
(P< 0,05)
huruf
yang bcrbeda menuqiukkan perbedaan
temak tidak dapat
Kecernran 7,tt-?-,tt Mrkrnen
Nilai potensial suatu
semua
bahan
yang nyata
memanfaatkan
zat 7at makanan yang
terdapat dalam patcan. Nilai manfaat
diketatrui
pakan untuk menyediakan zat - zat
makanan tertentu dapat ditentukan
dengan analisis kimia" tetapi nilai
bahan tersebut bagr ternak hanya
dapat ditentukan setelah mengalami
kehilangan yang tidak dapat dihindari
dari suatu bahan pakan
pencemaan, penyerapan dan metabolisme ((Mc Donald et al, 1988).
Ensminger (1990) menyatakan bahwa
leEs).
Penganrtr dosis urea dalam
pnoses amoniasi daun sawit terhadap
kecernaan batran kering dan bahan
yang terjadi selama proses
Mardiati: Amoniasi Daun Kelapa Smtit
melalui percobaan penentuan Mya
cernanya pada ternak, karena analisis
kimia hanya menggambarkan nilai
suatu pakan tanpa nilai manfaatnya
(Anggorodi, 1990; Chrnch dan Pond,
Mardiati : Amoniasi Dotm Kelrya Smtil
organik (Tabel
2).
199
Hasil analisis
Kesimpulan
ragam memp€rlihatkan bahwa
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa kuatitas daun
sawit bisa ditinekatkan meldui
amoniasi menggrnakan urea dan
dosis yang optimal dalam peningkatan kecernaan bahan kering dan
bahan organik adalah 6 % dwt bahan
kering daun sawit
kecemaan batran kering dan bahan
organik daun sawit amoniasi nyata
dipengaruhi oleh dosis urea. Uji
laqiut DMRT menunjukkan bahwa
peningkatan dosis urea satttpal 6 %
dari bahan kering daun sawit nyata
meningkatkan kecernaan bahan
kering dan bahan organik. Peningkatan dosis urea sampai taraf 9
o/o
Drftar Pustakr
dari bahan kering (perlakuan D)
masih
memberikan
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan
kecernaan tetapi tidak berbeda
dengan perlakuan C. Tingginya
t€rnak Umum.
Gramedia,
Jalffit^
kecernaan pada perlakuan B, C dan D
disebabkan fraksi s€rat dan kandungan lignin dari daun sawit pada
Churh" D.C. and W.G. Ponds. 1988.
perlakuan tersebut cukup rendah
dibanding perlakuan A. Hal ini
disebabkan urpa yang membentuk
lartrtan alkali mempunyai kelnampuan untuk merenggangkan ikatan
lignoselulosa dan lignohemiselulosa
Akibat merenggangnya ikatan
tersebut lignoselulosa membengkak
Fceding. 3nd ed Jhon Willey
and Son. New York.
Basic Animal Nutition
and
M.E. 1990. Animal
Science. The Interstate
Ensminger,
hinters & Publisher, [nc.
Ville.
and
Fauzi, Y, Y.E.Widyastuti.
I.
Satyawibawa dan R. Hartono.
Kelapa Sawit.
Penebar' Swadaya. Jakarta.
dan bagian selulosa kristal berkurang
dan sedikit lignin dan silika juga akan
larut sehingga penefiasi enzim yang
dihasilkan mikroba nrmen akan lebih
sempuma sehingga akan meningkatkan kecernaan yang sejalan
penelitian yang
dengan
didapatkan oleh Wanapat et al,1982
dan Sundstol, 1991.
Rendahnya kecemaan pada
perlakuan
(daun sawit tanpa
2006.
Geniq
hasil
D., T. Khornhani,
and M.
Hammadi, 2007. lnproving
nutritive value of Norttr
African range gfi$s: Effect of
Dung Ash And
Urea
Treatment On Digestion By
Goats. J. Anim. Feed Sci and
Technology. Vol. 23. l-10
A
amoniasi) disebabkan tinggnya
lignin dan ftaksi serat
A.O., and M. Ishida, 1991.
Effect of Water, Molasses
And Urea Addition On Oil
Palm Frond Silage auAityFermentation Characteristic
And Palatability to KedahKelantan Bulls. In Proceeding
HassarU
(NDF dan ADF) dari bahan tersebut.
Sesuai dengan pendapat Varga and
Hoover (1983) yang menyatakan
batrwa tingkat kecemaan berkolerasi
negatif dengan kandungan NDF dan
ADF bahan.
of yhe third International
Symposium on tne Nutrition
Jwnal Peternakan Indonesia,
I2
(i) :
I 9 5-200,
2
007
ISSN: 1907-1760
200 Mardiati: Amoniosi Daun Kelapa Smvit
of
Herbivores.
Penang.
Ishida M., and A.O. Hassan. 1992.
of Urea Treafinent
Level On Nunitive Value Of
Oil Fronds Silage in KedahKelantan Bulls.In Proceedings
of the 6o' AAAP enima
Science Congress,Vol 3
AHATi Bangkol Thailan4
pp.68
Leng,
RA.
1991. Aplication of
Biotechnologyto Nutritionof
Animalin
Developing
Counfries.
Animal
Production and Health Paper.
Pommg
$,, S,
Ratnavanija,
FAO
Tuikumpee, A.
N.
Vidyakhorn,
and R.W. Frcemert, 1985.
The effect of urea treated
straw on growth and milk
pnrduction of cnoss breed
Holstein Friesien Dairy Cattle.
In The Utilization of Fibrous
Agricultural Residues
as
Animal Feeds. Ed. P.T. Doyle.
IDP. Canberra
Steel
F. 1991.
, R.G.D. and J.H. Torrie.
1980. Principles and
Procedure of Statistics. Mc
Graw-Hill Book Co.Inc. New
York.
Large
Scale
of Staw for
Ruminant Production
Utilizatisn
Malaysia.
Effect
Sundstol,
Systems. In Recent Advances
on The Nutrition of Herbivora
Ed. Y.W.Ho. H.K.Wong, N.
AMullab Nd Z,A. Tqiuddi4,
Malaysia Society of Animal
Nurition.
Tilley, J. M. o and R. A, Terry. 1969,
A Two Stage Technique For
In Vitro Digestion Of Forage
Crops.J. Br. Grassland Society
18 (2): 104- lll
Vogq G.A. and W.H. Hoover. 1983.
Rate and extent of NDF of
feedstuffs in situ. J. Dairy.
Sci.66:219
Van Soest, P.J. 2006. Rice sffaw the
role of silica and teatnent to
irnprove quality. J.Anim.Feed.
Sci. and Technology Volume
r30. 137-171.
Wannapat M.S., S.Praserdsuk, Chatai
and Sivapraphagon. 1982.
Straw
Utilization Of Treaunent With
Ammonia Released From
Urea And Or Supplementation
With Qasava Chips. Paper at
the 2ns. Annual workshop of
the AFAR Research Network
3-7 Mei 1982. UPM. Malaysia
Effect of Rice
Alamat korespondensi: Dr. Ir. Mardiati Zain M.Sc.
Jurusan Nutrisi Makanan Temak, Fakultas Peternakan
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang
Telp. 0751-74208 Fa,r: 0751-71464
Diterima:28 Agustus 2007, Disetujui:24 September 2007
Jurnal Peternskan Indonesia, I2(3): 195-200, 2007
ISrSN:
1907-1760