ANALISIS RANTAI PASOKAN KOMODITAS ROTAN (SUPPLY CHAIN ANALYSIS OF RATTAN COMMODITIES)

  EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011

ISSN 0216-0188

  

ANALISIS RANTAI PASOKAN KOMODITAS ROTAN

(SUPPLY CHAIN ANALYSIS OF RATTAN COMMODITIES) Banun Diyah Probowati

  

1

, Yandra Arkeman

  2

  1 Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

  2 Departemen Teknologi Industri Pertanian, FATETA, IPB Abstract

  Supply chain of raw rattan into raw materials ready to use should be shortened so as to suppress the price of raw materials. The aims of this research was to obtain the amount of supply allocations for the three regions of the four sources of rattan raw materials to change lanes. The results showed that the distribution of

rattan supply chain consists of several actors are farmers / collectors wicker, rattan collectors, major

collectors of local, inter-island traders, rattan exporter. Distribution costs from the rattan supply four areas namely rattan raw material suppliers West Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan and Sumatra to the main objectives of Cirebon, Surabaya and Jakarta. With the transportation’s methods in the form of VAM and MODI. The use of Linear Programming with the Lindo 6.1 software shows the same result that is equal to Rp 204,775,375,000.00 to the allocation of supply to the three regions of the four sources of raw materials are the same. Optimal allocation amount for the supply of rattan raw materials to Cirebon from West Nusa Tenggara 520 tons / month, from Sulawesi by 4910 tons / month, from Borneo by 2770 tons / month. Supply to Surabaya, from Sulawesi, amounting to 270 tons / month and from Borneo by 1330 tons / month. Supply rattan to Jakarta from Sumatra by 200 tons / month. Key Words : Supply chain, rattan

  Pendahuluan

  Indonesia memiliki potensi produksi rotan yang cukup besar yaitu mencapai 696.000 ton per tahun. Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia sekarang ini yaitu sekitar 85%, dan negara produsen rotan lainnya berturut-turut malaysia (8,5%), Thailand (7,5%), Philipina (6,6%) dan sisanya diproduksi oleh negara-negara lain (Anonim, 1988 dalam Pramudiarto, 2006).. Luas areal hutan rotan Indonesia tinggal 1,34 juta hektare dengan jatah tebang tahunan (annual allowable

  cut

  /AAC) lestari sebanyak 210.064 ton rotan kering per tahun. Hutan ini tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Papua. Luas rotan budidaya hanya berkisar 48.000 hektare.

  Ketersediaan bahan baku rotan di dalam negeri hanya sekitar 126.000 ton rotan kering. Rotan itu sebagian diekspor dalam bentuk asalan dan rotan setengah jadi, seperti rotan poles, core, fitrit, dan kulit. Ekspor bahan baku rotan pada 2010 mencapai 32.845 ton dengan nilai US$32,35 juta atau sekitar Rp 290 miliar. Ekspor industri pengolahan tinggal US$57 juta dengan kapasitas terpasang industri di bawah 30%. (AMKRI, 2011)

  Penurunan kinerja ekspor industri mebel dan kerajinan rotan dimulai pada 2006, kinerja sektor ini mencapai US$344 juta, kemudian pada 2007 turun menjadi US$319 juta tahun 2008 turun lagi menjadi US$239 juta dan pada 2009 serta 2010 masing-masing turun menjadi US$168 juta dan US$138 juta dan Juni 2011, ekspor turun menjadi US$57 juta. (BPS, 2011)

  Industri rotan sebagian besar berlokasi di Cirebon dan sekitarnya. Jumlah perusahaan, produksi, ekspor maupun penyerapan tenaga kerja di sub sektor industri pengolahan rotan di Cirebon mengalami peningkatan, di mana jumlah perusahaan meningkat dari 923 unit usaha menjadi 1.060 unit usaha, produksi meningkat dari 62.707 ton menjadi 91.181 ton, ekspor meningkat dari 32.871 ton (senilai US$ 101,67 juta) menjadi 51.544 ton (senilai US$ 116.572 juta) dan penyerapan tenaga kerja meningkat dari 51.432 orang menjadi 61.140 orang. Namun sejak tahun 2005 hingga tahun 2006, baik produksi, ekspor maupun penyerapan tenaga kerja di sub sektor industri pengolahan rotan di Cirebon mengalami penurunan yang cukup signifikan, bahkan sampai sekarang terus mengalami penurunan.

  Analisis Rantai Pasokan... 100 – 107 (Banun Diyah P., Yandra Arkeman)

  Pengrajin rotan di wilayah Cirebon, memperoleh pasokan bahan baku dari pemasok melalui jalur dari Kalimantan atau Sulawesi kemudian ke Surabaya. Baru selanjutnya ke Cirebon. Jalur pasokan ini menjadikan harga bahan baku menjadi lebih tinggi. Rantai distribusi rotan mentah menjadi bahan baku siap pakai seharusnya dipersingkat sehingga dapat menekan harga bahan baku. Bila rantai distribusi benar-benar efisien, harga bahan baku sebenarnya dapat ditekan sekitar 20%. Salah satu rantai distribusi yang perlu dipersingkat yaitu rute kapal pengangkut rotan asalan. Rute yang dipakai seharusnya dari daerah penghasil rotan, yaitu Kalimantan atau Sulawesi, langsung ke Cirebon. Rute yang dipakai selama ini, yaitu melalui Surabaya, dianggap memboroskan biaya transportasi karena jarak yang ditempuh lebih jauh.

  Pasokan bahan baku rotan juga tidak dapat lepas dari sistem distribusi pasokan bahan baku. Permasalahan-permasalahan inilah yang mendasari analisis terhadap rantai pasokan rotan di Indonesia. Bagaimana jalur rute supply pasokan bahan baku rotan dan kontribusi biaya transportasi pada rantai pasokan rotan ini juga menjadi suatu permasalahan yang pantas untuk dicermati. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jumlah alokasi pasokan untuk tiga wilayah dari empat sumber bahan baku rotan dengan skenario baru.

  Metode Penelitian

  Penelitian dilakukan mulai dari identifikasi jalur pasokan, pelaku dan lokasi supply bahan baku rotan mentah hingga rotan jadi. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif, penerapan metode transportasi dan linier programming. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif, analisis SWOT, penerapan metode transportasi dan linier programming dengan penggunaan software Lindo 6.1.

  Hasil Dan Pembahasan Rantai Distribusi Pasokan Rotan

  Rantai distribusi pasokan rotan terdiri dari beberapa pelaku yaitu petani/pemungut rotan, pengumpul rotan, pengumpul besar lokal, pedagang antar pulau, industri rotan, eksportir rotan seperti tampak pada gambar 1 di bawah ini. Jaringan rantai pasokan rotan pada gambar 1 menunjukkan adanya keterkaitan antara para pelaku dalam jaringan rantai pasokan rotan. Petani/pemungut rotan mentah mendistribusikan rotan tersebut kepada pengumpul. Biasanya dari beberapa kelompok petani/pemungut rotan diserahkan kepada pengumpul di wilayah tertentu. Pengumpul- pengumpul ini akan menyerahkan kepada pengumpul besar lokal di wilayah dalam pulau tersebut terutama di masing-masing pulau yaitu Kalimantan dan Sulawesi. Pengumpul besar lokal akan mendistribusikan rotan mentah ini langsung kepada pedagang antar pulau namun ada juga pengumpul besar lokal ini yang melakukan proses pengolahan rotan mentah terlebih dahulu baru mendistribusikan kepada pedagang antar pulau.

  Distribusi rotan mentah di Pulau Jawa selanjutnya diterima oleh pemasok lokal. Pemasok lokal inilah yang langsung mendistribusikan rotan mentah maupun rotan setengah jadi kepada pengrajin rotan ataupun langsung ke industri besar penghasil barang jadi rotan. Pengrajin rotan merupakan pelaku dalam jaringan rantai pasokan rotan yang mengolah rotan mentah dan rotan setengah jadi hingga menjadi produk-produk berupa furnitur, barang kerajinan dan barang-barang ekspor lainnya. Beberapa pengrajin rotan merupakan pengrajin independen yang dapat langsung menjual produk hasil olahannya kepada konsumen domestik, namun beberapa pengrajin merupakan pemasok utama bahan baku untuk produk-produk ekspor industri rotan. Biasanya dilakukan dalam bentuk sub kontrak dengan industri besar penghasil barang jadi rotan.

  Distribusi produk selanjutnya dilakukan kepada eksportir barang jadi rotan dan kepada konsumen domestik. Beberapa Industri besar penghasil barang jadi rotan juga merangkap sebagai eksportir barang jadi, sehingga tidak melalui perantara dalam perdagangan ekspor. Namun sebagian besar menggunakan jasa eksportir rotan. Gambaran jaringan rantai pasokan rotan di atas melibatkan beberapa asosiasi pengusaha. Asosiasi tertsebut yaitu Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI), Asosiasi Pengusaha Eksportir Rotan Indonesia (ASPERI), Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (ASMINDO). Dukungan jaringan transportasi sangat diperlukan dalam jaringan pasokan rotan ini.

  EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011

ISSN 0216-0188

  Petani/ Petani/ Petani/ Petani/ Petani/ pemungut pemungut pemungut pemungut pemungut rotan rotan rotan rotan rotan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul

  Pengumpul besar lokal Pedagang antar pulau

  Pemasok Pemasok Pemasok lokal lokal lokal

  Pengrajin rotan Pengrajin rotan Pengrajin rotan Pengrajin rotan Industri Rotan Eksportir Barang jadi Konsumen Rotan Domestik

  Gambar 1. Jaringan Rantai Pasokan Rotan

  

Analisis Rantai Pasokan... 100 – 107 (Banun Diyah P., Yandra Arkeman)

NTB Surabaya Sulawesi Cirebon Industri

  Kalimantan Cirebon Sumatera

  

Jakarta

  Gambar 2. Sumber Pasokan dan Pusat Permintaan Bahan Baku Rotan ke Cirebon Awal

  NTB Sulawesi

Surabaya

Cirebon

  Kalimantan Sumatera

  Gambar 3. Sumber Pasokan dan Pusat Permintaan Bahan Baku Rotan Skenario

  Analisis Distribusi dengan Model

  skenario, ditunjukkan dengan semua pasokan

  Transportasi

  bahan baku dari sumber asal bahan baku Persoalan transportasi yang ingin langsung didistribusikan ke wilayah-wilayah diselesaikan bermula dari persoalan distribusi pusat permintaan pasokan bahan baku seperti pasokan dari sumber bahan baku rotan yang Surabaya dan Cirebon. Oleh sebab itu dipasok ke Cirebon melalui Surabaya, yang diharapkan pasokan bahan baku seperti dari berdampak pada komponen harga bahan baku wilayah Sulawesi dan Kalimantan akan yang tinggi dalam biaya produksi. Dugaan langsung menuju Cirebon. semula, biaya yang diperlukan untuk Analisis terhadap jaringan distribusi penyediaan bahan baku akan dapat turun tersebut dilakukan berdasarkan penyelesaian sebanyak 20% apabila pasokan bahan baku dengan menggunakan solusi optimal dari tersebut dari daerah sumber langsung menuju metode transportasi. Ada beberapa batasan Cirebon, dan tidak melalui Surabaya. yang mendasari keputusan penggunaan metode

  Gambar 2 menunjukkan jaringan transportasi ini. Batasan-batasan tersebut yaitu: distribusi awal di mana semua pasokan bahan

  1. Analisis alokasi optimal hanya dilakukan baku dari sumber asal bahan baku, dipasok pada supply bahan baku rotan dari terlebih dahulu di Surabaya baru kemudian pedagang antar pulau di empat wilayah ke didistribusikan ke daerah-daerah pusat Pulau Jawa melalui tiga gerbang wilayah permintaan seperti Cirebon. Jaringan distribusi pasokan

  EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011

ISSN 0216-0188

  2. masing-masing sumber pasokan ke daerah

  Pasokan rotan diasumsikan dalam jumlah yang tetap setiap bulan pada perhitungan. tujuan.

  3.

  6. Bahan baku rotan yang didistribusikan Analisis biaya transportasi hanya dilakukan diasumsikan memiliki kualitas dan jenis pada total supply bahan ke industri, karena yang sama. total biaya supply bahan ke Industri ini

  4. Jumlah persediaan pasokan bahan baku di merupakan salah satu komponen yang daerah tujuan pasokan diasumsikan tidak diduga memiliki pengaruh yang sangat ada. besar pada keseluruhan total supply hingga 5. ke konsumen. Biaya transportasi pada rantai pasokan bahan baku ini disimbolkan dengan (C ij ) Ketersediaan bahan baku rotan dengan komponen biaya per ton bahan dihitung dari ketersediaan bahan baku dari baku dari masing-masing sumber pasokan beberapa wilayah asal bahan baku di Indonesia. ke wilayah-wilayah tujuan pasokan Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah terdapat pada tabel biaya transportasi potensi ketersediaan supply bahan baku dari beberapa wilayah tersebut ;

  Tabel 1. Potensi Ketersediaan Bahan Baku No Wilayah Asal Bahan Baku Ketersediaan Bahan Prosentase Baku (Ton/Bulan) (%)

  1 Pulau Sulawesi 361.000 51,80

  2 Pulau Kalimantan 193.000 27,70

  3 Pulau Sumatra 106.900 15,30

  4 Nusa Tenggara Barat 36.000 5,20 Sumber data: Direktorat Bina Produksi Hutan diolah

  Kemampuan supply bahan baku total baku dengan kebutuhan pasokan seperti tampak dari semua sumber asal bahan baku tersebut pada tabel 3: sebesar 120.000 ton per tahun untuk pulau

  Tabel 3. Kebutuhan Pasokan Bahan Baku

  Jawa, sehingga rata-rata setiap bulan sebanyak

  Rotan

  10.000 ton. Oleh sebab itu tabel 1 di atas digunakan sebagai dasar perhitungan Kebutuhan kemampuan supply bahan baku dari masing- Pusat Permintaan Pasokan

  (Ton/Bulan)

  masing sumber asal pasokan bahan baku, dengan mengalikan masing-masing persentase Cirebon 8.200 ketersediaan bahan baku dengan total Surabaya 1.600 kemampuan supply bahan baku, sehingga Jakarta 200 diperoleh hasil sebagaimana tampak pada tabel Total kebutuhan Pasokan 10.000 2 di bawah ini ;

  Pengiriman bahan baku berupa rotan

  Tabel 2. Kemampuan Supply Bahan Baku

  mentah ini menggunakan truk langsung ke

  No Wilayah Asal Kemampuan

  kapal, kecuali untuk wilayah pulau berdekatan

  Bahan Baku Supply Bahan Baku

  seperti Pulau Sumatera ke Jakarta, Surabaya ke

  (Ton/bulan) Pulau Madura, Pulau Jawa ke Bali serta NTB.

  1 Pulau Sulawesi 5.180 Penggunaan truk dilakukan untuk perjalanan

  2 Pulau Kalimantan 2.770 darat. Biaya pengiriman bahan baku ini cukup

  3 Pulau Sumatra 1.530 mahal. Biaya ini berpengaruh pada biaya

  4 Nusa Tenggara pengadaan bahan baku bagi para pemilik Barat 520 industri rotan. Oleh sebab itu, rantai distribusi rotan diharapkan juga tidak terlalu panjang. Alokasi pasokan bahan baku tersebut Rantai pasokan bahan baku diharapkan dikirimkan ke pusat-pusat permintaan bahan optimal sehingga pasokan-pasokan dari berbagai daerah berjalan kontinyu sesuai

  • + 21047500 S

  Analisis terhadap model pasokan rotan ini dilakukan dengan melalui hasil perhitungan menggunakan empat metode transportasi dengan menggunakan excell office sehingga diperoleh solusi optimal untuk masing-masing metode transportasi yang digunakan. Empat metode transportasi tersebut yaitu North West

  33 + 19100000 S

  

23

  13 + 21000000 S

  42 + 21425000 S

  32 + 19525000 S

  22 + 20000000 S

  12 + 19287500 S

  41 + 20212500 S

  31 + 21700000 S

  21 + 20750000 S

  11 + 20750000 S

  Minimize TC = 20037500 S

  Hasil iterasi solusi optimal dengan menggunakan metode North West Corner menunjukkan bahwa total biaya yang diperlukan untuk pasokan bahan baku dari empat sumber asal bahan baku ke tiga tujuan pasokan bahan baku sebanyak Rp206.293.000.000,00. Daerah Jakarta tidak memperoleh pasokan rotan dari Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat. Daerah Cirebon langsung memperoleh pasokan dari empat wilayah sumber bahan baku, dan daerah Surabaya hanya dipasok dari Sulawesi dan

  Corner, Vogel Aproximation Method, Stepping Stone dan Modified Distribution.

  Analisis Model

  Analisis Rantai Pasokan... 100 – 107 (Banun Diyah P., Yandra Arkeman)

  Sumatera S 41 +S 42 + S 43 = T 5.

  dengan kebutuhan masing-masing daerah pasokan terhadap sumber asal pasokan. Alokasi pasokan dari masing-masing daerah dapat diperkirakan sesuai dengan kebutuhan masing- masing daerah tersebut. Daerah tujuan pasokan rotan yang hanya wilayah Cirebon, Surabaya, dan Jakarta karena daerah-daerah ini merupakan gerbang masuknya rotan di Pulau Jawa dari pedagang antar pulau. Pemasok- pemasok lokal berada di wilayah-wilayah tersebut.

  Variabel-variabel keputusan dalam rantai pasokan ini yaitu variabel keputusan jumlah alokasi pasokan yang disalurkan oleh masing-masing sumber pasokan i ke wilayah- wilayah tujuan pasokan j disimbolkan dengan S ij dengan i = 1,2,3, dan 4 dan j = 1,2, dan 3. Kendala-kendala yang ada dalam rantai pasokan ini adalah kemampuan supply bahan baku dari sumber pasokan dan kebutuhan pasokan bahan baku di masing-masing wilayah tujuan pasokan.

  Kendala Pasokan

  1. Kendala jumlah pasokan rotan dari NTB S 11 +S 12 + S 13 = P

  2. Kendala jumlah pasokan rotan dari Sulawesi S 21 +S 22 + S 23 = Q 3. Kendala Jumlah pasokan rotan dari

  Kalimantan S 31 +S 32 + S 33 = R 4. Kendala Jumlah pasokan rotan dari

  Kendala Kecukupan Kebutuhan pasokan rotan di Cirebon S 11 +S 21 + S 31 + S 41 = X 6. Kendala Kecukupan Kebutuhan pasokan rotan di Surabaya

  Atau

  S 12 +S 22 + S 32 + S 42 = Y 7. Kendala Kecukupan Kebutuhan pasokan rotan di Jakarta

  S 13 +S 23 + S 33 + S 43 = Z 8. Kendala Nilai Positif

  S ij > 0 P = Pasokan Rotan dari Sulawesi Q = Pasokan Rotan dari Kalimantan R = Pasokan Rotan dari Sumatera T = Pasokan Rotan dari NTB X = Kebutuhan Pasokan Rotan di Cirebon Y= Kebutuhan Pasokan Rotan di Surabaya Z = Kebutuhan Pasokan Rotan di Jakarta

  Tujuan model pasokan ini adalah untuk meminimumkan total biaya rantai pasokan. Namun, berdasarkan asumsi dan batasan di atas maka fungsi tujuannya menjadi meminimumkan total biaya pemasokan bahan baku dari sumber pasokan bahan baku ke daerah tujuan pasokan. Oleh sebab itu fungsi tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : Minimize TC =

  ∑∑ = = 4 1 3 1 i ij j ij

  S Ci

  43

  EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011

ISSN 0216-0188

  tidak memperoleh pasokan dari NTB, Kalimantan dan Sumatera.

  Hasil iterasi solusi optimal dengan menggunakan metode Vogel’s Aproximation

  Method

  menunjukkan bahwa total biaya yang diperlukan untuk pasokan bahan baku dari empat sumber asal bahan baku ke tiga tujuan pasokan bahan baku sebanyak Rp 204.775.375.000,00. Daerah Cirebon langsung memperoleh pasokan dari tiga wilayah sumber bahan baku kecuali dari Sumatera. Daerah Surabaya hanya dipasok dari Sulawesi dan Sumatera. Daerah Jakarta hanya memperoleh pasokan rotan dari Sumatera saja.

  Hasil iterasi solusi optimal dengan menggunakan metode Stepping Stone menunjukkan bahwa total biaya yang diperlukan untuk pasokan bahan baku dari empat sumber asal bahan baku ke tiga tujuan pasokan bahan baku sebanyak Rp 204.967.750.000,00. Daerah Cirebon langsung memperoleh pasokan dari tiga wilayah sumber bahan baku kecuali dari Sumatera. Daerah Surabaya hanya dipasok dari Kalimantan dan Sumatera. Daerah Jakarta hanya memperoleh pasokan rotan dari Sumatera saja.

  Hasil iterasi solusi optimal dengan menggunakan Modified Distribution Method menunjukkan bahwa total biaya yang diperlukan untuk pasokan bahan baku dari empat sumber asal bahan baku ke tiga tujuan pasokan bahan baku sebanyak Rp 204.775.375.000,00. Daerah Cirebon langsung memperoleh pasokan dari tiga wilayah sumber bahan baku kecuali dari Sumatera. Daerah Surabaya hanya dipasok dari Sulawesi dan Sumatera. Daerah Jakarta hanya memperoleh pasokan rotan dari Sumatera saja. Penggunaan metode linier

  programming juga dilakukan dengan

  menggunakan LINDO 6.1. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa solusi optimal diperoleh pada iterasi ke – 6 dengan total biaya yang diperlukan untuk pasokan bahan baku dari empat sumber asal bahan baku ke tiga tujuan pasokan bahan baku sebanyak Rp 204.775.375.000,00. Daerah Cirebon langsung memperoleh pasokan dari tiga wilayah sumber bahan baku kecuali dari Sumatera. Daerah Surabaya hanya dipasok dari Sulawesi dan Kalimantan. Daerah Jakarta hanya memperoleh pasokan rotan dari Sumatera saja.

  Pasokan dari NTB ke Cirebon sebanyak 520 ton/bulan, dari Sulawesi ke Cirebon sebanyak 4.910 ton/ bulan, dari Kalimantan ke Cirebon sebanyak 2.770 ton per bulan. Pasokan untuk wilayah Surabaya diperoleh dari Sulawesi 270 ton/bulan, dari Sumatera 1.330 ton per bulan. Wilayah Jakarta memperoleh pasokan dari Sumatera sebanyak 200 ton per bulan. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan LINDO 6.1 untuk programa linier ini hampir menyerupai hasil dengan menggunakan metode transportasi Modified Distribution. Oleh sebab itu, biaya supply bahan baku yang minimal dengan pemerataan distribusi dari empat sumber pasokan bahan baku setiap ton yaitu sebesar Rp. 204.775.375.000,00 setiap bulan.

  Biaya ini cukup besar, sehingga untuk pengadaan bahan baku biasa dilakukan semaksimal mungkin untuk menghemat biaya pengadaan bahan baku. Hal inilah yang membuat harga barang jadi rotan cukup tinggi di pasaran ekspor. Hasil di atas dapat menggambarkan bahwa pasokan rotan dari berbagai sumber pasokan bahan baku apabila langsung menuju ke wilayah Cirebon memerlukan biaya yang lebih sedikit dibandingkan apabila semua pasokan ke wilayah Cirebon dipenuhi melalui Surabaya.

  Hasil iterasi perhitungan di atas memang belum sempurna karena tidak dapat diterapkan pada kondisi yang berbeda mengingat ada beberapa asumsi yang mendasari. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis dengan menggunakan beberapa metode lain sehingga gambaran kondisi real rantai pasokan dalam agroindustri rotan di Indonesia dapat tergambar dengan jelas.

  Kesimpulan

  Analisis terhadap rantai pasokan bahan baku rotan ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu biaya distribusi pasokan rotan dari empat wilayah supplier bahan baku rotan yaitu Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera ke daerah tujuan utama yaitu Cirebon, Surabaya, dan Jakarta dengan metode transportasi berupa VAM dan MODI dan Programa Liniear LINDO 6.1 menunjukkan hasil yang sama yaitu sebesar Rp 204.775.375.000,00 dengan alokasi pasokan untuk tiga wilayah dari empat sumber bahan baku juga sama. Jumlah alokasi optimal untuk pasokan bahan baku rotan ke Cirebon yaitu dari Nusa Tenggara Barat 520 ton/bulan, dari

  

Analisis Rantai Pasokan... 100 – 107 (Banun Diyah P., Yandra Arkeman)

  Sulawesi sebesar 4.910 ton/bulan, dari Bahan Baku Rotan di Kabupaten Kalimantan sebesar 2770 ton/ bulan. Pasokan Cirebon. Skripsi. Bogor : IPB. ke Surabaya yaitu dari Sulawesi sebesar 270 ton/bulan, dari Kalimantan sebesar 1330 Shimchi Levi D, Kaminsky P, Simchi Levi E. ton/bulan. Pasokan rotan ke Jakarta yaitu dari (2000). Designing and Managing

  The Supply Chain : Concepts, Sumatera sebesar 200 ton/ bulan. Strategies, and Case Studies .

  Daftar Pustaka Singapore : Mc. Graw Hill.

  Chang Y , Makatsoris H. 2000. Supply Chain Wouda FHE, Van Beek P, Van der Vorst JGAJ,

  Modeling Using Simulation . Int. J. of Tacke H. 2001. An Application of Mixed Integer Linier Programming

  Simulation Vol 2 No.1 : 24-30.

  Models on Redesign of the Supply Network of Nutricia Dairy & Drink

  Pramudiarto DB. 2006. Analisis Nilai Tambah

  Group in Hungary

  dan Ketercukupan Pemanfaatan . OR Spectrum. 24 : 449-465.