Micahel Yulius Munthe1 , Bayu Priyambadha2 , Issa Arwani3

  

Vol. 2, No. 10, Oktober 2018, hlm. 3553-3559 http://j-ptiik.ub.ac.id

Pengembangan Sistem Telehealth Dengan Diagnosis Penyakit Otomatis

Berbasis Web

1 2 3 Micahel Yulius Munthe , Bayu Priyambadha , Issa Arwani

  Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 2 3 Email: [email protected], [email protected], [email protected]

  

Abstraks

  Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sehat atau tidaknya seseorang dapat mempengaruhi jalannya aktivitas sehari-hari. Di Indonesia banyak masyarakat yang minim mendapatkan penanganan kesehatan. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor tersebut seperti bagi masyarakat di daerah pedesaan, jarak puskesmas tidak selalu dekat dengan tempat tinggal dan bagi masyarakat perkotaan terkadang tidak memiliki waktu untuk antri di rumah sakit atau tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari rumah sakit. Sistem telehealth dapat menyelesaikan masalah penanganan kesehatan di Indonesia. Dengan menggunakan sebuah sistem telehealth, dapat membantu masyarakat agar lebih dekat dengan dokter ataupun menghemat waktu dalam menangani penyakit atau konsultasi perihal kesehatan. Hasil pengembangan dari sistem telehealth ini adalah adanya fungsi untuk konsultasi dengan dokter dalam bentuk chatbox real-time dimana pengguna tidak perlu me-reload halaman untuk mendapatkan balasan konsultasi. Terdapat pula fungsi diagnosis penyakit otomatis dengan menggunakan perhitungan metode dempster-shafer dimana pengguna dapat mendiagnosis penyakit berdasarkan gejala-gejala yang dialami dan beberapa fungsi pendukung lainnya. Pengujian kebutuhan fungsional yang dilakukan menggunakan pengujian whitebox dan blackbox menghasilkan tingkat keberhasilan sebesar 100%. Serta untuk pengujian kebutuhan non-fungsional security,

  

compatibility, dan performance yang dilakukan dengan menggunakan bantuan beberapa alat bantu

menghasilkan tingkat keberhasilan sebesar 100%.

  Kata kunci: penanganan kesehatan, sistem telehealth, konsultasi, diagnosis penyakit otomatis

Abstract

  

Being healthy is a very important thing for human life. Healthy or not a person can affect to them daily

activities. In Indonesia, many people who get minimal health handling. It coused by many factors. Some

of these factors, such as for people live at the village, the distance between health center is not always

close to their residence and for people who live i n the city, sometimes don’t have time to queue in

hospitals or don’t get good service from hospitals. Telehealth system can solve health problem handling

in Indonesia. Using a telehealth system can help people get closer to their doctors or save time on illness

or health care consultations. The result of the development of this telehealth system is the function of

consultation with doctor in the form of real- time chatbox where users don’t need to reload the page to

get the consultation reply. There is also an automatic disease diagnosis function by using a dempster-

shafer method where users can diagnose the disease based on symptoms experienced and some other

support functions. Requirement functional testing where using whitebox and blackbox testing give result

in a 100% success rate. As well as for Non-functional requirement testing of security, compatibility, and

performance that is done by using some tools give result in 100% success rate too.

  Keywords: health handling, telehealth system, automatic, consultation, automatic disease diagnosis

  mengalami permasalahan dalam menangani 1.

   PENDAHULUAN kesehatan para penduduk yang tersebar tersebut.

  Indonesia merupakan negara yang termasuk Pada tahun 2015, jumlah rumah sakit yang ke dalam negara berkembang. Dengan jumlah tersebar di seluruh provinsi Indonesia adalah penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta 2488 rumah sakit (Kementrian Kesehatan RI, jiwa dan status negara berkembang, Indonesia 2016). Meskipun jumlah rumah sakit telah

  Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

3553 bertambah dari dua tahun sebelumnya, namun jumlah ini dianggap masih belum dapat memenuhi penanganan kesehatan penduduk Indonesia.

  Masyarakat Indonesia tidak hanya tinggal di kota-kota besar, namun ada pula yang tinggal di kecamatan hingga pedesaan yang belum memiliki rumah sakit atau bahkan puskesmas. Hal ini lah yang menjadi masalah utama dalam penanganan kesehatan di Indonesia. Dimana para masyarakatnya tidak memiliki tempat untuk memeriksakan gejala-gejala penyakit yang mereka alami untuk dapat ditangani. Meskipun di beberapa desa telah memiliki puskesmas ketersediaan tenaga medis dirasa kurang dan tidak sebanyak yang ada di rumah sakit (Situmeang, 2016). Terkadang dokter yang ada di puskesmas dapat sewaktu-waktu dipanggil ke rumah sakit pusat atau dapat dikatakan tidak selalu berada di puskesmas. Tidak hanya bagi masyarakat di pedesaan yang mengalami masalah penanganan kesehatan, namun masyarakat di perkotaan pun mengalaminya. Beberapa masyarakat perkotaan tidak memiliki waktu untuk memeriksakan penyakit yang dianggap penyakit ringan dengan alasan tidak memliki waktu. Hal ini merupakan faktor utama bagi masyarakat perkotaan dalam masalah penanganan kesehatan.

  ” yang dilakukan oleh W. Jatmiko, M. Anwar Ma’sum, Sani M. Isa, E.M. Imah, R Rahmatullah, dan Budi Wiweko. Penelitian tersebut berfokus pada penggunaan telehealth terhadap penyakit jantung dan pertumbuhan janin. Penelitian ini mengembangkan pengklasifikasi untuk dapat memprediksi penyakit detak jantung dengan akurasi lebih dari 95% dimana hal ini dapat digunakan untuk deteksi dini dan Tele-USG yang digunakan untuk mendeteksi dan memperkirakn janin dalam gambar ultrasuara (Jatmiko et al., 2015).

  2. METODOLOGI PENELITIAN

  Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya dimana adanya daerah atau masyarakat yang tidak dapat memeriksa gejala-gejala awal untuk penyakit yang umum penulis ingin melakukan penelitian terhadap penggunaan telehealth untuk menangani permasalahan tersebut. Dimana sistem ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memeriksa gejala penyakit dan menanganinya serta mengurangi biaya pelayanan kesehatan.

  dan memanfaatkan secara efektif sumber daya kesehatan yang ada. Namun, sistem telehelath pada umumnya digunakan untuk mengobati penyakit daripada melakukan pencegahan (Dhillon et al., 2011).

  telehealth bertujuan untuk menurunkan biaya

  ” yang dilakukan oleh Jaspaljeet Singh Dhillon, Czarina Ramos, Burkhard C. Wunsche, dan Christof Lutteroth mengatakan bahwa sistem telehealth yang digunakan untuk orang yang sudah tua tidak menggunakan basis web namun menggunakan perangkas keras khusus. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan penggunaan telehealth dimana seharusnya

  System for Elderly People: An Interview Study in New Zealend

  Ada pun pula penelitian lain terhadap penggunaan telehealth seperti penelitian yang berjudul “Designing A Web-based Telehealth

  System in Indonesia: Progress and Challenge

  Telehealth merupakan sebuah sistem yang

  Penelitian lain pernah dilakukan dengan judul penelitian “Developing Smart Telehealth

  (Greenwood et al., 2014).

  Greenwood, Heather M. Young, dan Charlene C. Quinn. Pada penelitian ini membahas tentang fungsi atu fitur-fitur yang harus dimiliki oleh sebuah sistem telehealth yang akan digunakan untuk memonitoring penyakit diabetes. Dalam penelitian menghasilkan perancangan untuk sistem telehealth yang memiliki beberapa fungsi atau fitur diantaranya adalah edukasi tentang kesehatan, dapat mengirimkan data tekanan darah, komunikasi antara pasien dan dokter, dan perencanaan penanganan penyakit diabetes

  Monitoring Systematic Review: Structured Self- monitoring of Blood Glucose and Impact on A1C ” yang dilakukan oleh Deborah A.

  penelitian berjudul “Telehealth Remote

  telehealth telah banyak dilakukan. Diantaranya,

  Penelitian terhadap penggunaan sistem

  menggunakan teknologi informasi yang mendukung jarak jauh penanganan kesehatan pasien yang berhubugan dengan tenaga medis atau dokter. Penggunaan telehealth akan dapat meningkatkan kepuasaan dari pasien dikarenakan penggunaannya yang tidak memerlukan bertatap muka secara langsung terhadap dokter.

  Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 dimana diawali dengan studi literatur terhadap dasar-dasar teori yang akan menjadi acuan dalam penelitian. Setelah itu melakukan analisis Gambar 1. Diagram Blok Penelitian

  kebutuhan dengan mengacu kepada penelitian- penelitian sejenis yang telah pernah dilakukan sebelumnya dan dimodelkan dalam use case

  Selain itu, user juga dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit- penyakit umum serta informasi tentang kesehatan.

  yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antar objek dan alur kerja dari fungsi yang terdapat dalam penelitian.

  4.1. Sequence Diagram Sequence Diagram merupakan diagram

  4. Perancangan

  diagram pada Gambar 2.

  Identifikasi kebutuhan yang dilakukan menghasilkan 26 kebutuhan fungsional dan 3 kebutuhan non -fungsional. Kebutuhan fungsional dapa dilihat dalam bentuk use case

  Member Member merupakan pengguna yang memiliki otorisasi lebih dari user dan dapat melakukan konsultasi dengan dokter terhadap gejala penyakit yang diderita Dokter Dokter merupakan pengguna yang memiliki otorisasi untuk menangani keluhan-keluhan gejala yang dialami member dan memberikan hasil diagnosanya. Selain itu dokter juga dapat menambah informasi mengenai menjaga kesehatan.

  User User merupakan pengguna yang dapat menggunakan sistem seperti melakukan check penyakit otomatis yang berdasarkan diagnosa sistem.

  diagram dan use case scenario. Setelah analisis

  Admin Admin merupakan pengguna yang memiliki otoritas tertinggi dalam mengelola Sistem Telehealth dengan Diagnosis Penyakit Otomatis Berbasis Web ini. Seorang Admin dapat melakukan pengelolaan data terkait dengan member dan dokter baru.

  Gambar 2. Use Case Diagram Tabel 1. Identifikasi Pengguna Pengguna Deskripsi

  Identifikasi pengguna yang dilakukan menghasilkan 4 pengguna yaitu user, member, dokter, dan admin. Untuk penjelasan deskripsi dari pengguna dapat dilihat pada Tabel 1.

  Analisis kebutuhan perangkat lunak dilakukan untuk mengetahui daftar kebutuhan dari Sistem Telehealth dengan Diagnosis Penyakit Otomatis Berbasis Web. Dalam tahap ini, analisis kebutuhan dimulai dengan melakukan identifikasi pengguna sistem kemudian dilakukan identifikasi kebutuhan fungsional serta non-fungsional pada sistem. Tahapan analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran awal bagaimana sistem akan dibangun saat implementasi.

  perancangan antarmuka. Selanjutnya dilakukan tahap implementasi sistem sesuai dengan analisis dan perancangan sistem. Setelah sistem selesai diimplementasi akan dilakukan pengujian unit (whitebox) dan blackbox untuk kebutuhan fungsional dan non-fungsional. Hasil pengujian kemudian dianalisis dan melanjutkan pada tahap menarik kesimpulan dari penelitian.

  relationship diagram, sequence diagram, class diagram , perancangan algoritma, dan

  kebutuhan, akan dilanjutkan dengan tahap perancangan dengan menggunakan enity

3. ANALISIS KEBUTUHAN

  Gambar 3. Sequence Diagram Konsultasi Dokter

  Gambar 4. Rancangan Antarmuka Konsultasi menjorok ke kiri.

  5.1. Implementasi Algoritma

  5. IMPLEMENTASI

  7 merupakan field untuk keluhan, kotak 8 untuk diagnosa, dan kotak 9 untuk penanganan serta kotak 10 merupakan tombol untuk menyimpan data rekam medis member. Kotak 7-10 hanya dapat digunakan oleh user berstatus dokter. Kotak 11 merupakan field untuk file pendukung kesehatan.

  Perancangan antarmuka dilakukan untuk memberikan gambaran dari tampilan sistem dengan bentuk kotak beserta nomor dan penjelasan dari nomor pada gambar rancangan. Gambar 4 merupakan perancangan antarmuka dari fungsi konsultasi. Pada Gambar 3 terdapat beberapa kotak sebagai tempat text, inputan, dan tombol. Kotak 1 dan 2 akan muncul ketika user yang menggunakan sistem berstatus dokter. Kotak 3 merupakan isi dari chat konsultasi yang telah dilakukan oleh member dan dokter, kotak 4 merupakan field untuk mengetik isi konsultasi dan kotak 6 merupakan tombol untuk mengirim isi konsultasi. Kotak 6 merupakan informasi dari dokter atau member. Kotak 7-9 merupakan field untuk mengisi rekam medis dari member yang sedang melakukan konsultasi. Kotak

  4.4. Perancangan Antarmuka

  Terdapat pula perancangan algoritma dari fungsi menghitung diagnose penyakit secara otomatis berdasarkan gejala-gejala yang dialami

  Dalam penelitian ini terdapat perancangan algoritma dalam bentuk pseudocode untuk menampilkan isi dari konsultasi antara dokter dengan member. Tampilan konsultasi akan dalam bentuk chatbox dimana jika isi konsultasi dari pengguna yang sedang aktif akan ditampilkan menjorok ke kanan sedangkan pesan dari lawan konsultasi akan ditampilkan

  Dalam penelitian ini terdapat 15 buah sequence diagram yang sesuai dengan jumlah kebutuhan fungsional yang telah didefinisikan.

  4.3. Perancangan Algoritma Perancangan algoritma merupakan rancangan dari kode program untuk diimplementasikan. Perancangan algoritma ini akan menggunakan pseudocode sebagai representasinya.

  GejalaPenyakitEntity, JenisPenyakitEntity, KonsultasiEntity, NotifEntity, UserEntity, RulePenyakitEntity, RekamMedisEntity, MemberEntity, dan FileKesehatanEntity merupakan kelas entitas.

  controller . Kelas DokterEntity, InfoEntity,

  Class Diagram yang digunakan pada penelitian ini berbasis CI (CodeIgniter) dimana untuk setiap controller meng-extend kelas CI_Controller dan setiap model meng-extend kelas CI_Model. Kelas-kelas yang dihasilkan dari proses perancangan dibagi menjadi kelas model, kelas controller dan kelas entity. Kelas M_dokter, M_konsultasi, M_member, M_user, dan M_Penyakit merupakan kelas dari model. Kelas C_admin, C_dokter, C_user, C_member, C_konsultasi, dan C_Penyakit merupakan kelas

  4.2. Class Diagram

  Gambar 3 merupakan sequence diagram untuk menjelaskan alur kerja dari kebutuhan konsultasi dokter.

  Implementasi algoritma pada penelitian ini menjelaskan mengenai implementasi algoritma dari perancangan algoritma yang telah dilakukan pada tahap perancangan. Pada tahap ini akan menjelaskan bagaimana implementasi dalam bentuk kode program.

  6. PENGUJIAN DAN ANALISIS

  6.1. Pengujian Whitebox (Unit)

  Pengujian whitebox dilakukan dengan menggunakan pengujian basis path (flowgraph). Pada pengujian ini akan dilakukan terhadap tiga fungsi dari sistem telehealth. Fungsi tersebut adalah hitungDiagnosa(), tampilKonsul(), cekIMT(), dan cekKebutuhanGizi().

  Dari hasil pengujian whitebox yang telah dilakukan didapatkan cyclomatic complexity yang paling tinggi dengan nilai 13 adalah fungsi hitungDiagnosa. Untuk fungsi lainnya yaitu cekIMT() memiliki nilai cyclomatic complexity 8, cekKebutuhanGizi() dengan nilai 3, dan fungsi tampilKonsul() dengan nilai 5. Dengan nilai kompleksitas yang tinggi dan lebih dari 10 dapat dikatakan bahwa fungsi hitungDiagnosa() cukup sulit untuk diimplementasikan.

  6.2. Pengujian Blackbox

  Pengujian blackbox dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji kebutuhan fungsional dan non-fungsional telah diimplementasikan

  Gambar 5. Implementasi Algoritma Fungsi sebelumnya.

  Konsultasi

  Tabel 2 merupakan hasil pengujian Gambar 5 merupakan potongan dari kode

  blackbox dari kebutuhan konsultasi dokter yang

  yang mengimplementasi algoritma fungsi telah diimplementasikan. konsultasi.

  Tabel 2. Pengujian Konsultasi Dokter

5.2. Implementasi Antarmuka Nama

  Konsultasi Dokter Kebutuhan

  Implementasi antarmuka yang dilakukan

  Member memasukkan isi konsul pada Kasus Uji

  pada penelitian ini akan mengimplementasikan

  input yang telah disediakan field

  rancangan tampilan yang telah dirancang pada Sistem menyimpan data konsultasi

  Hasil yang diharapkan dan menampilkan dalam chatbox perancangan antarmuka sebelumnya.

  Sistem berhasil menyimpan data

  Gambar 6 merupakan implementasi

  Hasil yang konsultasi dan menampilkan dalam diberikan

  antarmuka dari fungsi konsultasi. Fungsi

  chatbox

  konsultasi digunakan untuk berkonsultasi

  Status Valid dengan dokter yang ada di dalam sistem.

  Tabel 3 merupakan hasil pengujian dari kebutuhan non-fungsional performance yang telah diimplementasikan ke dalam sistem.

  Tabel 3. Pengujian Performance Nama

  Performance Kebutuhan

  Sistem memberikan waktu respon Hasil yang maksimal 1000 milisecond terutama diharapkan dalam fungsi konsultasi dan update pemberitahuan baru Sistem berhasil memberikan respon maksimal 1000 milisecond terutama

  Hasil yang Gambar 6. Implementasi Antarmuka Fungsi dalam fungsi konsultasi dan diberikan

  Konsultasi pemberitahuan baru. Hal ini dibuktikan pada Gambar 7

  Status Valid Gambar 7. Hasil Pengujian Performance

  Gambar 7 merupakan bukti dari pengujian yang dilakukan untuk kebutuhan non-fungsional

6.3. Analisis Pengujian

  Telehealth dengan Diagnosis Penyakit

  Science and Technology , 8, pp.378 –89.

  2014. Telehealth Remote Monitoring Systematic Review: Structured Self- monitoring of Blood Glucose and Impact on A1C. Journal of Diabetes

  on Computer-Based Medical Systems (CBMS), pp.1-6. Greenwood, D.A., Young, H.M. & Quinn, C.C.,

  based Telehealth System for Elderly People: An Interview Study in New Zealand . 24th International Symposium

  Dhillon, J.S., Ramos, C., Wunsche, B.C. & Lutteroth, C., 2011. Designing a Web-

  8. DAFTAR PUSTAKA

  berhasil diimplementasi dan telah diuji memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan dan memiliki tingkat keberhasilan 100%.

  security, compatibility, dan performance

  Otomatis yang menggunakan pengujian whitebox dan blackbox untuk pengujian kebutuhan fungsional sistem menghasilkan tingkat keberhasilan 100%. Pengujian kebutuhan non-fungsional sistem yaitu

  3. Hasil pengujian yang dilakukan pada Sistem

  performance .

  pengambilan keputusan yang diberikan kepada pengguna.

  Dempster Shafer untuk algoritma

  2. Dalam pengembangan Sistem Telehealth dengan Diagnosis Penyakit Otomatis menggunakan bahasa pemrograman Javascript dan PHP, framework CodeIgniter, dan Bootstrap. Bahasa pemrograman Javascript dan PHP digunakan untuk mengimplementasi kode serta framework CodeIgniter digunakan untuk memudahkan dalam tahap implementasi kode. Bootstrap digunakan agar tampilan dari sistem lebih bagus dan mudah dipahami. Dalam implementasi fungsi sistem diagnosis penyakit otomatis pada sistem telehealth yang dikembangkan menggunakan metode

  komunikasi antara pasien dan dokter dan penelitian-penelitian sejenis. Dalam analisa dan definisi kebutuhan pada sistem kebutuhan untuk menjembatani komunikasi tersebut haruslah paling utama ada di dalam sistem. Untuk analisis kebutuhan lainnya seperti diagnosis penyakit otomatis, cek IMT, dan cek kebutuan gizi dianggap dapat membantu penyelesaian masalah tidak dapat bertemunya pasien dan dokter dan semua analisis kebutuhan yang dilakukan telah divalidasi seorang dokter umum yang memberikan hasil valid dan mencukupi untuk sistem telehealth.

  telehealth dimana dapat menjembatani

  1. Analisis kebutuhan yang dilakukan dalam pengembangan Sistem Telehealth dengan Diagnosis Penyakit Otomatis ini menggunakan observasi dari pengertian

  Kesimpulan yang didapat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu:

  dilakukan menghasilkan tingkat keberhasilan sebesar 100% karena sesuai dengan parameter ukuran yang telah didefinisikan.

  security, compatibility, dan performance yang

  Pengujian blackbox yang dilakukan pada semua kebutuhan fungsional dan non-fungsional yang telah didefinisikan pada bab sebelumnya. Dalam pengujiannya terdapat pengujian lebih dari satu kali untuk kebutuhan fungsional memiliki jalur alternatif. Hasil yang diberikan sesuai dengan hasil yang diharapkan baik untuk fungsionalitas jalur utama ataupun yang memiliki jalur alternatif. Besar tingkat keberhasilan pada pengujian blackbox adalah 100%. Pengujian kebutuhan non-fungsional

  Dari perhitungan cyclomatic complexity dapat disimpulkan bahwa fungsi hitungDiagnosa merupakan fungsi yang memiliki kompleksitas paling tinggi dibanding fungsi lainnya dengan nilai 13. Dari pengujian unit yang dilakukan terhadap fungsi hitungDiagnosa, hitungIMT, hitungGizi, dan tampilKonsul semua jalur independen memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Besar tingkat keberhasilan pada pengujian whitebox adalah 100%.

7. KESIMPULAN

  Harsiti, Tedi, Purnamasari, M. & Dwiyatno, S., 2016. Rancang Bangun Aplikasi e- health Untuk Peningkatan Pelayanan

   [Accessed Kesehatan Pada Puskesmas Kibin.

  20 November 2017].

  Jurnal Sistem Informasi Vol. 3.

  Wulandari, D.A.N., 2015. Metode Dempster Haviluddin, 2011. Memahami Penggunaan

  Shafer Pada Sistem Pakar Untuk UML (Unified Modelling Languange).

  Mendiagnosa Penyakit Perut. Jurnal Jurnal Informatika Mulawarman , 6. Teknik Komputer AMIKBSI, 1(2), pp.235-44. Jatmiko, W. et al., 2015. Developing Smart

  Telehealth System in Indonesia : Progress and Challenge . ICACSIS,

  pp.29-36. Jorgensen, D.B., Hallenborg, K. & Demazeau,

  Y., 2016. Extending Agent Based

  Telehealth Platform with Activities of Daily Living Reasoning Capabilities .

  IEEE International Conference, pp.168- 76. Kementrian Kesehatan RI, 2016. Profil

  Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

  Lakenauth, G. & Tang, S., 2014. Benefits of

  Telehealth across Different Socio- Econonmic Comunities . IEEE Long

  Island System, Applications and Technology, pp.1-6. Rosa & Shalahuddin, M., 2013. Rekayasa

  Perangkat Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek. Bandung: Informatika Bandung.

  Salman, A.G., Prasetio, Y.L., Kanigoro, B. & Anggi, 2012. Aplikasi Reomendasi Pola Makan Berbasis iOS. ComTech, 3, pp.796-807.

  Situmeang, A.W., 2016. Kompasiana. [Online] Available at: http://www.kompasiana.com/andre458/ rendahnya-mutu-pelayanan-kesehatan- penduduk-di- indonesia_58502f050323bd8d24dddd2 a [Accessed 10 Maret 2017].

  Sudaryanto, A. & Purwanti, O.S., 2008.

  Telehealth Dalam Pelayanan Keperawatan. Seminar Nasional Informatika 2008.

  Suganya, M. & Jayanthy, S., 2016. Telehealth System For Home Environment .

  International Conference on Emerging Technological Trends (ICETT), pp.1-6. Universitas Brawijaya, 2011. Prasetya Online.

  [Online] Available at: