KEADILAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUKUM

  522

KEADILAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUKUM

  

Inge Dwisvimiar

  Universit as Sult an Ageng Tirt ayasa E-m ail:

  

Abst r act

The aut hor i n t hi s paper t r i es t o i nvest i gat e and descr i be t he per spect i ve of Just i ce in Legal St udi es.

  

Fai r ness i n Legal St udi es Phi l osophy at t ent ion t o al l aspect s of t er mi nol ogy r el at i ng t o j ust i ce and

l egal phi l osophy of science. Just i ce is t he i deal s and pur poses of t he l aw t hat r each f r om t he

phi l osophy of science per spect i ve of t he l aw by pr ovi di ng t hat j ust i ce i s r eal i zed t hr ough l aw. By

r eviewi ng t he opi nion of Pl at o and Ar ist ot le as t he f oundat ions of j ust i ce, Thomas Aquinas, who

cal l ed f or j ust i ce as wel l as John Rawl s pr opor t i onal equal i t y wit h j ust i ce f ai r ness t he t he basi c

val ues of j ust i ce ar e incl uded i n t he st udy of phil osophy of sci ence phi l osophy of l aw wi l l be

answer ed by t he legal science i t sel f . The j ust i ce i s not j ust t her e and r ead t he t ext of legi sl at i on but

al so t he l egal j ust i ce i n soci et y. Bot h Ar t i cl e 16 par agr aph (1) Law 4/ 2004 and Ar t i cl e 5 par agr aph

(1) Law 48/ 2009 st at es t hat j ust i ce shal l be uphel d i n spit e of no nor mat ive pr ovisi ons and how

t hej udge al one buat al so t o expl or e and under st and t he val ues and sense of j ust i ce t hat exi st s i n t he

communi t y. Key wor ds: j ust i ce, l egal st udies, phi l osophy of sci ence of l aw

  

Abst rak

  Penulis dalam t ulisan ini mencoba unt uk menyelidiki dan menggambarkan Keadilan dalam perspekt if Ilmu Hukum. Keadilan dalam Filsaf at Ilmu Hukum memperhat ikan semua aspek berkenaan dengan t erminologi keadilan dan f ilsaf at ilmu hukum. Keadilan merupakan cit a-cit a dan t uj uan hukum yang menj angkau wilayah f ilsaf at ilmu hukum dengan memberikan perspekt if bahwa keadilan diwuj udkan melalui hukum. Dengan mengkaj i pendapat dari Plat o dan Arist ot eles sebagai pelet ak dasar-dasar keadilan, Thomas Aquinas yang menyebut keadilan sebagai sesuat u kesamaan proporsional sert a John Rawls dengan keadilan f air ness maka nilai-nilai dasar keadilan yang masuk dalam kaj ian f ilsaf at ilmu hukum akan dij awab oleh f ilsaf at ilmu hukum it u sendiri. Adapun keadilan t idak saj a ada dan t erbaca dalam t eks perundang-undangan akan t et api ada j uga keadilan hukum dalam masyarakat . Baik pasal 16 ayat (1) UU 4/ 2004 dan pasal 5 ayat (1) UU 48/ 2009 menyat akan bahwa keadilan waj ib dit egakkan kendat ipun t idak ada dalam ket ent uan normat if sert a bagaimana hakim j uga dapat menggali dan memahami nilai-nilai dan rasa keadilan yang ada dalam masyarakat .

  Kat a kunci: keadilan, ilmu hukum, f ilsaf at ilmu hukum.

  

Pendahuluan kan keadaan yang sebenarnya. Kebij aksanaan

  Ukuran mengenai keadilan seringkali di- pemerint ah t idak mampu membawa hukum t af sirkan berbeda-beda. Keadilan it u sendiri menj adi “ panglima” dalam menent ukan keadil- pun berdimensi banyak, dalam berbagai bi- an, sebab hukum dikebiri oleh sekelompok dang, misalnya ekonomi, maupun hukum. De- orang yang mampu membelinya at au orang

  1 wasa ini, berbicara mengenai keadilan merupa- yang memiliki kekuasaan yang lebih t inggi.

  kan hal yang senant iasa dij adikan t opik ut ama Sebagai cont oh dapat diilust rasikan da- dalam set iap penyelesaian masalah yang ber- lam penerapan beberapa put usan pengadilan hubungan dengan penegakan hukum. Banyak- yang sering dianggap memat ikan rasa keadilan nya kasus hukum yang t idak t erselesaikan kare- na dit arik ke masalah polit ik. Kebenaran hukum 1 Muchsan, 1985, Hukum Tat a Pemer i nt ahan, Yogyakar t a:

  Pener bit Li bert y, hl m. 42. Bandi ngkan dengan M. Husni,

  dan keadilan dimanipulasi dengan cara yang

  “ Moral dan Keadil an Sebagai Landasan Penegakan Hukum

  sist emat ik sehingga peradilan t idak menemu-

  Yang Responsif ” , Jur nal Equal i t y Fakul t as Hukum Univer-

  Keadil an dal am Per spekt if Il mu Hukum 523

  masyarakat . Misalnya dalam put usan bebas yang dij at uhkan oleh maj elis hakim Pengadilan Negeri Jakart a Selat an beberapa wakt u lalu, t erhadap t erdakwa dalam kasus korupsi Bank Mandiri yang dit unt ut oleh Jaksa 20 t ahun pen- j ara, mengundang berbagai pro dan kont ra.

  an Fil saf at Hukum” , Aequi t as Jur i s, Jur nal Fakul t as Hukum Univer sit as Kat ol ik Wi dya Mandira Kupang, Fakul t as Hukum Uni versit as Kat ol ik Wi dya Mandira, Vol .

  Ukuran keadilan sebagaimana di singgung di at as sebenarnya menj angkau wilayah yang ideal at au berada dalam wilayah cit a, dikare- nakan berbicara masalah keadilan, berart i su- dah dalam wilayah makna yang masuk dalam 5 Erl yn Indart i , “ Demokrasi dan Kekerasan: Sebuah Tinj au-

  Keadilan sebagai bagian dari nilai sosial memiliki makna yang amat luas, bahkan pada suat u t it ik bisa bert ent angan dengan hukum sebagai salah sat u t at a nilai sosial. Suat u ke- j ahat an yang dilakukan adalah suat u kesa-la- han. Namun apabila hal t ersebut bukan me- rupakan keserakahan t idak bisa disebut menim- bulkan ket idakadilan. Sebaliknya suat u t indak- an yang bukan merupakan kej ahat an dapat menimbulkan ket idakadilan.

  pat uh t erhadap hukum ( l aw-abi di ng) dan f air. Karena t indakan memenuhi/ memat uhi hukum adalah adil, maka semua t indakan pembuat an hukum oleh legislat if sesuai dengan at uran yang ada adalah adil. Tuj uan pembuat an hukum ada- lah unt uk mencapai kemaj uan kebahagiaan ma- syarakat . Maka, semua t indakan yang cende- rung unt uk memproduksi dan mempert ahankan kebaha-giaan masyarakat adalah adil.

  l awf ul , l awl ess) dan orang yang t idak f air (un- f ai r ), maka orang yang adil adalah orang yang

  sebagai suat u sikap dan karakt er. Sikap dan karakt er yang membuat orang melakukan per- buat an dan berharap at as keadilan adalah ke- adilan, sedangkan sikap dan karakt er yang membuat orang bert indak dan berharap ket i- dakadilan adalah ket idakadilan. Secara umum dikat akan bahwa orang yang t idak adil adalah orang yang t idak pat uh t erhadap hukum (un-

  5 Keadilan, dalam lit erat ur sering diart ikan

  karena membicarakan keadilan, ket idakadilan, keraguan kit a berdiri pada wilayah yang labil, goyah at au cair ( mel ee). Oleh karena it ulah, keadilan (hukum) dianggap plural dan plast ik.

  aphor i st i c,

  rut nya, yang kemudian akan dibent urkan de- ngan ket idakadilan dan keraguan, akan mema- suki medan wilayah non sist emat ik, at au ant i sist emat ik, bahkan hampir bersif at

2 Berkait an dengan pengusut an pelanggaran HAM

  net / ar t i kel / 186-kebenar an-hukum–vs-keadi l an- masyar akat . ht ml , diakses pada t anggal 9 Okt ober 2010. 3 Lihat Syamsiar Jul i a, “ Pel anggaran HAM Dan Peranan Pol ri Dal am Penegakan Hukum di Indonesi a” , Jur nal Equ- al i t y Fakul t as Hukum Univer sit as Sumat era Ut ara, Vol . 11 (2) Agust us 2006, hl m. 115-122; Bandi ngkan dengan Todung Mul ya Lubi s, “ Menegakan Hak Asasi Manusia, Menggugat Diskr iminasi” , Jur nal Hukum dan Pembangun- an Fakul t as Hukum Universit as Indonesi a, Vol . 39 (1) Januar i-Maret 2009, hl m. 58-73 4 Ant hon F. Susant o, “ Ker aguan dan Ket idakadil an Hukum (Sebuah Pembacaan Dekonst rukt if )” , Jur nal Keadi l an

  2 M. Ami n, “ Kebenaran Hukum Vs Keadil an Masyarakat ” , t ersedi a di websi t e Pa - l ubukpakam.

  Bahkan Susant o membahas sesuat u yang t idak biasa dalam memaknai keadilan, yang t erkait dengan subst ansi yang ada di dalamnya. Keadilan akan dibent urkan dengan keraguan dan ket idakadilan, bahwa sesungguhnya keadil- an t idak akan berdaya t anpa ket idakadilan dan keraguan.

  Sepert i diket ahui ist ilah keadilan senan- t iasa dipert ent angkan dengan ist ilah ket idak- adilan. Dimana ada konsep keadilan maka di- sit u pun ada konsep ket idakadilan. Biasanya keduanya disandingkan dan dalam kont eks ka- j ian hukum ada banyak cont oh ket idakadilan yang merupakan ant it hese dari keadilan dalam bidang hukum misalnya di Indonesia, sepert i : ket idakadilan dalam kasus Poso, t erhadap rak- yat kecil, kasus Prit a, ket idakadilan pemberit a- an, ket idakadilan pembagian BLT, ket idakadil- an gender dalam masyarakat daerah, ket idak- adilan dalam pemecahan masalah hukum, dan sebagainya.

  dalam kasus BLBI, kepast ian hukum dan ke- adilan dalam kebij akan hukum yang diambil pemerint ah t elah menimbulkan ket idakadilan bagi sebagian t ersangka/ t erdakwa sert a masya- rakat luas, bahkan t ampak diskriminat if , dan kasus-kasus lainnya.

  masa lalu melalui penegakan supremasi hukum, keadilan pun menj adi bagian yang t idak t er- pisahkan dari penegakan HAM.

3 Cont oh lain

4 Membahas konsep keadilan, menu-

  524 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011

  t at aran f ilosof is yang perlu perenungan secara mendalam sampai hakikat yang paling dalam, bahkan Kelsen menekankan pada f ilsaf at hu- kum Plat o, bahwa keadilan didasarkan pada pe- nget ahuan perihal sesuat u yang baik

  6

  . Penge- t ahuan akan hal yang baik secara f undament al merupakan persoalan di luar dunia. Hal t er- sebut dapat diperoleh dengan kebij aksanaan.

  renungan bahwa t erminologi keadilan yang no- t abene ada dalam kaj ian f ilsaf at dapat kah di- j adikan sebagai bagian ut ama dalam pencapai- an t uj uan hukum, mengingat konsep keadilan yang bersif at abst rak sehingga diperlukan pe- mahaman dalam f ilsaf at ilmu hukum yang akan menj elaskan nilai dasar hukum secara f ilosof is sehingga dapat membangun hukum yang sebe- narnya.

7 Jelas bahwa keadilan masuk ke dalam ka-

  sus) hukum yang t erj adi di negara Indonesia

  yang kemudian dit uangkan dalam beberapa pu- t usan hakim

  8

  sehingga membawa pada sat u pe- 6 W. Friedmann, 1990, Teor i dan Fi l saf at Hukum, Jakar t a: PT. Raj awal i Press, hl m. 118. 7 Fil saf at , dal am sat u pengert i annya diart ikan sebagai suat u kebij aksanaan yang rasional dar i segal a sesuat u,

  Keadilan menj adi bagian yang t idak t er- pisahkan dari t uj uan hukum it u sendiri, di sam- ping kepast ian hukum dan kemanf aat an. Mensi- kapi adanya beberapa permasalahan ( baca: ka-

  j ian ilmu-ilmu f ilsaf at . Banyak f ilsaf at yang mengharapkan inspirasi bagi penget ahuan ke- adilan. Kesemua it u t ermasuk f ilsaf at -f ilsaf at yang sangat berbeda dalam ruang dan wakt u. Keadilan merupakan salah sat u cont oh mat eri at au f orma yang menj adi obj ek f ilsaf at . Dalam kaj ian f ilsaf at , keadilan t elah menj adi pokok pembicaraan serius sej ak awal munculnya f il- saf at Yunani. Pembicaraan keadilan memiliki cakupan yang luas, mulai dari yang bersif at et ik, f ilosof is, hukum, sampai pada keadilan sosial. Banyak orang yang berpikir bahwa bert indak adil dan t idak adil t ergant ung pada kekuat an dan kekuat an yang dimiliki, unt uk menj adi adil cukup t erlihat mudah, namun t ent u saj a t idak begit u halnya penerapannya dalam kehidupan manusia.

  Diskursus mengenai keadilan t erj adi di semua belahan dunia, t idak t erkecuali di Indo- nesia. Sepert i yang diuraikan di muka, t erj adi- nya gej olak sosial yang ada di Indonesia diduga disebabkan oleh belum t ercipt anya keadilan se- pert i yang diharapkan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Mengingat hal-hal yang t e- lah diuraikan di at as, di samping it u, hadirnya keadilan semakin dibut uhkan dengan semakin meningkat nya j umlah manusia yang diiringi de- ngan meningkat nya kebut uhan hidup dan me- ningkat nya kompleksit as permasalahan yang dihadapi. Dalam rangka menj elaskan komplek- sit as t ersebut , maka t ulisan ini dimaksudkan unt uk menelaah t ent ang Aspek Keadilan dalam Perspekt if Ilmu Hukum.

  Pembahasan Filsafat Ilmu Hukum dan Tuj uan Hukum

  Unt uk menget ahui kerangka keseluruhan f ilsaf at perlu diket ahui t erlebih dahulu apa yang dimaksud dengan f ilsaf at it u. “ Filsaf at ” berasal dari kat a Yunani f i l osof ie. Kat a f ilsaf at ini t erdiri dari kat a f i l o yang art inya cint a at au ingin, sedangkan sof i e berart i kebij aksanaan. Filsaf at art inya cint a akan kebij aksanaan, yakni kebij aksanaan hidup berart i, bahwa apa yang dif ikirkan dalam f ilsaf at adalah hidup sebagai keseluruhan pengalaman dan pengert ian.

  9 Dari

  beberapa cabang f ilsaf at ilmu, pembicaraan mengenai keadilan merupakan masalah-masa-

  keadil an Tuhan, M. Fauzan, “ Pesan Keadil an Di Bal ik Teks Hukum yang Terl upakan” , Var i a Per adi l an, Vol .

  XXVI ( 29) Okt ober 2010, hl m. 30. 9 Dengan kat a l ain: obj ek f il saf at bersif at univer sal , mencakup segal a-gal anya yang dit emui manusia. Maka dar i it u memikirkan sesuat u hal secar a f il saf at i i al ah mencar i ar t i yang sebenarnya dar i hal it u dengan memandangnya dal am cakrawal a yang pal i ng l uas, yakni

  di samping diart ikan sebagai suat u sikap dan pandangan, sert a suat u proses kri t i s dan sist emat i s dari segal a penget ahuan manusi a. Lihat Maryant o, “ Ref l eksi dan Rel evansi Pemikir an Fil saf at Hukum Bagi Pengembangan Il mu Hukum” , Jur nal Hukum, Fakul t as Hukum Univer sit as Isl am Sul t an Agung Semarang, Vol . 13 (1) t ahun 2003, hl m. 52-54 8 Sej at inya haki m adal ah “ wakil Tuhan” yang bert ugas unt uk menyampaikan kebenar an dan keadil an, maka set i ap put usan haki m w aj i b mencant umkan “ Demi Keadil an Berdasarkan Ket uhanan Yang Maha Esa” . Adanya haki m sebagai “ w akil Tuhan” dil at arbel akangi secara hi st ori s, dal am t eori hukum dan negar a, suara Tuhan t ersebut dal am kont eks renungan kef il saf at an t ent ang kedaul at an negara at au raj a, mel ahirkan f il saf at kedaul at an Tuhan, dan ket ika dikait kan dengan

  Keadil an dal am Per spekt if Il mu Hukum 525

  j elasan di at as, maka j elaslah pembedaan pe- makaian f ilsaf at ilmu hukum maupun f ilsaf at hukum t erlet ak hanya pada t at aran ist ilah saj a, t anpa maksud memilah dan membedakannya secara pokok krusial, yang sebenarnya kedua- nya mempelaj ari f ilsaf at yang mempunyai ob- j ek hukum.

  10

  , mengingat j uga salah sat u t uj uan hukum adalah keadilan dan ini merupakan salah sat u t uj uan hukum yang paling banyak dibicarakan sepan- j ang perj alanan sej arah f ilsaf at ilmu hukum.

  Filsaf at ilmu hukum, ada pula yang me- nyebut nya dengan ist ilah f ilsaf at hukum, se- sungguhnya merupakan sub dari cabang f ilsaf at manusia, yang disebut et ika at au f ilsaf at ma- nusia. Oleh karena f ilsaf at ilmu hukum maupun f ilsaf at hukum adalah ilmu yang mempelaj ari hukum secara f ilosof is maka obj eknya adalah hukum. Mengenai pembedaaan ilmu hukum maupun hukum, Curzon menyebut nya bahwa ilmu hukum mencakup dan membicarakan sega- la hal yang berhubungan dengan hukum. Demi- kian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang unt uk mengat akan, bahwa “ bat as-bat as- nya t idak bisa dit ent ukan” .

11 Sat j ipt o Rahardj o selanj ut nya menam-

  bahkan, sebagaimana halnya dengan set iap ca- bang ilmu, maka ilmu hukum ini j uga mempu- nyai obj eknya sendiri, yait u hukum. Sepert i di- uraikan sebelumnya, bet apa ilmu hukum it u mencakup bidang yang luas sekali. Sif at ini me- rupakan akibat dari beban yang dipikulnya, yai- t u memaparkan di hadapan kit a f enomena hu- kum dalam hakikat nya, sif at -sif at nya, f ungsinya dalam masyarakat sehingga oleh karena it ulah bisa dimengert i, mengapa ia mengandung piki- ran dan penj elasan yang cukup beragam, baik yang f alsaf at i, t eknik maupun sosiologis.

  dapat nya bahwa f ilsaf at hukum it u memper- soalkan pert anyaan-pert anyaan yang bersif at dasar dari hukum. Pert anyaan-pert anyaan t en- t ang hakikat hukum, t ent ang dasar-dasar bagi kekuat an mengikat dari hukum, merupakan cont oh-cont oh pert anyaan yang mendasar it u. Gust av Radbruch merumuskannya dengan se- derhana yait u bahwa f ilsaf at hukum it u adalah cabang f ilsaf at yang mempelaj ari hukum yang benar, sedangkan Langemeyer mengat akannya pembahasan secara f ilosof is t ent ang hukum.

  14 Sat j ipt o Rahardj o mengemukakan pen-

  Adapun, dilihat dari pengert iannya, f ilsa- f at Ilmu Hukum yang t elah berkembang semen- j ak masa Yunani, didef inisikan oleh banyak pe- mikir dengan berbagai rumusan, yang pada dasarnya menyat akan bahwa f ilsaf at ilmu hu- kum mempersoalkan hakikat hukum it u sendiri. Menurut Sudj it o, f ilsaf at ilmu hukum adalah inst it usi pencarian j awaban at as persoalan-per- soalan yang dihadapi manusia, mulai dari per- soalan ket uhanan, alam semest a, sampai kepa- da persoalan manusia it u sendiri.

  lah yang dibahas oleh f ilsaf at ilmu hukum

  dingan dari sist em-sist em hukum yang sudah maj u. Para penulis Prancis mengart ikannya se- bagai kecenderungan dari put usan yang diambil oleh pengadilan-pengadilan. Dibeberapa negara lain, t erut ama Amerika Serikat , kat a it u dipa- kai sinonim dari hukum it u sendiri.

  13 Dari pen-

12 Di dalam kepust akaan hukum, ilmu hu-

  banyak penggunaan yang bergant i an menurut par a pakar, Sudj it o, 2010, Mat er i al Teachi ng Fi l saf at Il mu Hukum, Yogyakart a: FH UGM Yogyakart a. 11 Sat j i pt o Rahar dj o, 2000,

  yang berasal dari kat a j us, j ur i s, yang art inya adalah hukum at au hak; pr udensi berart i me- lihat ke depan at au mempunyai keahlian. Art i yang umum dari j ur i spr udence ini adalah ilmu yang mempelaj ari hukum. Tet api orang j uga mengenal t iga art inya yang lain. Para penulis Inggris memakainya dalam anat omi perban- 10 Ist il ah Fil saf at Il mu Hukum dan Fil saf at Hukum, ada

  j ur i spr udence,

  Rumusan lain dari Ut recht menget engah- kan sebagai berikut : Filsaf at hukum memberi j awaban at as pert anyaan-pert anyaan sepert i apakah hukum it u sebenarnya (persoalan adanya dan t uj uan hukum) Apakah sebabnya ma- ka kit a menaat i hukum? (persoalan be- lakunya hukum) Apakah keadilan yang

  13 Ibi d, hl m. 9

  kum ini dikenal dengan nama,

  Il mu Hukum, Bandung: Pener bit PT. Cit ra Adit ya Bakt i, hl m. 3

  526 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011

  menj adi ukuran unt uk baik buruknya hu- ngan cara memet akan dua arus ut ama pemi-

  15 kum it u (persoalan keadilan hukum).

  kiran keadilan di at as. Baik St amler maupun Kelsen menit ikbe-

  Keadilan menurut Plato, Arist ot eles dan

  rat kan keadilan sebagai t uj uan hukum. Demi-

  Thomas Aquinas

  kian pula Radbruch yait u keadilan sebagai t uj u- Persoalan keadilan menj adi hal yang ut a- an umum dapat diberikan arah yang berbeda- ma dalam pemikiran Hukum Kodrat pada masa beda unt uk mencapai keadilan sebagai t uj uan Yunani Kuno, dengan pelet ak hukum kodrat dari hukum. Oleh karena f ungsi hukum adalah

  18 Arist ot eles. Hal ini dikarenakan pada saat it u,

  memelihara kepent ingan umum dalam masya- sudah t erdapat gagasan umum t ent ang apa rakat , menj aga hak-hak manusia, dan mewu- yang adil menurut kodrat nya dan apa yang adil j udkan keadilan dalam hidup bersama. Ket iga it u harus sesuai at au menurut keberlakuan t uj uan t ersebut t idak saling bert ent angan, t e-

  19

  hukumnya , selanj ut nya menurut Sumaryono t api merupakan pengisian suat u konsep dasar, mengemukakan yait u manusia harus hidup dalam suat u masya-

  “ Dalil “ hidup manusia harus sesuai de- rakat dan masyarakat it u harus diat ur oleh ngan alam” merupakan pemikiran yang di pemerint ah dengan baik berdasarkan hukum. t erima saat it u, dan oleh sebab it u, da- lam pandangan manusia, seluruh pemikir- an manusia harus didasarkan pada ko-

  Teori Keadilan menurut Plato, Arist ot eles,

  drat nya t adi, sehingga manusia dapat

  Thomas Aquinas dan John Rawls

  memandang t ent ang hal yang ‘ benar’ dan Masalah hubungan ant ara keadilan dan

  ‘ keliru’ . Unt uk melaksanakan peran ko- hukum posit if j adi pusat perhat ian para ahli f i- drat i manusia t adi, set iap manusia seha- kir Yunani, sama halnya dengan pemikiran t en- rusnya mendasarkan t indakannya sesuai

  16

  dengan gagasan keadilan, sehingga ma- t ang hukum pada saat t ersebut . Di bawah ini nusia dapat memahami dan melakukan akan diuraikan beberapa pemikiran dalam kon- hal-hal yang bert ent angan dengan alam t eks keadilan dalam hukum yang penulis pilih

  20 t empat manusia hidup” .

  dalam pembahasan makalah ini yait u t eori Pla- t o, Arist ot eles, Thomas Aquinas dan John Merosot nya demokrasi At hena, dalam pe- Rawls. Plat o dan Arist ot eles dipilih mewakili rang Peloponesus dan sesudahnya, menj adi ba- dari pemikiran masa klasik yang melet akkan han perenungan t ent ang keadilan yang mendo-

  17

  dasar bagi keadilan, Thomas Aquinas menj e- minasi f ilsaf at hukum Plat o dan Arist ot eles. Ke- laskan bert olak dari ide-ide dasar f ilsaf at Aris- duanya mencurahkan sebagian besar dari karya t ot eles, sedangkan John Rawls mewakili dari pemikiran masa modern yang menegaskan de- 18 Ari st ot el es, mur id Pl at o, pada dasarnya mengikut i pemi- 15

  kiran Pl at o ket ika Ar ist ot el es memul ai memer soal kan t ent ang keadil an dan kait annya dengan hukum posit if . Inil ah pert anyaan-pert anyaan yang sebet ul nya j uga Namun yang membedakan di ant ara mereka, bahw a Pl at o dij awab ol eh il mu hukum. Akan t et api, bagi banyak dal am mendekat i probl em keadil an dengan sudut orang j awaban il mu hukum t i dak memuaskan. Fil saf at pandang yang bersumber dar i inspirasi , sement ara hukum hendak mel ihat hukum sebagai kai dah dal am art i Ari st ot el es mendekat i dengan sudut pandang yang kat a et hi sch war deoor deel . Fil saf at hukum ber usaha rasional . Yang menghubungkan keduanya adal ah, bahwa membuat ‘ duni a et i s yang menj adi l at ar bel akang yang keduanya sama-sama berupaya membangun konsep t en- 16 t idak dapat dir aba pancainder a’ dar i hukum. t ang nil ai keut amaan ( concept of vi r t ue), yang bert uj uan 17 W. Fr iedmann, op. ci t , hl m 6. unt uk mengar ahkan manusi a kepada suat u kecondongan, Thomas Aquinas (1225-1275) adal ah seorang rohaniwan yang pada dasar nya t el ah menj adi probl em ut ama dal am Gerej a Kat ol ik yang l ahir di It al ia, seorang dokt or f il saf at pemikir an Hukum Kodrat masa it u, t ent ang arah yang dan Teol ogi. Dal am membahas art i hukumThomas mul ai baik at au ar ah yang buruk, berdasarkan nil ai Keadil an membedakan ant ar a hukum-hukum yang ber asal dari at au t i adanya Keadil an. wahyu dan hukum-hukum yang dij angkau ol eh akal budi 19

it u sendiri . Hukum yang didapat i dari w ahyu disebut Made Subawa, “ Pemikir an Fil saf at Hukum Dal am

  

‘ hukum il ahi posit i f ( i us di vi num posi t i vum). Hukum yang Membent uk Hukum” , Sar at hi : Kaj i an Teor i Dan Masal ah

diket ahui berdasarkan kegi at an akal budi ada beberapa Sosi al Pol i t i k, Asosiasi Il mu Pol it ik Indonesia Denpasar,

macam. Pert ama-t ama t er dapat ‘ hukum al am’ ( i us nat u- Vol . 14 (3), 2007, hl m. 244-245 20

r al e), kemudian j uga ‘ hukum bangsa-bangsa’ (i us gen- Et i ka dan Hukum: Rel evansi Teor i

  E. Sumaryono, 2002,

t i um), akhirnya ‘ hukum posit if manusi awi’ (i us posi t i vum Hukum Kodr at Thomas Aqui nas, Yogyakart a: Pener bit

  Keadil an dal am Per spekt if Il mu Hukum 527

  Thomas Aquinas, yang dikenal sebagai penerus t radisi f ilsaf at ala Arist ot eles, sampai t ingkat t ert ent u meneruskan garis pemikiran Arist ot eles dan j uga kaum St oa

  yang di ci pt akan Tuhan sesuai dengan hakikat nya dan akal budi t er dapat pada manusi a, maka hal per t ama yang di mil iki secara barusan ol eh manusia dan Tuhan adal ah akal budi. 24 Hukum abadi adal ah kebij akan at au rencana abadi Tuhan berkait an dengan pencari an al am semest a at au dunia dengan segal a isinya. Hukum kodrat adal ah perwuj udan kebij aksanaan at au rencana abadi t adi dal am kodrat manusia. Hukum manusi a adal ah ket ent uan t er t ent u dari akal budi manusi a demi kepent ingan ber sama yang di buat ol eh orang yang pedul i t erhadap komunit as dan di berl akukan secar a mer at a bagi semua orang. Sel anj ut nya hukum i ni harus memenuhi syarat f or mal dan mat eri al t ert ent u. Secara f ormal hukum manusia harus adil dan di maksudkan unt uk kesej aht er aan manusia. Secar a mat eri il : pert ama, hukum manusi a sah kal au begit u saj a mengungkapkan hukum kodr at ; kedua, hukum manusi a sah kal au merupakan kesi mpul an l ogis dar i hukum kodr at ; ket iga, hukum manusi a sah kal au member i ket erangan dal am hal yang memang harus di at ur, t et api dar i segi hukum kodrat masih t et ap t er buka

  sert a memberikan pandangan- nya mengenai masalah keadilan it u. Keut ama- an yang disebut keadilan menurut Thomas Aqu- inas menent ukan bagaimana hubungan orang dengan orang yang selain dalam hal i ust um, yakni mengenai apa yang sepat ut nya bagi orang lain menurut sesuat u kesamaan proporsional ( al i quod opus adaequat um al t er i secundum al i - quem aequal i t at i s modum). 23 Menurut Kaum St oa: manusi a adal ah makhl uk rasional

  24

  ( l ex humana)

  t ur al i s), dan hukum manusia dan hukum posit if

  . Thomas membedakan 3 (t iga) macam hukum yait u hu- kum abadi ( l ex act ena), hukum kodrat (l ex na-

  23

  Kont ribusi t erbesar keempat dari Arist o- t eles adalah pembedaannya t erhadap keadilan abst rak dan kepat ut an. Hukum harus menyama- rat akan dan banyak memerlukan kekerasan da- lam penerapannya t erhadap masalah individu. Kepat ut an mengurangi dan menguj i kekerasan t ersebut , dengan mempert imbangkan hak yang bersif at individual. Semua pembahasan masa- lah mengenai kepat ut an, ket epat an int erpre- t asi t erhadap undang-undang at au preseden, bermula dari pernyat aan t erhadap masalah yang f undament al.

  mereka unt uk memberi def inisi yang konkrit mengenai keadilan dan hubungan ant ara ke- adilan dan hukum posit if . Plat o berusaha unt uk mendapat kan konsepnya mengenai keadilan dari ilham; sement ara Arist ot eles mengem- bangkannya dari analisa ilmiah at as prinsip- prinsip rasional dengan lat ar belakang model- model masyarakat polit ik dan undang-undang yang t elah ada

  t et apkan sebagai hukum, apakah adil at au t i- dak; keadilan yang kedua mendapat kekuasaan- nya dari apa yang menj adi sif at dasar manusia, yang t idak dibat asi oleh ruang dan wakt u.

  keadil an di st r ibut if dan keadil an korekt if . Yang pert ama berl aku dal am hukum publ ik, yang kedua dal am hukum perdat a dan pi dana. Keadil an di st ri but if dan korekt if sama-sama rent an t er hadap probl ema kesamaan at au keset ar aan dan hanya bisa dipahami dal am kerangkanya. Dal am wil ayah keadil an dist r ibut i f , hal yang pent i ng ial ah bahwa i mbal an yang sama r at a di berikan at as pencapaian yang sama rat a. Pada yang kedua, yang menj adi per soal an i al ah bahw a ket i dakset ar aan yang di sebabkan ol eh, misal nya, pel anggar an kesepakat an,

  Kont ribusi ket iga dari Arist ot eles adalah pembedaan ant ara keadilan menurut hukum dan keadilan menurut alam, at au ant ara hukum posit if dengan hukum alam. Keadilan yang per- t ama mendapat kekuasaannya dari apa yang di- 21 Ibi d, hl m 7. 22 Ibi d, hl m. 10, di a membedakan keadil an menj adi j enis

  rupakan ukuran t eknis dari prinsip-prinsip yang mengat ur penerapan hukum. Dalam mengat ur hubungan-hubungan hukum harus dit emukan suat u st andar yang umum unt uk memperbaiki set iap akibat dari set iap t indakan, t anpa mem- perhat ikan pelakunya, dan t uj uan dari perila- ku-perilaku dan obj ek-obj ek t ersebut harus diukur melalui suat u ukuran yang obj ekt if .

  l i t y bef or e t he l aw).

  Keadilan “ dist ribut if ” dengan keadilan “ korekt if ” at au “ remedial” yang merupa- kan dasar bagi semua pembahasan t eo- rit is t erhadap pokok persoalan. Keadilan dist ribut if mengacu kepada pembagian barang dan j asa kepada set iap orang se- suai dengan kedudukannya dalam masya- rakat ; dan perlakuan yang sama t erhadap kesederaj at an di hadapan hukum ( equa-

  Dokt rin-dokt rin Arist ot eles t idak hanya melet akkan dasar-dasar bagi t eori hukum, t et api j uga kepada f ilsaf at barat pada umum- nya. Kont ribusi Arist ot eles bagi f ilsaf at hukum adalah f ormulasinya t erhadap masalah keadil- an, yang membedakan ant ara :

  21 .

22 Keadilan j enis kedua pada dasarnya me-

  528 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011

  sit e f il e: / / l ocal host / D: / Fil saf at Manusia,

  Sej ak wakt u it u maka masalah hubungan ant ara keadilan dan hukum posit if menguasai alam pikiran bangsa Yunani, dan pada hakekat nya semua pikiran-pikiran t ent ang hukum. Dalam hubungannya dengan f ilsaf at ilmu hukum, ke- adilan diwuj udkan melalui hukum sehingga da- pat disimpulkan bahwa hukum yang mewuj ud- kan keadilan it u mut lak perlu dalam kehidupan bersama manusia. Tanpa hukum kehidupan ma- nusia menj adi kacau dan akan kehilangan ke- mungkinan unt uk berkembang secara manu- siawi.

  27 .

  Hubungan ant ara keadilan dan hukum po- sit if baru mulai abad 8 yang dilat arbelakangi oleh adanya kekacauan dalam masyarakat , t i- dak puasnya rakyat dengan pemerint ahan aris- t okrasi dan penyalahgunaan dari kekuasaan

  Keadilan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hu- kum

  26 .

  Bagaimanapun, def inisi Arist ot eles j elas- j elas mengasumsikan penilaian t ent ang apa yang layak menj adi milik seseorang dan apa yang berkait an dengannya. Sekarang kekua- saan semacam it u, kerap kali dit urunkan dari inst it usi-inst it usi sosial dan ekspet asi yang salah. Tidak ada alasan unt uk berpikir bahwa Arist ot eles t idak akan set uj u dengan hal ini, ia t ent u punya konsep keadilan sosial unt uk me- nilai klaim-klaim t ersebut . Def inisi yang Rawls aj ukan secara langsung dirancang unt uk kasus yang paling pent ing, yakni keadilan st rukt ur dasar. Tidak ada konf lik dengan pandangan t ra- disional

  prinsip ket idakset araan dapat dij alankan dengan kat a lain ket idakset araan secara ekonomi akan valid j ika t idak merampas hak dasar manusia. ”

  ada pelanggaran HAM) dan meningkat kan ekspekt asi mereka yang kurang berun- t ung. Dalam prinsip Rawls ini dit ekankan harus ada pemenuhan hak dasar sehingga 25 Wibowo, “ Teori Keadil an John Rawl s” , t er sedi a di web-

  Keadilan menurut John Rawls

  basi c r i ght t idak ada yang dicabut (t idak

  kannya “ Harus diat ur dalam t at aran leksikal, yai- t u di f f er ent pr i nci ples bekerj a j ika prin- sip pert ama bekerj a at au dengan kat a lain prinsip perbedaan akan bekerj a j ika

  Equal Ri ght dan Economi c Equal it y. Dalam Equal Ri ght dikat a-

  yait u melihat t ent ang

  25

  Keadilan sebagai f air ness dimulai dengan salah sat u pilihan yang paling umum yang bisa dibuat orang bersama-sama, yakni dengan pili- han prinsip pert ama dari konsepsi keadilan yang mengat ur krit ik lebih lanj ut sert a ref or- masi inst it usi. Teori Rawls didasarkan at as dua prinsip

  John Rawls memunculkan suat u ide da- lam bukunya A Theor y of Just i ce at au t eori ke- adilan yang bert uj uan agar dapat menj adi alt ernat if bagi dokt rin-dokt rin yang mendomi- nasi t radisi f ilsaf at t erdahulunya, dengan cara menyaj ikan konsep keadilan yang mengenerali- sasikan dan mengangkat t eori kont rak sosial yang diungkap oleh, kat akanlah, Locke, Rousse- au dan Kant ke t ingkat yang lebih t inggi. Oleh Rawls cara pandang keadilan ini disebut ke- adilan sebagai f air ness.

  Pada Abad Modern salah seorang yang di anggap memiliki peran pent ing dalam mengem- bangkan konsep keadilan adalah John Borden Rawls. Rawls, berpendapat bahwa keadilan ha- nya dapat dit egakkan apabila negara melaksa- nakan asas keadilan, berupa set iap orang hen- daknya memiliki hak yang sama unt uk menda- pat kan kebebasan dasar ( basi c l i ber t i es); dan perbedaan sosial dan ekonomi hendaknya dist ur sedemikian rupa sehingga memberi manf aat yang besar bagi mereka yang berkedudukan pa- ling t idak berunt ung, dan bert alian dengan j a- bat an sert a kedudukan yang t erbuka bagi se- mua orang berdasarkan persamaan kesempat an yang layak.

  28 26 Ibi d, hl m. 11-12. 27 Masal ah keadil an menguasai syair-syair Hesi od dan Sol on, pembuat undang-undang At i ca yang t ersohor. Kedua- duanya mi nt a pert ol ongan dari Di ke put r id Zeus sebagai penj amin keadil an t er hadap t irani duni a, pel ang-garan hak-hak dan t i dak adanya keadil an sosi al . Sol on menggambarkan Dike, sebagai seor ang dewi yang meng- hukum kekacauan dan t i dak keadil an dengan” kej ahat an- kej ahat an sosial ” ( soci al evi l ) sedang masyarakat yang adil dianugr ahi dengan perdamai an dan kemakmur an. 28 Sewu, P. Li ndawat y S, “ Kegunaan Fil saf at Hukum Dal am

  Keadil an dal am Per spekt if Il mu Hukum 529

  cit a-cit a polit ik dalam ist ilah-ist ilah keadilan dan ket ert iban hukum. Sebagaimana dikat akan oleh Radbruch :

  ce), yang dimuat dalam t eori t uj uan hukum

  Memaknai keadilan memang selalu ber- awal dari keadilan sebagaimana j uga t uj uan hukum yang lain yait u kepast ian hukum dan kemanf aat an. Keadilan memang t idak secara t ersurat t ert ulis dalam t eks t ersebut t et api pembuat undang-undang t elah memandang da- lam pembuat an produk perundang-undangan- nya didasarkan pada keadilan yang merupakan bagian dari t uj uan hukum it u sendiri, sepert i ada dalam t eori et is bahwa t uj uan hukum se- mat a-mat a unt uk mewuj udkan keadilan ( j ust i -

  didasarkan pada hukum yang t ert ulis dan ada dalam t eks perundang-undangan.

  ce). Keadilan berdasarkan perundang-undangan

  keadilan di at as j elaslah bahwa unt uk dapat melihat adanya gambaran keadilan t erdapat ukuran t ersendiri yang dapat mengukurnya. Bersandar pada gambaran it ulah maka penulis mengambil kesimpulan bahwa keadilan dalam hukum t erbagi pada 2 (dua) hal yakni keadilan menurut perundang-undangan ( l egal j ust i ce) at au keadilan dalam prakt ek ( pr act i cal j ust i -

  32 Melihat dari uraian mengenai t erminologi

  war en vor der Recht sphol osophi e vor be- r eit et oder begl ei t et . Am anf ang st and di e Recht sphi l osophi e, am Ende di e Re- vol ut ion” . Al l gr eat pol i t i cal changes we- r e pr epar ed or accompanied by l egal phi - l osophy. In t he begi nning t her e was legal phi l osophy; at t he end, t her e was r e- vol ut ion” .

  “ Al l e gr ossen pol i t i schen Wandl ungen

  31 Tugas f ilsaf at hukum adalah memf ormulir

  Friedmann

  sebut . Maka dengan melihat pada pendapat Hans Kelsen yang mewakili kaum Posit ivisme Hukum, bahwa makna keadilan adalah keadilan yang diberlakukan dan j ika dit elusuri lebih j auh t erlihat bahwa pencarian keadilan diluar t at a- nan adalah (seolah) t idak mungkin, art inya pencarian keadilan di luar t at anan t elah dihen- t ikan.

  Wacana Par amar t a: Jur nal Il mu Hukum, Fakul t as Hukum Uni versit as Langl angbuana, Vol . 5 (1), 2006, hl m. 25-38 29 W. Fr iedmann, op. ci t , hl m. 5. 30 Karya-kar ya Homer us adal ah hasil pert ama peradaban Hel l enis yang menonj ol . Segal a hal mengenai Homerus sebet ul nya ber si f at dugaan, namun opini yang t erkuat menunj ukkan bahwa Homerus sesungguhnya adal ah sej uml ah penyair dan bukan hanya sat u orang. Penul is modern dal am il mu ant ropol ogi sampai pada kesi mpul an bahw a Homerus adal ah seorang j uru sensor yang samasekal i j auh dari cir i pri mi t ive, sej eni s ahl i t af sir abad ke-18 yang merasional isir mit os-mit os kuno, yang menj unj ung cit a-cit a kel as at as unt uk mencapai

  Susant o mencoba menganalisis apabila mencoba memf okuskan pada kaj ian-kaj ian pa- da pandangan-pandangan di at as maka keadilan t idak dapat dit emukan di luar sebuah t at anan yang t ert ib dan t erat ur, ent ah t at anan hukum, t at anan moral at au t at anan it u adalah t at anan rasio dan keadilan eksis di dalam t at anan t er-

  bahwa hukum merupakan pusat kaj ian dan merupakan sesuat u yang past i dan t et ap. Keadilan masih ident ik dengan perint ah dan kewenangan. Ke- sadaran akan adanya pert ent angan ant ara hu- kum posit if dan keadilan menj adi lebih menon- j ol sej ak abad kedelapan. Keadaan it u t imbul karena adanya rasa t idak aman dalam masya- rakat , rasa t idak puas t erhadap sist em peme- rint ahan arist okrasi dan banyaknya penyalah- gunaan kekuasaan. Pada masa it u memang per- t ent angan ant ara keadilan versus ket idakadilan t erj adi. Adanya hal-hal t ersebut di at as men- j adi pusat perhat ian para ahli f ikir Yunani, sama halnya dengan pemikiran t ent ang hukum sej ak saat t ersebut bahkan sampai sekarang.

  30

  Dikat akan dalam karya Homerus

  mengat akan, para ahli f ikir Romawi t elah melet akkan dasar-dasar ilmu hu- kum analisis modern, sekalipun sumbangan me- reka t erhadap f ilsaf at hukum t idak banyak. Da- ri mulai Cicero sampai Plat o dan Arist ot eles, mulai dari t ulisan mengenai hukum kont rak at aupun menuj u pada pemikiran-pemikiran yang mendalam t ent ang f ungsi dan problema- problema hukum di dalam masyarakat . Keka- cauan-kekacauan sosial, konf lik-konf lik int ern, sering t erj adinya pergant ian pemerint ahan, ba- nyaknya kezaliman dan kesewenang-wenangan, merupakan dorongan ekt ern unt uk merenung- kan hubungan ant ara keadilan t ert inggi dengan hukum posit if .

  29

  klasik sedangkan dalam t eori priorit as modern 31 Ant hon F. Susant o, l oc. ci t , hl m. 33

  530 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011

  baku yang ada dalam t eori modern yait u t uj uan hukum mencakupi keadilan, kemanf aat an dan kepast ian hukum.

  Berkenaan dengan adanya t uj uan hukum t ersebut , di samping keadilan menj adi salah sat u dari dibuat nya t eks hukum maka t uj uan hukum pun menj adi dasar yang menj adi acuan bagi seorang hakim dalam menet apkan put us- annya. Hakim secara f ormal melet akkan dasar pert imbangan hukumnya berdasarkan t eks un- dang-undang ( l egal f or mal ) dan keadilan men- j adi harapan dari put usan t ersebut . Akan t et api kemudian yang t erj adi adalah makna keadilan ini menj adi sempit manakala salah sat u pihak menganggap bahwa put usan hakim it u menj adi t idak adil baginya dan hal ini yang kemudian membawa pada pemikiran bahwa selalu t erj adi disparit as ant ara keadilan dan ket idakadilan. Bahwa memang makna keadilan it u bisa j adi menj adi t idak sama at au dengan kat a lain mempunyai perspekt if yang berbeda.

  Arist ot eles membagi keadilan menj adi t iga macam. Adanya pembedaan keadilan men- j adi t iga apabila dilihat dari ket erangan me- ngenai def insi masing-masing dan ket iganya j elas berbeda. Keadilan yang dimaksud disini adalah keadilan dalam pengert ian kesamaan. Keadilan j enis ini kemudian membedakan pada j enis pembagian keadilan di st r i but i ve, dan

  cor r ect ive at au r emedial j ust i ce. Keadilan se-

  pert i diuraikan dalam pembagian t ersebut , se- j at inya dilaksanakan dalam kenyat aan t api ke- adilan masyarakat (dalam pembagian di at as t adi, selain keadilan berdasarkan t eks undang- undang) merupakan keadilan yang merupakan harapan masyarakat . Ket ent uan Pasal 16 Ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004 pun memperkuat ke- adilan j enis ini, yang menyat akan bahwa ke- adilan menj adi waj ib unt uk t et ap dit egakkan kendat i pun t idak ada ket ent uan hukum nor- mat if . Keadilan merupakan kebut uhan pokok rohaniah dalam t at a hubungan masyarakat , ke- adilan merupakan bagian dari st rukt ur rohaniah suat u masyarakat . Suat u masyarakat memiliki gambaran t ent ang mana yang pat ut dan t idak pat ut , mana yang benar dan yang salah, ken- dat i pun dalam masyarakat t ersebut t idak ada dalam pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 t ugas hakim yait u menggali dan memahami ni - lai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat .

  Berbicara dalam kont eks f ilsaf at ilmu hu- kum, dalam semua aliran manapun, cara ber- f ikir apa pun yang dipakai, semua pemikiran t ent ang hukum secara sist emat is (berf ilsaf at t ent ang hukum), berlandaskan di sat u pihak pa- da f ilsaf at (pandangan manusia t ent ang t em- pat nya di alam semest a) dan di lain pihak pada t eori polit ik (pandangan manusia t ent ang ben- t uk masyarakat yang t erbaik). Pikiran t ent ang t uj uan hukum berdasar pada “ konsepsi” (pan- dangan) manusia sebagai manusia yang berf ikir ( t hi nki ng i ndi vi dual ) dan sebagai makhluk ber- polit ik ( pol i t i cal bei ng). Dua aspek ini yang ha- rus diperhat ikan dalam menj awab pert anyaan t ent ang f ilsaf at ilmu hukum.

  Memperhat ikan semua pembahasan da- lam t ulisan ini, bahwa keadilan dalam f ilsaf at ilmu hukum it u t et ap akan ada sepanj ang usia pelaksanaan penegakan hukum dan akan dipe- gang t eguh karena keadilan merupakan cit a dan mengimbangi unsur lainnya yait u keman-f aat an dan kepast ian hukum. Pemahaman akan f ilsaf at ilmu hukum benar akan dapat men-j elaskan nilai dasar hukum secara f ilosof is dan sudah seharusnya semakin diperkuat oleh para para pihak yang kompet en sehingga dapat membangun hukum yang sebenarnya.