MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI KLAS IA SAMARINDA
ABSTRACT
The relation between legal subjects such as person or legal entity in a case, frequently generates dispute. Along with the complexity of social life, then, the more parties are involved in the dispute, the wider scope of the dispute case. One of the concerned dispute in the society is Industrial Relations Disputes that become the competence of Industrial Relations Court. Since 2015, The Act No. 2/2004 about Industrial Relations Dispute Settlement has enforced effectively, it still has many weaknesses, wether from practical or regulation aspects. The legal problems of its Act cause the settlement of Industrial Relations Dispute become less effective and efficient, also hamper the principle of constante justitite (principle of rapid, fair and easy trial).
The research concluded that the practical/operational level of the Judges Panel in examining and adjudicating the cases of Industrial Relations Dispute in Industrial Relations Court of Samarinda, which tend to apply the general civil procedure law, from the examination of legal standing of the parties, exception, interlocutory decision, replik, duplik, writen proof, the witnesses, experts/professional witnesses, conclusion and verdict. This procedures only prolong the examination and trial process to settle the case of Industrial Relations Dispute. Therefore, the SOP (Standard Operational Procedure) of the settlement of Industrial Relations Dispute cannot be well-implemented yet as the mandate of the law.
Keywords: Industrial Relations Dispute, Industrial Relations Dispute Court, Standard Operational Procedure (SOP)
PENDAHULUAN
atau peristiwa perselisihanpun meliputi ruang lingkup semakin luas, diantaranya
Perselisihan atau perbedaan dalam yang sering mendapat perhatian masyarakat suatu perkara dimungkinkan terjadi dalam
adalah perselisihan hubungan industrial. setiap hubungan antar manusia, bahkan
Perselisihan hubungan industrial biasanya subjek hukum lainnya seperti badan hukum,
terjadi antara pekerja/buruh dan perusahaan maka para pihak yang terlibat di dalam
atau antara organisasi buruh dengan perselisihan semakin banyak. Dengan
organisasi perusahaan. Dari sekian banyak semakin kompleksnya corak kehidupan
kejadian atau peristiwa konflik atau masyarakat, maka ruang lingkup kejadian
perselisihan yang penting adalah solusi perselisihan yang penting adalah solusi
tahunnya lebih dari 2.000 perkara cepat, tepat, adil dan murah.
sedangkan jumlah hakim yang memeriksa Penyelesaian
dan mengadili perkara-perkara hanya dasarnya dapat diselesaikan oleh para pihak
perselisihan
pada
berkisar antara 15 sampai dengan 20 orang sendiri, dan dapat juga diselesaikan dengan
untuk setiap Pengadilan Negeri sehingga hadirnya pihak ketiga, baik yang disediakan
kebutuhan hakim tidak proporsional/ideal oleh negara atau para pihak sendiri. Dalam
dengan jumlah perkara yang ditangani. masyarakat
Pelaksanaan penyelesaian organisasi kekuatan publik berbentuk
modern
yang diwadahi
Kedua
Pengadilan Hubungan Industrial masih negara, forum resmi yang disediakan oleh
menggunakan hukum acara perdata pada negara untuk penyelesaian perkara atau
hukum acara perdata peradilan umum. perselisihan biasanya adalah lembaga
Sehingga Majelis Hakim yang memeriksa peradilan.
dan mengadili perkara perselisihan Pengadilan Hubungan Industrial
industrial cenderung (PHI) merupakan terminologis yang dikenal
hubungan
acara perdata umum dalam Undang-Undang (UU) Nomor 2
menggunakan
dimulainya dengan pemeriksaan legal Tahun
standing para pihak gugatan, jawaban Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI)
2004 tentang
Penyelesaian
(eksepsi), putusan sela, replik, duplik, dan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
pembuktian tertulis, pemeriksaan saksi, Ketenagakerjaan. UU ini disahkan pada
pemeriksaan ahli, kesimpulan, dan putusan tanggal 14 Januari 2004, dan berdasarkan
demikian hal tersebut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
dengan
memperpanjang proses persidangan. Undang (PERPU) Nomor 1 Tahun 2005
Pengertian Perselisihan Hubungan eksistensi PHI mulai efektif sejak tanggal
Industrial sebagaimana ketentuan Pasal 1
14 2006. Konsekuensi logis adanya UU ini, angka1 UU Nomor 2 Tahun 2004 dan Pasal UU terdahulu mengenai perburuan yaitu
1 angka 22 UU Nomor 13 Tahun 2003 UU Nomor 22 Tahun 1957 tentang
adalah :
Penyelesaian Perselisihan Perburuan dan “Perselisihan hubungan industrial UU Nomor 12 Tahun 1964 tentang
pendapat yang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan
adalah
perbedaan
pertentangan antara Swasta, tidak berlaku kembali.
mengakibatkan
pengusaha atau gabungan pengusaha Semenjak berlaku efektif pada tahun
pekerja/buruh atau erikat 2015, UU PPHI dianggap masih memiliki
dengan
pekerja/serikat buruh karena adanya banyak kelemahan baik dari aspek
perselisihan mengenai hak, perselisihan pelaksanaan maupun secara regulative. Di
kepentingan, dan perselisihan pemutusan dalam pelaksanaannya timbul permasalahan
hubungan kerja serta perselisihan antar hukum yang mengakibatkan proses
serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam penyelesaian perselisihan industrial yang
satu perusahaan”.
berlangsung lama dan ini berarti mahal. Hal Berdasarkan pengertian tersebut di ini dapat disebabkan antara lain : Pertama
pemahaman bahwa keberdaan Pengadilan Hubungan Industrial
atas,
diperoleh
timbulnya perselisihan hubungan industrial yang hanya ada pada Pengadilan Negeri
disebabkan adanya pertentangan pendapat tingkat ibu kota provinsi yang rata-rata
antara pekerja/buruh dengan pengusaha jumlah perkara perdata, pidana, tindak
yang merupakan obyek perselisihan pidana korupsi, perselisihan hubungan
hubungan
industrial yaitu adanya industrial yaitu adanya
dapat dilakukan melalui perundingan kerja (PHK) dan perselisihan antar serikat
bipartite, Tripartit melalui lembaga pekerja/serikat
Mediasi, Konsiliasi dan Arbiter, dan secara perusahaan.
litigasi yaitu melalui Pengadilan Hubungan Adapun yang menjadi subyek
Industrial 2 .
perselisihan hubungan industrial 1 adalah:
Dengan diberlakunya UU Nomor : 2
1. Pengusaha/gabungan
Tahun 2004, Pengadilan Hubungan yang dimanifestasikan sebagai :
Pengadilan Negeri
a. orang perseorangan, persekutuan, Samarinda memiliki wilayah hukum untuk atau badan hukum yang menjalankan
sementara ini meliputi seluruh wilayah suatu perusahaan milik sendiri;
Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
b. orang perseorangan, persekutuan,
merupakan lembaga atau badan hukum yang secara
Utara,
dan
secara litigasi yang berdiri
penyelesaian
mempunyai kewenangan untuk memeriksa perusahaan bukan miliknya;
sendiri
menjalankan
dan mengadili perkara perselisihan
c. orang perseorangan, persekutuan, Hubungan Industrial atau Perselisihan atau badan hukum yang berada di
Perburuhan yang sebelumnya menjadi Indonesia
Panitia Penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam huruf a
mewakili perusahaan
beban
tugas
Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) dan b yang berkedudukan di luar
menjadi wewenang mutlak Pengadilan wilayah Indonesia.
Hubungan Industrial. Sesuai dengan
2. Pekerja/buruh adalah setiap orang ketentuan Pasal 56 Undang-undang yang bekerja dengan menerima upah
NomoR: 2 Tahun 2004 disebutkan atau imbalan dalam bentuk lain.
Pengadilan Hubungan Industrial bertugas
3. Serikat pekerja/serikat buruh. dan berwenang memeriksa dan memutus :
4. Usaha-usaha social dan usaha-usaha
pertama mengenai lain yang mempunyai pengurus dan
1. di
tingkat
perselisihan hak; mempekerjakan tenaga kerja dengan
2. di tingkat pertama dan terakhir membayar upah atau dalam bentuk
mengenai perselisihan kepentingan; lainya.
pertama mengenai Ketentuan UU Nomor 2 Tahun 2004
3. di
tingkat
perselisihan pemutusan hubungan tentang
Hubungan Industrial hakikatnya telah
4. di tingkat pertama dan terakhir memberikan beberapa alternative sebagai
mengenai perselisihan antar serikat solusi bagaimana penyelesaian perkara
pekerja/serikat buruh dalam satu perselisihan hubungan industrial melalui
perusahaan;
PHI. Ada 2 (dua) bentuk polarisasi Hukum acara yang berlaku bagi penyelesaian
Pengadilan Hubungan Industrial adalah industrial menurut ketentuan UU Nomor 2
perselisihan
hubungan
Hukun Acara Perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan
1 Lilik Mulyadi dan Agus Subroto, 2011,
Umum, kecuali yang diatur secara khusus
Penyelesaian Perkara
Pengadilan
Hubungan
Industrial Dalam Teori Dan Praktek, Bandung, P.T.ALUMNI, Hal. 32-34.
2 Ibid, hlm 59.
dalam UU Nomor : 2 Tahun 2004. Hal ini Perbedaan antara das sollen dan das secara tegas disebutkan dalam Pasal 57 UU
sein inilah yang menyebabkan terjadinya Nomor : 2 Tahun 2004, dengan demikian
masalah yang penulis ingin teliti dari maka ketentuan ini mengatur ketentuan dan
pemilihan judul Mekanisme penyelesaian prosedur
perkara perselisihan hubungan industrial ketentuan khusus (lex specialis) dan
beracara yang
merupakan
ditinjau dari Undang-Undang Nomor 2 ketentuan hukum acara perdata yang
Tentang Penyelesaian berlaku umum sehingga hukum acara
tahun
Perselisihan Hubungan Industrial di perdata yang umum hanya berlaku apabila
Pengadilan Negeri Klas IA Samarinda. tidak diatur dalan undang-undang khusus tersebut.
RUMUSAN MASALAH
Satu hal yang menjadi karakter Berdasarkan uraian sebagaimana khusus dalam hukum acara Pengadilan
telah dijelaskan dalam latar belakang diatas, Hubungan Industrial ialah penentuan secara
maka penulis merumuskan masalah yang tegas mengenai jangka waktu penyelesaian
diangkat dalam penulisan ini adalah sebagai perkara dalam waktu yang relative singkat.
berikut:
Untuk perkara Perselisihan Hubungan
1. Bagaimana mekanisme penyelesaian Industrial ditingkat pertama, UU PPHI telah
perselisihan hubungan membatasi jangka waktu pemberian
perkara
industrial ditinjau dari Undang- putusan paling lambat 50 (lima puluh) hari
Undang Nomor 2 tahun 2004 terhitung sejak sidang pertama.
Tentang Penyelesaian Perselisihan Salah satu ciri khusus Pengadilan
Hubungan Industrial di Pengadilan Hubungan Industrial adalah pembatasan
Negeri Klas IA Samarinda? jangka waktu penyelesaian perkara yang
2. Faktor-faktor apa yang menjadi ditentukan dengan tegas dalam undang-
kendala dalam proses penyelesaian undang. Adanya batas waktu yang relative
perkara perselisihan hubungan singkat
industrial di Pengadilan Hubungan Hubungan Industrial untuk berusaha
ini mendorong
Pengadilan
Industrial pada Pengadilan Negeri semaksimal mungkin membuat pelayanan
Klas IA Samarinda ? administrasi perkara lebih efektif dan efisien. Dalam rangka menciptakan
METODE PENELITIAN
mekanisme penyelesaian perkara yang cepat, tepat, adil dan murah.
Jenis penelitian hukum yang Terhadap mekanisme penyelesaian
digunakan dalam penulisan ini adalah perkara yang cepat, tepat, adil dan murah,
penelitian hukum normatif yaitu penelitian penulis ingin meneliti terhadap masalah
yang memusatkan dilakukan dengan cara tersebut dengan membandingkan antara das
meneliti bahan hukum primer, bahan sollen yaitu segala keharusan-keharusan
hukum sekunder dan bahan hukum tertier. yang berupa teori-teori normative dan
Guna untuk mendukung penulisan maka sealigus norma-norma teoritis yang secara
penelitian hukum normatif ini dibantu idial wajib dilaksanakan, dengan das sein
lapangan guna yaitu segala sesuatu yang merupakan
dengan
penelitian
mendapatkan data yang diperlukan dan kondisi
segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan teori dan norma das sollen
kenyataan yang ada
dari
penyelesaian perkara tersebut.
administrasi
perselisihan hubungan industrial pada Pengadilan Negeri Klas IA Samarinda.
Dalam suatu penelitian mutlak
ditinjau dari Undang-Undang
diperlukan kecermatan dalam memilih
Nomor 2 tahun 2004 Tentang
metode yang dipergunakan. Metode
Penyelesaian
Perselisihan
penelitian dipilih
berdasarkan
dan
Hubungan Industrial.
mempertimbangkan keserasian dengan obyek serta sesuai dengan tujuan. Memilih
1. Susunan Pengadilan Hubungan
metode yang benar atau tepat akan
Industrial Pada Pengadilan Negeri
memperoleh hasil yang memuaskan.
Klas IA Samarinda.
Negeri sebagai penelitian ini adalah yuridis normatif
Metode yang penulis pergunakan dalam
Pengadilan
pengadilan tingkat pertama dan dibentuk ditunjang dengan penelitian lapangan.
dengan Keputusan Presiden (Pasal 6 huruf a Sumber Data yang digunakan dalam
dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 49 Penelitian adalah bahan hukum Primer yang
Tahun 2009) dengan tugas dan kewenangan terdiri dari serangkaian aturan yang tertulis
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan dan terkait dengan permasalahan yang
perkara pidana dan perkara perdata di diangkat dalam penelitian ini, bahan hukum
tingkat pertama (Pasal 50 Undang-Undang sekunder yaitu bahan hukum yang
Nomor 49 Tahun 2009). Adapun mengenai memberikan penjelasan terhadap hukum
tempat kedudukan pengadilan negeri pada primer baik literature, jurnal, dan majalah
di ibu kota maupun
prinsipnya
berada
kabupaten/kota dan daerah hukumnya permasalahan tersebut, dan bahan hukum
meliputi wilayah kabupaten/kota (Pasal 4 tersier
ayat (1) Undang-Undang Nomor 49 Tahun memberikan penjelasan baik terhadap
yaitu bahan
bahan hukum primer maupun bahan hukum Pada praktiknya dengan melihat sekunder yaitu berupa kamus hukum dan
volume perkara dan jumlah hakim maka kamus Bahasa Indonesia.
pengadilan negeri dapat diklasifikasikan Analisis data yang digunakan dalam
menjadi Pengadilan Negeri Kelas I dan penelitian ini metode analisis deskriptif
Kelas II. Pada Pengadilan Negeri Kelas I kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian
dibagi lagi menjadi Pengadilan Negeri yang menghasilkan data deskriptif, berupa
Kelas IA dan Pengadilan Negeri Kelas IB kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dengan catatan untuk setiap provinsi selalu dan perilaku yang dapat diamati.
terdapat Pengadilan Negeri Kelas IA pada Pendekatan ini diarahkan pada latar
ibu kota provinsinya dan Pengadilan Negeri belakang dari individu tersebut secara
Kelas IA Khusus yang tidak terletak pada holistik (utuh). Jadi dalam hal ini, tidak
ibu kota provinsinya.
IA ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi
boleh mengisolasikan individu atau institusi
Pengadilan
Negeri Kelas
Samarinda adalah Pengadilan Negeri yang perlu memandangnya sebagai bagian dari
diberikan kewenangan berdasarkan undang- suatu keutuhan.
undang untuk melaksanakan tugas dan kewenangan memeriksa, memutus, dan
PEMBAHASAN
menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama mengenai
A. Mekanisme penyelesaian perkara
Peradilan Umum (Perdata, Pidana, Anak,
ketenagakerjaan pada Pengadilan
Tipilu, Lingkungan), Pengadilan Hubungan
Industrial dan Pengadilan Tindak Pidana
Pengadilan Negeri Samarinda
Korupsi.
Berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat Nomor 164 tahun 1970 tentang Ketentuan (1) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009
Pokok Kekuasaan Kehakiman jo UU RI maka susunan Pengadilan Negeri terdiri
No.35 tahun 1999 jo UU RI No.04 Tahun atas pimpinan, hakim anggota, panitera,
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman ;UU sekretaris, dan juru sita, Mengenai tugas
RI No.02 Tahun 1996 jo UU RI No.08 para hakim dalam teknis yustisial adalah
tahun 2004 tentang Peradilan Umum di memeriksa dan mengadili perkara dan
Kota Samarinda telah terbentuk Pengadilan dalam teknis administratif (nonyustisial)
Hubungan Industrial yang berkantor di adalah melakukan tugas administrasi
Gedung lama Pengadilan Negeri Samarinda sebagai hakim pengawas bidang-bidang
Pengadilan Negeri administrasi pembantu ketua (Keputusan
dimana
Ketua
Samarinda serta Panitera Pengadilan Negeri Mahkamah
Samarinda bertindak sebagai Ketua KMA/OO6/SK/Ill/1994, Keputusan Ketua
Agung
Nomor
Pengadilan Hubungan Industrial dan Mahkamah
Panitera Pengadilan Hubungan Industrial KMA/005/SK/III1994, dan Keputusan
Ketua Mahkamah
Agung
Nomor
Pengadilan Negeri Samarinda adalah
KMA/OOB/SK/Il/ 1992) 3 .
pelaksana Kekuasaan Kehakiman pada
a) Profil
Pengadilan
peradilan umum tingkat pertama, yang
Negeri/Hubungan
Industrial
bertugas menyelenggarakan peradilan guna
Samarinda
hukum dan keadilan Pada tahun 1975 Kantor Pengadilan
menegakkan
berdasarkan Pancasila, dengan tugas pokok Negeri
menerima, memeriksa dan mengadili serta diresmikan pada tahun berikutnya tepatnya
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan pada tahun 1976. Mulanya Pengadilan
kepadanya termasuk di dalamnya bertugas Negeri Samarinda hanya 1 (satu) buah
dan berwenang memeriksa, memutus dan gedung saja (dikenal gedung lama yang
menyelesaikan setiap perkara Perselisihan sekarang dipergunakan untuk gedung
Hubungan Industrial (PHI) yang diajukan Pengadilan Hubungan Industrial) namun
kepadanya sesuai dengan kewenangannya seiring dengan perkembangan jaman
di tingkat pertama dan tugas lain yang Pengadilan Negeri Samarinda yang lama
diberikan kepadanya berdasarkan peraturan tersebut kondisi gedung sudah tidak
perundang-undangan. memadai lagi dimana posisi lantai gedung lebih rendah dari badan jalan M.Yamin sehingga setiap hujan lantai gedung terendam air (banjir) dan pada tahun 2003 dibangun sebuah gedung kantor Pengadilan Negeri Samarinda berlantai 2 (dua) yang terletak disamping kiri gedung lama (ex lapangan tenis) kawasan Jl.M.Yamin dari anggaran APBN (DIPA Tahun 2003).
Kemudian berdasarkan UU RI Nomor 2 tahun 2004 tentang penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial ; UU RI
3 Lilik Mulyadi, 2015, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung, Citra
Aitya Bakti, Hal.70.
a) Struktur Organisasi Pengadilan Negeri / Hubungan Industrial
/ Tipikor Klas I.A Samarinda 4
STRUKTUR ORGANISASIPENGADILAN NEGERI
SAMARINDA
KETUA
H. Dwi Sugiarto, SH.MH WAKIL
Lucas Prakoso, SH.MHum
Hamin Achmadi,SH.MH
Heriyanto, SH.
WAPAN H. Iman Hayadi, SH.MH
KEPALA SUB BAG UMUM DAN PANITERA MUDA PIDANA
KEUANGAN
AWANG MUNAWAR, SH HENY ERAWATI SE
PANITERA MUDA PERDATA
KHALID, SH
KEPALA SUB BAG KEP, ORTALA
M. HASYID SAHAR, SH
PANITERA MUDA HUKUM
ISNANIAH, SH
Panitera Muda TIPIKOR
SYARIFAH NORNILY
KEPALA SUB PANITERA MUDA PHI
BAGPERENCANAAN IT
ASLINA BUTAR-BUTAR, SH
&PELAPORAN
MANAOR SIHOTANG, SH
KEL. JABATAN FUNGSIONAL
1. FUNGSIONAL ARSIPARIS 2. FUNGSIONAL PUSTAKAWAN
KEL. FUNGSIONAL KEPANITERAAN 3. FUNGSIONAL PRANATA
KOMPUTER
1. PANITERA PENGGANTI
4. FUNGSIONAL BENDAHARA
2. JURUSITA
4 PN Samarinda, Sistim Informasi Penelusuran Perkara, http:/sipp.pn-samarinda.go.id/2017, diakses tanggal 10 Oktober 2017,
Ketua dan wakil ketua melaksanakan Kehakiman Republik lndonesia telah hal-hal yang telah diuraikan, maka pimpinan
dikeluarkan Surat Keputusan tentang para hakim pejabat Kepaniteraan serta
Tata Kerja Sekretariat, sesuai dengan uraian tugas
Organisasi
dan
Sekretariat/Kepaniteraan Pengadilan Negeri (job
dan Pengadilan Tinggi, yaitu Keputusan dibawah pimpinan dan koordinasi Ketua
description )
masing-masing,
Menteri Kehakiman Republik lndonesia Nomor M.08-PR.07.02 Tahun 1989 tanggal
Pengadilan Negeri. keuangan perdata,
19 Desember 1989 dan Surat Keputusan bertanggung jawab atas pengurusan
Agung Republik berkas perkara, putusan, dokumen, akta,
Ketua
Mahkamah
lndonesia Nomor KMA/003/SK/11/1992 buku daftar, biaya perkara, uang titipan
tanggal 24 Februari 1992. pihak ketiga, surat-surat bukti dan surat.
Dalam melaksanakan tugasnya, ketua surat lainnya yang disimpan di
pengadilan negeri mengadakan pengawasan kepaniteraan, melaksanakan eksekusi
atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku perkara perdata yang diperintahkan oleh
hakim, panitera, sekretaris, dan juru sita di ketua pengadilan, serta membuat akta
daerah hukumnya. Dalam melaksanakan dan salinan putusan. Selain itu, panitera
pengawasan, ketua pengadilan negeri dapat juga mengikuti jalannya persidangan dan
memberi petunjuk, teguran, dan peringatan yang dipandang perlu. Pengawasan tersebut
mencatat secara teliti hal itu (Pasal 58 tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dan 59 Undang-Undang Nomor 49 dalam rnemeriksa dan memutus perkara Tahun 2009, Pasal 63 RO). serta (Pasal 53 ayat (1), (3), dan (4) Undang- membuat berita acara (proses verbal)
Undang Nomor 49 Tahun 2009 dan Pasal 1 sidang pengadilan dan ditandatangani
Keputusan Ketua Mahkamah Agung bersama dengan hakim ketua sidang (Pasal
lndonesia Nomor 186 HIR, Pasal 197 RBg.). Karena
Republik
KMA/006/SK/lll/1994 tanggal 31 Maret banyaknya tugas seperti itu, maka dalam
1994 tentang Pengawasan dan Evaluasi atas praktiknya tugas dalam
Hasil Pengawasan oleh Pengadilan Tingkat lazimnya dilakukan oleh panitera Pengganti
persidangan
Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama, (PP).
Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh Di samping hakim dan Panitera, juga
ketua pengadilan tersebut kepada para dikenal adanya juru sita (deur waarder) dan
hakim dalam melaksanakan tugasnya itu juru sita pengganti (Pasal 39 Undang-
dapat berbentuk secara tertulis ataupun lisan Undang Nomor 49 Tahun 2009). Pada
(Pasal 5 huruf (a) dan (b) Keputusan Ketua prinsipnya tugas juru sita melaksanakan
Mahkamah Agung Republik lndonesia semua perintah yang diberikan oleh ketua
Nomor KMA/006/SK/llll 1994 tanggal 31 pengadilan, ketua sidang, dan atau panitera.
Maret 1994).
Selanjutnya terhadap unsur pimpinan Pengadilan Hubungan Industrial pengadilan negeri terdiri atas seorang ketua
merupakan pengadilan khusus yang berada dan seorang wakil ketua (Pasal ll Undang-
pada lingkungan peradilan umum, yang Undang Nomor 49 Tahun 2009). Kemudian.
dibentuk pada Pengadilan Negeri (PN) dan berdasarkan ketentuan Pasal 64 Undang-
Agung (MA). Undang Nomor 49 Tahun 2009 maka tugas
pada
Mahkamah
Pengadilan Hubungan dan tanggung jawab serta tata kerja
Pembentukan
Industrial adalah didasarkan pada ketentuan kepaniteraan pengadilan diatur lebih lanjut
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 2 Tahun oleh ketua Mahkamah Agung dan Menteri
2004. Keberadaan Pengadilan Hubungan
Industrial yang dirasakan belum dapat
e. Juru Sita Pengganti menjadi lembaga yang dapat memberikan
susunan Pengadilan keadilan untuk pekerja/buruh. Hal tersebut
Sementara
Hubungan Industrial pada Mahkamah disebabkan adanya perubahan paradigma
Agung terdiri dari :
penyelesaian sengketa perburuhan dari yang
a. Hakim Agung;
dulu sarat dengan norma dan institusi publik
b. Hakim Ad Hoc pada Mahkamah kini bergeser menjadi domain hukum
Agung;
perdata. 5 Diciptakan sebagai sebuah
c. Panitera.
“pengadilan khusus” dalam sistem peradilan
Pengadilan Hubungan umum, Pengadilan Hubungan Industrial
Hakim
Industrial diangkat dan dilantik berdasarkan menggunakan sistem beracara dalam HIR
Keputusan Ketua Mahkamah Agung, dan RBg, layaknya pengadilan umum.
sedangkan untuk Hakim Ad Hoc diangkat Hanya ada beberapa pengecualian, namun
dengan Keputusan Presiden atas usul Ketua secara umum mulai dari pendaftaran
Mahkamah Agung dengan masa kerja 5 gugatan hingga eksekusi putusan, mengikuti
tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 sistem yang ada pada HIR dan RBg. Apabila
(satu) kali masa jabatan. Hakim Ad Hoc dilihat dari ketentuan yang ada maka sebagai
untuk pertama kali pengangkatannya paling salah
sedikit 5 orang dari unsur Serikat penyelesaian yang cepat, tepat, adil dan
satu jaminan
agar
tercapai
Pekerja/Serikat Buruh dan 5 orang dari murah, penyelesaian perselisihan hubungan
unsur Organisasi Pengusaha. Syarat-syarat industrial (PPHI) melalui Pengadilan
menjadi hakim ad hoc diatur di dalam Pasal Hubungan Industrial yang berada pada
64 UU No 2 Tahun 2004 tentang PPHI. lingkungan peradilan umum dibatasi proses
Berdasarkan data pada Pengadilan Negeri dan tahapannya, dengan tidak membuka
Klas IA Samarinda jumlah Majelis Hakim kesempatan untuk mengajukan upaya
Ad Hoc yang ada adalah 3 orang dari Hakim banding ke Pengadilan Tinggi. Putusan
karir, 2 orang dari unsur Serikat Pengadilan Hubungan Industrial yang
Pekerja/Serikat Buruh dan 1 orang dari menyangkut
unsur Organisasi Pengusaha, kondisi penelisihan PHK dapat langsung dimintakan
tersebut menyebabkan penyelesaian perkara kasasi ke Mahkamah Agung. Sedangkan
hubungan industrial urang efektif dan putusan Pengadilan Hubungan Industrial
efisien.
yang menyangkut perselisihan kepentingan
2. Kewenangan Pengadilan Hubungan
dan perselisihan antar SP/SB dalam satu
Industrial
Pengadilan Negeri
perusahaan, merupakan putusan tingkat
Samarinda
pertama dan terakhir yang tidak dapat Pengadilan Hubungan Industrial pada dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung.
Pengadilan Negeri Samarinda merupakan Susunan Pengadilan Hubungan
salah satu pemegang kekuasaan kehakiman. Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas IA
Kekuasaan kehakiman sendiri adalah Samarinda terdiri dari:
kekuasaan negara yang merdeka. Kekuasaan
a. Hakim
dimaksud
dilakukan agar dapat
b. Hakim Ad Hoc diselenggarakan peradilan guna menegakkan
c. Panitera Muda hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila,
d. Panitera Pengganti dan demi terselenggaranya negara hukum di lndonesia. Oleh karena itu, peradilan
dilakukan “Demi Keadilan dan Berdasarkan
Dalam M.Hadi Shubhan , Keadilan Tak Kunjung Tiba, Jawa Pos Surabaya, 1 Mei 2010.
Ketuhanan Yang Maha Esa”, sederhana, Ketuhanan Yang Maha Esa”, sederhana,
d. Perselisihan antar SP/SB dalam satu dengan Pasal 29 UUD 1945, yang
perusahaan di tingkat pertama dan menentukan bahwa negara berdasarkan atas
terakhir
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan negara Selain memutus perkara yang telah menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
ditetapkan oleh undang-undang Pengadilan untuk memeluk agama masing-masing dan
Hubungan Industrial berdasarkan Pasal 33 untuk beribadat menurut agamanya dan
ayat (6). 35 ayat (4), dan 38 Undang- kepercayaannya. Suatu proses peradilan
Undang Nomor 2 Tahun 2004 juga diberi yang 6 sederhana, dimaksudkan agar pula tugas dan wewenang tambahan . yaitu:
pemeriksaan dan penyelesaian perkara
a. Mengangkat arbiter apabila para pihak dilakukan dengan cara yang efisien dan
telah memilih penyelesaian melalui efektif, dengan biaya ringan sehingga dapat
arbiter akan tetapi tidak tercapai terpikul oleh rakyat.
kesepakatan dalam memilih arbiter Pengadilan
negeri
Samarinda
yang ada,
mengadili menurut hukum dengan tidak
b. Memutus tuntutan hak ingkar terhadap membeda-bedakan orang. Adalah tugas
arbiter yang diragukan kebebasannya peradilan untuk membantu pencari keadilan
dan akan berpihak dalam mengambil dan berusaha mengatasi segala hambatan
putusan arbitrase, dan dan rintangan untuk dapat tercapainya
c. Memutus permohonan penarikan diri peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya
arbiter, yang tidak disetujui oleh para ringan. Oleh karena itu, pengadilan tidak
pihak yang bersengketa. boleh menolak untuk memeriksa, mengadili
d. Pengajuan
gugatan dalam
dan memutus perkara yang diajukan dengan
Pengadilan Hubungan Industrial
dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang Setelah mediasi atau konsiliasi gagal jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
perselisihan, dan mengadili semua perkara yang diajukan
menyelesaikan
telah menerbitkan (Pasal 1 s/d 5, dan 16 UU No. 4 Tahun
mediator/konsiliator
anjuran maka salah satu pihak atau kedua 2004). Mengenai kekuasaan pengadilan
belah pihak dapat mengajukan gugatan dalam perkara perdata, oleh undang-undang
dengan cara mendaftarkan gugatan ke kekuasaan itu meliputi semua sengketa
Pengadilan Hubungan Industrial. Gugatan tentang hak milik atau hak-hak yang timbul
dibuat rangkap 5 (lima), satu gugatan untuk karenanya, hutang piutang atau hak-hak
tergugat, tiga gugatan untuk Majelis Hakim keperdataan lainnya (Pasal 2 ayat (l) RO).
dan sisanya untuk arsip. Petugas Pengadilan Untuk Pengadilan Hubungan Industrial pada
memberikan nomor register perkara. Pengadilan Negeri Samarinda diberikan
Apabila penggugat diwakili oleh kuasa kewenangan
hukum baik kuasa hukum dari advokat/ sebagaimana ditentukan dalam Pasal 56
oleh
undang-undang
pengacara maupun organisasi Serikat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004,
Pekerja/Serikat Buruh atau Organisasi terbatas
Pengusaha maka pada saat pendaftaran perselisihan hubungan indusrrial yang
gugatan harus membawa dan mendaftarkan meliputi perselisihan:
surat kuasa khusus.
a. Perselisihan Hak di tingkat pertama,
b. Perselisihan PHK di tingkat pertama,
c. Perselisihan Kepentingan di tingkat pertama dan terakhir, dan 6 Sugeng Santosa PN, 2013, Hukum Acara
Pengadilan Hubungan Industrial, Karakteristik dan Praktik di Pengadilan, Gresik, PSHPI, Hal.39.
3. Ketentuan Hukum Acara Yang
4. Sita Jaminan:
diterapkan Hakim
Pengadilan
a) Sita Revindikator
Hubungan Industrial.
b) Sita Konservator Pada bagian ini akan dijelaskan
d. Proses Persidangan ketentuan hukum acara di Pengadilan
1. Kehadiran Para Pihak: Hubungan Industrial yang merupakan
a. Tidak Hadirnya Penggugat karakteristik hukum acara Pengadilan
b. Tidak Hadirnya Tergugat Hubungan Industrial dalam putusan-putusan
c. Para Pihak Hadir pengadilan. Karakteristik hukum acara yang
2. Acara Pemeriksaan yang telah ada dalam putusan-putusan
a. Upaya Perdamaian pengadilan baik di Pengadilan Hubungan
b. Macam-Macam Beracara Industrial Pada Pengadilan Negeri maupun
1. Dengan Acara Cepat yang telah diputus oleh Mahkamah Agung.
2. Dengan Acara Biasa
Karakteristik yang maksud adalah 7 .:
c. Pembacaan Surat Gugatan
d. Jawaban Tergugat yang dalam pengadilan adalah berupa
a. Ketentuan adanya risalah perundingan
e. Anggapan Tergugat (Replik) risalah penyelesaian melalui mediasi
1. Eksepsi mengenai pokok perkara atau konsiliasi
2. Mengenai pokok perkara
b. Ketentuan tentang legal standing atau - Menangkal; kuasa
- Mengakui Pekerja/Serikat Buruh dan Organisasi
- Memberikan fakta baru Pengusaha dapat bertindak sebagai
3. Gugatan Balik kuasa hukum, untuk mewakili
4. Permohonan anggotanya.
f. Tanggapan Tergugat
c. Ketentuan tentang kompetensi absolut
g. Pembuktian
d. Ketentuan tentang Putusan Sela
h. Pemanggilan Saksi
e. Ketentuan tentang kompetensi relatif
i. Kesimpulan
berupa tempat pengajuan gugatan di j. Pengambilan Keputusan tempat dimana pekerja/buruh bekerja
4. Kuasa Hukum dalam Beracara
f. Ketentuan adanya dismissal process
pada
Pengadilan Hubungan
g. Ketentuan tentang macam-macam
Industrial
perselisihan
Dalam sidang pertama yang ditanya penyelesaiannya.
dan
kewenangan
hakim adalah hal-hal administratif yang Ketentuan hukum acara tersebut
berkaitan dengan identitas para pihak. selanjutnya dilaksanakan dengan tahapan
seperti surat kuasa khusus, kartu identitas proses
para pihak. kartu pengacara/advokat, Berita pengadilan
Acara Sumpah pengacara/advokad apabila digambarkan tahapannya sebagai berikut:
penerima kuasa adalah pengacara/advokat.
a. Pencatatan Gugatan apabila penerima kuasa adalah pengurus
b. Persiapan Persidangan serikat pekerja/serikat buruh maka harus
c. Penetapan Majelis Hakim melengkapi fotocopy dan menunjukkan
1. Pemeriksaan Gugatan
aslinya, berupa :
2. Penetapan Hari Sidang
a. Kartu tanda anggota (KTA) baik
3. Pemanggilan Para Pihak penerima kuasa maupun permberi kuasa
7 Ibid, Hlm 81, 7 Ibid, Hlm 81,
agar menyampaikan dan serikat pekerja/serikat buruh di
berikutnya
membacakan jawabannya. tingkat unit maupun di tingkat
6. Jangka Waktu Pemeriksaan pada
pengurus serikat pekerja/serikat buruh
Pengadilan Hubungan Industrial
yang menerima kuasa berada. Ketentuan waktu penyelesaian yang
c. Susunan pengurus
harus dilaksanakan/dipatuhi oleh pejabat pekerja/serikat
serikat
yang melakukan kekuasaan kehakiman, menunjukkan bahwa penerima kuasa
a. Dalam waktu paling lama tujuh hari pekerja/serikat buruh di
adalah pengurus
serikat
kerja setelah menerima gugatan, penerima kuasa bergabung dalam
mana
Ketua PN harus sudah menerapkan arganisasi serikat pekerja/serikat
majelis hakim (Pasal 88 ayat (1) buruh tersebut.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun Apabila penerima kuasa adalah
organisasi pengusaha
b. Dalam waktu paling lambat tujuh hari melengkapi fotokopi dan menunjukkan
maka
harus
kerja sejak ditetapkannya majelis aslinya :
hakim, ketua majelis hakim harus
a. Kartu anggota organisasi pengusaha sudah melakukan sidang pertama
(Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang pengusaha yang menunjukkan bahwa
b. Susunan pengurus
organisasi
Nomor 2 Tahun 2004); penerima kuasa adalah pengurus
c. Apabila salah satu pihak tidak dapat organisasi pengusaha tersebut.
menghadiri sidang, hari sidang Apabila penerima kuasa adalah
berikutnya paling lama dilakukan karyawan dari badan hukum perseroan
tujuh hari kerja sejak tanggal terbatas maka melengkapi fotokopi dan
penundaan (Pasal 93 ayat (1) Undang- menunjukkan aslinya :
Undang Nomor 2 Tahun 2004) ;
a. Surat kuasa khusus dari Direksi
d. Dalam waktu paling lama tujuh hari
b. Akte Pendirian Perusahaan kerja setelah menerima gugatan yang
c. Kartu tanda pegawai atau surat tugas cukup mendesak dari pemohon dari Direksi.
(pemeriksaan dengan acara cepat),
d. Surat Pengangkatan/SK dari Direksi Ketua PN menetapkan dikabulkan yang menunjukkan bahwa penerima
atau ditolaknya permohonan tersebut kuasa adalah benar karyawan di
(Pasal 98 ayat (2) Undang-Undang perusahaan tersebut.
Nomor 2 Tahun 2004) ; Setelah
e. Tenggang waktu untuk jawaban dan identitas
melakukan
pemeriksaan
pembuktian dari kedua belah pihak menanyakan apakah penggugat akan
para pihak
maka
hakim
dalam pemeriksaan dengan acara melakukan perbaikan gugatan atau tidak,
cepat, tidak boleh melebihi 14 hari kemudian hakim mempersilahkan penggugat
kerja (Pasal 99 ayat (2) Undang- untuk membaca gugatannya. Setelah
Undang Nomor 2 Tahun 2004); pembacaan gugatan maka hakim amberi
f. Majelis hakim wajib memberikan kesempatan tergugat untuk menyampaikan
putusan paling lama 50 hari kerja jawabannya. Apabila tergugat belum siap
terhitung sejak sidang pertama (Pasal dengan jawabannya maka hakim memberi
103 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004); 103 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004);
MA.
hari kerja setelah putusan dibacakan
Tidak adanya upaya hukum banding. (Pasal 105 Undang-Undang Nomor 2
n.
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004);
Tahun 2004 tidak mengenal adanya
h. Panitera muda harus menerbitkan upaya hukum banding yang tentu saja salinan putusan paling lama 14 hari
hal ini merupakan karakteristik kerja setelah putusan ditandatangani
hukum acara di pengadilan hubungan (Pasal 105 Undang-Undang Nomor 2
industrial yang berbeda dengan asas Tahun 2004);
acara perdata bahwa i.
hukum
Panitera harus mengirimkan salinan Pemeriksaan dalam 2 instansi. putusan paling lama 7 hari kerja
ketentuan dalam setelah salinan putusan diterbitkan
Sebagaimana
Undang-Undang Nomor 2 Tahun (Pasal 107 UndangUndang Nomor 2
terhadap putusan Tahun 2004);
maka
Pengadilan Hubungan Industrial Pada j.
Putusan Pengadilan
Pengadilan tidak ada upaya banding kekuatan hukum tetap apabila tidak
mempunyai
tetapi hanya dapat dilakukan upaya diajukan kasasi paling lama 14 kerja
hukum yaitu melalui kasasi di setelah
diputus/diterima putusan Mahkamah Agung. Hal ini berbeda (Pasal 110 UndangUndang Nomor 2
dengan asas hukum acara perdata Tahun 2004);
yang berpedoman pada pemeriksaan k.
Sub Kepaniteraan harus sudah dalam 2 instansi (Ona’erzoe/e in menyampaikan berkas permohonan
Twee lmtanties) artinya jika salah satu kasasi kepada MA paling lama 14 hari
pihak atau para pihak keberatan kerja setelah menerima permohonan
dengan putusan pengadilan tingkat kasasi (Pasal 112 Undang-Undang
pertama maka dapat mengajukan Nomor 2 Tahun 2004);
banding ke pengadilan tinggi dan l.
Penyelesaian perselisihan hak atau selanjutnya pengadilan tinggi akan PHK pada MA paling lama 3O hari
memeriksa kembali perkara di kerja setelah permohonan diterima
pengadilan tingkat pertama. (Pasal 115 UndangUndang Nomor 2
7. Tata Cara Pemeriksaan Hakim
Tahun 2004);
pada
Pengadilan Hubungan
m. Dalam hukum acara perdata pada
Industrial
umumnya diatur secara internal
a. Pemeriksaan
Isi Gugatan
berdasarkan SK Ketua MA, kecuali
(Dismissal Process)
proses kasasi ke MA (Pasal 46 s/d34 Dalam persidangan pertama ini UU. No. 14 Tahun 1985 jo. UU No. 5
Pengadilan Hubungan Tahun 2004). Ketentuan tentang
hukum
acara
Industrial yaitu tentang ketentuan adanya sidang yang sah. Undang-Undang
dismissal proces , sebagaimana dimaksud Nomor 2 Tahun 2004 menentukan
dalam Pasal 83 ayat (2) Undang-Undang bahwa sidang sah apabila dilakukan
Nomor 2 Tahun 2004 menentukan bahwa oleh majelis hakim (Pasal 92 Undang-
Hakim berkewajiban memeriksa isi gugatan Undang Nomor 2 Tahun 2004).
dan bila terdapat kekurangan, hakim Dalam hukum acara perdata masih
meminta pengugat untuk menyempurnakan dimungkinkan sidang dengan hakim
gugatannya, dapat dilakukan tetapi dalam praktik hal tersebut sangat jarang dilakukan gugatannya, dapat dilakukan tetapi dalam praktik hal tersebut sangat jarang dilakukan
sidang pertama. Untuk memulai sidang ”NO” atau ”tidak dapat diterima” yang
pertama, petugas pengadilan memanggil tentunya bertentangan dengan prinsip
penggugat dan tergugat dengan relaas penyelesaian yang cepat, tepat, adil dan
pada alamat sebagaimana murah. Terhadap ketentuan Pasal 83
panggilan
disebutkan di dalam surat gugatan. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 ini
Panggilan dianggap sah apabila relaas dalam praktik di Pengadilan Hubungan
disampaikan kepada yang bersangkutan Industrial dilaksanakan dengan cara yang
pada alamat tempat tinggal atau di tempat berbeda oleh hakim Pengadilan Hubungan
kediaman terakhir bila alamat tempat Industrial yaitu :
tinggalnya tidak diketahui. Jika pihak yang
1. Membiarkan gugatan diperiksa apa dipanggil tidak berada di tempat tinggal adanya
kediaman
terakhir,
relaas panggilan
2. Mengingatkan para pihak khususnya disampaikan melalui kepala keluarahan atau pihak
kepala desa setempat. Apabila tempat ketidaklengkapan
tinggal maupun tempat kediaman terakhir lengkapnya gugatan.
atau
kurang
tidak diketahui, surat panggilan ditempelkan Praktik
pada tempat pengumuman di gedung Industrial yang membiarkan gugatan
Pengadilan
Hubungan
Pengadilan Hubungan Industrial. Relaas diperiksa apa adanya tersebut, majelis
panggilan merupakan dokumen yang tidak menganut adanya asas hukum acara perdata
terpisahkan daam memeriksa perkara. yang berlaku di peradilan umum yaitu hakim
Keabsahan panggilan sidang hanya bisa yang pasif dan akibat dari praktik tersebut
diketahui dari relaas panggilan yang terdapat maka pada awal berdirinya Pengadilan
didalam berkas perkara. Apabila pihak yang Hubungan Industrial banyak dihasilkan
hadir, hakim putusan “tidak dapat diterima” atau biasa
dipanggil
belum
Juru Sita Pengganti disebut putusan “NO (niet onvankelijk
memerintahkan
melakukan panggilan ulang. Jika panggilan verklard)”. Asas hakim yang pasif ini dalam
sudah dijalankan secara sah dan patut tetapi praktik menurut penulis telah menimbulkan
salah satu pihak tidak hadir, hakim permasalahan berupa :
menentukan sikap.
Ada tidaknya risalah penyelesaian melalui
c. Acara Pemeriksaan Cepat
sebagaimana ketentuan Pasal 83 ayat (I) Acara Pemeriksaan Cepat diatur Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.
dalam Bab V tentang Penyelesaian
b. Acara Pemeriksaan Biasa
Perselisihan Melalui Pengadilan Hubungan Pemeriksaan dengan acara biasa
Industrial Paragraf 3 Pemeriksaan Dengan dilakukan terhadap perkara yang dianggap
Acara Cepat. Ketentuan Pasal 98 dan 99 UU tidak memiliki sifat khusus dan mendesak.
Nomor 2 Tahun 2004. Secara lengkap Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan
ketentuan Pasal 98 UU Nomor 2 Tahun dengan mekanisme berikut ini. Ketua PHI
2004, menyatakan bahwa: dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh)
1. Apabila terdapat kepentingan para hari kerja setelah menerima gugatan,
pihak dan/atau salah satu pihak yang menetapkan majelis hakim yang terdiri dari
cukup mendesak yang harus dapat seorang hakim karier dan 2 (dua) orang
dari alasan-alasan hakim ad hoc. Selambat-lambatnya 7 (tujuh)
disimpulkan
dari yang hari kerja terhitung sejak penetapan majelis
permohonan
berkepentingan, para pihak dan/atau berkepentingan, para pihak dan/atau
(MARI) menerbitkan Keputusan Nomor : Industrial
Pengadilan
Hubungan
KMA/034/SK/IV/2006. Salah satu isinya sengketa dipercepat.
supaya
pemeriksaan
mengatakan : “yang dimaksud dengan
2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kepentingan mendesak pada Pasal 98 ayat kerja setelah diterimanya permohonan
(1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004, sebagaimana dimaksud dalam ayat
anatara lain : PHK massal, terjadi huru hara (1),
yang menggangu kepentingan produksi, mengeluarkan penetapan tentang
keamanan dan ketertiban umum. Kalau dikabulkannya
dikabulkan, pemeriksaan dikabulkannya permohonan tersebut.
dengan acara cepat dilakukan tanpa
3. Terhadap penetapan sebagaimana mengikuti prosedur pemeriksaan acara dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat
biasa. Dalam keputusan Ketua Mahkamah digunakan upaya hukum.
Agung di atas, yang dimaksud dengan tanpa Ketentuan Pasal 99 UU Nomor 2
melalui prosedur pemeriksaan adalah: Tahun 2004 menyatakan, bahwa:
“sidang pemeriksaan tidak terkait pada acara
1. Dalam hal permohonan sebagaimana perkara perdata umumnya antara lain dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1)
tentang tenggang waktu pemanggilan, dikabulkan, Ketua Pengadilan Negeri
replik/duplik dan hal-hal lain yang dapat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja
proses acara cepat. setelah
menghambat
Persidangan harus dilakukan pada hari kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98
dikeluarkannya
penetapan
pertama setelah kedua belah pihak dipanggil ayat (2) menentukan majelis hakim, hari,
dengan tata cara pemanggilan tercepat. “ tempat, dan waktu sidang tanpa melalui
Prosedur penanganan acara cepat ini prosedur pemeriksaan.
diajukan oleh para pihak kepada Ketua
2. Tenggang waktu untuk jawaban dan Pengadilan Negeri tempat PHI tersebut pembuktian kedua belah pihak, masing-
berada, kemudian dalam tenggang waktu 7 masing ditentukan tidak melebihi 14
(tujuh) hari kerja setelah diterimanya (empat belas) hari kerja.
permohonan Ketua PHI mengeluarkan Ketentuan acara cepat sesuai Pasal 98
penetapan tentang dikabulkannya atau tidak dan 99 UU Nomor 2 Tahun 2004 identik
permohonan tersebut. dengan acara kort geding yaitu persidangan
dikabulkannya
dikabulkan, perkara dengan acara singkat merupakan bagian
Apabila
tidak
perburuhan tersebut harus memenuhi acara hukum perdata. Ketentuan acara cepat dalam
pemeriksaan biasa. Apabila dikabulkan, Pasal 98 UU Nomor 2 Tahun 2004 baru
Ketua Pengadilan Negeri tempat PHI dapat dilaksanakan
tersebut berada mengeluarkan penetapan kepentingan para pihak dan/atau salah satu
apabila terdapat
pokoknya berisikan pihak yang cukup mendesak yang harus
yang
pada
yang memperkenankan dapat disimpulkan dari alasan-alasan
ammar/diktum
pemeriksaan dengan acara pemeriksaan permohonan dari yang berkepentingan, para
secara singkat serta menentukan Majelis pihak dan/atau salah satu pihak dapat mes
Hakim, hari, tempat, dan waktu sidang tanpa mohon kepada PHI supaya pemeriksaan
melalui prosedur pemeriksaan. Kemudian, sengketa dipercepat.
tenggang waktu untuk jawaban dan UU PPHI tidak mengatur secara rinci
pembuktian kedua belah pihak, masing- jenis peristiwa yang dapat dikategorikan
masing ditentukan tidak melebihi 14 (empat sebagai kepentingan mendesak. Ketua
belas) hari kerja. Tentang pemeriksaan acara belas) hari kerja. Tentang pemeriksaan acara
b. Ada pihak perusahaan yang di wilayah melarang mengajukan upaya hukum.
kerja Pengadilan Hubungan Industrial
8. Pendaftaran Gugatan
Pengadilan Negeri adalah Setelah mediasi atau konsiliasi gagal
Pada
merupakan kantor cabang, sehingga menyelesaikan
apabila gugatan ditujukan kepada kantor mediator/konsiliator
perselisihan,
dan
pusat yang terletak di luar propinsi maka anjuran maka salah satu pihak atau kedua
telah menerbitkan
membutuhkan waktu lebih lama sekitar 1 belah pihak dapat mengajukan gugatan
(satu) bulan.
dengan cara mendaftarkan gugatan ke Dalam sidang pertama yang ditanya Pengadilan Hubungan Industrial. Gugatan
hakim adalah hal-hal administratif yang dibuat rangkap 7 (tujuh), satu gugatan untuk
berkaitan dengan identitas para pihak. tergugat, tiga gugatan una tuk Majelis
seperti surat kuasa khusus, kartu identitas Hakim dan sisanya untuk arsip. Petugas
para pihak. kartu pengacara/advokat, Berita Pengadilan memx berikan nomor register
Acara Sumpah pengacara/advokad apabila perkara. Apabila penggugat diwakili oleh
penerima kuasa adalah pengacara/advokat. kuasa hukum baik kuasa hukum dari
apabila penerima kuasa adalah pengurus advokat/ pengacara maupun organisasi
serikat pekerja/serikat buruh maka harus Serikat Pekerja atau Organisasi Pengusaha
melengkapi fotocopy dan menunjukkan maka pada saat pendaftaran gugatan harus
aslinya.
membawa dan mendaftarkan surat kuasa
10. Gugatan
khusus.
Gugatan
perselisihan hubungan
9. Sidang Pertama
industrial diajukan kepada Pengadilan Ketentuan tentang waktu penyelesaian
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
yang harus dilaksanakan/ dipatuhi oleh tempat pekerja/buruh bekerja. Gugatan oleh
pejabat yang melakukan
pekerja/buruh atas pemutusan hubungan kehakiman yang merupakan salah satu
kekuasaan
kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal karakteristik hukum acara di Pengadilan
159 dan Pasal 171 Undang-Undang Nomor Hubungan Industrial, khususnya ketentuan
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, waktu tentang pelaksanaan sidang pertama
dapat diajukan hanya dalam tenggang sebagaimana dimaksud Pasal 89 ayat (1)
waktu 1 (satu) tahun sejak diterimanya atau diberitahukannya keputusan dari pihak
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 yaitu pengusaha. Pengajuan gugatan yang tidak
: dalam waktu paling lambat tujuh hari kerja dilampiri risalah penyelesaian melalui sejak ditetapkannya majelis hakim, ketua
mediasi atau konsiliasi, maka hakim majelis hakim harus sudah melakukan
Pengadilan Hubungan Industrial wajib sidang pertama. Dalam praktik ketentuan
mengembalikan gugatan kepada pengugat. yang demikian sulit dilaksanakan karena :
Hakim berkewajiban memeriksa isi gugatan bila terdapat kekuarangan, hakim
a. Wilayah kerja Pengadilan Hubungan meminta pengugat untuk menyempurnakan
Industrial Pada Pengadilan Negeri adalah gugatannya. Gugatan yang melibatkan lebih meliputi satu propinsi dan Pengadilan
dari satu pengugat dapat diajukan secara Hubungan Industrial Pada Pengadilan
kolektif dengan memberikan kuasa khusus. Negeri terletak di ibukota propinsi
Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan organisasi sehingga apabila ada pihak yang
pengusaha dapat bertindak sebagai kuasa beralamat di luar ibukota propinsi maka
hukum untuk beracara di Pengadilan Hubungan Industrial untuk mewakili
akan membutuhkan waktu pemanggilan
anggotanya.
secara patut oleh juru sita minimal
11. Jawaban
selama l4 (empat belas) hari.
Dalam persidangan kedua, merupakan sidang untuk pembacaan putusan. Dalam giliran
praktik sidang ditun-A da antara 1 (satu) tanggapan atau sanggahan atas gugatan
tergugat untuk
memberikan