Penggunaan Alat dan Perangkat Telekomunikasi dalam Sistem Navigasi dan Komunikasi Aktivitas Perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung The Use of Telecommunication Devices and Set of Equipments in Navigation and Communication System of Fishery Activities in

Riva’atul Adaniah Wahab

BPPKI Manado Jl. Pomorow No. 76, Manado, Sulawesi Utara, Indonesia

riva002@kominfo.go.id

Naskah diterima: 15 September 2014; Direvisi: 14 November 2014; Disetujui: 4 Desember 2014

Abstract — The utilization of Information and Communication

dan komunikasi aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan Technology can be manifested through the use of

Bitung, khususnya alat dan perangkat telekomunikasi yang telecommunication devices and set of equipments in navigation

menunjukkan bahwa and communication system of fishery activities. The utilization is

operasionalisasi sistem navigasi dan komunikasi aktivitas the effort to improve the performance as an improvement

perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung masih kurang trigger of the prosperity of fishery community. This research,

optimal dimana sistem berjalan secara parsial. Alat atau used an exploratory qualitative approach and in-depth interview

perangkat yang dimiliki juga tidak memadai sehingga data collection, aims to study the navigation and communication

keterbatasan dan perolehan system of fishery activities in Bitung Fishery Port, especially the

mengakibatkan terjadinya

informasi yang saling tumpang tindih. Kondisi ini juga telecommunication devices and set of equipments that are used.

berdampak kurang efisien dan optimalnya penggalian The results show that the operation of navigation and

pemanfaatan sumber daya perikanan di lautan Indonesia. communication system of fishery activities in Bitung fishery port

Karenanya perlu pengintegrasian sistem navigasi dan is still nonoptimal that the system runs partially. An inadequate

alat dan perangkat of the equipment or device also causes the limitation and overlap

telekomunikasi di Pelabuhan Perikanan Bitung. Pengadaan in information acquisition. This condition also gives an effect to

bantuan alat telekomunikasi seperti HF Tranceiver/HF HT juga the lack of efficiency and optimalization in the excavation of

perlu dilakukan.

fishery resources of Indonesia’s sea. Hence it needs not only the integration of navigation and communication system but also the

Kata kunci — alat telekomunikasi, perangkat telekomunikasi, addition of telecommunication devices and set of equipments in

sistem navigasi, sistem komunikasi, pelabuhan Bitung.

fishery port of Bitung. The provision of telecommunication device such as HF Transceiver / HF or VHF Transceiver HT / VHF HT is also required.

I. P ENDAHULUAN

Keywords — telecommunication devices, telecommunication set

Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, mencapai hampir

of equipments, navigation system, communication system,

13.446 pulau, dikenal sebagai negara maritim karena luas

Bitung port.

wilayah lautan yang lebih besar dibandingkan daratan, sekitar

Abstrak — Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

2/3 luas total wilayah negara Indonesia. Luasnya areal lautan

dapat dimanifestasikan melalui penggunaan alat dan perangkat

menjadikan perairan Indonesia dapat disebut sebagai arteri

telekomunikasi dalam sistem navigasi dan komunikasi aktivitas

dunia karena digunakan sebagai jalur angkutan laut, aktivitas

perikanan. Pemanfaatan ini merupakan upaya peningkatan performansi untuk mendorong peningkatan kesejahteraan

maritim, dan yang paling penting adalah perdagangan lintas

pelaku aktivitas perikanan. Penelitian yang menggunakan

laut (Halida, 2013, hal. 585). Hal ini mendorong bidang

pendekatan kualitatif eksploratif dan pengumpulan data

kelautan dan perikanan sebagai salah satu bidang yang identik

wawancara mendalam ini bertujuan mengetahui sistem navigasi

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.4 Desember 2014 : 279 - 290

dengan masyarakat Indonesia. Wilayah perairan Indonesia yang sangat besar tersebut memiliki potensi yang sangat besar bagi usaha bidang kelautan dan perikanan, khususnya penangkapan ikan (Manafe & Affandi, 2009, hal. 30). Banyak masyarakat yang menjadikan aktivitas perikanan sebagai sumber perekonomiannya. Oleh karena itu, penguatan sektor ini sudah selayaknya menjadi fokus pemerintah melalui berbagai kegiatan salah satunya dalam program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Selain bidang pertambangan, bidang kelautan dan perikanan juga merupakan fokus program tersebut untuk koridor Sulawesi. Salah satu kota di Pulau Sulawesi, khususnya di Sulawesi Utara, yang dijadikan daerah fokus program atau diistilahkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah Kota Bitung yang terkenal dengan aktivitas perikanannya. Pelabuhan Bitung juga dinominasikan sebagai salah satu International Hub Port (IHP) dalam koridor utama MP3EI.

Dalam menunjang aktivitas perikanan di Kota Bitung, serta untuk mendukung dan memperkuat peranannya dalam program MP3EI, keberadaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan faktor penting. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah menjadi senjata pelabuhan berkelas dunia untuk bersaing merebut pasar, memperluas jaringan kerjasama dengan sesama pelabuhan, dan integrasi dengan pelayaran (Lasse, 2010, hal. 2). Salah satu pemanfaatan TIK dalam bidang ini adalah penggunaan alat maupun perangkat telekomunikasi dalam sistem navigasi dan komunikasi. Penggunaan alat dan perangkat tersebut banyak terkait dengan koordinasi pengawasan dalam aktivitas perikanan dalam rangka peningkatan performansi. Sistem navigasi dan komunikasi kapal merupakan hal yang mutlak diperlukan terutama untuk keselamatan dan pengawasan. Banyaknya aktivitas yang berlangsung di perairan Indonesia memungkinkan terjadinya berbagai macam kejahatan di laut seperti illegal fishing, perampokan, masalah lingkungan maritim, dan sebagainya (Halida, 2013, hal. 585). Jumlah kecelakaan kapal di Indonesia cukup tinggi terutama periode 1998-2000. Pada tahun 2001 tercatat terjadi 52 kecelakaan dan pada tahun 2002 terjadi 46 kasus kecelakaan. Jenis kecelakaan yan terjadi adalah tenggelam sebanyak 31%, kandas sebanyak 25%, tabrakan sebanyak 18,27%, kebakaran sebanyak 9,67%, dan lainnya 25,05% (Windyandari, 2011, hal. 57). Sejak peristiwa 9/11 WTC Amerika Serikat, fokus keamanan sistem navigasi lebih ditingkatkan. International Maritime Organization (IMO) yaitu lembaga internasional benaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurus atau menangani hal-hal terkait dengan keselamatan jiwa, harta laut, serta kelestarian lingkungan, yang didukung oleh European Directives menerbitkan mandat dan resolusi bidang maritim seperti Ship Security Alert/SSA dan Long Range Identification of Ship/ LRIT (Graff, 2009, hal. 173- 174). IMO juga mengeluarkan mandat Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS) sebagai salah satu sistem komunikasi internasional (Halida, 2013, hal. 587).

Penyelenggaraan dan peningkatan keselamatan pelayaran juga sejalan dengan amanat dan jiwa Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan diperuntukkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Pasal 1 Butir 32 menyebutkan bahwa keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, ke pelabuhan, dan lingkungan maritim. Selain untuk menjaga keselamatan, sarana bantu navigasi pelayaran dapat pula dipergunakan untuk kepentingan tertentu lainnya antara lain penandaan wilayah negara di pulau terluar, diantaranya berupa sarana penunjang untuk keselamatan pelayaran dalam

upaya tercapainya sasaran Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) yaitu penyelenggaraan transportasi yang efektif (dalam arti selamat, aksesbilitas tinggi, terpadu, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tertib, aman, dan populasi rendah) dan efisien (utilitas tinggi). Sehingga dapat dikatakan bahwa keselamatan dan keamanan merupakan wujud implementasi dari salah satu kebijakan SISTRANAS (Santoso, Kusuma, & Utomo, 2013, hal. 92-96). Untuk mendukung semua aturan-aturan yang berlaku baik Hukum International maupun Hukum Negara Republik Indonesia maka ada larangan (tindakan yang dapat mengakibatkan kerusakan dan/atau hambatan pada sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, dan fasilitas alur pelayaran), kewajiban (kewajiban memperbaiki dan/atau mengganti sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi, dan fasilitas alur pelayaran), dan sanksi (akibat dari kelalaian yang menyebabkan tidak berfungsinya sarana bantu navigasi dan fasilitas alur pelayaran) (Prasetyo, Aulia, & Iskandarianto, 2012, hal. 2)

Keberadaan alat atau perangkat navigasi dan komunikasi sebagai bagian dari sistem navigasi dan komunikasi merupakan salah satu syarat penerbitan berbagai macam izin untuk aktivitas perikanan. Surat Laik Laut mensyaratkan alat komunikasi radio yang siap digunakan dalam keadaan bahaya. Lebih detail, Undang-undang No. 9 Tahun 1985 Tentang Perikanan Pasal 4 mencantumkan keberadaan sistem komunikasi di kapal sebagai syarat penerbitan Surat Kelayakan Kapal Perikanan dengan kriteria sebagai berikut:

a) Kapal dengan ukuran <150 GT atau (<425 M3) harus

dilengkapi dengan alat komunikasi radio yang siap digunakan dalam keadaan bahaya serta alat navigasi.

b) Kapal dengan ukuran bobot kotor 150 GT – 304 GT atau

425 – 850 M3, harus memenuhi peraturan kapal Indonesia yang mensyaratkan bahwa setiap kapal harus memiliki stasiun radio telekomunikasi yang memenuhi syarat sesuai dengan instruksi Menteri Perhubungan No.IM.18/AL.450 Phb-82 tanggal 16 Desember 1982 dan SK Direktur Jenderal Perhubungan Laut No 44 tahun 1983 dengan jarak capai sekurang-kurangnya 100 Mil bagi kapal-kapal berukuran 100 M3 – 850 M3.

Penggunaan Alat dan Perangkat Telekomunikasi dalam Sistem Navigasi dan Komunikasi Aktivitas Perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung (Riva’atul A.W) Pemanfaatan TIK secara maksimal melalui penggunaan

komunikasi aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan infrastruktur sistem navigasi dan komunikasi maritim yang

Bitung.

memadai, efektif, dan efisien merupakan faktor yang dapat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat mendorong pemantapan dan peningkatan performansi antara lain: aktivitas perikanan (Santoso, Kusuma, & Utomo, 2013, hal. 1. Kemkominfo khususnya Direktorat Jenderal SDPPI dapat 91). Manafe menyatakan bahwa potensi perairan yang

mengetahui penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi dimiliki Indonesia belum dapat dimanfaatkan secara

pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan aktivitas maksimal terutama oleh nelayan tradisional karena adanya

perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung. keterbatasan teknologi (Manafe & Affandi, 2009, hal. 30). 2. Sebagai referensi untuk mengoptimalkan penggunaan alat

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Afif dkk melalui dan perangkat telekomunikasi dalam sistem navigasi dan penelitiannya juga menemukan bahwa belum adanya

komunikasi bagi pihak-pihak yang berhubungan langsung teknologi komunikasi yang memadai berkontribusi terhadap

dengan aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung. kurang maksimalnya pemanfaatan sumber daya alam perairan. Dengan adanya sistem komunikasi di laut maka para nelayan dapat mengupdate data-data pelayaran seperti data

II. TI NJAUAN P USTAKA

koordinat lokasi penangkapan ikan (Afif, Ardita, & Affandi, A. Deskripsi Teori

2012, hal. 57). Selain itu, secara umum hasil penelitian

1) Alat dan Perangkat Telekomunikasi International Telecommunication Union (ITU) tahun 1990-an

menunjukkan bahwa 1% kenaikan telendensitas pada sektor Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 53 Tahun 2000 telekomunikasi memberikan kontribusi sebesar 3% pada

tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit pertumbuhan Gross National Product (GNP). Data tersebut Satelit,

setiap pemancaran, menunjukkan

telekomunikasi

diartikan

pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam khususnya pada sektor telekomunikasi, dapat memberikan

bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi bangsa

radio, atau sistem (Setiawan, 2010, hal. 1-3).

elektromagnetik lainnya. Alat telekomunikasi diartikan setiap Peningkatan performansi bidang kelautan dan perikanan

alat perlengkapan yang digunakan dalam bertelekomunikasi. melalui penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi dalam Adapun

telekomunikasi diartikan sebagai sistem navigasi dan komunikasi aktivitas perikanan

perangkat

sekelompok alat telekomunikasi yang memungkinkan diharapkan dapat menjadi trigger untuk membuka peluang bertelekomunikasi. peningkatan perekonomian atau kesejahteraan masyarakat

Setiap alat dan perangkat telekomunikasi yang digunakan yang menjadikan aktivitas perikanan sebagai sumber di wilayah negara Republik Indonesia wajib memenuhi perekonomiannya.

persyaratan teknis yang dilaksanakan melalui sertifikasi. Alat Dengan fokus penelitian pada aktivitas perikanan maka

dan perangkat telekomunikasi terdiri atas 4 (empat) kelompok berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat yaitu (Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi, 2008): dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:

a) Kelompok jaringan network yaitu kelompok alat dan

a) Bagaimana operasionalisasi sistem navigasi dan perangkat telekomunikasi yang penempatannya di jaringan komunikasi aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan

utama (core network). Contohnya sistem switch satelit Bitung ?

(GMDSS) dan transmisi satelit.

b) Bagaimana penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi

b) Kelompok akses adalah kelompok alat dan perangkat pada sistem navigasi dan komunikasi aktivitas perikanan di

telekomunikasi yang penempatannya di antara jaringan Pelabuhan Perikanan Bitung ?

utama (core network) dan terminal serta antarjaringan

c) Bagaimana mengoptimalkan penggunaan alat dan utama. Contohnya transmitter antenna untuk jaringan perangkat telekomunikasi pada sistem navigasi dan

telekomunikasi publik dan stasiun bumi, pemancar radio komunikasi aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan

maritim, serta pemancar radio navigasi untuk jaringan Bitung ?

telekomunikasi non-publik.

c) Kelompok alat pelanggan (Customer Premises penelitian, maka tujuan penelitian ini yaitu:

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah

Equipmen/CPE ) adalah kelompok alat telekomunikasi

a) Mengetahui operasionalisasi sistem navigasi dan yang penempatannya di ujung jaringan akses/pengguna. komunikasi aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan

Contohnya modem kabel, terminal GSM 900/1800 MHz Bitung.

(handphone/hp), terminal radio trunking, wi-fi/wireless

b) Mengetahui penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi LAN, serta modem satelit untuk jaringan telekomunikasi pada sistem navigasi dan komunikasi aktivitas perikanan di

publik, dan radio amatir, Very Small Aperture Terminal Pelabuhan Perikanan Bitung.

(VSAT), HT, Bluetooth, wi-fi/wireless LAN, serta Radio

c) Mengetahui cara mengoptimalkan penggunaan alat dan Frequency Identification Device (RFID) untuk jaringan perangkat telekomunikasi pada sistem navigasi dan

telekomunikasi non-publik.

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.4 Desember 2014 : 279 - 290

d) Kelompok alat dan perangkat pendukung telekomunikasi

b) Mempelajari serta menentukan rute/jalan yang harus adalah kelompok alat dan perangkat yang digunakan

ditempuh agar kapal sampai ke tujuan dengan aman, cepat, sebagai

selamat, dan efisien.

telekomunikasi. Alat dan perangkat jenis ini tidak wajib Untuk tujuan navigasi, dikenal adanya Global Navigation disertifikasi. Contohnya receiver antenna, menara Satellite System (GNSS) atau satelit navigasi yaitu sistem pemancar telekomunikasi, dan terminal GPS.

yang memberikan pelayanan data dan informasi posisi suatu Adapun penggunaan alat dan perangkat yang menggunakan

objek di muka bumi ini selama system receiver tetap aktif medium spektrum frekuensi tersebut harus melalui Izin (Prasasti, 2010, hal. 65). Satelit navigasi global memancarkan Stasiun Radio (ISR) serta harus sesuai dengan peruntukannya sinyal navigasi penentuan posisi kepada pengguna yang dan tidak saling mengganggu. Spektrum frekuensi juga tidak dikendalikan dari stasiun pengendali di bumi. Penentuan boleh diganti atau diubah di luar frekuensi ber-ISR (Direktur posisi dapat dilakukan berdasarkan 4 (empat) dimensi yaitu Operasi Sumber Daya, 2013). Penggunaan spektrum frekuensi garis bujur, garis lintang, ketinggian, dan waktu. Saat ini radio pada alat dan perangkat telekomunikasi dapat negara-negara mengembangkan sistem satelit navigasi diklasifikasi sebagai berikut:

global Global Navigation Satellite Systems (GNSS).

a) Dinas Tetap dan Bergerak Darat Satelit navigasi yang sudah dikembangkan saat ini adalah (1) Dinas Tetap antara lain: microwave link, komunikasi

satelit Global Satellite System (Glossnass) yang dioperasikan HF, dan wireless broadband.

untuk kepentingan militer Russian Military Spaces Forces (2) Dinas bergerak darat antara lain: radio trunking,

dan satelit Global Positioning System (GPS) atau Navigation komunikasi

System with Time and Ranging-Global Positioning System konvensiona/komrad/konsesi

(NAVSTAR-GPS) yang dioperasikan oleh US Departement repeater , rig/mobile-unit, Handy-Talky (HT).

dengan

perangkat

of Defense untuk kepentingan militer dan umum (Prasasti,

b) Non-Dinas Tetap dan Bergerak Darat

GNSS yang masih (1) Dinas penyiaran antara lain: radio siaran dan televisi

sedang dikembangkan adalah a. Sistem Galileo milik Eropa siaran.

yang dikembangkan Uni Eropa bekerjasama dengan (2) Dinas maritim antara lain: stasiun kapal dan stasiun

European Space Agency (ESA), b. Sistem navigasi regional pantai.

Beidou, dikembangkan Cina, c. Sistem navigasi India (3) Dinas satelit antara lain: stasiun angkasa dan stasiun

Satellite System (IRNSS) bumi.

Regional

Navigational

dikembangkan oleh India, dan (iv) Quasi-Zenith System (4) Dinas penerbangan antara lain: stasiun pesawat udara

Satellite (QZSS) akan dikembangkan oleh Jepang. Negara- dan stasiun darat-udara (ground-to-air).

negara terus melengkapi dan meningkatkan kemampuan GNSS sehingga dapat digunakan oleh negara-negara di

2) Sistem Navigasi seluruh dunia. GNSS telah dimanfaatkan untuk tujuan

Navigasi berasal dari bahasa latin navis dan agere. Navis militer, transportasi/angkutan, baik darat, laut, maupun udara, diartikan kapal dan agere diartikan pekerjaan memindahkan dan digunakan untuk penentuan geografis, pemantauan

atau menjalankan. Dengan demikian navigasi secara umum gunung berapi dan penelitian (Bakara, 2011). dapat diartikan sebagai

Satelit yang banyak digunakan dalam bidang perikanan di memindahkan kapal dari satu tempat ke tempat lain di muka

pengetahuan sekaligus

seni

Indonesia adalah GPS. Global Positioning System (GPS) juga bumi sesuai rencana (Anggrahini, 2012, hal. 3). Navigasi juga berfungsi dalam penentuan posisi kapal dengan ketelitian dan

dapat diartikan proses mengendalikan gerakan angkutan baik jangkauan yang lebih luas, dan yang paling penting adalah di udara, di laut, atau sungai. Navigasi dalam bidang kelautan untuk sistem kemudi kapal.Tingkat ketelitian ditentukan oleh

dan perikanan diartikan proses melayarkan kapal dari satu beberapa faktor antara lain: tempat ke tempat lain dengan lancar, aman, dan efisien. Alat a) Metode penentuan posisi yang digunakan. maupun perangkat navigasi merupakan suatu yang sangat

b) Geometri atau distribusi dari satelit-satelit yang diamati. penting dalam menentukan arah kapal. Zaman dahulu c) Ketelitian data yang digunakan.

navigasi kapal atau arah tujuan kapal dilaukan dengan melihat d) Strategi/metode pengolahan data yang diterapkan. posisi benda-benda langit seperti matahari dan bintang-

GPS juga dapat memberikan informasi waktu transfer dari bintang di langit. (Prasetyo, Aulia, & Iskandarianto, 2012, satu tempat ke tempat lain sampai beberapa nanodetik. Selain

hal. 1-2). GPS, dalam sistem navigasi juga dikenal perangkat navigasi Sistem navigasi di bidang kelautan dan perikanan

elektronik lainnya yang secara umum banyak digunakan mencakup beberapa kegiatan pokok antara lain (Daulay, dalam bidang perikanan seperti (Daulay, 2012):

a) Radar

a) Menentukan tempat kedudukan (posisi), dimana kapal Radio Detection and Ranging atau Radar merupakan

berada di permukaan bumi sehingga dapat menjamin salah satu peralatan navigasi elektronik terpenting. Radar terciptanya aspek-aspek ekonomis.

telah menjadi instrumen penting sejak masa perang Dunia

II. Pada zaman sekarang, radar berperan penting dalam

Penggunaan Alat dan Perangkat Telekomunikasi dalam Sistem Navigasi dan Komunikasi Aktivitas Perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung (Riva’atul A.W) navigasi dan piranti keselamatan pada alat transportasi baik

Setiap kapal perikanan penangkap maupun pengangkutan darat, laut, maupun udara (Alam, Kurniawan, & Yuwono,

diharuskan memasanag transmitter VMS. Aturan ini 2013, hal. 1). Selain berfungsi memberikan petunjuk

diberlakukan berdasarkan (Prasasti 2010, 18-21): adanya kapal, pelampung, kedudukan pantai dan objek di

a) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 60 sekeliling kapal, radar juga berfungsi memberikan

Tahun 2001 tentang Penataan Penggunaan Kapal informasi jarak antara kapal dan objek tersebut. Dengan

Perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) demikian, kedudukan kapal dapat diketahui sehingga

Pasal 32 Ayat 1:

sangat membantu dalam menghindari atau mencegah ―Kapal perikanan yang dibeli dengan cara usaha oatungan, terjadinya tabrakan di laut terutama ketika keadaan cuaca

beli-angsur atau lisensi, wajib memasang transmitter untuk buruk, berkabut, malam hari, atau dalam kondisi dimana

kepentingan sistem pemantauan kapal (Vessel Monitoring lampu suar, pelampung, bukit, atau bangunan visual tidak

System /VMS).‖

dapat diamati.

b) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5

b) Vessel Monitoring System Tahun 2008 tentang Usaha Perikanan Tangkao Pasal 88 Salah satu teknologi sistem pemantauan yang banyak

ayat 1:

digunakan secara nasional maupun internasional adalah ―Setiap kapal penangkap dan/atau kapal pengangkut ikan Vessel Monitoring System (VMS). Food and Agriculture

berbendera Indonesia berukuran lebih dari 30 (tiga puluh) Organization (FAO) mengatur pengelolaan perikanan

GT wajib memasang dan mengaktifkan transmitter atau melalui Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF)

(Vessel Monitoring pada tahun 1995, dimana setiap anggota FAO yang

System /VMS).‖

wajib c) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3 mengimplementasikan

mempunyai sumberdaya

Tahun 2007 tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan and surveillance (MCS) dalam pengelolaan sumberdaya

Pasal 8 Ayat 1:

perikanannya dalam rangka mewujudkan pengelolaan ―Persyaratan kelayakan teknis operasional bagi kapal sumberdaya ikan yang bertanggung jawab dan lestari

penangkap ikan meliputi keberadaan dan keaktifan alat (Prasasti, 2010, hal. 49). Monitoring adalah kegiatan untuk

pemantauan kapal perikanan yang dipersyaratkan‖ mengetahui status sumberdaya perikanan dalam hal

d) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5 pengumpulan,

Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Sistem Pemantauan penangkapan ikan. Control adalah kegiatan untuk

Kapal Perikanan Pasal 12:

mengendalikan segala kegiatan penangkapan ikan sesuai ―Kapal perikanan Indonesia berukuran di atas 30 GT dengan ketentuan peraturan yang berlaku serta tujuan

sampai dengan 60 GT wajib dilengkapi transmitter pengelolaan sumberdaya perikanan. Control merupakan

offline ‖.

salah satu inti pengawasan untuk menetapkan apakah suatu

3) Sistem Komunikasi

kegiatan penangkapan ikan ilegal atau tidak. Surveillance adalah kegiatan pengawasan untuk ditaatinya ketentuan

Berdasarkan medium fisik yang digunakan, sistem peraturan-peraturan pengelolaan sumberdaya di laut untuk

komunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu menjamin sumberdaya perikanan tidak over-exploited,

sistem komunikasi kabel dan nirkabel. Fokus penelitian ini pencurian dapat diminimalkan, dan manajemen pengaturan

adalah sistem komunikasi nirkabel dengan menggunakan penangkapan ikan dapat diterapkan (Ditjen Pengawasan

frekuensi radio atau gelombang radio sebagai medium dan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Departemen

pembawa informasi atau lebih dikenal dengan sistem Kelautan dan Perikanan, 2009, hal. 21).

komunikasi radio. Spektrum frekuensi radio adalah kumpulan pita frekuensi radio yang memiliki lebar tertentu. Undang-

VMS merupakan salah satu komponen sistem MCS undang penyiaran No. 32/2002 Pasal 1 Ayat 8 menyebutkan dengan menggunakan satelit dan peralatan transmitter yang bahwa spektrum frekuensi radio merupakan gelombang ditempatkan pada kapal perikanan (Prasasti 2010, 18-21). elektromagnetik yang merambat di udara serta ruang angkasa Teknologi ini memungkinkan penggunanya untuk memonitor

tanpa medium buatan dan tidak dapat dibuat atau didaur ulang posisi kapal, jalur pergerakan atau perpindahan kapal, bahkan

Republik Indonesia, 2002). mengidentifikasi waktu kapal di posisi tertentu serta

oleh manusia (Presiden

Gelombang radio merupakan bagian dari gelombang kecepatan kapal di perairan near realtime (mendekati saat elektromagnetik pada spektrum frekuensi radio dengan

panjang gelombang lebih dari 10 terjadi). Pemantauan kegiatan usaha penangkapan ikan -3 meter dan berada pada (kapal-kapal

daerah MHz (Mussafi, 2013, hal. 4). Sistem komunikasi radio Automatic Location Communicator atau ALC (Prasasti, 2010,

perikanan) dengan

VMS

memanfaatkan

juga dapat diartikan sebagai sistem komunikasi yang tidak hal. 58). VMS terdiri dari dua jenis yaitu VMS online yang menggunakan kawat dalam proses perambatannya melainkan

memanfaatkan teknologi GPS dan VMS offline yang menggunakan udara atau ruang angkasa sebagai pengantar menggunakan teknologi wi-fi pada frekuensi 2,4 GHz dengan (Winarno, Darjat, & Zahra, 2009, hal. 1). jarak jangkau 100 m dari antena pemancar (Prasanti 2007).

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.4 Desember 2014 : 279 - 290

serta perancangan dan bagian yaitu pesawat radio, antena, dan power supply. implementasi program. Tahap Evaluasi yang dilakukan baik Pesawat radio atau perangkat radio berdasarkan fungsinya

Sistem komunikasi radio pada dasarnya terdiri dari 3

terhadap proses maupun hasil implementasi kebijakan. terbagi menjadi bagian pemancar (transmitter) dan bagian Penilaian terhadap proses kebijakan difokuskan pada tahapan penerima (receiver) yang menjadi satu kesatuan transceiver. perumusan kebijakan, terutama untuk melihat keterpaduan Beberapa keuntungan sistem komunikasi radio antara lain antartahapan serta sejauh mana program mengikuti garis (Suharno, 2010, hal. 32):

kebijakan yang telah ditetapkan.

1. Dapat diimplementasikan (deployment) lebih mudah dan Sedangkan Rossi membedakan tipe evaluasi kebijakan cepat.

publik menjadi lima tipe yaitu 1) Research Program Planning

2. Bersifat lebih ekonomis. dan Development. Riset kebijakan ini bertujuan untuk

3. Dapat menjangkau lokasi yang jauh. merancang kebijakan agar sesuai dengan tujuan yang Adapun kelemahan penggunaan sistem komunikasi radio

dikehendaki. Riset evaluasi ini lebih sering disebut dengan adalah (Suharno, 2010, hal. 33):

formative research yang kegiatannya meliputi monitoring

1. Rentan terhadap interferensi dari frekuensi lain yang dapat kebijakan, evaluasi dampak, dan analisis efisiensi, 2) Project mengganggu komunikasi.

Monitoring Evaluation Research. Riset kebijakan ini

suatu kebijakan telah radio.

2. Faktor cuaca mempengaruhi sifat perambatan gelombang

diimplementasikan sesuai rancangan kebijakan. Riset Penggunaan sistem komunikasi nirkabel untuk band

monitoring kebijakan ini hasil akhirnya memberikan maritim mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sistem assessment yang sistematis, apakah suatu kebijakan komunikasi kapal digunakan untuk berhubungan antara awak dilaksanakan sesuai dengan rancangannya dan apakah suatu kapal yang berada pada satu kapal, kapal lain, petugas darat,

kebijakan telah mencapai apa yang menjadi sasaran kebijakan, dan stakeholder lain yang terkait dengan aktivitas perikanan.

3) Impact Evaluation. Riset kebijakan ini bertuj uan menguji Baiknya sistem komunikasi yang terdapat pada kapal laut

efektivitas suatu kebijakan dalam pencapaian tujuan kebijakan. merupakan hal yang penting mengingat angka kecelakaan Riset ini lebih mengarah kepada sampai sejauh mana suatu transportasi di laut Indonesia cukup tinggi disebabkan oleh

kebijakan menyebabkan perubahan sesuai dengan yang buruknya sistem komunikasi yang terdapat di kapal (Prasetyo, dikehendaki (intended research), 4) Economic Efficiency Aulia, & Iskandarianto, 2012, hal. 1). Sistem komunikasi Evaluation. Riset ini bertujuan menghitung efisiensi ekonomi dalam aktivitas perikanan dibutuhkan untuk mendukung dan

kebijakan. Riset ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi memberikan sumber informasi antarkapal nelayan dan dimana suatu sumberdaya itu sifatnya terbatas dan langka, 5) stakeholder terkait sehingga potensi

Comprehensive Evaluation. Riset ini memiliki beberapa dimanfaatkan semaksimal mungkin (Sutoyo & Affandi, 2012, tujuan diantaranya untuk menentukan apakah perlu atau tidak hal. 24).

kelautan dapat

suatu

dilakukan seperti yang direncanakan, menilai apakah suatu kebijakan menghasilkan

kebijakan

intervensi

4) Teori Evaluasi perubahan atau modifikasi yang konsisten dengan outcomes Penelitian ini merupakan bagian dari evaluasi penggunaan

yang diharapkan, dan menilai apakah dana kebijakan alat dan perangkat telekomunikasi pada sektor maritim digunakan secara efisien. Dari tujuan tersebut dapat dilihat sekaligus sebagai bahan perencanaan penyusunan kebijakan jika riset ini mencakup monitoring, impact, cost benefit atau terkait alat dan perangkat telekomunikasi khususnya pada cost effectiveness analysis (Widodo, 2007, hal. 118-122). sektor maritim. Perumusan kebijakan melibatkan tiga tahapan Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa utama yaitu identifikasi, implementasi, dan evaluasi penelitian ini merupakan bagian dari Research Program (Soeharto, 2006, hal. 78). Planning dan Development yang didasarkan keinginan untuk

memberikan referensi terkait perencanaan telekomunikasi bidang maritim. Selain itu, penelitian ini juga dekat dengan konsep jenis teori evaluasi kebijakan Economic Efficiency Evaluation dimana penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi secara optimal dalam rangka peningkatan performansi bidang perikanan.

Gambar 1. Model Segitiga Perumusan Kebijakan

B. Studi Pustaka

Perananannya yang vital baik dalam menunjang berbagai Tahap Identifikasi terdiri dari identifikasi masalah dan

lini, perekonomian maupun sosial, suatu negara menjadikan kebutuhan, analisis masalah dan kebutuhan, penginformasian

alat dan perangkat rencana kegiatan, perumusan tujuan kebijakan, pemilihan

telekomunikasi sebagai salah satu topik penelitian yang model kebijakan, penentuan indikator, serta membangun menarik untuk dikaji. Beberapa penelitian yang mengangkat

dukungan dan legitimasi publik. Tahap Implementasi terdiri 284

Penggunaan Alat dan Perangkat Telekomunikasi dalam Sistem Navigasi dan Komunikasi Aktivitas Perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung (Riva’atul A.W) topik ini sebagai fokus kajian telah dilakukan beberapa

peneliti diantaranya:

1. Manafe dkk pada tahun 2009 mengadakan penelitian tentang pengembangan modem untuk sistem komunikasi data nirkabel ad hoc. Penelitian ini berangkat dari pentingnya teknologi dalam mengatasi keterbatasan pemanfaatan potensi perairan di Indonesia khususnya oleh nelayan. Hasil penelitian memberikan rekomendasi desain protokol modem yaitu protokol komunikasi data paket radio antar kapal nelayan dengan algoritma Ad Hoc on

Demand Distance Vector (AODV) yang bekerja pada kanal Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian frekuensi VHF (Manafe & Affandi, 2009, hal. 30).

2. Windyandari tahun 2011 melakukan penelitian tentang Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh gambaran tantangan sistem komunikasi laut di Indonesia sebagai

mengenai penggunaan dan perangkat telekomunikasi dalam faktor pendukung keselamatan pelayaran. Penelitian

mendukung aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan menemukan bahwa sistem komunikasi untuk kapal di

Bitung. Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Indonesia

pemantauan aktivitas atau kegiatan kapal (posisi, pergerakan, meningkatnya angka kecelakaan kapal di laut maupun di

perlu ditingkatkan

mengingat

semakin

kecepatan), pemantauan kondisi dan keamanan kapal, pelabuhan,

Automatic pemantauan kondisi dan keamanan awak kapal, pemantauan Identification System atau AIS (Windyandari, 2011, hal.

salah satunya

menggunakan

wilayah pesisir, pengawasan hasil tangkapan ikan (jenis ikan, 60).

lokasi bongkar muat, jumlah ikan yang ditangkap),

3. Hidayat, dkk juga melakukan penelitian di tahun 2011 pengawasan illegal trading dan illegal fishing, dan dimana mengangkat topik Desain Sistem Kontrol Autopilot

pemantauan kedatangan dan keberangkatan kapal. Menggunakan GPS Pada Kapal.

Penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi yang menunjukkan bahwa sistem ini masih mendapat pengaruh

Hasil penelitian

dimaksud adalah penggunaan alat atau perangkat yang dari kondisi alam dan lingkungan sehingga dalam

menggunakan medium frekuensi radio termasuk fungsinya pengoperasian perlu memperhatikan kondisi alam dan

dalam sistem navigasi dan komunikasi. Selain itu perlu pula lingkungan (Hidayat, Hendriawan, Sumantri, & Arifin,

mengidentifikasi alat atau perangkat tambahan (yang 2011, hal. 1).

dibutuhkan) untuk mengoptimalkan keberlangsungan sistem

4. Prasetyo, dkk tahun 2012 mengkaji tentang perancangan navigasi dan komunikasi. Alat telekomunikasi dalam sistem navigasi pada kapal (MCST-1 ship autopilot) untuk

penelitian ini adalah setiap alat perlengkapan yang digunakan mendukung sistem autopilot dengan menggunakan media

dalam berkomunikasi. Perangkat telekomunikasi adalah komunikasi GPRS GSM Gateway untuk mendukung

sekelompok alat telekomunikasi yang memungkinkan terciptanya sebuah sistem autopilot kapal yang baik

bertelekomunikasi. Sistem yang dimaksud dalam penelitian (Prasetyo, Aulia, & Iskandarianto, 2012, hal. 1).

ini adalah gabungan

berbagai

alat dan perangkat

5. Wiji Santoso, dkk tahun 2013 melalui judul Evaluasi telekomunikasi termasuk fungsi pengolah informasi (Menteri Program Revitalisasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dan

2008). Pemanfataan Prasarana Keselamatan Pelayaran di Distrik Navigasi

penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi sebagai bagian Tarakan Kalimantan Timur menemukan bahwa diperlukan

dari sistem navigasi dan komunikasi secara efisien diharapkan kondisi alur pelayaran yang aman dan nyaman di dalam

dapat memberikan efek berganda (multiple effect) dalam melakukan pelayaran dari dan menuju ke pelabuhan dan

aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung. melalui program Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dan

Peningkatan performansi aktivitas perikanan di Pelabuhan Prasarana Keselamatan Pelayaran (Santoso, Kusuma, &

Perikanan Bitung diharapkan dapat secara langsung Utomo, 2013, hal. 91).

mendorong peningkatan performansi masyarakat bahari Penelitian-penelitian sebelumnya fokus kepada desain

dalam rangka peningkatan perekonomian atau kesejahteraan teknis alat atau perangkat, sedangkan dalam penelitian ini, mereka. fokus penelitian diarahkan kepada pengoptimalisasian pemanfaatan alat atau perangkat sistem navigasi dan komunikasi yang berhubungan dengan aktivitas perikanan di

III. M ETODE P ENELITIAN Pelabuhan Perikanan Bitung yang dimiliki nelayan maupun

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kota Bitung Provinsi stakeholder terkait. Berdasarkan latar belakang yang telah Sulawesi Utara yang merupakan salah satu kota di Indonesia diuraikan maka dapat digambarkan kerangka permikiran

yang terkenal dengan bidang kelautan dan perikanannya. dalam penelitian ini sebagai berikut:

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode penelitian

yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan kerangka pikir

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.4 Desember 2014 : 279 - 290 dan literatur penelitian serta dengan mempertimbangkan Samudera (PPS) Kota Bitung Kementerian Kelautan dan

pemantau Pangkalan Adapun metode penelitian yang digunakan dapat diuraikan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PPSDKP) sebagai berikut:

fokus penelitian yang dikaji dan data yang dibutuhkan. Perikanan,

operator

perangkat

Kota Bitung Kementerian Kelautan dan Perikanan, nahkoda kapal patroli Pos Pelayanan Terpadu Kapal Perikanan dan

A. Jenis dan Metode Penelitian Syahbandar PPS Kota Bitung, operator Stasiun Radio Pantai

Jenis penelitian ini adalah eksploratif dengan pendekatan Distrik Navigasi Kelas I Kota Bitung Kementerian kualitatif. Melalui metode ini, peneliti diharapkan dapat

Perhubungan, nahkoda kapal nelayan, dan perwakilan Balai memperoleh gambaran dan pemahaman melalui eksplorasi Monitoring Spektrum Frekuensi dan Orbit Satelit Manado

penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi dalam sistem Kementerian Komunikasi dan Informatika. navigasi dan komunikasi aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung.

D. Metode Analisis Data

B. Teknik Pengumpulan Data model analisis interaktif menurut Miles dan Huberman yang Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung di terdiri dari tahapan proses koleksi data/data collection, lokasi penelitian dan hasil wawancara dengan informan penyederhanaan data/ data reduction, penyajian data/ data terpilih. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari buku display, dan pengambilan kesimpulan serta verifikasi/ teks, hasil penelitian sebelumnya, majalah, artikel, dan jurnal conclusion, drawing verifying (Musdalipa, 2010, hal. 217). ilmiah yang terkait dengan masalah penelitian. Teknik

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

IV. H ASIL P ENELITIAN DAN P EMBAHASAN wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka

triangulasi sumber data melalui 1) Wawancara. Teknik

dimana peneliti secara langsung bertanya kepada informan

A. Sistem Navigasi dan Komunikasi di Pelabuhan Perikanan terpilih yang dianggap kompeten dalam memberikan

Bitung

informasi untuk menjawab

Sistem navigasi dan komunikasi aktivitas perikanan penelitian (Sugiyono, 2012, p. 140), 2) Observasi. Pelabuhan Perikanan Bitung dimanfaatkan antaralain untuk Pengumpulan data ini dilakukan melalui pengamatan di lokasi

pertanyaan

permasalahan

pemantauan wilayah pesisir, pengawasan keamanan kapal, penelitian

pengawasan aktivitas atau kegiatan kapal (posisi, pergerakan, telekomunikasi dalam sistem navigasi dan komunikasi kecepatan),

tentang penggunaan

keselamatan awak kapal, aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung sehari- pemantauan cuaca dan kondisi laut, pengawasan hasil

pengawasan

hari. Dalam hal ini, peneliti berperan sebagai pengamat non- tangkapan ikan (jenis ikan, lokasi bongkar muat, jumlah ikan partisipatif yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan

yang ditangkap), pengawasan illegal trading, pengawasan sehari-hari objek pengamatan sebagai sumber data penelitian illegal fishing, dan sebagainya. Operasionalisasi sistem

(Sugiyono, 2012, p. 145), 3). Studi Dokumentasi. Metode ini navigasi dan komunikasi ini seharusnya melibatkan berbagai dilakukan dengan mengumpulkan data dari sumber-sumber pihak; pelaku langsung aktivitas perikanan (nahkoda kapal, tertulis atau dokumen baik yang diperoleh sendiri maupun

anak buah kapal, nelayan), instansi pemerintah (PPS, diperoleh dari informan penelitian yang dapat dijadikan

PPSDKP, Pos Pelayanan Terpadu Kapal Perikanan, dan referensi. Adapun aspek yang difokuskan yaitu jenis dan

Syahbandar PPS dari Kementerian Kelautan dan Perikanan fungsi alat dan perangkat telekomunikasi yang digunakan serta Distrik Navigasi Kelas I Kementerian Perhubungan

serta posisinya dalam arsitektur sistem navigasi dan melalui Stasiun Vessel Traffic Service (VTS) atau stasiun komunikasi.

Pelayanan Lalu Lintas Kapal dan Stasiun Radio Pantai), serta Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. stakeholder

(perseorangan/pengusaha pemilik kapal, Adapun peran lain peneliti sebagai instumen penelitian yaitu

Kelompok Masyarakat memilih informan penelitian sebagai sumber data, melakukan

Pengawas/Pokmaswas). Namun, hasil penelitian menemukan pengumpulan data. Menilai kualitas data, analisis data, bahwa masing-masing pihak yang terlibat memiliki sistem menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuan

navigasi dan komunikasi yang umumnya dibangun secara penelitian (Sugiyono, 2012, pp. 305-306). Adapun alat bantu parsial atau tidak terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem

yang digunakan antara lain panduan wawancara, buku catatan, yang memadai. Output sistem dalam bentuk informasi hanya alat rekam, dan kamera.

bersumber dari alat atau perangkat telekomunikasi internal masing-masing pihak. Kondisi ini menyebabkan terjadinya

C. Informan keterbatasan dan tumpang tindihnya informasi yang diperoleh Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan

sebagai akibat tidak memadainya alat atau perangkat purposive sampling . Adapun informan yang dilibatkan dalam

telekomunikasi yang dimiliki.

penelitian ini terdiri dari Kepala Seksi Postel Dinas Kominfo Kebutuhan akan ketersediaan informasi yang memadai Kota Bitung, perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) mendorong penggunaan berbagai jenis alat dan perangkat Kota Bitung, operator perangkat radio Pelabuhan Perikanan

Penggunaan Alat dan Perangkat Telekomunikasi dalam Sistem Navigasi dan Komunikasi Aktivitas Perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung (Riva’atul A.W)

telekomunikasi. Beberapa kekurangan operasionalisasi sistem 1. Handphone

yang teridentifikasi antara lain: Handphone sebagai salah satu alat komunikasi yang

1. Kurang memadainya alat atau perangkat sistem navigasi banyak beredar di masyarakat mengusung fleksibilitas dan komunikasi yang dimiliki. Misalnya PPS Bitung hanya

sebagai salah satu keunggulannya. PPSDKP menggunakan dapat memantau melalui High Frequency (HF) Tranceiver.

handphone untuk menghubungi nahkoda atau awak kapal Awak kapal memilih untuk langsung berkomunikasi

ikan. Tahun 2011, selain memanfaatkan layanan voice call dengan perusahaan/perseorangan pemilik kapal karena alat

dan message, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) atau perangkat yang digunakan lebih canggih dibandingkan

meluncurkan program pengawasan menggunakan platform milik instansi pemerintah sehingga lebih mudah bertukar

atau sistem SMS Gateway yang memungkinkan distribusi informasi.

informasi dengan lebih cepat. Sistem ini diperkenalkan

2. Kurangnya kemitraan, kerjasama, sharing informasi kepada Pokmaswas dalam bentuk handphone yang telah antarpihak, serta tidak terbangunnya integrasi sistem.

terkoneksi dengan sistem SMS Gateway sebanyak 4 unit. Beberapa kapal nelayan hanya membangun komunikasi

2. Handy Talky

biasanya menggunakan alat melalui pihak berwenang seperti operator PPS. Dalam

dengan perusahaan/perseorangan pemilik kapal dan tidak

Kapal

lumba-lumba

komunikasi handy talky (HT) yang bekerja pada frekuensi kondisi cuaca yang buruk, PPS rentan kehilangan

Very High Frequency (VHF). HT dengan frekuensi kerja komunikasi dengan kapal ikan atau nelayan padahal

VHF juga digunakan salah satu pemilik kapal perseorangan perolehan informasi dapat melalui PPSDKP yang

sehingga biasanya komunikasi hanya terjadi antara kedua terhubung dengan sistem satelit.

pihak tersebut. Petugas di kantor syahbandar juga

3. Alur sistem komunikasi tidak optimal yang mengakibatkan menggunakan HT pada frekuensi level High Frequency kurangnya koordinasi. Stasiun radio pantai sebagai

(HF) untuk memandu kedatangan dan keberangkatan kapal. mediator

HT juga biasa digunakan oleh pajeko kapal tuna dalam perusahaan/perseorangan dan stasiun radio kapal laut tidak

aktivitas perdagangan hasil tangkapnya. Jika ISR yang difungsikan sebagai mana mestinya. Perusahaam perikanan

dipegang adalah non-komersial, penggunaan HT tersebut (tangkap-perikanan) tidak melakukan koordinasi melalui

sudah melanggar ketentuan karena untuk keperluan stasiun radio pantai tetapi menggunakan HT.

komersial, ISR yang dipegang haruslah ISR konsesi.

4. Kurangnya kesadaran pelaku aktivitas perikanan akan Pelanggaran penggunaan frekuensi radio seperti ini akan pentingnya sistem navigasi dan komunikasi. Kapal kecil

ditindak hukum melalui penyitaan alat. yang biasanya berada di laut untuk jangka waktu yang

3. High Frequency Tranceiver

tidak lama tidak dilengkapi dengan perangkat komunikasi. PPS Bitung menggunakan HF tranceiver pada frekuensi 9.932.5 MHz Mode Upper Side Band (USB). Perangkat ini

B. Penggunaan Alat dan Perangkat Telekomunikasi di digunakan untuk koordinasi dengan PPS maupun PPN Pelabuhan Perikanan Bitung Saat Ini

lainnya serta memonitor kapal-kapal nelayan di laut (posisi Sistem navigasi dan komunikasi untuk aktivitas bergerak

kapal, keselamatan kapal). Saat ini perangkat tersebut idealnya menggunakan alat atau perangkat nirkabel dengan

terhubung dengan PPS Kendari, PPN Talaud, PPN spektrum frekuensi radio sebagai mediumnya. Dengan

Cirebon, PPN Sampit, PPN Tuban, PPN Kwandang, dan penggunaan alat atau perangkat nirkabel, perolehan informasi

kapal-kapal nelayan. Salah satu kekurangannya yaitu menjadi lebih fleksibel. Sistem navigasi dan komunikasi yang

koneksi sangat rentan dipengaruhi kondisi cuaca seperti ideal adalah ketika informasi yang diperoleh tidak terputus

ombak dan angin kencang. Sebelum tahun 2009, PPSDKP dan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan

juga menggunakan HF tranceiver mode Single Side Band bersama. Perencanaan dan pembangunan sistem komunikasi

(SSB) sebagai media komunikasi namun kemudian beralih yang baik akan dapat mempermudah semua elemen dalam

menggunakan handphone dengan alasan keamanan atau perolehan informasi (Gunawan & Noertjahyana, 2013, hal.

kerahasiaan informasi.

194). Keberadaan navigasi dan keberlangsungan komunikasi 4. Very High Frequency Tranceiver

antarpelaku aktivitas perikanan darat-darat maupun darat-laut Dengan jarak jangkau 100 meter, nahkoda kapal patroli menjadi penentu keberhasilan aktivitas perikanan. Secara

biasanya menggunakan VHF tranceiver pada channel 5 umum, instansi pemerintah maupun stakeholder yang terlibat

dan 6 untuk berkomunikasi dengan kapal mitra (kapal dalam aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung

pengangkut). Komunikasi juga dapat dilakukan pada memanfaatkan jaringan telekomunikasi publik (transmitter

Dokumen yang terkait

Studi Standardisasi Sertifikat Elektronik dan Keandalan dalam Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik The Study of Electronics Certificate and Certificate of Reliability Standarization in The Implementation of Electronic Transaction System

0 0 16

Analisis Kesuksesan Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika An Analysis of Information System Success (Sistem Informasi Manajemen SDPPI)

0 0 14

Evaluasi Kinerja IEEE 802.11e HCCA untuk Dukungan QoS pada WLAN Menggunakan NS-2 Performance Evaluation of IEEE 802.11e HCCA for WLAN QoS Support in NS-2

0 0 10

Analisis Isi SMS Iklan Layanan Telekomunikasi Operator Telkomsel, Indosat dan Xl berdasarkan Etika Pariwara Indonesia Periode 2013 Content Analysis of the SMS Advertising Telecommunication Services of Telkomsel, Indosat, and Xl based on Advertisment Ethic

0 0 10

Analisis interferensi T-DAB dan TV Analog pada pita Very High Frequency (VHF) Interference Analysis of T-DAB and Analog Television on VHF Band

0 0 14

Studi Efektivitas Penanganan Gangguan Frekuensi Radio di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio The Study of Handling Effectiveness on Radio Frequency Interference at the Radio Frequency Spectrum Monitoring Center

0 0 16

Studi Awal Perencanaan Jumlah Kebutuhan BTS dalam Penerapan Menara Bersama Telekomunikasi di Kota Palangka Raya Preliminary Study of the Planning of Required BTSs in Implementation of Shared Telecommunication Towers in Palangka Raya

0 0 10

Technical Challenges of DVB-T2 Implementation in Indonesia Tantangan Teknis Implementasi DVB-T2 di Indonesia

0 0 14

Efek Penetrasi Telekomunikasi Terhadap Ekonomi Indonesia 2002-2011 The Effect of Telecommunication Penetration on the Indonesian Economy in 2002-2011

0 1 10

Analisis Struktur Pasar Penyelenggara Jasa Akses Internet di Indonesia Market Structure Analysis of Internet Service Providers in Indonesia

0 1 10