IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN KERANGKA KERJA PENGEMBANGAN

OLEH:
DRS. ALIANIS, MS
NOWA ZULVA RIANI, SE. M.Si
DON1 SATRIA, SE

Penelitian ini dibiayai oleh:
Dana DlPA Tahun Anggaran 2009
Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian (SP3)
No: I271/H35/KU/DIPA/2009
Tanggal 11 Mei 2009

FAKULTAS EKONOMI
UNlVERSlTAS NEGERI PADANG
2009

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul penelitian

/I
l


I

2.Bidang Ilmu Penelitian
3. Ketua peneliti
a. Nama lengkap
b. Jenis Kelamin
c. NIP
d. Pangkatjgolongan
ei Jabatan

: Identifikasi Permasalahan dan Kerangka Kerja

Pengembangan UMKM di Sumatera Barat
: Ekonomi
: Drs. Alianis, MS
: Laki-laki
: 19591129198602 1001

: Pembina IVa 1 Lektor Kepala

: Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Padang.
f. Fakultas/Jurusan

: Ekonomil Ekonomi Pembangunan

4. Anggota Peneliti

: 1. Novya Zulva Riani, SE. M.Si

5.Jumlah Tim peneliti
6 . Lokasi Penelitian
7.Waktu penelitian
8. Biaya

2. Doni Satria, SE
: 3 (tiga) orang
: Sumatera Barat
: 7 bulan

: Rp.39.000.000,00
(Tigapuluh sembilan juta rupiah)

I

Padang, 20 Desember 2009
Ketua peneliti,

&
Drs. Alianis, MS

NIP 19591 129 198602 1 001
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian,

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN KERANGKA KERJA PENGEMBANGAN

I

UMKM DI SUMATERA BARAT


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan perkembangan usaha
kecil di Surnatera Barat, sehingga didapat peta klaster UMKM sebagai acuan yang tepat untuk
memahami perrnasalahan yang dihadapi oleh sektor ini. dan dapat menjawab persoalan tentang
metode, strategi, tindakan dan kebijakan yang tepat untuk pemberdayaan usaha mikro, kecil dan
menengah. Penelitian ini juga bertujuan untuk menemukenali berbagai faktor pendorong dan
faktor pengharnbat kinerja UMKM baik yang berasal dari internal maupun dari ekstemal usaha
kecil dalam mengembangkan usahanya. Metode yang digunakan adalah pengklasteran dengan
metode Industrial Concentration Index, menemukenali factor pendorong dan pengharnbat kinerja
UMKM dengan analisis regresi berkendala.

1I
1

'

I

1

I

I

Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan Klaster terbentuk di daerah yang mempunyai
penyerapan tenaga kerja lebih besar secara proporsional dibandingkan dengan total tenaga kerja
yang terserap oleh provinsi. Untuk jenis UMKM pangan, maka klaster terjadi di Kabupaten
Tanah Datar dengan sentra UMKM pembuatan gula tebu. Untuk jenis UMKM Sandang dan
Kulit, maka klaster terbentuk di Kota Bukittinggi yang memang dikenal sebagai pusat grosir bagi
barang-barang sandang, Untuk jenis UMKM logam dan elektronika, klaster terbentuk di Kota
Solok, sebagian besar UMKM jenis ini adalah UMKM yang membuat produk-produk pertanian
dan Kota Solok dan sekitarnya adalah sentra penghasil produk-produk pertanian seperti beras,
cabe, bawang dll. Untuk jenis UMKM kimia clan bangunan, klaster terbentuk di daerah
Kabupaten 50 Kota, jenis industry ini sebagian besar didominasi oleh industry-industri kecil
yang mengandalkan natural advantage yaitu bahan baku untuk pernbuatan produk-produk seperti
batu bata
Sementara itu dari hasil analisis regresi ditemukenali bahwa pengaruh vikiable urnur,
produktifitas tenaga kerja, modal usaha dan dummy variable yang mengukur dukungan pihak
terkait (D2) terhadap kinerja (produksi) UMKM secara statistic signifikan terhadap kinerja
UMKM dengan derajat keyakinan 95%. Sedangkan hasil uji t untuk variable Dl yang merupakan

proksi variable orientasi pasar menunjukan bahwa variable ini tidak signifikan secara statistic.
Dengan kata lain orientasi pasar dalam model yang diestimasi tidak memiliki pengaruh yang
signifkan terhadap kinerja UMKM.

PENGANTAR
Kegiatan penelitian dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan serta terapannya.
Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk
melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajarnya, baik yang secara
langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dana dari surnber lain yang
relevan atau bekerja sama dengan instansi terkait.
Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasama
dengan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Dikti Depdiknas RI
melalui Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Universitas Negeri Padang dengan surat
perjanjian kerja Nomor: 1721/H35/KUIDIPAJ2009 Tanggal 11 Mei 2009 telah membiayai
pelaksanaan penelitian dengan judul Identifikasi Permasalahan dan Kerangka Kerja
Pengembangan UMKM di Sumatera Barat.
Kami menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai
permasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan perrnasalahan penelitian tersebut
di atas. Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang telah
dapat memberikan inforrnasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting dalam

peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Di samping itu, hasil penelitian ini juga
diharapkan memberikan masukan bagi instansi terkait dalam rangka penyusunan kebijakan
pembangunan.
Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pembahas usul dan laporan penelitian, serta
telah diseminarkan ditingkat nasional. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pads umurnnya, dan peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri
Padang.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
membantu pelaksanaan penelitian ini. Secara khusus, kami menyampaikan terima kasih kepada
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Dikti Depdiknas yang telah
memberikan dana untuk pelaksanaan penelitian tahun 2009. Kami yakin tanpa dedikasi dan
kerjasarna yang baik dari DP2M, penelitian ini tidak dapat diselesaikan sebagaimana yang
diharapkan. Semoga ha1 yang demikian akan lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Terima kasih.

Padang, November 2009
Ketua Lembaga Penelitian
as ,Negeri Padang,

-,


Q

d Fauzan, M

i ~ 3 199001
0
1 001

.

DAFTAR IS1

Halaman

PENDAHULUAN .......................................................................

BAB I

1.1 Latar Belakang ...........................................................................

1.2 Tujuan Khusus ...........................................................................
1.3 Sasaran ....................................................................................
1.4 Keutamaan Penelitian ..................................................................
STUD1 PUSTAKA .....................................................................

BAB I1

11.1 Klaster ....................................................................................
11.2 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ...................................................
BAB 111 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
111.1 Metode clan Langkah-langkah Penelitian ............................................
111.2 Definisi Operasional ...................................................................
III.3 Luaran ....................................................................................
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................................

IV .1 Karakteristik UMKM ..................................................................

.........................................................................

IV.3 Karakteristik Klaster UMKM .........................................................
A Berdasarkan Status Hukurn UMKM .................................................
B Berdasarkan Operasi Bisnis ...........................................................
C Berdasarkan Ukuran Bisnis Per Pekej a .............................................
D Berdasarkan Ukuran Bisnis Per Omset ..............................................
E Berdasarkan Orientasi Pasar ..........................................................
IV .4 Pennasalahan Internal ..................................................................
A Kualitas Sumber Daya Manusia ......................................................
B Jiwa Kewirausahaan ....................................................................
C Manajemen Usaha ......................................................................
IV.2 Klaster UMKM

I
i

1

IV.5 Pennasalahan Eksternal ................................................................
A Akses Ke Pasar Input


...................................................................

B Akses Ke Pasar Output ..................................................................

C Akses Ke Lembaga Keuangan ........................................................
D Akses Informasi .........................................................................

E Infiastruktur ..............................................................................
F Birokrasi, Peraturan dan Perijinan ....................................................
IV.6

Focus Group Discussion ................................................................

A Kendala Yang Dihadapi ................................................................

B Harapan Untuk Masa Depan ...........................................................
IV.7

Hasil Regresi Analisis Kinerja UMKM ..............................................

IV.8

Analisis Kinerja UMKM Surnatera Barat ............................................

A Analisis Aspek Tujuan Pemasaran .....................................................

B Analsisi Aspek Faktor Input ...........................................................

..............................
D Analisis Aspek Dukungan Pihak Terkait dan Pemerintah .........................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
V.l Kesimpulan ...............................................................................
V.2 Saran-Saran ................................................................................
C Analisis Aspek Faktor Struktur Pasar dan Persaingan

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
G

Halaman
Tabel 1

Perkembangan UMKM Sumatera Barat ...........................................

Tabel 2

Jurnlah Tenaga Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Sumatera Barat
Tahun 2007 .............................................................................

Tabel 3

Industrial Concentration Index UMKM di Surnatera Barat Tahun 2007 ......

Tabel 4

Klaster UMKM di Surnatera Barat ..................................................

Tabel 5

Jumlah Sampel Penelitian ............................................................

Tabel 6

Karakteristik UMKM Berdasarkan Indikator Status hokum Usaha ............

Tabel 7

Karakteristik UMKM Berdasarkan Indikator Operasi Bisnis ...................

Tabel 8

Karakteristik UMKM Berdasarkan Indikator Ukuran Bisnis Per Pekerja

Tabel 9

.....
Karakteristik UMKM Berdasarkan Indikator Ukuran Bisnis Per Omset ......

Tabel 10

Karakteristik UMKM Berdasarkan Indikator Tujuan Pemasaran ...............

Tabel 11

Karakteristik UMKM berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilik UMKM .....

Tabel 12

Karakteristik UMKM Berdasarkan Jiwa Kewirausahaan ........................

Tabel 13

Karakteristik UMKM Berdasarkan Manajemen Usaha ..........................

Tabel 14

Akses UMKM Ke Pasar Input ......................................................

Tabel 15

Akses UMKM Ke Pasar Output .....................................................

Tabel 16

Akses UMKM Ke Lembaga Keuangan ............................................

Tabel 17

Akses UMKM Untuk Mendapatkan Inforrnasi ....................................

Tabel 18

Akses UMUM Ke Infrastruktur .....................................................

Tabel 19

Kendala Yang Dihadapi UMKM Secara Umum

Tabel 20

..................................
Harapan UMKM Untuk Pengembangan Usaha dan Infkastruktur ..............

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tiga alasan mengapa perlu adanya kebijakan industri dalam satu perekonomian
adalah: pertama, kebijakan industri akan meningkatkan skala ekonomis dan menyebabkan
knowledge spillovers, kedua, untuk mengatasi masalah kegagalan koordinasi dalam
perekonomian pasar dan ketiga adanya eksternalitas positif dari informasi. (Pack dan Saggi,
2006: 268).

Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi

merupakan langkah yang strategis (kebijakan industri) dalam meningkatkan dan memperkuat
dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia, khususnya melalui
penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan
demikian upaya untuk memberdayakan UMKM hams terencana, sistematis dan menyeluruh
baik pada tataran makro, meso dan mikro yang meliputi (Bappenas, 2006): (1) penciptaan
iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin
kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi; (2) pengembangan sistem pendukung
usaha bagi UMKM untuk meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat
memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya
lokal yang tersedia; (3) pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM
dan menengah (UKM); dan (4) pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang
berskala usaha mikro.
Pennasalahan klasik bagi UMKM meliputi permasalahan internal (rendahnya
kualitas) dan permasalahan eksternal (rendahnya keunggulan kompetitif) dan ini menjadi
faktor penghambat perkembangan UMKM, yang secara langsung memberi dampak negatif
bagi pencapaian tujuan pembangunan. Pengharapan yang besar terhadap Usaha Mikro yang
nantinya dapat memberdayakan keluarga-keluarga miskin sehingga terbebas dari kemiskinan,
menyebabkan peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja pengembangan
klaster UMKM di Sumatera Barat

1.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah modul bagi kerangka kerja usaha
pegembangan klaster UMKM di Sumatera Barat. Hal ini dapat dicapai dengan beberapa
tahapan yaitu: pertarna, memetakan klaster Industri UMKM dan mengindentifikasi
seluruh permasalahan yang ada dalam klaster UMKM, kedua, mengelompokan
permasalahan tersebut dalam empat kelompok besar permasalahan, sehingga dapat
diketahui kelompok permasalahan utama dalam suatu klaster UMKM, dan terakhir
menghasilkan sebuah modul kebijakan yang komprehensif dan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan dalam usaha untuk mengembangkan masing-masing klaster

UMKM di Sumatera Barat. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan peta klaster UMKM di Sumatera d m mengklasifikasikan masingmasing klaster tersebut berdasarkan kelompok Industrinya
2. Mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dalam pengembangan UMKM dari masingmasing klaster yang telah dipetakan dan diklasifikasikan

3. Menghasilkan sebuah modul bagi langkah-langkah yang harus diambil seluruh
peman&u kepentingan dalam kebijakan pengembangan UMKM untuk masingmasing klaster sesuai dengan kendala yang mereka hadapi.

1.3 Sasaran
Sasaran dari penelitian ini adalah:
1. Tersedianya data base UMKM berdasarkan indikator Status Hukum usaha, Operasi
Bisnis, Ukuran Bisnis per pekerja, Ukuran bisnis per omzet, Tujuan pemasaran

2. Tersedianya data base permasalahan UMKM dari sudut internal dan eksternal
3. Teridentifikasinya permasalahan utama UMKM, dalarn rangka menentukan target

sasaran kebijakan pengembangan UMKM
4. Tersediany sebuah modul panduan sesuai dengan tahapan-tahapan yang
direkomendasikan yang dapat dijalankan oleh seluruh stakeholders (pengusaha,
masyarakat, perbankan dan pemerintah) untuk pengembangan UMKM dalam masingmasing klaster

1.4 Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Perkembangan UMKM di Sumatera Barat menunjukkan peningkatan baik dari
kuantitas maupun dari jumlah tenaga kerja terserap, seperti yang ditunjukkan tabel 1 dibawah
ini. Dari tahun 200 sampai tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah unit usaha UMKM dari
52.484 unit menjadi 497.690 unit atau meningkat sebesar 282,7 % per tahun. Sementara itu
jumlah tenaga kerja terserap juga meningkat sebesar 123,3% setiap tahunnya.. Tetapi
produktifitas UMKM menunjukkan penurunan, dimana pada tahun 2004 setiap unit UMKM
hanya bisa menyerap 3,6 tenaga kerja sementara pada tahun 200 tenaga kerja terserap pada
setiap unit UMKM adalah hanya 1,s orang, atau mengalami penurunan produktifitas sebesar
16,67 % setiap tahun. Tigginya jumlah tenaga kerja terserap pada sektor usaha mikro kecil
dan menengah ini membuktikan bahwa terdapat peluang yang cukup lebar bagi penyerapan
tenaga kerja seiring dengan berkembangnya UMKM.

Perkembangan UMKM Sumatera Barat

I

Tahun

Indikator
2004

2007

Pe*umbuhao
Rata-rata

I

(%>

Jumlah unit usaha

52.484

497.690

282,7

Jumlah tenaga kerja

188.030

883.425

123,3

3,6

1,s

(16,67)

Produktifitas

Sumber: Deperindag, Sumatera Barat
Perkembangan UMKM yang meningkat dari segi kuantitas tersebut belum diirnbangi
oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM. Pernasalahan klasik yang dihadapi adalah
rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh masalah internal yang dihadapi

UMKM yaitu: rendahnya kualitas SDM UMKM dalam manajemen, organisasi, penguasaan
teknologi, dan pemasaran; lemahnya kewirausahaan dari para pelaku UMKM; dan
terbatasnya akses UMKM terhadap permodalan, informasi teknologi dan pasar, serta faktor
produksi lainnya. Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya
adalah besamya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan kelangkaan

bahan baku. Perolehan legalitas formal hingga saat ini juga masih merupakan persoalan
mendasar bagi UMKM di Indonesia, menyusul tingginya biaya yang hams dikeluarkan dalam
pengurusan perizinan. Sementara itu, kurangnya pemahaman tentang koperasi sebagai badan
usaha yang memiliki struktur kelembagaan dan insentif yang uniklkhas dibandingkan badan
usaha lainnya, serta kurang memasyarakatnya informasi tentang praktek-praktek berkoperasi
yang benar (best practices) telah menyebabkan rendahnya kualitas kelembagaan dan
organisasi koperasi. Bersamaan dengan masalah tersebut, koperasi dan UMKM juga
menghadapi tantangan terutama yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan globalisasi
ekonomi dan liberalisasi perdagangan bersarnaan dengan cepatnya tingkat kemajuan
teknologi.
Disamping faktor kualitas, permasalahan yang sering kali dialami oleh UMKM adalah
bagaimana memenangkan persaingan dengan daerah dan atau industri lain, untuk itu
diperlukan strategi yang komprehensip yang dapat mendorong keunggulan komperatif
menjadi keunggulan kompetitif. Klaster, sebagai inkubator inovasi diharapkan dapat
membantu memecahkan permasalahan memenangkan persaingan.
Kajian mengenai klaster bukan ha1 baru di Indonesia, pada umumnya masih berupa
sentra-sentra UKM. Sentra UKM terdiri dari sekumpulan industri skala kecil dan menengah
yang terkonsentrasi pada suatu lokasi yang sama serta telah berkembang cukup lama. Sentra

UKM mencerminkan suatu tipe klaster yang paling sederhana dan berkembang secara
alamiah tanpa intervensi dari pemerintah. Klaster-kiaster ini pada umumnya berkembang di
wilayah pedesaan, -merupakan kegiatan tradisional masyarakat yang telah dilakukan secara
turun-temurun, serta memiliki komoditi yang spesifik. Jenis klaster yang ada sangat beragam,
antara lain klaster kerajinan, makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, kulit dan
produk kulit, kimia dan produk kimia, bahan bangunan, peralatan, dan sebagainya Selain
klaster UKM yang terbentuk secara alamiah, terdapat pula sejumlah kecil klaster yang
tumbuh dan berkembang akibat dukungan pemerintah, misalnya PIK (Perkampungan lndustri
Kecil) dan Lingkungan Industri Kecil (LIK). Pertnasalahan apa yang terjadi di dalam klasterklaster tradisional ini sangat erat kaitannya dengan pengembangan UMKM kedepan.
Dari uraian yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa diperlukan sebuah
penelitian dan analisis yang mendalam pemetaan klaster UMKM di Sumatera Barat.
Selanjutnya dapat dilakukan identifikasi permasalahan (eksternal maupun internal) yang

dihadapi oieh UMKM tersebut, sehingga dapat direkomendasikan tindakan yang dapat
diambil oleh seluruh stakzholders untuk dapat mengembangkan UMKM tersebut.

BAB II
STUD1 PUSTAKA

11.1 KLASTER

Berbagai terminologi digunakan untuk menjelaskan konsep klaster Industri, benang
merah yang dapat ditarik dari berbagai terminologi tersebut adalah; klaster merupakan
konsentrasi geografis berbagai kegiatan usaha di kawasan tertentu yang satu sama lain saling
melengkapi (komplementer), saling bergantung, dan saling bersaing dalam melakukan
aktivitas bisnis. Perusahaan-perusahaan atau industri tersebut memiliki persarnaan kebutuhan
terhadap tenaga keja,teknologi, dan infrastruktur. Perusahaan-perusahaan atau industri yang
termasuk dalam klaster tersebut saling berkompetisi antar sesarna anggota klaster, membeli
bahan baku, atau bergantung pada layanan jasa sesama anggota untuk mengoperasikan
bisnisnya masing-masing. Industri di sini adalah dalam pengertian luas, seperti industri
berbasis pertanian (agroindustri), industri kerajinan, industri pengolahan, industri teknologi
dan informasi, industri pariwisata dan lain-lain.
Suatu klaster industri berbeda dengan asosiasi-asosiasi perdagangan, yang memiliki
keanggotaan yang lebih sempit dan terfokus. Suatu asosiasi perdagangan, misalnya, mungkin
hanya terdiri dari satu jenis industri yang memusatkan perhatian pada upaya-upaya lobi.
Sebaliknya, klaster adalah suatu aglomerasi dari industri di suatu kawasan dan juga
perusahaan-perusahaan independen yang merupakan kunci dari keber-hasilan industri di
suatu daerah. Klaster industri yang terorganisir dengan baik akan menyumbangkan
kesejahteraan bagi daerah karena meningkatkan SDM melalui pelatihan terprogram atau tidak
terprogram, pembangunan infrastruktur yang diperlukan, dan penelitian di berbagai
universitas/akademi teknik.

Pendekatan Klaster dalam Peningkatan Daya Saing Daerah

Peningkatan persaingan pada intinya adalah pengembangan klaster secara terencana.
Klaster berbeda dengan bentuk pengelompokan lain yaitu lokalisasi dan urbanisasi ekonomi.
Mengutip Henderson (1988) dan O'Sullivan (1996), sebagaimana dikutip dalam Mudrajat
Kuncoro (2003), lokalisasi ekonomi terjadi jika biaya produksi perusahaan dalam industri

menurun sejalan dengan peningkatan output total industri. Dengan menempatkan perusahaan
secara berdekatan satu sama lain dalam industri yang sama, perusahaan dapat menikmati
beberapa keuntungan. Sebaliknya, urbanisasi ekonomi terjadi jika biaya produksi tiap
perusahaan menurun sejalan dengan peningkatan output total kota (urban). Bentuk ekonomi
ini adalah hasil dari skala keseluruhan ekonomi perkotaan, tidak hanya skala industri tertentu
saja. Selanjutnya, ekonomi urbanisasi bermanfaat bagi semua perusahaan di seluruh kota,
tidak hanya perusahaan didalam industri yang terkait. Jadi klaster berbeda dengan lokalisasi
perusahaan industri yang umum disebut sebagai kawasan industri, dan berbeda pula dengan
urbanisasi ekonomi yang merupakan efek samping dari terbentuknya klaster.
Klaster secara signifikan meningkatkan kemampuan ekonomi daerah untuk
membangun kekayaan masyarakat, sebab dalarn banyak hal, mereka bertindak sebagai
inkubator inovasi. Klaster mempunyai unsur-unsur utama yang diperlukan untuk mengubah
gagasan menjadi kekayaan

- universitas

atau pusat riset yang menciptakan temuan baru;

perusahaan yang mentransformasi temuan tadi ke dalam produk atau jasa baru; pemasok yang
menyediakan perlengkapan atau komponen penting; dan perusahaan pemasaran dan distribusi
yang membawa produk itu ke pelanggan. Hasilnya ,adalah kawasan dengan klaster yang
tumbuh akan menikmati upah, produktivitas, pertumbuhan usaha, dan inovasi yang lebih
tinggi.
Michael Porter (1994) telah meneliti tentang klaster industri di tingkat kotaf
kabupaten, propinsi, dan internasional. Berdasarkan penelitiannya, ia mengembangkan apa
yang dinamakan "diamond of advantage", suatu model yang menawarkan

pemahaman

tentang apa yang terjadi di dalam klaster maupun tentang persaingan yang terjadi di
dalarnnya. Porter berpendapat bahwa daerah akan mengembangkan suatu keunggulan
kompetitif berdasarkan kemampuan inovasi, dan vitalitas ekonomi merupakan hasil langsung
dari persaingan industri lokal.
Berbagai faktor yang memicu inovasi dan pertumbuhan klaster diantaranya:
1. Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan, infrastruktur khusus yang tersedia,

dan hambatan-hambatan tertentu.
2. Permintaan sektor rumah tangga, atau pelanggan-pelanggan lokal yang

mendorong perusahaan-perusahaan untuk berinovasi

3. Dukungan industri terkait, industri-industri pemasok lokal yang kompetitif
yang

menciptakan

inf+astruktur bisnis

dan

memacu

inovasi

dan

memungkinkan industri-industri untuk spin off:

4. Strategi, struktur, dan persaingan, tingkat persaingan antar industri lokal yang
lebih memberikan motivasi dibanding persaingan dengan pihak luar negeri,
dan "budaya" lokal yang mempengaruhi perilaku masing-masing industri
dalam melakukan persaingan dan inovasi.

Klaster dapat dikembangkan dalam empat area, yaitu dalam bidang-bidang yang
menjadi penentu persaingan sebuah klaster seperti yang dikemukakan oleh Porter (1994),
yaitu : (1) aspek permintaan atau pasar, (2) aspek struktur, strategi, dan persaingan ;(3) aspek
institusi dan industri pendukung; serta (4) kondisi faktor atau input. Pengembangan empat
area tersebut memerlukan suatu kelembagaan pemerintahan yang efektif dan iklirn usaha
yang kondusif.

Tingkat cakupan strategi klaster industri sangat beragarn. Pemerintah suatu daerah
dapat menyelenggarakan suatu inisiatif pembangunan ekonomi dengan menggunakan
kerangka kerja klaster industri. Pemerintah daerah itu rnengkoordinasikan berbagai lembaga
untuk memantau klaster industri. Sementara pemerintah daerah melakukan upaya-upaya
koordinatif, para pelopor industri bekerja keras menggerakkan klaster. Lembaga-lembaga di
tingkat daerah seperti sekolah dan kursus, lembaga penelitian, penyelenggara jasa transportasi
dan teknologi, dll. memberikan dukungan yang penting dalam pembangunan klaster.

Berbagai lembaga itu hams bekeja secara kolaboratif agar dapat efektif, tidak sebagai
lembaga-lembaga yang berdiri sendiri dalam menjalankan program-program kunci.
Keberhasilan suatu klaster, menurut Rosenfeld (1997), dapat dilihat pada beberapa
faktor-faktor penentu kekuatan klaster tersebut ,yaitu :
1. spesialisasi,
2. kapasitas penelitian dan pengembangan

3. pengetahuan dan keterampilan
4. pengembangan sumber daya manusia

5. jaringan kerjasarna dan modal social
6. kedekatan dengan pemasok
7. ketersediaan moda

8. jiwa kewirausahaan, serta
9. kepemimpinan dan visi bersama.
~enurut'studiyang dilakukan oieh JICA (Bappenas, 2004), gambaran umum klaster

i

di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.

Meskipun hanyalah relatif rendah yakni sebesar 17 % dari jumlah total
usaha yang ada di Indonesia, UKM dianggap sebagai kunci perekonomian
yang memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat dan daerah.

2.

Kebanyakan UKM-UKM dalarn klaster merupakan usaha-usaha mikro
yang memiliki ketergantungan kuat kepada para pengumpul lokal sehiigga
seringkali menghilangkan jiwa kewirausahaan.

3.

Produk-produknya ditujukan untuk pasar-pasar yang tidak terlalu menuntut
teknologi dan kualitasnya.

4.

Sebagian besar UKM dalarn klaster tidak memiliki keterikatan internal satu
sama lain sehingga upaya "membangun kepercayaan" (trust building) sulit
dilakukan.

5.

Rendahnya keterkaitan dengan industri dan insitusi terkait merupakan
kendala yang lumrah ditemui sehingga penguatan klaster sulit dilakukan.

6.

Sebagian besar klaster memiliki struktur sosial yang mudah bercerai berai
dan masih berkutat pada strategi untuk mempertahankan hidup.

11.2 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara
Indonesia, secara individu atau tergabung dalam Koperasi dan memiliki hasil penjualan
secara individu paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan No.12/PMK.06/2005 tangggal 14 Februari
2005 tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil.
UMKM adalah usaha yang memenuhi criteria sebagai berikut:
1.

usaha produktif milik Warga Negara Indonesia yang berbentuk badan
usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbentuk hukum, atau
badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi;

2.

bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau berafiliasi, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;dan

3.

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan maksimum Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) per
tahun;

Dalam Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 37M-IND/PER/6/2006, disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan industri kecil adalah perusahan yang melakukan kegiatan usaha di
bidang industri dengan nilai investasipaling banyak Rp. 200.000.000 tidak termasuk tanah
dan bangunan. Sementara BPS, membagi industri menurut jumlah tenaga kerja terserap
yaitu industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang, industri kecil dengan
jumlah tenaga kerja 5-19 orang, industri menengah dengan jumlah tenaga kerja 20-99
orang dan industri besar dengan jumlah pekerja lebih dari 100 orang.
Mudrajat (2004) mengidentifikasi karakteristik dari industri kecil yaitu:
1.

Tidak adanya pernbagian tugas yang jelas antara bidang administrasidan
operasi.

Kebanyaan industri kecil dikelola oleh perorangan yang

merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta
memanfaatkan tenagaa kerja dari keluarga atau kerabat dekat.
2.

Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal
sehingga cenderung tergantung pada pembiayaan dari modal sendiri atau
10

sumber-sumber lain seperti keluarga, kerbat, pedagang perantara bahkan
rentenir.

3.

Sebagian besar industri kecil belum mempunyai status badan hukum

4.

Sebagian besar bergerak pada kelompok usaha makanan, minuman dan
tembakau, bahan galian bukan logam, industri tekstil, industri kayu,
barnbu, rotan dan sejenis perabot rumah tangga.

Berdasarkan kelompok komoditinya, Departemen Perindustrian dan Perdagangan
menggolongkan UKM ke dalam 4 (empat) kelornpok, yaitu UKM Penggerak Perekonomian
Daerah, UKM pendukung, UKM berorientasi ekspor, dan UKM inisiatif baru (Technology
base). UKM Penggerak Perekonomian Daerah adalah industri yang utamanya menggunakan
bahan baku lokal (bahan bakunya mudah diadakan), tidak menuntut skill yang tinggi, mudah
dilakukan transfer teknologi, relatif mudah dikerjakan, produknya sebagian besar terserap
pasar lokalldomestik atau tidak memerlukan upaya pemasaran yang sulit, mempunyai potensi

untuk dikembangkan dan merupakan unggulan daerah. UKM pendukung (supporting
industry) adalah industi yang menjual produk/jasanya terhadap industri yang lain, dirnana

nilai tambah dari produk/jasa tersebut akan ditingkatkan. UKM berorientasi ekspor adalah
industri yang telah memiliki tingkat competitiveness yang cukup sehingga produknya dapat
dijual ke luar negeri, baik dilakukan sendiri maupun oleh pedagang (mediator). UKM Inistiaf
baru merupakan suatu industri yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi
(knowledge-based), sehingga menghasilkan nilai tambah yang sangat tinggi serta untuk
mengisi "hollow middle" Industri tersebut tersebut meliputi software komputer dan bioteknologi. Jenis industri ini belum banyak dikembangkan di Indonesia dan pasarnya mash
sangat luas dan t e n s berkembang.
Usaha Menengah adalah usaha produktif yang berskala menengah dan memenuhi
kriteria kekayaan bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) di luar
tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan rnaksimum
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) per tahun sebagaimana dimaksud dalam
Instruksi Presiden Republik Indonesia No.10 tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha
Menengah.

BAB m
METODOLOGI PENELITTAN

m.1 Metode dan Langkah-langkah Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan
kualitatif yang dilakukan melalui metode pengisian kuisioner, wawanwa dengan pelaku
kunci, Focus Group Discussion (FGD),dan observasi di lapangan. Selain itu digunakan datadata sekunder sebagai pendukung dan berbagai literatur yang relevan.
Tahapan penelitian :
1. Menginventarisasi jumlah dan perkembangan UMKM yang berada di beberapa
daerah kabupatenkota di Sumatera Barat. Data tersebut kemudian dikelompokkan ke
dalarn Master-klaster UMKM berdasarkan konsentrasi jenis usaha pada tiap-tiap
daerah dengan menggunakan rumus Indeks Konsentrasi Industri sebagai berikut :

ICI = Sii / Sj
Si 1 S
Dimana :

ICI = industrial concentration index
Sij

=jumlah

tenaga kej a industri i di region j

Sj = total tenaga kej a di region j
Si =jumlah tenaga kej a sektor industri i

S = total tenaga kej a

2. Pemilihan klaster yang akan disurvey pada tahun pertarna penelitian dan penentuan
jumlah sarnpel.

3. Mengelompokan klaster-klaster yang sudah diinventarisasi kedalam kelompok klaster
yang sesuai dengan tipologinya dan Mengidentifikasi persoalan yang dihadapi

UMKM dalam pengembangan usaha, dalam wilayah masing-masing klaster industri.

a) Melakukan baseline economic survey sebagai data dasar UMKM,
meliputi :

I

Data

JenisUM-

I b.Sandang

I

dan Usaha

Kulit

Indikator

I

dan

1 Bisnis

< 3 tahun

/

dan

Elektronika

I

3 - 10 tahun

> 10 tahun

bangunan
e.logam

I

~nforrnal

Operasi

c. Kerajinan
d.Kimia

I

I

per pekerja

1

I

5-1Opekerja
> 10 pekerja

Ukuran bisnis

I

l per

Ormet

I

Ornzet < 50 juta/bulan
Omzet 50 - 100 jutd
bulan

I

Omzet > 100 jutat
bulan
Tujuan

Pasar h k a l

pemasaran

Pasar dalarn Propinsi
Pasar luar propinsi

b) Melakukan survey persoalan internal dan eksternal UMKM,
meliputi:
Eksternal

Internal
Kualitas SDM UMKM

Akses ke pasar input

Jiwa Kewirausahaan

Akses ke pasar output

Manajemen usaha

(permintaan)
Akses
keuangan

ke

lembaga

Akses informasi
Infrastmktur
Birokrasi,
peraturan,perizinan
Dampak desentralisasi
c) Berdasarkan hasil survey, dengan melakukan indeep interview dan
Focused Group Discussion, permasalahan dikelompokkan ke dalam
4 (empat) kelompok besar seperti yang dikemukakan oleh Porter

(2001) sebagai berikut: (1) aspek tujuan pemasaran, (2) aspek factor
input, (3) aspek struktur pasar dan persaingan, (4) aspek dukungan
pihak terkait.
d) Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Porter, kineja UMKM
akan sangat bergantung kepada aspek strategi pemasaran, aspek
faktor input, aspek strategi persaingan, dan aspek industri pendukung
dan lembaga terkait. Semua variable yang digunakan adalah proksi
yang akan mewakili semua aspek yang akan mendukung kineja

UMKM dalarn penelitian ini. Kineja UMKM diukur dengan data
produksi UMKM yang diperoleh dari data hasil survey. Selanjutnya
untuk melihat bagaimana peran strategi pemasaran yang dilakukan
oleh UMKM digunakan proksi perkembangan besaran omset
UMKM. Penggunaan proksi ini dengan asumsi bahwa UMKM yang

mampu meningkatkan jurnlah omset berarti memiliki kemampuan
dan strategi pemasaran yang cukup baik, dalam artian memiliki
tujuan pemasaran yang luas atau semakin memperluas pasar dalarn
satu tahun terakhir. Dalam analisis ini digunakan dummy variable
yang bernilai 1 jika omset meningkat dan 0 jika lainnya. Aspek
faktor input dilihat dari jumlah modal usaha yang digunakan dan
produktifitas tenaga kerja yang digunakan, dirnana komponen modal
usaha adalah termasuk ketersediaan bahan baku dan peralatan
produksi. Aspek strategi persaingan dan kemampuan manajemen
secara umumnya digunakan umur perusahaan. Dengan asumsi bahwa
pengalaman pemilik usaha dalarn mengelola usaha akan semakin

baik dan semakin teruji kemampuan manajerialnya seiring dengan
semakin lamanya dia mengelola usaha tersebut. Proksi ini digunakan
karena berdasarkan sample yang diambil semua pemilik usaha adalah
juga pengelola, dengan kata lain tidak ada pemisahan antara pemilik
dan pengelola usaha.
Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana aspek industri pendukung
dan lembaga terkait, dalam model ini digunakan dummy modal.
Dimana jika sebuah usaha pernah menerima modal bantuan dari
pihak lain selain modal sendiri, baik itu dari pemerintah, koperasi,
pinjaman bank dan bantuan swasta diberi nilai 1 sedangkan jika
hanya menggunakan modal sendiri diberi nilai 0. Penggunaan proksi
ini karena tidak terdapat perbedaan industri pendukung antar usaha
dalam sample, namun dalam ha1 bantuan pennodalan terdapat variasi
data.
Berdasarkan uraian ditas maka didapat spesifikasi model ekonometri
dengan menggunakan data yang tersedia sebagai berikut:

Y = f ( K ,L, Umur,D,, D,)
Dengan

menggunakan

spesifikasi

model

double-log

untuk

mendapatkan elastisitas yang konstan dari variable terikat terhadap
variable bebasnya, maka spesifikasi model OLS (ordinary least
square) untuk model persamaan (1) adalah sebagai berikut:

Dimana:

Y adalah jumlah produksi sebagai proksi untuk kinej a usaha, K dan
L adalah jumlah modal usaha dan produktifitas tenaga kej a sebagai
proksi untuk faktor input, dalam analisis ini produktifitas adalah hasil
produksi rata-rata per tenaga kerja. Umur adalah lamanya perusahaan
berdiri sebagai proksi untuk strategi dan kemampuan bersaing usaha,
Dl adalah dummy variable untuk melihat peran tujuan pemasaran

terhadap kinerja usaha dan D2 adalah dummy variable sebagai proksi
untuk mengetahui darnpak faktor industri pendukung dan dukungan
lembaga terkait terhadap kinerja usaha. Sedangkan

&i,adalah

parameter regresi hasil estmasi dan u adalah unobserved error.
Model diatas dapat dimodifikasi untuk menganalisis bagaimana
dampak tujuan pemasaran dan faktor dukungan lembaga terkait
mentransmisikan pengaruhnya ke kinerja usaha. Jika hasil estimasi
menunjukan hasil yang siginifikan secara statistic terhadap dampak
tujuan pemasaran dan dampak dukungan lembaga terkait terhadap
kinerja usaha, maka dapat dilakukan analisis interaksi kedua variable
ini dengan faktor input yaitu modal dan produktifitas tenaga kerja.
Teknik analisis ini akan memberikan gambaran tentang pola
transmisi terhadap tujuan pemasatan dan dukungan lembaga terkait
terhadap kinerja usaha. Model interaksi antar variable yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Model ini akan dapat diestimasi jika hasil estimasi untuk koefisien
regresi terkait dalam model interaksi ini menunjukan uji statistic
yang signifikan. Dengan menggunakan model interkasi ini maka
akan diketahui apakah akan terjadi perubahan slope koefisien regresi
setelah ada interaksi antara variable dummy dengan variable yang
bukan dummy (Wooldrige, 2005). Sehingga dapat diketahui apakah
akan terjadi peningkatan produktifitas tenaga kerja sebagai akibat
adanya bantuan modal dari pemerintah, yang selanjutnya berdampak
pada peningkatan kinerja usaha.
Selanjutnya dilakukan prosedur pengujian standar terhadap hasil
estimasi persamaan regresi yang dihasilkan (uji t, uji F dan uji
pelanggaran terhadap assumsi klasik regresi OLS). Setelah hasil

estimasi regresi yang didapat telah 1010s dari uji satistik y&g'
dilakukan, dapat ditentukan variable mana - diantara keempat
variable bebas yang dimasukan kedalam model - yang merupakan
faktor utarna yang menentukan kinej a UMKM.
,

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari 3 tahapan penelitian sebelumnya, dapat
diberikan rekomendasi bentuk kebijakan dan tindakan yang sehamsnya dilakukan
oleh selumh pihak pernangku kepentingan untuk mengembangkan UMKM dalam
masing-masing klaster industri UMKM yang telah terpetakan dan teridentifikasikan
masalahnya. Beberapa contoh alternative kebijakan dan tindakan yang dapat
dilakukan antara lain:
a) Bussines Development Services Model
b) Skema Lembaga Kredit Mikro

Definisi Operasional
1. Kierja UMKM merupakan penilaian atas tingkat keberhasilan UMKM yang
dilihat ukuran bisnis berdasarkan jumlah pekeja dan ukuran bisnis
berdasarkan jumlah omset. Data yang digunakan berdasarkan data yang
diperoleh pada base line economic survey.
2. Kondisi permintaanlpasar merupakan target pemasaran dari output UMKM
pada pasar lokal, provinsi dan luar provinsi yang diperoleh dari base line
economic survey.
3. Kondisi Input terdiri dari berbagai macarn aspek rneliputi aspek input tenaga

kerja, bahan baku dan akses infornasi serta saran dan prasarana untuk
memperoleh input. Data diperoleh dari hasil survey kondisi pernasalahan
internal dan eksternal.
4. Struktur, Strategi dan Persaingan meliputi manajemen internal dan hubungan

antar pelaku UMKM. Data diperoleh dari hasil survey kondisi pennasalahan
internal dan eksternal.

5. Industri pendukung dan lembaga terkait meliputi akses finansial, ketersediaan
sektor primer. Data diperoleh dari hasil survey kondisi permasalahan internal
dan eksternal.

6. Wilayah geografis, adalah wilayah yang tidak meli hat wilayah berdasarkan
peta politis seperti kabupaten/kota atau nagari. Posisi wilayah ini bisa terletak
di satu atau lebih wilayah politis.
Luaran
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Terpetakan UMKM berdasarkan klaster usaha dan tipologi klaster
Klaster UMKM

Sumatera Barat

Pangan

Wilayah geografis

Sandang dan Kulit

Wilayah geografis

Kerajinan

Wilayah geografis

Logam dan Elektronika

Wilayah geografis

Kimia dan Bangunan

Wilayah geografis

2. Teridentifikasiiya persoalan-persoalan yang dihadapi UMKM dalam pengembangan
usaha

3. Pengelompokan persoalan ke dalam 4 (empat) kelompok dominant sebagai berikut:
Struktur, strategi perusahaan dan persaingan
Kondisi faktor input
Kondisi permintaan
Industri pendukung clan lembaga terkait
4. Diketahui bagaimana pengaruh dari keempat kelompoklaspek dominan terhadap
kineja UMKM di Sumatera Barat, dan teridentifikasikannya faktor yang paling
utarna dari kempat faktor dominan tersebut yang mempengaruhi kinerja dari UMKM
di Sumatera Barat.

5. Didapatnya modul sebagai acuan kebijakan yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak
terkait dalam usaha untuk meningkatkan kineja UMKM di Sumatera Barat
berdasarkan analisis faktor penghambat dan pendorong kinerja UMKM yang telah
dilakukan.

KERANGKA PEMlKlRAN
Base Line Economic Survev

1
lndikator
Status hukum usaha
Operasi bisnis
Ukuran bisnis per pekerja
Ukuran bisnis per omset

I

I

Klaster UMKM

- -

4

I
I

ldentifikasi Permasalahan UMKM
Internal
Kualitas SDM
Jiwa Kewirausahaan

I

I
I

II

Eksternal
Akses Pasar lnput
Akses Pasar Out put
Akses Lembaga Keuangan
Akses lnformasi

I

Kelompok Permasalahan (Porter, 2001)
Struktur, Strategi Perusahaan dan
Penaingan
Kondisi lnput
Kondisi Permintaan
lndustri Pendukune dan Lernbaea

Analisis Kuantitatif Dampak Permasalahan
Terhadap Kinerja UMKM dan ldentifikasi
Variabel Utama Yang Mempengaruhi Kinerja
UMKM Sumatera Barat

I
Rekomendasi Kebijakan Mengatasi Masalah
dan Meningkatkan Faktor Pendorong Kinerja
UMKM Sumatera Barat, alternative kebijakan:
Bussines Development Services
Model
Skema Lembaga Kredit Mikro

(

I

BAB I V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1V.1 Karakteristik UMKM
Sumatera barat terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 Kota. Kesembilan belas kabupatenl
Kota terbagi menjadi 144 kecamatan yang seluruhnya terbagi lagi atas 494 nagari dan 2086
desa serta 337 kelurahan. Secara topografi wilayah Sumatera Barat terdiri dari wilayah

daratan antara 0 s/d 50 m dpl meliputi Kabupaten Pasaman, Kabupaten Agam, Kabupaten
Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Padang. Wilayah bergelombang
antara 50 s/d 100 m dpl meliputi bagian Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota
Padang Panjang, Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman. Wilayah perbukitan antara 100
dd 500 m dpl meliputi bagian Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kota Bukittinggi,

Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten Tanah Datar.
Fokus kajian dalam penelitian ini adalah mengenai Klaster UMKM secara geografis
atau memetakan wilayah-wilayah geografis tempat tejadinya konsentrasi spatial berbagai
jenis UMKM, serta untuk selanjutnya memetakan perrnasalah-permasalahan yang dihadapi
oleh masing-masing UMKM tersebut.
Berdasarkan data tenaga kej a yang bisa diserap oleh masing-masing UMKM, seperti
terlihat pada tabel 2 dibawah ini, terlihat bahwa untuk UMKM jenis pangan sebagian besar
tenaga kerja yaitu 24,7% dari total tenaga kerja yang terserap di jenis UMKM pangan berada
di Kabupaten Tanah Datar. Sementara untuk UMKM Jenis kerajinan, 29,4 % tenaga kerja
nya bekerja di Kabupaten Agam. Untuk UMKM jenis Sandang dan kulit, sebanyak 343%
tenaga kejanya berada di Kabupaten Agam, untuk UMKM jenis logam dan elektronika
sebagian besar tenaga kerja yaitu sebesar 24,3% tenaga kerja berada di Kota Padang. Dan
terakhir sebagian besar tenaga kerja yang berusaha di UMKM jenis kimia dan bangunan
yaitu 35,6% tenaga kej a berada di Kabupaten 50 Kota.

N.2 Klaster UMKM
Keunggulan kompetitif suatu kawasan atau persaingan kawasan dapat didekati
dengan pendekatan klaster dan jejaring.

Klaster adalah konsentrasi dari beberapa

perusahaanl industry pada kawasan tertentu di wilayah yang sama pada sector atau produk
tertentu yang sama atau yang saling melengkapi. Tujuan pengembangan klaster adalah
efisiensi usaha berupa keuntungan aglomerasi berupa penghematan biaya transportasi,
kemudahan akses input dan output serta keuntungan adanya transfer keahlian yang dicapai
melalui pengelompokan perusahaan atau pengklasteran UMKM dan menengah pada suatu
tempat tertentu.
Salah satu metode pembentukan klaster adalah dengan menghitung indeks
konsentrasi industry pada masing-masing jenis UMKM berdasarkan data banyaknya tenaga
kerja yang terserap. Industri akan terkonsentrasi bila proporsi tenaga kerja pada suatu
wilayah lebih be& daripada proporsi tenaga kerja di wilayah agregat. Secara kuantitatif ha1
ini ditunjukkan dari hasil perhitungan ICI yang lebih besar dari satu (ICI>l). Dengan
menggunakan data tenaga kerja pada masing-masing jenis UMKM di Kabupaten dan Kota
yang ada di Sumatera barat, diperoleh hasil seperti yang dapat dilihat pada tabel 3 dibawah
ini.
Pada tabel 3 dapat dilihat besamya Indeks Konsentrasi Industri, untuk jenis UMKM
pangan terkonsentrasi di beberapa daerah Kabupatenl Kota di Sumatera Barat yang ditandai
dengan besaran nilai ICI yang lebih besar dari 1, yaitu di Kabupaten Pesisir Selatan,
Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasarnan barat, Kabupaten Dhamasraya, dan Kota
Padang. Dimana konsentrasi tenaga keja terbesar (ICI = 2,2) dari jenis industry pangan
terletak di Kabupaten Tanah Datar. lndustri kecil yang termasuk dalam kategori UMKM
jenis pangan adalah industri-industri kecil yang bergerak dalam pengolahan ikan, pembuatan
kerupuk, pembuatan roti, pembuatan gula tebu dll. Di kabupaten Tanah Datar UMKM
pangan didominasi oleh industry pembuatan gula tebu, dimana terdapat perkebunan tebu di
sekitar Tabek Patah dan Pandai Sikek. Tejadinya klaster industry pangan di daerah ini
karena secara geograf~ssangat tergantung dengan keberadaan natural advantage yaitu berupa
ketersediaan bahan baku di wilayah tersebut.

Industrial Concentration Index Industri Kecil di Sumatera barat Tahun 2007

No

KabupatenKota

Pangan

Sandang
dan Kulit

Logam dan
Elektronika

Kimia dan Kerajinan
Bangunan

1

Kab. Agam

0.72

2.03

0.62

0.36

1.74

2

Kab 50 Kota

0.63

0.25

0.09

3.12

0.76

3

Kab. Pasaman

0.88

0.18

1.76

1.50

0.86

4

Kab. Padang Pariaman

0.57

1.98

0.55

1.OO

0.87

5

Kab. Solok

0.79

0.74

1.09

0.77

2.10

6

Kab. Siljunjung

0.37

0.30

2.15

1.81

0.89

7

Kab. Pesisir Selatan

1.24

0.39

1.16

1.33

0.53

8

Kab. Tanah Datar

2.20

0.86

0.70

0.27

0.50

9

Kab. Kep. Mentawai

0.14

-

0.85

1.95

-

10

Kab. Pasarnan Barat

1.98

0.14

1.45

0.9 1

0.16

11

Kab. Dharnasraya

1.27

0.22

3.27

1.19

0.04

12

Kab. Solok Selatan

0.89

0.07

0.30

2.24

0.15

13

Kota Padang

1.08

1.46

2.17

0.58

0.63

14

Kota Padang Panjang

0.69

0.92

1.57

0.64

2.12

15

Kota Bukittinggi

0.7 1

2.56

0.58

0.32

1.25

16

Kota Payakumbuh

0.99

0.85

0.63

1.55

0.29

17

Kota Solok

0.96

0.24

3.88

1.08

0.54

18

Kota Sawahlunto

0.89

1.45

3.64

0.52

0.47

0.72

0.99

0.86

0.66

2.26

19 Kota Pariaman
Sumber: Data diolah

Pada tabel 3 juga terlihat besarnya indeks Konsentrasi Industri untuk jenis UMKM
kerajinan. Jenis UMKM yang termasuk ke dalam industry kerajinan adalah industry-industri
sulaman/ bordir, perhiasan, anyam-anyaman, mebel dll. Hasil perhitungan memperlihatkan
bahwa terdapat konsentrasi UMKM kerajinan di beberapa daerah yang ditunjukkan dengan
besarnya nilai ICI (ICI>l) yaitu pada Kabupaten Agam, Kabupaten Solok, Kota Bukittinggi,
Kota Pariaman clan Kota Padang Panjang. Dimana konsentrasi tenaga kerja terbesar (ICI =

226) dari jenis UMKM kerajinan terletak di Kota Pariaman. Sebagaimana diketahui kota
Pariaman sangatlah kaya dengan hasil-hasil kerajinannya dan menjadi sentm industry
pernbuatan perhiasan untuk perlengkapan perkawinan.
Tabel 3 juga menunjukkan besarnya indeks konsentrasi industry untuk jenis UMKM
sandang dan kulit. Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa terdapat konsentrasi UMKM
sandang dan kulit di beberapa daerah yang ditunjukkan dengan besarnya nilai ICI (ICI>l)
yaitu pada Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota padang,

dan kota Sawahlunto. Dimana konsentrasi terbesar (ICI=2,56) dari jenis UMKM sandang
dan kulit terletak di Kota Bukittinggi. Industri kecil sandang dan kulit meliputi berbagai
jenis industry pertenunan, pakaian jadi, tekstil dll. Seperti diketahui, pada wilayah-wilayah
tersebut terdapat sentra-sentra UMKM yang bergerak di bidang sandang. Di kabupaten
Agam banyak terdapat UMKM sularnan, Kota Bukittinggi dengan keberadaan pusat grosir
pasar aurkuning sebagai sentra penjualan produk-pmduk sandang dan adanya akses pasar
yarig sangat dekat menyebabkan terjadinya konsentrasi spasial indstri kecil sandang dan kulit
di wilayah geografis kota Bukittinggi.
Tabel 3 juga menunjukkan besarnya indeks konsentrasi industry untuk jenis UMKM
logam dan elektronika di beberapa daerah yang ditun