IDENTIFIKASI KONKRESI Fe DAN Mn PADA TEGAKAN JATI (Tectona grandis) DAN LAHAN BEKAS SAWAH DI KECAMATAN MANDE, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Ratih Kurniasih, Paranita Asnur Staf Pengajar Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Guna

  

IDENTIFIKASI KONKRESI Fe DAN Mn PADA TEGAKAN JATI

(Tectona grandis) DAN LAHAN BEKAS SAWAH DI KECAMATAN MANDE,

KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

  

Ratih Kurniasih, Paranita Asnur

Staf Pengajar Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Jl.

  Margonda Raya No.100, Depok 16424 Indonesia.

  Email: [email protected]

  

ABSTRAK

Konkresi menggambarkan adanya reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada

lapisan tanah. Reaksi ini menggambarkan sistem pengelolaan dan pemanfaatan tanah

yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk

mengidentifikasi konkresi besi dan mangan pada lapisan-lapisan tanah dibawah tegakan

Jati (Tectona grandis) dan ditanah bekas sawah yang telah dikeringkan. Metode

penelitian secara kuantitatif deskriptif, pada 3 titik yang mewakili tipe penggunaan

lahan yang berbeda. Pada masing-masing lahan dibuat profil tanah berkuran 1 x 1 x 1,5

m untuk mengidentifikasi konkresi Fe dan Mn pada setiap lapisan horison tanah. Hasil

penelitian menunjukkan adanya konkresi pada kedua lahan, ditandai dengan lapisan

berwarna kemerahan, hitam dan bercak keabuan. Pada semua lapisan horison terdapat

konkresi Fe, Mn atau keduanya dengan bentuk bintik, bintik membulat, pipa dan ada

yang seperti api. Ukuran karatan halus hingga kasar dengan batasan yang kabur hingga

jelas. Semakin dalam lapisan horison, maka jumlah karatan semakin banyak. Proses

pencucian menyebabkan terjadinya perpindahan mineral dari lapisan atas kelapisan

bawah, oleh sebab itu konkresi Fe dan Mn didominasi terdapat pada horizon Bt yang

merupakan horison iluviasi pada lahan bekas sawah.

  Kata kunci: Konkresi, Besi, Mangan, Sawah, Tectona grandis

ABSTRACT yang tinggi (Sahrawat, 2004). Hasil penelitian Noor, dkk (2012) menunjukkan bahwa kandungan Fe yang tinggi pada media tanam akan terakumulasi pada hasil panen padi. Syafruddin (2011) dalam penelitiannya menyebutkan kandungan Fe yang tinggi pada lahan sawah akan menurunkan produksi padi hingga 90%, hal ini dikarenakan konkresi besi memiliki kemampuan untuk menjerap hara seperti fosfor. Sehingga menyebabkan fosfor tidak tersedia bagi tanaman.

  Secara sederhana dilapangan konkresi Fe dan Mn yang terdapat pada lapisan horison tanah memberikan informasi mengenai kesuburan tanah. Oleh sebab itu sebagai informasi awal penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi konkresi besi dan mangan pada lapisan-lapisan tanah dibawah tegakan Jati (Tectona grandis) dan ditanah bekas sawah yang telah dikeringkan.

  METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2017, di Desa Mulyasari, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

  Alat dan Bahan yang Digunakan

  Alat yang digunakan yaitu meteran, alat tulis, pH portable, cangkul, pisau, kantong plastik, cepuk pH dan GPS untuk menentukan titik pengambilan sampel tanah. Bahan yang digunakan yaitu aquadest dan sampel tanah terganggu yang diambil pada setiap lapisan tanah.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey dan secara kualitatif. Sampel titik ditentukan berdasarkan ketinggian tempat pada lahan terbuka dan pada lahan di bawah tegakan jati (Tectona grandis) yang masing-masing dilakukan pada 3 titik. Pada sampel titik yang sudah ditentukan dibuat profil tanah dengan ukuran 1x1x1,5 m. Parameter yang diamati adalah yaitu kedalaman/jeluk tanah, batas dan kejelasan horizon tanah, bentuk horizon, kandungan bahan konkresi, jumlah karatan, ukuran karatan, batas karatan, bentuk karatan dan pH tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  lapisan 2, 3 dan 4 ditemukan jumlah karatan dengan jumlah yang cukup yaitu sekitar 2-20% dari luas penampang. Ukuran karatan pada lapisan 1, 2 dan 4 adalah halus (diameter < 0,5 cm) sedangkan pada lapisan 3 berukuran sedang (diameter 0,5-1,5 cm) dengan batas karatan pada semua lapisan tanah yaitu kabur dengan warna peralihan > 2 mm dengan bentuk karatan yaitu bintik, hampir membulat pada semua lapisan dan nilai pH berkisar 6.

  Pada profil tanah di lahan bekas sawah titik ketiga pada horizon ditemukan bahan konkresi, pada horizon A hanya ditemukan Fe sedangkan pada horizon Bt ditemukan konkresi Fe dan Mn. Pada lapisan 1 ditemukan karatan atau bercak dengan jumlah cukup dan berukuran halus, sedangkan pada lapisan 2 dan 3 ditemukan juga karatan dengan jumlah yang banyak dan berukuran kasar. Batas karatan pada lapisan 1 yaitu kabur dengan bentuk karatan yaitu bintik hampir membulat, sedangkan pada lapisan 2 dan 3 yaitu jelas dengan bentuk karatan yaitu bintik berganda. Nilai pH pada ketiga lapisan ini berkisar 5 – 5,6. Karatan atau bercak pada profil ini berwarna kuning sampai dengan kemerahan, hitam, bahkan ada juga yang berwarna keabuan (gleisasi) sebagai akibat dari proses reduksi.

  Pada titik ketiga, di profil tanah tegakan jati pada horizon A ditemukan adanya konkresi Mn dengan jumlah karatan berwarna kehitaman sedikit dan berukuran halus. Batas karatan dengan warna tanah baur dengan bentuk karatan yaitu bintik hampir membulat. Pada horizon Bt1 dan Bt2 ditemukan bahan konkresi Fe dan Mn. Pada horizon Bt1 ditemukan karatan atau bercak dengan jumlah yang cukup dan berukuran sedang. Batas karatannya adalah kabur dengan bentuk karatan bintik hampir membulat. Pada horizon Bt2 ditemukan banyak karatan atau bercak dengan ukuran kasar dan berbentuk bintik berganda. Karatan atau bercak pada horizon Bt1 dan Bt2 berwarna kemerahan dan kehitaman.

  Pada pedon di lahan bekas sawah titik ketiga ditemukan konkresi Fe dan juga Mn dalam jumlah cukup sampai dengan banyak dengan ukuran halus dan kasar. Pada horizon terakhir yaitu Bt3 ditemukan karatan dalam jumlah banyak yang didominasi dengan warna kemerahan dan kehitaman dan batas karatan dengan warna tanah yaitu jelas. Pada profil tanah ini, bentuk karatan atau bercak bervariasi yaitu bintik hanpir membulat, pipa dan juga berupa seperti api yang lebar atau besar. Konkresi Mn yang berwarna hitam dan bervariasinya ukuran serta bentuk dari konkresi Mn dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kandungan lempung, struktur pori tanah dan juga proses reaksi reduksi dan oksidasi dari mangannya itu sendiri (Hanudin et al., 2012).

  Hasil pengamatan menunjukkan keberadaan konkresi Fe dan Mn didominasi terletak pada horizon A dan Bt. Namun pada horizon A cenderung ditemukan dalam jumlah sedikit, sedangkan pada horizon Bt ditemukan dalam jumlah yang cenderung cukup sampai dengan bawahnya, sehingga seringkali ditemukan karatan-karatan berwarna merah atau hitam hasil dari proses oksidasi ketika proses pengeringan terjadi.

Tabel 3.1. Profil Tanah pada Lahan Di Bawah Tegakan Jati dan Lahan Bekas Sawah pada Titik 1

  Lokasi Profil Titik 1 Karakteristik Profil Lahan Di Bawah Tegakan Jati Lahan Bekas Sawah Tanah Horizon O A Bt A Bt1 Bt2

  

Jeluk Tanah (cm) 0-72/80 72-90 / 80-111 90-109 / 111-114 0 – 30/45 30-71 / 45-82 71-93 / 82-109

Batas dan Kejelasan

  Jelas Berangsur Berangsur Jelas Jelas Berangsur

  Horizon Batas dan Bentuk Berombak/ Berombak/ Berombak/ Berombak Berombak/ Berombak/

Horizon bergelombang bergelombang bergelombang /bergelombang bergelombang bergelombang

Kandungan Bahan

  Fe, Mn Fe, Mn Fe, Mn - Fe, Mn Fe, Mn

  Konkresi Jumlah Karatan/

  Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Banyak

  Bercak Ukuran Karatan/

  Halus Halus Halus Halus Halus Kasar

  Bercak Batas Karatan/

  Kabur Kabur Kabur Kabur Jelas Kabur

  Bercak

Bentuk Karatan/ Bintik, hampir Bintik, hampir Bintik, hampir Bintik, hampir Bintik, hampir Bintik, hampir

Bercak membulat membulat membulat membulat membulat membulat pH 6,2 6,3 5,9 6,4 6,1 5,9

  Lokasi Profil Titik 2 Karakteristik Profil Lahan Di Bawah Tegakan Jati Lahan Bekas Sawah Tanah

  

Horizon AB Bt1 Bt2 Bt3 A Bt1 Bt2

Jeluk Tanah (cm) 0-27 27-53 53-82 82-105 0-27 27-40 40-79 Batas dan Kejelasan

  Baur Baur Baur Baur Berangsur Berangsur Jelas

  Horizon Batas dan Bentuk

  Berombak/ Rata, lurus Rata, lurus Rata, lurus Rata, lurus Rata, lurus Rata, lurus

  Horizon

  bergelombang

  Kandungan Bahan

  Fe Fe, Mn Mn Fe dan Mn Fe Fe, Mn -

  Konkresi Jumlah

  Sedikit Cukup Cukup Cukup Cukup Banyak Banyak

  Karatan/Bercak Ukuran

  Halus Halus Sedang Halus Halus Kasar Kasar

  Karatan/Bercak Batas Karatan/Bercak Kabur Kabur Kabur Kabur Kabur Jelas Jelas

  Bintik,

  Bentuk Bintik, hampir Bintik, hampir Bintik, hampir Bintik, hampir Bintik Bintik

  hampir

  

Karatan/Bercak membulat membulat membulat membulat berganda berganda

  membulat

  pH 6,1 5,8 5,8 6,1 5,6 4,9 5,1

Tabel 3.3. Profil Tanah pada Lahan Di Bawah Tegakan Jati dan Lahan Bekas Sawah pada Titik 3

  Lokasi Profil Titik 3 Karakteristik Profil Lahan Di Bawah Tegakan Jati Lahan Bekas Sawah Tanah Horizon A Bt1 Bt2 A Bt1 Bt2 Bt3

  Jeluk Tanah (cm) 0-19 19-87 87-118 0-13 13-51 51-71 71-92 Batas dan Kejelasan

  Jelas Berangsur Sangat Jelas Sangat jelas Jelas Baur Sangat jelas

  Horizon Batas dan Bentuk

  Rata, lurus Rata, lurus Rata, lurus Rata, lurus Rata, lurus Rata, lurus Rata, lurus

  Horizon Kandungan Bahan

  Mn Fe, Mn Fe, Mn Mn Fe, Mn Fe, Mn Fe, Mn

  Konkresi Jumlah

  Sedikit Cukup Cukup Sedikit Cukup Cukup Banyak

  Karatan/Bercak Ukuran

  Halus Sedang Kasar Halus Halus Halus Kasar

  Karatan/Bercak Batas

  Kabur Kabur Jelas Kabur Jelas Jelas Jelas

  Karatan/Bercak

  Bintik, Bintik,

  Bentuk

  Bintik Bintik, hampir Bintik, hampir Api, hampir hampir Pipa

  

Karatan/Bercak berganda membulat membulat lebar/besar

  membulat membulat

  pH

  7 6,7 6,3 7,2 7,1 6,8 6,7

Gambar 3.1. Konkresi Mn (Berwarna Hitam) dan Gleisasi yang Terjadi pada Salah Satu

  Horizon bersifat mobil dan mudah larut sehingga bisa mengendap di tempat lain, dalam hal ini adalah horizon di bawahnya. Dengan demikian, jumlah karatan maupun konkresi Fe dan Mn yang banyak pada lapisan terakhir dari penelitian ini menunjukkan kandungan Fe dan Mn mengendap di horizon paling bawah pada pedon ini. Konkresi maupun nodul berwarna merah dan hitam yang terbentuk pada lapisan tersebut dalam jumlah banyak merupakan hasil dari proses oksidasi ketika tanah sawah dikeringkan dan kemudian didiamkan dalam jangka waktu yang lama.

  Pada profil tanah di tegakan jati, pada gambar 3.2 tidak terlihat jelas keberadaan konkresi maupun karatan Fe dan Mn. Meskipun demikian, konkresi maupun karatan pada profil tanah ini ada meskipun dalam jumlah yang sedikit dan dalam ukuran yang relatif halus. Hal ini menunjukkan bahwa proses reduksi maupun oksidasi pun pernah terjadi pada lahan ini, hanya saja penggenangan terjadi bisa karena proses drainase yang buruk sehingga aerasi pada tanah pun menjadi kurang baik.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Konkresi bahan Fe dan Mn ditemukan pada lahan di bawah tegakan jati maupun pada lahan bekas sawah, hanya saja konkresi Fe dan Mn ditemukan dalam jumlah banyak pada lahan bekas sawah. Konkresi Fe dan Mn didominasi terdapat pada horizon Bt yang merupakan horison iluviasi. Karatan atau bercak juga ditemukan pada kedua lahan ini didominasi dengan warna kemerahan dan hitam, meskipun ada beberapa profil tanah yang ditemukan bercak berwarna keabu-abuan. Proses penggenangan pada lahan sawah menyebabkan terjadinya proses reaksi reduksi yang menyebabkan Fe dan Mn menjadi larut dan terakumulasi ke lapisan dibawahnya. Proses reduksi ini akan meninggalkan karatan atau bercak yang berwarna keabuan. Namun ketika tanah sawah sudah tidak digunakan, proses reaksi oksidasi terjadi dan menimbulkan karatan atau bercak yang berwarna kemerahan dan hitam serta meninggalkan konkresi pada horizon di bawhanya.

  Saran

  Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menganalisis kandungan Fe dan Mn secara kimiawi. Selain itu, perlu dilakukan penelitian mengenai perbandingan keberadaan jumlah kandungan konkresi Fe dan Mn berdasarkan lamanya waktu lahan sawah yang sudah Noor, A., Lubis, I., Ghulaamahdi, M., Chozin, M, A., dan Wirnas, D. 2012. Pengaruh konsentrasi besi dalam larutan hara terhadap gejala keracunan besi dan pertumbuhan tanaman padi. J. Agron. Indonesia 40 (2) : 91 - 98 (2012)

  Rayes, M. L. 2000. Karakteristik, genesis dan klasifikasi tanah sawah berasal dari bahan volkan Merapi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sahrawat, K.L., C.K. Mulbah, S. Diatta, R.D. DeLaune, W.H. Patrick, B.N. Singh, M.P. Jones.

  1996. The role of tolerant genotypes and plant nutrients in the management of iron toxicity in lowland rice. J. Agric. Sci. 126:143-149. Syafruddin. 2011. keracunan besi pada tanaman padi dan upaya pengelolaannya pada lahan sawah. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 3 No. 1 Desember 2011