INDIKASI MANAJEMEN LABA PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 - Perbanas Institutional Repository
INDIKASI MANAJEMEN LABA PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 ARTIKEL ILMIAH
1
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi
Oleh :
KADEK AYU SULASTRI 2008310347 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2012
INDIKASI MANAJEMEN LABA PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA TAHUN 2005-2010
Kadek Ayu Sulastri STIE Perbanas Surabaya
Email : 2008310347@students.perbanas.ac.id Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
ABSTRACT
The impact of the global crisis occurred in 2008 is very influential in the business community in Indonesia. This study classifies the sample into two groups of listed companies, namely: group of companies that suffered losses in a row during the 2005-2010 and the group of companies that earn profits in the year and the same type of business. This study consists of 7 This study aims to find answers to wheter there are indications of earning management elements in the financial statements of public companies in Indonesia and wheter indications of earning management elements in the financial statement of public companies in Indonesia that earn profit in a row during the 2005-2010 is bigger than public companies in Indonesia that suffered losses in a row during the 2005-2010. As a proxy indication of earnings management is to calculate the discretionary accruals and find the average discretionary accruals of each group company. This study tested using one sample kolmogorov-smirnov test and as well as non parametric test of Mann Whitney-U test, based on one sampel kolmogorov-smirnov test is known that the data are not normally distributed, so that further testing using the Mann Whitney-U test. Based on Mann Whitney-U test is known that there are indications of earning management elements for public companies that earn profit significantly greater than public companies that suffered losses.
Keywords: Earning Management, Financial Statements, Discretionary Accruals. PENDAHULUAN informasi aliran kas (Mamduh M Hanafi dan Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah Abdul Halim, 2007: 50).
untuk memberikan informasi yang relevan Angka pada laporan keuangan bagi para pemakai informasi laporan merupakan hal yang penting dalam keuangan dalam pengambilan keputusan. membentuk opini orang-orang terhadap Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk suatu perusahaan. Angka-angka yang memberikan informasi yang bermanfaat dilaporkan dalam laporan keuangan untuk pengambilan keputusan para pemakai memiliki kekuatan yang serupa untuk informasi laporan keuangan, memberikan membangun opini di lingkungan informasi yang bermanfaat untuk perusahaan. Salah satu pos di dalam laporan memperkirakan aliran kas untuk pemakai keuangan perusahaan yang paling banyak eksternal, memberikan informasi yang mendapat perhatian oleh para pembaca bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas laporan keuangan adalah pos laba bersih. perusahaan, memberikan informasi Laba merupakan indikator yang dapat mengenai sumber daya ekonomi dan klaim digunakan untuk mengukur kinerja terhadap sumber daya tersebut, memberikan operasional sebuah perusahaan. Informasi informasi mengenai pendapatan dan tentang laba digunakan untuk mengukur komponen-komponennya, serta memberikan keberhasilan atau kegagalan suatu bisnis
1
2
dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Baik pihak kreditur maupun investor, menggunakan laba bersih untuk: mengevaluasi kinerja pihak manajemen, memperkirakan earnings
power , dan juga digunakan untuk
memprediksi laba perusahaan di masa yang akan datang.
Kemampuan laba untuk memprediksi aliran kas perusahaan di masa yang akan datang telah diyakini oleh beberapa peneliti. Ball dan Brown (dalam Hamonangan, 2009: 61) menemukan adanya hubungan positif antara
contemporaneous earnings
dan
return
dilaporkan merupakan angka yang memperoleh perhatian paling banyak dari para pemakai informasi laporan keuangan, maka angka ini pulalah yang paling mungkin dimanipulasi oleh para manajer perusahaan. Ada dua cara yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk mempengaruhi angka pada laporan keuangan perusahaan mereka, yaitu di antaranya dengan melakukan manajemen laba (earning management) dan perataan penghasilan (income smoothing).
Penelitian ini diharapkan dapat menguatkan bukti terkait dengan indikasi unsur manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia yang pada saat sebelumnya (2001) telah diteliti pula oleh Surifah, tetapi saat ini, setelah 10 tahun berlalu, dan di tengah maraknya persaingan global dari berbagai perusahaan publik di Indonesia saat ini, penulis berkeinginan untuk menguji apakah dugaan tersebut masih ada, berlaku, dan dapat dibuktikan sampai dengan saat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya indikasi manajemen laba dengan cara menaikkan laba pada laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia serta untuk mengetahui indikasi manajemen laba pada laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia yang mengalami keuntungan selama tahun 2005-2010 berturut-turut lebih besar dibandingkan dengan perusahaan publik di Indonesia yang mengalami kerugian selama tahun 2005- 2010 berturut-turut.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan suatu bukti empiris kepada para pelaku pasar modal, para pengamat, dan para akademisi mengenai ketiadaan atau keberadaan praktik manajemen laba pada laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia, untuk memberikan informasi kepada para pelaku pasar modal, para pengamat, dan para laba pada laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia. Serta sebagai pembelajaran dan tambahan informasi kepada para pembaca tentang indikasi unsur manajemen laba pada laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia .
RERANGKA TEORITIS YANG DIPAKAI DAN HIPOTESIS Laporan keuangan
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2007: 49), “Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya”. Menurut Sofyan Syafri (2007: 201), “Laporan keuangan adalah output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan”. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: 3), “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
3 Perusahaan terbuka
bath
risk averse
, manajer memiliki insentif melakukan perataan laba sehingga tetap berada antara bogey dan cap, jika manajer
smoothing
yang kemudian segera dihapuskan sehingga mengurangi biaya amortisasi harga beli sehingga laba di masa datang akan meningkat, dan (4) Income
in-process research and development
yaitu perusahaan pengakuisisi mengklasifikasikan sebagian harga beli sebagai
accounting
, pola ini dapat dilakukan dengan melakukan creative acquisition
debt covenants
, pola ini terjadi pada saat perusahaan melakukan reorganisasi, termasuk penggantian CEO, jika perusahaan harus melaporkan kerugian, manajemen akan melaporkan nilai kerugian yang lebih besar masa datang, manajer dengan net income di bawah bogey untuk bonus plan akan melakukan take a bath dengan alasan untuk meningkatkan probabilitas dari bonus di masa datang, (2) Income minimization, pola ini hampir sama dengan taking a bath yang less extreme, dipilih oleh perusahaan yang menjadi sorotan secara politik pada periode profitabilitas tinggi, misalnya, sewa dibayar di muka dan asuransi dibayar di muka diakui seluruhnya sebagai biaya periode berjalan, (3) Income maximation, pola ini dilakukan dengan tujuan bonus dan juga digunakan perusahaan yang mendekati pelanggaran
Pola manajemen laba yang sering dilakukan oleh pihak manajemen dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu (1) Taking a
Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 35), terbuka atau penawaran umum merupakan kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual sekuritas kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur undang- undang dan peraturan pelaksanaannya. Perusahaan yang terbuka berarti perusahaan yang menjual sekuritasnya kepada masyarakat. Terdapat beberapa keuntungan bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum (perusahaan terbuka), yaitu: (1) Diversifikasi, (2) Meningkatkan likuiditas, (3) Sebagai salah satu sarana untuk Penentuan nilai perusahaan.
Pola manajemen laba
stakeholders tidak akan mempersoalkan.
, atau kalaupun diketahui,
stakeholders
tidak akan mengetahuinya, tidak tersedia informasi untuk outside
stakeholders
(GAAP) memberikan fleksibilitas kepada manajemen untuk memilih kebijakan akuntansinya. Manajemen laba memberikan fleksibilitas kepada manajemen untuk melindungi diri dan perusahaannya dalam menghadapi keadaan yang tidak diinginkan seperti kerugian bagi pihak-pihak yang terkait dalam kontrak. Manajemen laba terjadi apabila manajemen menggunakan judgment- nya dalam menyususn laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan stakeholders dalam menilai kinerja perusahaan. Manajemen laba juga ditujukan untuk mempengaruhi contractual outcomes yang mendasarkan pada laporan keuangan. Manajemen laba bertujuan untuk mengelabui penilaian stakeholders terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini terjadi bila manajemen berkeyakinan bahwa
Accounting Principles
Manajemen laba adalah upaya hasil manipulasi akuntansi untuk tujuan memenuhi target-target yang ditetapkan perusahaan. Manajemen sangat berkepentingan dalam memilih kebijakan akuntansi sehingga merupakan hal yang wajar (natural) apabila kebijakan akuntansi yang dipilih manajemen dapat memaksimalkan kepuasan dan atau nilai pasar perusahaan karena Generally Accepted
Manajemen laba
, mereka lebih suka aliran bonus ynag konstan sehingga mereka meratakan laba perusahaan (Scott, 2009: 405). Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Teori akuntansi positif (Positif Accounting
Theory
Dalam hal pemilihan metode akuntansi untuk penilaian perusahaan, seperti FIFO atau LIFO, bagi pemilik akan menguntungkan dalam aspek pajak ketika memilih untuk menggunakan metode LIFO karena penilaian persediaan dengan LIFO akan menekan jumlah arus kas keluar untuk pembayaran pajak. Namun, LIFO tidak diperkenankan dalam aturan perpajakan di Indonesia, meskipun dalam akuntansi komersial hal ini diperkenankan. Sementara, pihak manajemen cenderung memilih menggunakan metode FIFO karena akan meningkatkan laba perusahaan yang berarti kinerja manajer pada periode tersebut dinilai memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa implikasi dari pilihan metode akuntansi memberikan dampak atau hasil yang berbeda. Dalam konteks ini, pilihan manajer atas penggunaan metode akuntansi tertentu merupakan salah satu bentuk perilaku manajemen laba.
4
menggambarkan
discretionary accruals
(kebijakan akuntansi) adalah suatu cara untuk mengurangi pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakana akuntansi yang berkaitan dengan akrual, misalnya dengan cara menaikkan biaya amortisasi dan depresiasi, mencatat kewajiban yang besar atas jaminan produk (garansi), kontinjensi dan potongan harga, dan mencatat persediaan yang sudah usang. Kualitas laba yang diproksi dengan
Discretionary accruals Discretionary accruals
Sedangkan sisi buruk dari manajemen laba ialah manajemen laba merupakan suatu tindakan immoral. Walaupun manajemen laba dibuat berdasarkan Standar Akuntansi yang berlaku, tetapi tidak berarti manajemen laba merupakan tindakan cerdas untuk melegitimasi fraud (kecurangan). Menurut perspektif kontrak, manajemen laba dapat dihasilkan dari kesempatan tingkah laku manajemen. Tendensinya manajer menggunakan manajemen laba untuk memaksimalkan bonus mereka. Motivasi yang lain kelemahan manajemen laba ketika manajer memiliki tujuan untuk menaikkan modal saham yang baru dan ingin memaksimalkan laba dari masalah baru (Scott, 2009: 416-427).
Sisi baik dari manajemen laba adalah berkaitan dengan kemampuannya sebagai alat untuk menyampaikan informasi dalam (inside information) kepada pasar, sehingga merefleksikan prospek perusahaan.
Sisi baik dan buruk manajemen laba
Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan statemen keuangan menggunakan dasar akrual. Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi atau peristiwa lain diakui pada saat transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan. Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statemen keuangan, laba dalam suatu periode dapat mengandung unsur kas dan akrual (non kas).
) mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba, yaitu: (1) hipotesis rencana bonus (the bonus plan hypotesis), (2) hipotesis ekuitas hutang (the debt covenant
Contoh Manajemen Laba
maximization , dan income smoothing.
, income minimization, income
bath/big bath
, (5) pergantian CEO, dan (6) initial public offering. Scott (2009: 405) menambahkan bentuk-bentuk dari manajemen laba antara lain taking a
covenant taxation motivation
), dan (3) hipotesis biaya politis (the political cost hypotesis) (Belkaoui, 2007: 189). Sedangkan menurut Scott (2009: 406), beberapa hal yang memotivasi seorang manajer untuk melakukan manajemen laba antara lain : (1) bonus scheme, (2) debt
hypotesis
2 Motivasi melakukan manajemen laba
3
1
Perusahaan yang menderita kerugian
Manajemen Laba (Discretionary Accruals)
Perusahaan yang memperoleh laba Indikasi Adanya
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk dalam penelitian dasar yaitu tipe penelitian yang dilakukan yang diarahkan sekedar untuk memahami masalah secara mendalam dalam organisasi secara mendalam (tanpa ingin menerapkan hasilnya) (Sugiyono, 1999: 5). Berdasarkan tingkat ekplanasinya, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif komparatif, karena penelitian ini selain digunakan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, juga akan dibuat perbandingannya (Sugiyono,
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
keuangan perusahaan publik di Indonesia yang mengalami keuntungan selama tahun 2005-2010 berturut-turut lebih besar dibandingkan dengan perusahaan publik di Indonesia yang mengalami kerugian selama tahun 2005-2010 berturut-turut.
2 : Indikasi manajemen laba pada laporan
: Terdapat indikasi manajemen laba dengan cara menaikkan laba pada laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia. H
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu serta pembahasan dan landasan teori yang ada, maka dalam penelitian ini dapat dibuat sebuah hipotesis sebagai berikut: H
bahwa semakin besar nilai discretionary
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
perusahaan yang berkualitas tinggi. Chan mengatakan bahwa sebuah pengukur, akuntansi akrual, merupakan indikator yang utama terhadap earning quality. Akrual menggambarkan perbedaan earnings akuntansi perusahaan dan aliran kas yang mendasarinya. Akrual positif yang besar mengindikasikan bahwa earning lebih tinggi dari pada aliran kas yang diperoleh perusahaan. Perbedaan ini muncul dikarenakan accounting convention, dan berapa banyak pendapatan dan kos diakui (yang disebut prinsip “pengakuan pendapatan” dan “matching”). Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat digambarkan di gambar 1:
accrual yang rendah menunjukkan laba
yang tinggi menunjukkan laba perusahaan yang berkualitas rendah, demikian pula jika perusahaan dengan nilai discretionary
discretionary accrual
Kualitas laba perusahaan dapat diukur dengan nilai discretionary accrual perusahaan. Perusahaan dengan nilai
Hubungan manajemen laba dan discretionary accrual
maka semakin besar pula praktik manajemen laba (earnings manajemen).
accruals
5
6
α
α
2 (
∆R
evit / A it-1)
3 (PPE it / A it-1) + ε it ………………….. (3) 3.
Menghitung nilai NDA dengan formulasi : NDA it = α
1 (1/ A it-1) + α 2 ( ∆R evit / A it-1 -
∆R
ecit / A it-1 ) +
3 (PPE it / A it-1 ) ……..(4)
α
Nilai parameter α
1 , α 2 dan α 3 , adalah
hasil dari perhitungan pada langkah ke-
2. Isikan semua nilai yang ada dalam formula sehingga nilai NDA akan bisa didapatkan.
4. Menentukan nilai discretionary accrual yang merupakan indikator manajemen labaakrual dengan cara mengurani total akrual dengan akrual nondiscretionary
accrual , dengan formulasi:
DA it = TA it - NDA…………..……….(5) Keterangan: TA it = Total akrual perusahaan i dalam periode t NI it = Laba bersih perusahaan i dalam periode t CFO
it
= Arus kas operasi perusahaan i dalam periode t
1 (1/ A it-1) +
), sehingga formulasinya berubah menjadi: TA it / A it-1 =
2
(1995) (Dedhy, 2011: 73), penentuan discretionary accrual
1999:10). Berdasarkan metode analisinya, penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif, karena penelitian ini menggunakan data-data yang berbentuk angka-angka (Sugiyono, 1999: 14).
Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup penelitian. Ruang lingkup penelitian tersebut adalah perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2010 yang memperoleh keuntungan berturut-turut selama periode 2005-2010, dan perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek berturut-turut selama periode 2005-2010.
Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini akan diidentifikasikan sebagai berikut : (1) Manajemen Laba dan (2) Nilai
Discretionary Accrual Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan intervensi yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat menaikkan ataupun menurunkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Beberapa teknik manajemen laba dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh pihak manajemen perusahaan. Praktik manajemen laba ini akan mengakibatkan kualitas laba yang dilaporkan pada laporan keuangan menjadi rendah. Manajemen laba dapat dilakukan oleh pihak manajemen dengan memanfaatkan kelonggaran penggunaan metode dan prosedur akuntansi, membuat berbagai kebijakan yang dapat mempercepat atupun menunda biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dan pendapatan yang diterima perusahaan agar laba perusahaan terlihat lebih kecil ataupun lebih besar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak manajemen perusahaan.
Nilai Discretionary Accrual
Kebijakan akuntansi akrual yang diterapkan pihak manajemen perusahaan diproksi dengan discretionary accrual. Secara detail, dengan menggunana Modified Jones Model
sebagai indikator manajemen laba dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut : 1.
it-1
Menentukan nilai total akrual dengan formulasi: TA it = NI it – CFO it ………………....(1) 2. Menentukan nilai parameter α
1
, α
2
dan α
3 menggunakan Jones model (1991),
TA it = α
1 + α 2 ∆R evit + α
3 PPE it + ε it
………………………………………(2) Lalu, untuk menskala data, semua variabel tersebut dibagi dengan aset tahun sebelumnya (A
- α
3
Bursa Efek Indonesia pada masing-masing tahun penelitian yaitu tahun 2005 sampai 2010, (2) Perusahaan publik yang laporan keuangannya lengkap, (3) Perusahaan publik yang pada tahun 2005 sampai 2010 memperoleh keuntungan berturut-turut, serta perusahaan publik yang pada tahun tersebut memperoleh kerugian berturut-turut, dan (4) Mempunyai pasangan perusahaan yang mendapatkan laba/rugi berturut-turut selama periode 2005-2010 pada jenis usaha yang sama.
Uji statistik deskriptif diperlukan untuk memberikan gambaraan atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan
Uji Statistik Deskriptif
perusahaan yang dijadikan sampel penelitian, dan (4) Menggunakan uji statistik data.
discretionary accrual untuk masing-masing
Untuk mengolah data dan menarik kesimpulan, maka peneliti menggunakan program SPSS version 17.00 for windows. Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan teknik menganalisis data adalah sebagai beikut : (1) Mengumpulkan data- data laporan keuangan perusahaan publik untuk tahun 2005 sampai 2010 secara lengkap, (2) Memilih data-data laporan keuangan perusahaan publik mana yang akan diteliti sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan, (3) Menghitung nilai
Teknik Analisis Data
digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode dokumentasi. Karena metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat data dari laporan-laporan, catatan dari arsip-arsip yang ada di beberapa sumber seperti BEI, ICMD, perpustakaan, majalah, internet dan sumber-sumber lain yang relevan dengan data yang dibutuhkan.
Stock Exchange
(ICMD) yang diterbitkan oleh BEI serta data dari laporan keuangan tahunan perusahaan publik yang terdaftar di BEI pada periode 2005-2010 yang dapat diperoleh di website Indonesian
Capital Market Directory
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data tersebut diambil dari laporan keuangan pada perusahaan publik yang terdaftar di BEI pada periode 2005- 2010 yang dapat diperoleh dari Indonesian
Data dan Metode Pengumpulan Data
(1) Perusahaan publik yang terdaftar dalam
NDA
yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1999: 78), dimana pertimbangannya adalah:
sampling
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan adalah perusahaan- perusahaan publik yang berdasarkan pengelompokan jenis industri dan perolehan keuntungan atau kerugian perusahaan berturut-turut selama periode 2005-2010 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Serta yang mempublikasi laporan keuangan per 31 Desember untuk periode 2005 sampai 2010. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
perusahaan i dalam periode t
Error term
ε it =
1 , α 2 , α 3 = Parameter yang diperoleh
perusahaan i dalam periode t α
equipment
= Nondiscretionary accrual perusahaan i dalam periode t DA it = Discretionary accrual perusahaan i dalam periode t A it-1 = Total aset perusahaan i pada periode t-1 ∆R evit = Perubahan penjualan bersih perusahaan i dalam periode t ∆R ecit = Perubaha piutang perusahaan i dalam periode t PPE it = Property, plants, and
it
7
2
discretionary accruals
di Indonesia. Dengan nilai minimum
public
Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak total 70 perusahaan go
Std. Deviation .1690641 Sumber: output SPSS
Maximum .7612 Mean -.013199
DA N 70 Minimun -.3251
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 Statistik Deskriptif
kedua jenis perusahaan (laba dan rugi) mana yang lebih besar berarti perusahaan tersebut yang terindikasi terdapat manajemen laba yang lebih tinggi.
jedua jenis perusahaan (laba dan rugi), kemudian dilihat nilai “Mean rank” untuk discretionary accruals kedua jenis perusahaan (laba dan rugi), apakah bernilai positif (terindikasi adanya manajemen laba dengan cara menaikkan laba) atau negative (tidak terindikasi adanya manajemen laba dengan cara menaikkan laba), kemudian dilihat pula nilai “Mean rank” untuk
skewness (kemencengan distribusi) (Imam, 2002:19). Uji statistik deskriptif ini akan digunakan untuk melihat hal-hal tersebut dalam penelitian ini.
accruals
Uji Mann Whitney U digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda, digunakan untuk data yang berdistribusi tidak normal (Imam, 2002: 106). Apabila data yang telah diuji tersebut berdistribusi tidak normal, maka selanjutnya akan dilakukan uji dengan menggunakan uji Mann Whitney U yang akan dilakukan serentak selama 5 tahun. Berdasarkan uji Mann Whitney U, dilihat nilai “Asymp. Sig. terdapat perbedaan nilai discretionary
Uji Mann Whitney U
kedua jenis perusahaan (laba dan rugi), kemudian dilihat nilai “Mean” untuk discretionary accruals kedua jenis perusahaan (laba dan rugi), apakah bernilai positif (terindikasi adanya manajemen laba dengan cara menaikkan laba) atau negative (tidak terindikasi adanya manajemen laba dengan cara menaikkan laba), kemudian dilihat pula nilai “Mean” untuk discretionary accruals kedua jenis perusahaan (laba dan rugi) mana yang lebih besar berarti perusahaan tersebut yang terindikasi terdapat manajemen laba yang lebih tinggi.
discretionary accruals
Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda (Imam, 2002: 55). Apabila data yang telah diuji tersebut berdistribusi normal, maka selanjutnya akan dilakukan uji dengan menggunakan uji t yang akan dilakukan serentak selama 5 tahun. Berdasarkan uji t, dilihat nilai “Asymp. Sig. (2-tailed)” untuk menentukan apakah terdapat perbedaan nilai
Uji t
Uji normalitas data diperlukan untuk mengetahui alat analisis mana yang seharusnya digunakan, parametrik atau non parametrik. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika “signifikansi” Kolmogorov Smirnov lebih besar dari “0.05”, maka data terdistribusi normal. Tetapi jika “signifikansi” Kolmogorov Smirnov lebih terdistribusi normal. Apabila data berdistribusi normal maka akan digunakan analisis parametrik (uji t) untuk pengujian selanjutnya tetapi apabila data tidak berdistribusi normal maka akan digunakan uji non parametrik (uji Mann Whitney-U) untuk pengujian selanjutnya.
Uji normalitas data
8
3 Discretionary Accruals
sebesar -0.3251 dan nilai maximum Discretionary Accruals sebesar 0.7612.
9
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu 2005-2010. Sampel penelitian tersebut terdiri dari 14 perusahaan (7 perusahaan yang memperoleh laba dan 7 perusahaan yang memperoleh rugi) yang diteliti selama kurun waktu 5 tahun (2005-2010), sehingga total sampel
go public
Berdasarkan tabel 1 (Statistik Deskriptif) dapat diketahui bahwa sampel pada penelitian ini adalah sejumlah 70 perusahaan
Pembahasan
antara perusahaan yang memperoleh laba dengan perusahaan yang memperoleh rugi. Telihat pula nilai “Mean Rank” untuk Perusahaan yang memperoleh laba (1) adalah sebesar 42.89, sedangkan nilai “Mean Rank” untuk Perusahaan yang memperoleh rugi (2) adalah sebesar 28.11. Meskipun keduanya memiliki nilai yang positif, akan tetapi nilai “Mean Rank” untuk perusahaan yang memperoleh laba lebih besar daripada perusahaan yang memperoleh rugi, hal tersebut menunjukkan bahwa ada dugaan perusahaan yang memperoleh laba cenderung melakukan manajemen laba lebih besar daripada perusahaan yang memperoleh rugi.
Accruals
α=0.05, hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai Discretionary
kedua jenis perusahaan tersebut sama-sama bernilai positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada dugaan kedua jenis perusahaan tersebut (baik perusahaan yang memperoleh laba ataupun rugi) terindikasi melakukan manajemen laba. kedua jenis perusahaan adalah sebesar 0.002, nilai signifikansi ini berada jauh di bawah
Discretionary Accruals
Berdasarkan hasil di atas pula, dapat diketahui bahwa nilai “Mean Rank” untuk
Sumber : output SPSS Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa sampel yang diteliti pada penelitian ini terbagi atas dua jenis, yaitu jenis 1 yang berarti perusahaan yang memperoleh laba, dan jenis 2 yang berarti perusahaan yang memperoleh rugi. Diketahui berdasarkan ouput SPSS tersebut pula bahwa pada penelitian ini, peneliti menggunakan masing-masing 35 perusahaan yang memperoleh laba maupun 35 perusahaan yang rugi sebagai sampel penelitian.
42.89
Uji Mann Whitney-U Tabel 3 Uji Mann Whitney-U 1 (Laba) 2 (Rugi) Jumlah Sampel 35 35 Mean Rank
tidak berdistribusi secara normal, maka selanjutnya akan dilakukan uji beda dengan menggunakan uji non parametrik yaitu menggunakan uji Mann Whitney-U.
Discretionary Accruals
adalah sebesar 1.701 dengan probabilitas signifikansi 0.006, karena probabilitas signifikansinya di bawah α=0.05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak atau dengan kata lain variabel Discretionary Accruals tidak berdistribusi secara normal. Oleh karena variabel
Discretionary Accruals
di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah sebanyak 70 perusahaan go public. Nilai K-S untuk
Discretionary Accruals
Sumber : output SPSS Berdasarkan hasil uji atas variabel
Uji Normalitas Data Tabel 2 Uji Normalitas Data DA Jumlah Sampel
70 Kolmogorov- Smirnov Z 1.701 Asymp.Sig. (2- tailed) 0.006
28.11 Asymp.Sig. (2-tailed) 0.002 0.002
2
28.11. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat dugaan adanya indikasi unsur manajemen laba pada laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia periode
konsisten dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Surifah (2001) maupun Indra (2004), yang menyatakan bahwa perusahaan yang memperoleh kerugian akan cenderung melakukan manajemen laba lebih besar daripada perusahaan keuntungan.
ini turut menjawab hipotesis kedua yang peneliti ajukan. Hasil tersebut tidak
kedua jenis perusahaan tersebut, perusahaan yang memperoleh laba berturut-turut sebesar 42.89 sedangkan perusahaan yang memperoleh rugi berturut-turut sebesar 28.11, dapat diketahui bahwa nilai “Mean Rank” untuk discretionary accruals perusahaan yang memperoleh laba lebih besar bila dibandingkan dengan perusahaan yang memperoleh rugi. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat dugaan bahwa perusahaan yang memperoleh laba akan cenderung melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba lebih besar dari pada perusahaan yang memperoleh rugi. Hal
discretionary accruals
untuk perusahaan yang memperoleh rugi berturut-turut. Berdasarkan nilai “Mean Rank” untuk
Discretionary Accruals
untuk perusahaan yang memperoleh laba berturut-turut dengan nilai
Accruals
Nilai “Asymp. Sig. (2-tailed)” untuk kedua jenis perusahaan tersebut (perusahaan yang memperoleh laba maupun rugi berturut-turut) adalah sebesar 0.002, nilai 0.002 tersebut berada jauh dibawah α=0.05. perbedaan antara nilai Discretionary
2005-2010. Hal ini turut menjawab hipotesis pertama yang peneliti ajukan. Hasil ini mendukung penelitian Surifah (2001) yang menyatakan bahwa terdapat indikasi unsur manajemen laba yang dapat diketahui dari rata-rata total akrual yang positif pada keduan jenis perusahaan (laba maupun rugi).
Berdasarkan tabel 3 (Hasil Uji Mann Whitney-U) terlihat bahwa ke-70 sampel perusahaan tersebut digolongkan ke dalam dua jenis perusahaan yang berbeda, yaitu jenis 1 (perusahaan yang memperoleh laba berturut-turut) dan jenis 2 (perusahaan yang memperoleh rugi berturut-turut). Masing- masing jenis sampel perusahaan (1 dan 2) tersebut terdiri dari 35 perusahaan sampel, yang berarti terdapat total 70 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Dalam tabel tersebut pula terlihat bahwa nilai “Mean Rank” untuk discretionary accruals kedua jenis perusahaan (1 dan 2) sama-sama bernilai positif, untuk perusahaan yang memperoleh laba berturut-turu tsebesar 42.89 sedangkan perusahaan yang memperoleh rugi berturut-turut sebesar
pada penelitian ini ialah 70 perusahaan go
tidak berdistribusi secara normal), yaitu menggunakan Uji Mann Whitney-U.
Discretionary Accruals
untuk perusahaan yang memperoleh rugi dengan menggunakan Uji Non Parametrik (hal tersebut dikarenakan data untuk nilai variabel
Discretionary Accruals
untuk perusahaan yang memperoleh laba dengan nilai variabel
Discretionary Accruals
adalah sebesar 1.701 dengan probabilitas signifikansi 0.006. Probabilitas signifikansi variabel Discretionary Accruals sebesar 0.006 ini berada jauh di bawah α=0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa data variabel Discretionary Accruals tidak berdistribusi secara normal. Untuk itu, menguji beda antara nilai variabel
Accruals
Berdasarkan tabel 2 (Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov) terlihat bahwa sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 70 perusahaan go public. Nilai Kolmogorov- Smirnov untuk variabel Discretionary
public .
10
3
Hal yang tidak konsisten tersebut diduga terjadi karena pada sepanjang tahun- tahun penelitian tersebut (2005-2010) tengah terjadi krisis global yang juga turut berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia, sehingga perusahaan-perusahaan yang pada awalnya memperoleh laba, sebelum Indonesia terkena dampak dari krisis global, akan berusaha semaksimal mungkin agar laba perusahaannya tetap terlihat besar atau minimal nampak stabil di mata para pelaku pasar modal, salah satu caranya adalah dengan menaikkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan atau yang biasa para pelaku pasar modal akan cenderung beranggapan bahwa perusahaan-perusahaan yang memperoleh laba di tengah krisis global tersebut memiliki kinerja yang baik sehingga mampu tetap bertahan dalam menghadapi dampak daripada krisis global yang tengah melanda Indonesia, sehingga secara tidak langsung akan berdampak terhadap harga saham perusahaan tersebut yang akan tetap tinggi dan tentunya akan semakin diminati oleh para pelaku pasar modal
Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah dilakukan terhadap nilai discretionary
accruals
pada masing-masing perusahaan yang memperoleh laba dan rugi berturut- turut selama 2005-2010, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan melalui uji Mann Whitney-U, terlihat bahwa nilai “Mean Rank” untuk kedua jenis perusahaan (yang memperoleh laba maupun rugi) bernilai positif, maka didapat kesimpulan bahwa terdapat indikasi unsur manajemen laba pada laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia periode 2005-2010.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan melalui uji Mann Whitney-U pula, dapat diketahui bahwa nilai “Mean Rank” untuk perusahaan yang memperoleh laba (42.89) lebih besar bila dibandingkan dengan perusahaan yang memperoleh rugi (28.11), berdasarkan hal tersebut maka didapat kesimpulan bahwa perusahaan yang memperoleh laba cenderung melakukan manajemen laba lebih besar dari pada perusahaan yang memperoleh rugi.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: dibandingkan dengan populasi perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya pengurangan jumlah perusahaan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Sampel dibatasi pada perusahaan yang memiliki pasangan perusahaan yang memperoleh laba maupun rugi berturut- turut, sehingga sampel yang diteliti sedikit.
Data penelitian ini diambil dari laporan keuangan tahunan yaitu per 31 Desember 2005-2010 perusahaan yang dijadikan sampel. Sedangkan biasanya earning
management
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN DAN KETERBATASAN
baru dilakukan oleh pihak manajemen pada waktu mendekati laporan keuangan disusun yaitu akhir tahun atau setidaknya triwulan terakhir ketika manajemen dapat memperkirakan angka laba pada akhir tahun.
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Disarankan agar peneliti selanjutnya menambah jangka waktu pada penelitian ini. Sehingga sampel penelitian yang diperoleh pun akan semakin banyak.
Disarankan agar peneliti selanjutnya tidak perlu membatasi sampel pada perusahaan yang memiliki pasangan perusahaan yang memperoleh laba maupun rugi berturut-turut.
11
penilaian total akrual juga menggunakan laporan keuangan triwulan ataupun tengah tahunan dibandingkan dengan laporan keuangan tahunan. Karena biasanya earning
management dilakukan oleh pihak
Keuangan Edisi Keenam. Buku Pertama
Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Termasuk Dalam Indeks LQ-45.
Nasional VIII : 117-135. Louis, Henock. 2004. Earnings
Management And The Market Performance of Acquiring Firms.
Journal of Financial Economics 74: 121-148. Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007.
Analisa Laporan Keuangan. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama.
Yogyakarta : Penerbit UUP AMP YKPN. Sofyan Syafii Harahap. 2007. Teori
Akuntansi. Edisi Revisi
. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa
Stice, D James., et al. 2009. Akuntansi
. Jakarta : Salemba Empat. Suad Husnan. 2001. Manajemen Keuangan:
manajemen pada waktu mendekati laporan keuangan disusun yaitu akhir tahun atau setidaknya triwulan terakhir ketika manajemen dapat memperkirakan angka laba pada akhir tahun
Teori dan Penerapan . Edisi ke-3.
Yogyakarta : BPFE. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung : CV Alfabeta. Surifah. 2001. Study Tentang Indikasi Unsur
Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Di Indonesia
. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia vol 5: 81-99. Sylvia Veronica dan Yanivi S. Bachtiar.
2003. Hubungan Antara Manajemen
Laba Dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan,
Simposium Nasional Akuntansi VI.
12
Jurnal Bisnis dan Akuntansi vol 6 : 75-89. Julia Halim. 2005. Pengaruh Manajemen
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Indra Wijaya Kusuma. 2004. Penggunaan Akrual Untuk Perataan Laba.
dan Aplikasi dengan Program SPSS .
2002. Statistik Non-Parametrik: Teori
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Imam Ghozali, dan N. John Castellan, Jr.
DAFTAR RUJUKAN
Imam Ghozali, 2002. Aplikasi Analisis
Jakarta : Salemba Empat
Belkaoui, dan Ahmed Riahi. 2007. Teori
Akuntansi Jakarta: Salemba Empat.
Dechow, P. 1998. Accounting Earnings and
Cash Flows as a Measures of Firm Performance: The Role of Accounting Accrual
. Journal of Accounting and Economics 18: 3-42. Dechow, Patricia M., et al. 1995. Detecting
Earnings Managements
. Accounting Review, Vol.70 No.2: 193-225. Dedhy Sulistiawan, dkk. 2011. Creative
Accounting : Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi
. Jakarta : Salemba Empat. Eduardus Tendelilin. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Multivariate Dengan Program SPSS .
Yogyakarta : PT BPFE. Hadri Kusuma. 2006. Dampak Manajemen
Laba terhadap Relevansi Informasi Akuntansi: Bukti Empiris dari Indonesia.
Junal Akuntansi dan Keuangan vol 8 no 1 : 1-12
Hamonangan Siallagan. 2009. Pengaruh
Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Nilai Perusahaan . Ventura vol 12: 61-70.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan.
Edisi Pertama.
2 Disarankan akan lebih baik jika
3
William, Scott, 2009. Financial Accounting Theory.
New Jersey Prentice-Hall International, A Simon & Schuster Company, Upper Saddle, River.
13
Lampiran-Lampiran: Descriptive Statistics Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation DA 70 -.3251 .7612 -.013199 .1690641 Valid N
70 (listwise)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DA N
70
a,,b
Normal Parameters Mean -.013199 Std. Deviation .1690641
Most Extreme Absolute .203 Differences
Positive .203 Negative -.117
Kolmogorov-Smirnov Z 1.701 Asymp. Sig. (2-tailed) .006 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
2
14
Mann Whitney Test Ranks
Jenis N Mean Rank Sum of Ranks DA
1
35 42.89 1501.00
2
35 28.11 984.00 Total
70
a
Test Statistics
DA Mann-Whitney U 354.000 Wilcoxon W 984.000 Z -3.036 Asymp. Sig. (2- .002 tailed) Exact Sig. (2-tailed) .002 Exact Sig. (1-tailed) .001 Point Probability .000
a. Grouping Variable: Jenis
15 3 Nama Lengkap : Kadek Ayu Sulastri Tempat Tanggal Lahir : Singaraja, 2 Maret 1990 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat Rumah : Jl. Peneleh 11/39 Surabaya Alamat Institusi : Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya No Telp : 085746825672 No Telp Institusi : 031-5947151, 5912611 Riwayat Pendidikan :
- SD Negeri Simokerto VII Surabaya (1996-2002)
- SMP Negeri 8 Surabaya (2002-2005)
- SMA Negeri 8 Surabaya (2005-2008)
- STIE Perbanas Surabaya (2008-2012) Pengalaman Berorganisasi :
- Pengurus OSIS di SMP Negeri 8 Surabaya Perode 2003-2004 sebagai Anggota • Pengurus MPK di SMA Negeri 8 Surabaya Periode 2005-2006 sebagai Sekretaris • Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi di STIE Perbanas Surabaya Periode 2009-2010 sebagai Public Relation • Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa di STIE Perbanas Surabaya Periode 2010-2011 sebagai Direktur Penjamin Mutu.
Prestasi : • Juara 3 Lomba Industrial Engineering Business Week 2009 di ITS Surabaya.
- 12 besar Lomba Akuntansi Internal 2011 di STIE Perbanas Surabaya.