BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA GO PUBLIC - Perbanas Institutional Repository

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

  Penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai referensi dan sangat bermanfaat dalam penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh :

1. Nur Rahma Imania (2012)

  Penelitian terdahulu pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahma Imania yang membahas tentang "Pengaruh Risiko Usaha Terhadap

  

Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Umum Go Public" Periode Triwulan

satu tahun 2006 sampai dengan Triwulan dua tahun 2011.

  Masalah yang diangkat adalah apakah variabel LDR, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR baik secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank- Bank umum go public pada Periode Triwulan satu tahun 2006 sampai dengan Triwulan dua tahun 2011. Variabel dari

  1 ,

  penelitian tersebut terdiri dari variabel bebas yaitu LDR (X ) NPL (X2), IRR (X3),PDN (X4) BOPO (X5) dan FBIR (X6). Variabel tergantungnya adalah CAR disimbolkan dengan Y.

  Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah teknik purposive sampling data yang diperoleh dari neraca laporan keuangan tahunan. Data yang dianalisis merupakan data sekunder dan metode pengumpulan adalah analisis regresi linier berganda yang terdiri dari uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji T).

  Kesimpulan dari hasil penelitian terdahulu yang ditulis Nur Rahma Imania adalah sebagai berikut : 1.

  Variabel LDR, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go

  Public periode triwulan satu tahun 2006 sampai dengan triwulan dua tahun 2011.

  2. Variabel LDR, NPL, BOPO, IRR, PDN secara parsial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public pada periode triwulan satu tahun 2006 sampai dengan triwulan dua tahun 2011.

  3. Variabel FBIR secara parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Go Public periode triwulan satu tahun 2006 sampai dengan triwulan dua tahun 2011.

  4. Diantara keenam variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Adalah IRR

2. Riski Yudi Prasetyo (2012)

  Penelitian terdahulu kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Riski Yudi Prasetyo yang membahas tentang "Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital

  

Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public" Periode

Triwulan satu tahun 2006 sampai dengan Triwulan dua tahun 2011.

  Masalah yang diangkat adalah apakah variabel LDR, NPL, APB, BOPO, FBIR, IRR dan PDN baik secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank- Bank umum swasta nasional

  

go public pada Periode Triwulan satu tahun 2009 sampai dengan Triwulan dua

  tahun 2011. Variabel dari penelitian tersebut terdiri dari variabel bebas yaitu LDR

  1 ,

  (X ) NPL (X2), APB (X3), BOPO (X4), FBIR (X5), IRR (X6), PDN (X7), Variabel tergantungnya adalah CAR disimbolkan dengan Y.

  Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah teknik purposive sampling data yang diperoleh dari neraca laporan keuangan tahunan. Data yang dianalisis merupakan data sekunder dan metode pengumpulan data pada penelitian adalah metode dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis regresi linier berganda yang terdiri dari uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji T).

  Kesimpulan dari hasil penelitian terdahulu yang ditulis Riski Yudi P adalah sebagai berikut :

  1. Variabel LDR, NPL, APB, BOPO, FBIR, IRR, dan PDN secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan satu tahun 2006 sampai dengan triwulan dua tahun 2011. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas,risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public, sampel penelitian pada triwulan satu tahun 2006

  2. Variabel LDR, PDN, FBIR secara parsial memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public pada periode triwulan satu tahun 2006 sampai dengan triwulan dua tahun 2011. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas,risiko pasar dan risiko operasional secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR.

  3. Variabel NPL dan BOPO secara parsial memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan satu tahun 2006 sampai dengan triwulan dua tahun 2011. Dapat disimpulkan bahwa risiko kredit dan risiko operasional secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap CAR.

  4. Variabel APB berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public. Dapat disimpulkan bahwa risiko kredit secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR.

  5. Variabel IRR berpengaruh positif signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public. Dapat disimpulkan bahwa risiko pasar mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR.

3. Dendy Julius Pratama (2013)

  Penelitian terdahulu yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Dendy Julius Pratama yang membahas tentang "Pengaruh Risiko Usaha Terhadap

  

Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public"

  Masalah yang diangkat adalah Apakah Variabel LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, FBIR, Dan BOPO baik secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public pada Periode 2008 sampai dengan 2012. Variabel dari penelitian tersebut terdiri

  1),

  dari variabel bebas yaitu LDR (X

  IPR (X2), NPL (X3), IRR (X4), PDN (X5), FBIR (X6), BOPO (X7), Variabel tergantungnya adalah CAR disimbilkan dengan Y.

  Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah teknik purposive sampling data yang diperoleh dari neraca laporan keuangan tahunan. Data yang dianalisis merupakan data sekunder dan metode pengumpulan data pada penelitian adalah metode dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis regresi linier berganda yang terdiri dari uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji T).

  Kesimpulan dari hasil penelitian terdahulu yang ditulis Dendy Julius Pratama adalah sebagai berikut : 1.

  Variabel LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, FBIR, dan BOPO secara bersama- sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public sampel penelitian periode triwulan satu tahun 2008 sampai dengan triwulan dua tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public sampai penelitian

  2. Variabel LDR dan IPR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan satu tahun 2008 sampai dengan triwulan dua tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR.

  3. Variabel NPL dan BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan satu tahun 2008 sampai dengan triwulan dua tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa risiko kredit dan risiko operasional secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR.

  4. Variabel IRR,PDN secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public. Periode triwulan satu tahun 2008 sampai dengan triwulan dua tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa risiko pasar secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR.

  5. Variabel FBIR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan satu tahun 2008 sampai dengan triwulan dua tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa risiko operasional secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap CAR.

  6. Diantara ketujuh variabel bebas LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, FBIR dan BOPO yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap CAR adalah tertinggi sebesar 29,38 persen diantara determinasi parsial pada variabel bebas lainnya Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas mempunyai pengaruh paling dominan pada Bank sampel penelitian dibanding risiko lainnya.

4. Lusi Amanda Safitri (2015)

  Penelitian terdahulu yang keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Lusi Amanda Safitri yang membahas tentang "Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa" Periode Triwulan I tahun 2010 sampai dengan Triwulan empat 2014.

  Masalah yang diangkat adalah LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO, Dan FBIR baik secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada Periode Triwulan satu 2010 sampai dengan Triwulan empat 2014. Variabel dari

  1),

  penelitian tersebut terdiri dari variabel bebas yaitu LDR (X

  IPR (X2), NPL (X3), APB (X4), IRR (X5), PDN (X6), BOPO (X7), FBIR (X8), Variabel tergantungnya adalah CAR disimbilkan dengan Y.

  Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah teknik purposive sampling data yang diperoleh dari neraca laporan keuangan tahunan. Data yang dianalisis merupakan data sekunder dan metode pengumpulan data pada penelitian adalah metode dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis regresi linier berganda yang terdiri dari uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji T).

  Kesimpulan dari hasil penelitian terdahulu yang ditulis Lusi Amanda Safitri adalah sebagai berikut : 1.

  Variabel LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, FBIR, dan BOPO secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa sampai penelitian triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2014.

  2. Variabel LDR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh negatif.

  3. Variabel IPR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh positif.

  4. Variabel NPL secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat

  5. Variabel APB secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat disimpulkan bahwa risiko kredit secara parsial mempunyai pengaruh negatif.

  6. Variabel IRR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat disimpulkan bahwa risiko pasar secara parsial mempunyai pengaruh positif.

  7. Variabel PDN secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat disimpulkan bahwa risiko pasar secara parsial mempunyai pengaruh negatif.

  8. Variabel FBIR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat disimpulkan bahwa risiko operasional secara parsial mempunyai pengaruh positif.

  9. Variabel BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode triwulan I tahiun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat disimpulkan bahwa risiko operasional secara parsial mempunyai pengaruh positif.

10. Diantara kedelapan variabel bebas LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, FBIR

  variabel bebas IRR. Dapat disimpulkan bahwa risiko pasar mempunyai pengaruh paling dominan pada Bank sampel penelitian dibanding risiko lainnya.

Tabel 2.1 PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA PENELITIAN TERDAHULU

DENGAN PENELITIAN SEKARANG

  

Di tinjau dari aspek Nur Rahma Imania Riski Yudi P Peneliti Sekarang

Dendi Julius P Lusi Amanda Safitri

Variabel Terikat CAR CAR CAR CAR CAR

LDR, NPL, APB, LDR, IPR, NPL, LDR, IPR, NPL, LDR, IPR, NPL,

  LDR, NPL, PDN, IRR, Variabel Bebas BOPO, FBIR, IRR

  IRR, PDN, FBIR, APB, IRR, PDN, APB, IRR, PDN, BOPO, dan FBIR dan PDN Dan BOPO FBIR dan BOPO FBIR dan BOPO Metode yang digunakan Metode Dokumentasi Metode Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi

  Dokumentasi Jenis data Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Subyek Penelitian Bank Umum Swasta Bank Umum Swasta Bank Umum Swasta Bank Umum Swasta Bank Umum Go Public Nasional Go Public Nasional Go Public Nasional Devisa Nasional Devisa Go

  Public Periode Penelitian Triwulan I tahun 2006 Triwulan I tahun Triwulan I tahun Triwulan I tahun Triwulan I tahun 2010 sampai dengan Triwulan II 2006 sampai dengan 2008 sampai dengan 2010 sampai dengan sampai dengan tahun 2011 Triwulan II tahun Triwulan II tahun Triwulan 1V tahun Triwulan II tahun 2011 2012 2014 2015

  Teknik Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Teknik Analisis Analisis Regresi Linier Analisis Regresi Analisis Regresi Analisis Regresi Analisis Regresi Linier Berganda Linier Berganda Linier Berganda Linier Berganda Berganda

  

Sumber : Nur Rahma Imania (2012), Riski Yudi P (2012),Dendi Julius P (2013)

Lusi Amanda Safitri (2015)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Permodalan Bank

  Modal merupakan salah satu faktor penting bagi suatu bank dalam rangka pengembangan kegiatan usaha serta untuk menampung risiko-risiko yang salah satu faktor untuk mengembangkan usahanya maupun untuk menampung kerugian atas risiko yang akan datang. Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis (Pasal 1 ayat (4) RUU penanaman Modal). Berdasarkan PBI No.

  14/18/PBI/2012 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) bagi bank umum, modal bank terdiri atas :

1. Modal inti (Tier1) terdiri dari : a.

  Modal Disetor Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.

  b.

  Agio Saham Agio saham adalah setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominal.

  c.

  Cadangan Tujuan Cadangan tujuan adalah bagian dari laba bersih setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapatkan persetujuan RUPS.

  d.

  Laba Ditahan Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.

  e.

  Laba tahun lalu Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun sebelumnya setelah pemegang saham atau rapat anggota.

  f.

  Laba tahun berjalan laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak.

2. Modal Pelengkap (Tier 2)

  Berdasarkan PBI No.14/18/PBI/2012 modal pelengkap dapat diperhitungkan paling tinggi sebesar seratus persen dari modal inti. Modal pelengkap terdiri atas cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman, yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa sebagai berikut : a.

  Cadangan revaluasi aktiva tetap Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapatkan persetujuam dari direktorat pajak.

  b.

  Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah cadangan yang dibentuk dengan berbagai cara membebani laba atau rugi tahun berjalan.

  Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.

  c.

  Modal Kuasi Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh instrument atau warkat d.

  Pinjaman Subordinasi Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, sebagai perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka lima tahun dan pelunasannya sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank Indoensia.

3. Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)

  Modal pelengkap tambahan hanya digunakan untuk memperhitungkan risiko pasar. Modal pelengkap tambahan meliputi : a.

  Pinjaman Subordinasi atau obligasi subordinasi jangka pendek Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, sebagai perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka lima tahun dan pelunasannya sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank Indoensia.

  b.

  Modal pelengkap yang tidak dialokasikan untuk menutup beban modal untuk risiko kredit dan beban modal untuk risiko operasional namun, memenuhi syarat sebagai modal pelengkap.

  c.

  Bagian dari modal pelengkap level bawah (low tier 2) yang melebihi batasan modal pelengkap bawah.

  Sesuai dengan BIS maka kewajiban modal minimum bank adalah berdasarkan pada risiko, termasuk dalam risiko kredit. Dengan demikian, permodalan

2.2.2.1 Fungsi Modal Bank

  Modal bank sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi operasional, fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan pengaturan.

  Keseluruhan fungsi modal bank tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.

  Memberikan perlindungan kepada nasabah 2. modal bank dapat mencegah terjadinya kejatuhan bank 3. untuk memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris 4. untuk memenuhi ketentuan permodalan minimum 5. meningkatkan kepercayaan masyarakat.

  6. untuk menutupi kerugian aktiva produktif bank.

  7. sebagai indikator kekayaan bank.

  8. meningkatkan efisiensi operasional bank

  Dengan demikian permodalan digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jika terjadi likuidasi. Menurut pendapat (Lukman Dendawijaya,2009 :120-122), juga didukung dengan (Kasmir, 2013 :229-230) dan (PBI No 15/12/2013). Tingkat risiko permodalannya yang dihadapi oleh bank dapat diukur dengan menggunakan rasio antara lain yaitu :

1) Capital Adequacy Ratio (CAR).

  Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang mengukur kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. CAR merupakan indikator terhadap kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko. Rumus yang digunakan untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut : CAR= Modal (inti+pelengkap) x 100%..........................................(1)

  Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Komponen modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap dengan menghitung penyertaan yang dilakukan bank sebagai faktor pengurang modal.

  Sedangkan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) merupakan penjumlahan dari pos-pos aktiva dan rekening administrasi, dimana :

  1. ATMR yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank dikalikan dengan bobot risikonya masing-masing

  2. ATMR yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada rekening administratif bank dikalikan dengan bobot risikonya masing-masing.

  ATMR yang digunakan dalam perhitungan modal minimum terdiri dari : 1.

  ATMR untuk risiko kredit Dalam perhitungan ATMR untuk risiko kredit, bank menggunakan pendekatan yaitu Standardized Approach dan Internal Rating Based

  Approach.

  2. ATMR untuk risiko operasional Dalam perhitungan ATMR untuk risiko operasional, bank menggunakan Basic

  indicator Approach, Standardized Approach, dan Advance Measurement Approach . Risiko pasar yang wajib diperhitungkan bank secara individual dan secara konsolidasi adalah risiko suku bunga dan risiko nilai tukar.

  Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, pendekatan sebagai dasar dalam penilaian permodalan ini adalah sebagai berikut: a.

  Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank diwajibkan menyediakan modal sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dengan catatan penilaian Bank Indonesia tidak terdapat faktor lain yang dapat menambah risiko diluar yang telah dihitung secara kuantitatif.

  b.

  Pengertian Modal 1.

  Modal inti terdiri dari :

  a. modal disetor

  b. agio saham

  c. modal sumbangan

  d. cadangan umum

  e. laba ditahan

  f. laba tahun berjalan 2. Modal pelengkap terdiri dari :

  a. cadangan revaluasi aktiva tetap

  b. penyisihan penghapusan aktiva produktif

  c. modal pinjaman

  d. pinjaman subordinasi PR merupakan rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total asset masuk dapat ditutupi oleh capital equity.(Kasmir,2013:229-230) PR= Modal x 100% .........................................................................................(2) Total Asset Keterangan :

  a) Modal : modal disetor, dana setoran modal, cadangan umum, cadangan lainnya, sisa laba tahun lalu, laba tahun berjalan,jumlah modal b)

  Total Assets Dalam penelitian ini rasio yan digunakan untuk mengukur permodalan bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).

2.2.2 Risiko Usaha Bank

  Terdapat adanya perbedaan pokok perilaku antara pemilik dan pemakai dana dan bank sebagai lembaga intermediasi. Sedangkan adanya ketidakpastian tentang kondisi diluar perbankan akibat perubahan perekonomian didalam negeri maupun luar negeri membuat industri perbankan sulit dalam mencapai tujuan utama.

  Untuk itu penerapan manajemen risiko sangat bermanfaat. Dalam sebuah bank risiko itu adalah siatu kejadian yang dapat diperkirakan maupun tidak yang berdampak negative terhadap pendapatan maupun permodalan suatu bank sehingga bank tersebut mengalami kerugian yang berdampak kebangkrutan.

  Didalam bank ada 8 risiko, tetapi untuk penelitian ini ada 4 risiko saja yang digunakan karena ke empat risiko ini bisa dihitung melalui rasio-rasio perbankan, keempat risiko ini sebagai berikut :

1. Risiko Likuiditas

  Risiko likuiditas merupakan risiko untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang diajukan. Semakin besar risiko ini semakin likuid. Menurut pendapat (Kasmir, 2012:315) dan juga didukung oleh (Veithzal Rivai, 2012:484), risiko likuiditas dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan sebagai berikut : (Kasmir, 2012:315-319)

  1) Loan to Deposit Ratio (LDR)

  Rasio LDR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut :(Kasmir, 2012:319) LDR = Jumlah Kredit Yang Diberikan x 100%..............................(3)

  Total Dana Pihak Ketiga Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada dana pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Sedangkan total dana pihak ketiga adalah

  2) Investing Policy Ratio (IPR)

  IPR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposan dengan cara melikuiditasi surat-surat berharga yang dimilikinya. IPR dapat menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali kewajibannya kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan mencairkannya surat-surat berharga yang dimiliki.

  IPR dirumuskan sebagai berikut : (Kasmir, 2012:316)

  IPR = Surat yang berharga yang dimiliki oleh bank x 100% ...................(4) Total Dana Pihak Ketiga

  Keterangan :

  a) Surat berharga : Sertifikat bank Indonesia, Surat berharga yang dimiliki, obligasi pemerintah, Surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali.

  b) Total dana pihak ketiga : Giro, Tabungan, Deposito berjangka dan sertifikat deposito.

  3) Quick Ratio (QR)

  QR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu bank.

  QR = Cash Assets x 100% ...................................................................(5) Total Deposit

  Keterangan :

  a) Cash Assets : kas,giro pada bank Indonesia, giro pada bank lain, aktiva likuid dalam valuta asing.

b) Total Deposito : Giro,tabungan, deposito berjangka.

  4) Cash Ratio (CR)

  CR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank melunasi kewajiban yang harus dibayar dengan harta likuid yang dimiliki oleh bank tersebut.

  Rumus untuk mencari Cash ratio sebagai berikut :(Kasmir, 2012:318-319). CR = Liquid Assets x 100% ................................................................(6)

  Short term borrow Keterangan :

  a) Liquid Assets : diperoleh dengan menjumlahkan neraca dari sisi kiri aktiva yaitu kas, giro BI dan giro pada bank lain.

  b) Short term borrow : giro, kewajiban segera yang harus dibayar dalam rupiah dan valuta asing.

  5) Banking Ratio (BR)

  Banking Ratio bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas bank dengan

  membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Kasmir,315-319).

  BR= Total Loans x 100% ....................................................................(7) Menurut (Veithzal Rivai,2012 :483-486), selain rasio pengukuran likuiditas yang telah dikemukakan oleh Kasmir diatas, terdapat rasio RR, LAR Dan NCM to CA, yang juga digunakan sebagai rasio pengukur likuiditas 6) Reverse Requirement (RR)

  Rasio ini disebut juga likuiditas wajib minimum, yaitu suatu simpanan minimun yang wajib dipelihara dalam bentuk giro pada bank Indonesia bagi semua bank. Besarnya RR dapat diukur dengan menggunakan rumus: RR = Giro Wajib Minimum x 100% ........................................................(8)

  DPK 7)

  Loan To Asset Ratio (LAR) Rasio ini untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut: RR = Kredit Yang Diberikan x 100% ........................................................(9)

  Jumlah Aset 8)

  Rasio Net Call Money to Current Assets (NCM to CA) Rasio menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank, yang dirumuskan sebagai berikut:

  RR = Kewajiban Bersih Call Money x 100% .........................................(10) Aktiva Lancar

  Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur risiko likuiditas adalah hanya menggunakan rasio LDR dan IPR.

2. Risiko Kredit

  Menurut (Veithzal Rivai, 2012:217) Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko kredit ini dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam banking book maupun trading book.

  Adapun risiko yang dapat digunakan dalam mengukur risiko kredit adalah sebagai berikut : (PBI No 15/12/PBI/2013) 1)

  Non Performing Loan (NPL) Menurut (Ismail, 2010:122) Kredit non performing merupakan kredit yang sudah dikatagorikan kredit bermasalah, karena sudah terdapat tunggakan. Kredit non

  

performing disebut juga dengan kredit bermasalah, dikelompokkan menjadi 3,

  yaitu : a.

  Kredit kurang lancar Kredit kurang lancar merupakan kredit yang telah mengalami tunggakan. Yang tergolong kredit kurang lancar apabila : a)

  Pengembalian pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan pembayarannya melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari.

b) Pada kondisi ini hubungan debitur dengan bank memburuk.

  b.

  Kredit Diragukan Kredit diragukan merupakan kredit yang mengalami penundaan pembayaran pokok dan bunga. Yang tergolong kredit diragukan apabila : a) Penundaan pembayaran pokok atau bunga antara 180 hingga 270 hari.

  b) Pada kondisi ini hubungan debitur dengan bank semakin memburuk.

  c) Informasi keuangan sudah tidak dapat dipercaya.

  c.

  Kredit Macet Kredit macet merupakan kredit yang menunggak melampaui 270 hari atau lebih.

  Bank akan mengalami kerugian atas kredit macet tersebut. NPL adalah perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin berkualitas kreditnya (Taswan, 2010:166) Rasio yang digunakan dalam risiko kredit adalah sebagai berikut : NPL = Total Kredit Bermasalah x 100%.................................................(11)

  Total Kredit 2)

  Aktiva Produktif Bermasalah (APB) APB adalah untuk mengukur aktiva produktif bank yang bermasalah yang menurunkan tingkat pendapatan dan pengaruh terhadap kinerja dengan kualitas kurang lancar, diragukan, macet yang dihitung secara gross (dengan mengurangi PPA). Hal ini sangat berpengaruh apabila semakin baik kualitas aktiva produktif suatu bank maka semakin kecil kredit bermasalah pada bank tersebut. (SEBI No 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011) rasio dapat

  APB= Aktiva Produktif Bermasalah x 100%.........................................(12) Aktiva Produktif

3. Risiko Pasar

  Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan renening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option (PBI nomor/11/25/PBI/2009). Rasio ini digunakan untuk menghitung risiko pasar yaitu: (PBI No 15/12/PBI/2013) 1)

  Interest Rate Risk (IRR)

  IRR merupakan risiko tingkat suku bunga adalah risiko yang timbul akibat berubahnya tingkat suku bunga. Interest Rate Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus (SEBI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  IRR = Interest Rate Sensitive Assets (IRSA) x 100%........(13)

  Interest Rate Senssitivity Liabilities (IRSL) Interest Rate Sensitive Assets adalah aktiva berbunga yang bunganya dapat

  berubah setiap saat, yang terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan dan penyertaan. Interest adalah passiva berbunga yang bunganya dapat

  Rate Senssitivity Liabilities

  berubah setiap saat, yang terdiri dari jumlah dana pihak ketiga, simpanan dari bank lain dan pinjaman yang diterima. Jika ISA lebih besar daripada ISL berarti positif terhadap interest margin dan berarti negatif jika ISA lebih kecil daripada ISL terhadap interest margin.

  2) Posisi Devisa Netto (PDN)

  PDN adalah selisih bersih antara aktiva dan pasifa valas setelah memperhitungkan rekening-rekening administratifnya. Menurut PBI No 12/10/PBI/2010 tentang PDN bank umum, bank wajib memelihara PDN secara keseluruhan paling tinggi 20% dari modal. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut : (Mudrajat Kuncoro Suharjono, 2011 :274) PDN = (Ak.Valas-Pas.Valas)+Selisih off Balance Sheet x100%..........................(14)

  Modal

  Aktiva valas terdiri atas kas, emas, giro (termasuk giro pada BI), deposit on

  call , deposito berjangka, sertifikat deposito, margin deposit, surat berharga,

  kredit yang diberikan, nilai bersih wesel ekspor yang telah diambil alih, rekening antar kantor aktiva, dan tagihan lainnya. Sedangkan passiva valas terdiri atas deposit on call, giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, margin deposit, pinjaman yang diterima, jaminan impor, rekening antar kantor passiva, pendapatan komprehensif lainnya dari surat-surat berharga valas selain saham, serta kewajiban lainnya.

4. Risiko Operasional

  Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan adanya kejadian- kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank (PBI nomor/11/25/2009).

  Bahwa dari kesepakatan basel II, risiko operasional harus dikalkulasikan dalam menghitung Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) pada pilar 1. Kesepakatan basel II menilai perbankan perlu untuk menyediakan modal dengan tujuan untuk menutupi kerugian jika peristiwa risiko operasional terjadi. Penyediaan modal merupakan penyangga terakhir dalam sistim manajemen risiko operasional agar bank yang mengalami risiko dapat menjalankan aktifitas sesuai dengan rencana. Risiko operasional dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan antara lain : (PBI No 15/12/PBI/2013) 1)

  Fee Based Income Ratio (FBIR) FBIR merupakan keuntungan yang didapat dari transasksi yang diberikan dalam jasa-jasa lainnya atau spread based (Selisih antara bunga simpanan dengan bunga pinjaman). Dalam hal operasinya bank melakukan penanaman dalam aktiva produktif seperti kredit dan surat-surat berharga yang diberikan, memberikan komitmen dan jasa-jasa lain yang digolongkan sebagai fee based income atau off balanced activities. Menurut SEBI No.13/30/DPNP tanggal

  16 Desember 2011. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : FBIR = Pendapatan Operasional diluar bunga x 100%..........................(15)

  Pendapatan Operasional Pendapatan operasional selain bunga yaitu pendapatan yang diperoleh dari keuangan,dividen, keuntungan dari penyertaan, fee based income, komisi, provisi, keuntungan penjualan aset keuangan, keuntungan transaksi spot dan derivatif. 2)

  Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini gunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. (Lukman Dendawijaya, 2009:199-200), besarnya BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut : BOPO = Beban Operasional x 100%.................................................(16)

  Pendapatan Operasional Dimana beban operasional adalah semua biaya yang berhubung langsung dengan kegiatan usaha bank pada umumnya terdiri dari :

  Beban bunga, yaitu semua biaya atau dana yang ditempatkan oleh masyarakat di bank maupun dana yang berasal dari Bank Indonesia dan bank lain.

  a.

  Beban valuta asing, yaitu semua biaya yang dikeluarkan bank bersangkutan yang berkenaan dengan transaksi devisa yang dilakukan.

  b.

  Beban tenaga kerja, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membiayai gaji pegawai.

  c.

  Beban penyusutan, yaitu semua biaya yang di bebankan atas penyusutan d.

  Beban lainnya, yaitu bunga-bunga yang belum termasuk dalam pos-pos tersebut diatas tetapi mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha bank.

  Pendapatan operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hari langsung dari kegiatan usaha bank dan merupakan pendapatan yang benar-benar diterima, terdiri dari : a.

  Lainnya yang merupakan hasil langsung dari kegiatan operasional bank.

  Pendapatan bunga, yaitu bunga yang berasal dari pinjaman yang diberikan maupun yang berasal dari penanaman dana lainnya.

  b.

  Provisi dan komisi, yaitu provisi dan komisi yang diterima oleh bank dari berbagai kegiatan usaha yang dilakukan.

  c.

  Pendapatan valuta asing, yaitu pendapatan yang dihasilkan bank dari hasil transaksi devisa.

  d.

  Pendapatan lainnya, yaitu pendapatan termasuk dalam pos-pos tersebut.

2.3 Pengaruh Risiko Usaha Bank Terhadap CAR 1. Pengaruh Risiko likuiditas terhadap CAR a. Loan Deposit Ratio (LDR)

  Risiko likuiditas apabila diukur dengan menggunakan rasio LDR. LDR akan dapat berpengaruh negative terhadap risiko likuiditas. Hal ini dapat terjadi apabila LDR meningkat berarti terjadi peningkatan total kredit yang diberikan dengan persentase lebih besar daripada persentase peningkatan total dana pihak ketiga. Akibatnya kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya meningkat, sehingga risiko likuiditas menurun. Pada sisi lain LDR berpengaruh positif terhadap CAR. Hal ini terjadi karena LDR meningkat maka peningkatan total kredit yang diberikan dengan persentase lebih besar daripada persentase peningkatan dana pihak ketiga sehingga ATMR meningkat dan CAR meningkat.

  b.

  Investing Policy Ratio (IPR) Pengaruh IPR terhadap risiko likuiditas adalah negatif. Hal ini dapat terjadi apabila IPR meningkat berarti terjadi kenaikan investasi surat berharga dengan persentase yang lebih besar daripada persentase peningkatan dana pihak ketiga. Akibatnya terjadi kenaikan pendapatan yang lebih besar dari kenaikan biaya sehingga kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban pada pihak ketiga dengan mengandalkan surat berharga semakin tinggi yang berarti risiko likuiditas bank menurun. Pada sisi lain pengaruh IPR terhadap CAR adalah positif. Hal ini dapat terjadi apabila IPR meningkat berarti terjadi kenaikan investasi surat berharga dengan persentase lebih besar daripada persentase peningkatan dana pihak ketiga. Akibatnya terjadi kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar daripada persentase peningkatan biaya sehingga laba bank meningkat, modal bank meningkat, dan akhirnya CAR juga meningkat. Jadi pengaruh risiko likuiditas terhadap CAR adalah negatif.

2. Pengaruh risiko kredit terhadap CAR a.

   Non Performing Loan (NPL)

  NPL mempunyai pengaruh positif terhadap risiko kredit. Hal ini dapat terjadi persentase lebih besar daripada persentase peningkatan total kredit yang dimiliki bank. Ini menunjukkan ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu sehingga menyebabkan risiko kredit meningkat. Pada sisi lain NPL berpengaruh negatif terhadap CAR. Hal ini dapat terjadi apabila NPL mengalami kenaikan maka terjadi peningkatan kredit bermasalah dengan persentase yang lebih tinggi dari persentase peningkatan total kredit yang dimiliki oleh bank. Akibatnya pendapatan bank menurun, laba menurun, modal bank juga menurun dan menyebabkan CAR juga mengalami penurunan. Pengaruh risiko kredit terhadap CAR adalah negatif karena jika NPL meningkat maka risiko kredit meningkat dan CAR mengalami penurunan. Dengan demikian pengaruh antara risiko kredit terhadap CAR adalah negatif.

  b.

  Aktiva Produktif Bermasalah (APB) APB memiliki pengaruh positif terhadap risiko kredit. Hal ini dapat terjadi karena apabila APB meningkat, berarti telah terjadi peningkatan aktiva produktif bermasalah dengan persentase yang lebih besar dibanding persentase peningkatan aktiva produktif. Akibatnya risiko kredit yang dihadapi bank meningkat. Pada sisi lain, Pengaruh APB terhadap CAR adalah negatif. Hal ini dapat terjadi karena apabila APB mengalami peningkatan, berarti telah terjadi peningkatan aktiva produktif bermasalah dengan persentase yang lebih besar dibanding dengan persentase kenaikan aktiva produktif. Akibatnya, pendapatan. Sehingga laba bank menurun, modal bank menurun, dan menyebabkan CAR mengalami penurunan. Dengan demikian pengaruh risiko kredit yang di ukur dengan APB adalah negatif terhadap CAR, karena dengan meningkatnya APB menyebabkan risiko kredit meningkat namun CAR menurun.

3. Pengaruh risiko pasar terhadap CAR a.

   Interest Risk Ratio (IRR)

  Pengaruh risiko pasar terhadap CAR bisa negatif atau positif. Ini terjadi apabila IRR meningkat maka terjadi peningkatan interest rate sensitivity asset (IRSA) dengan persentase lebih besar daripada persentase peningkatan

  interest rate sensitivity liabilities (IRSL). Jika suku bunga naik maka kenaikan

  pendapatan bunga dengan prosentase lebih besar dibandingkan prosentase peningkatan kenaikan biaya bunga, maka laba bank akan meningkat, modal bank akan meningkat dan CAR juga akan ikut meningkat, maka risiko pasar yang dihadapi oleh bank akan menurun. Jadi hubungan CAR dengan risiko pasar negatif begitu juga sebaliknya.

  b.

  Posisi Devisa Netto (PDN) Pengaruh PDN terhadap risiko pasar dapat negatif atau positif. Hal ini dapat terjadi apabila PDN naik maka kenaikan aktiva valas dengan prosentase lebih besar daripada persentase peningkatan pasiva valas. Jika pada saat itu nilai tukar cenderung mengalami peningkatan maka pendapatan valas dengan persentase lebih besar daripada persentase peningkatan biaya valas yang negatif. Sebaliknya apabila nilai tukar mengalami penurunan maka akan terjadi penurunan pendapatan valas dengan persentase lebih besar daripada persentase penurunan biaya valas yang berarti risiko nilai tukar yang dihadapi oleh bank meningkat jadi pengaruh PDN terhadap risiko pasar adalah positif.

  PDN apabila dihubungkan dengan CAR pengaruhnya juga bisa positif atau negatif. Hal ini dapat terjadi apabila PDN meningkat maka kenaikan aktiva valas dengan persentase lebih besar daripada persentase kenaikan valas. Jika pada saat nilai tukar cenderung mengalami peningkatan maka kenaikan pendapatan valas akan lebih besar daripada persentase peningkatan biaya valas sehingga laba bank meningkat, modal bank meningkat dan CAR juga meningkat. Jadi pengaruh PDN terhadap CAR adalah positif. Sebaliknya apabila nilai tukar mengalami penurunan pendapatan valas dengan prosentase lebih besar daripada persentase penurunan biaya valas sehingga laba menurun, modal bank menurun dan CAR menurun jadi pengaruh PDN terhadap CAR adalah negatif. Dengan demikian pengaruh risiko nilai tukar terhadap CAR dapat positif dan dapat juga negatif.