Paper Hadist I Dosa Dosa Besar

MAKALAH HADIST
DOSA – DOSA BESAR
KELOMPOK 5

1. AHMAD ZAINUDDIN HSB

: 13410009

2. MHD FAUZI RAHMI

: 13410023

3. IRFANNUR DIAH

: 13410019

4. ARFAN EFENDI

: 13410008

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
MEDAN
2014

1

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah Swt berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanyalah untuk Allah Swt. Yang telah
memberi jalan petunjuk kepada kita semua. Terima kasih kepada Bapak Fauzi
Lubis, Lc, MA yang telah memberikan bimbingan kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul : DOSA – DOSA BESAR
Mohon maaf bila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini. Karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar makalah ini
dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bermanfaat dan dapat memotivasi
bagi kami dan semua pembaca dalam proses belajar mengajar.
MEDAN, September 2014


Kelompok 5

2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................................... 1
BAB 1 : Pendahuluan...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
2.1 Rumusan Masalah...................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................... 1
2.1 Menyekutukan Allah.................................................................. 1
2.2 Tujuh Macam Dosa-Dosa Besar................................................. 1
BAB III : PENUTUP ....................................................................................... 1
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 1
3.2 Saran............................................................................................ 1
Daftar Pustaka................................................................................................... 1

BAB I


3

PENDAHULUAN
Manusia adalah adalah satu-satunya makhluk yang paling sempurna di
muka bumi ini. Tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang sempurna melebihi
manusia. Sebagaiman Allah sendiri telah menyatakan dalam al-Qur’an surat AtTin ayat 4, yang artinya “ kami (Allah) benar-benar telah menciptakan manusia
dalam sebaik-baik bentuk”. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Allah
mengangkat manusia sebagai kholifah di muka bumi ini mengalahkan makhlukmakhluk lain yang telah diciptakan ribuan tahun lebih dahulu. Hal seperti ini
seharusnya patut di syukuri oleh manusia dengan selalau melakukan segala
sesuatu yang diperintahkan Allah kepadanya dan menjauhi segala sesuatu yang
dilarangnya.
Namun kadang-kadang label kesempurnaan manusia itu justru ia rusak
sendiri dengan melakukan hal-hal yang dilarangnya dan meninggalkan hal-hal
yang telah diperintahkannya. Sehingga menyebabkan manusia diturunkan oleh
Allah ke tempat yang amat hina melebihi makhluk-makhluk lain yang hina.
Sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat At-Tin ayat 5 yang artinya; “
kemudian kami kembalikan manusia itu ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka)”.
Oleh karena itulah kami memilih makalah ini karena topiknya yang amat

menarik untuk dibahas karena berkaitan erat dengan amal perbuatan manusia.
Sehingga untuk selanjutnya pemakalah mengharap kepada pembaca agar dapat
meniti jalan yang di ridloi Allah dan tidak justru mengikuti jalan yang dilaknat
olehnya.
Makalah ini akan membahas tentang berbagai macam perbuatan yang
berakibat dosa bagi para pelakunya. Namun terkonsentrasi pada dosa-dosa besar
saja karena dosa besar ketika dilakukan oleh seorang muslim maka tentu saja
dalam bertaubat atau memohon ampunanNya pun juga berat sehingga dengan
sekuat kemampuan harus kita curahkan untuk menghindarinya. Walaupun kita
tidak boleh melupakan bahwa dosa-dosa kecilpun ketika ditumpuk-tumpuk
dengan tanpa bertaubat juga akan semakin besar.

4

Oleh karena itu, jika dosa-dosa kecil dilakukan berulang-ulang, secara
sembrono (serampangan), dan dikerjakan dengan terang-terangan, maka akan
terangkum menjadi suatu dosa besar.
Dalam makalah yang berjudul “ Dosa-dosa besar” ini, kami akan
mengupas tentang : Dosa – dosa besar
1)

2)

Menyukutukan Allah
7 macam dosa – dosa besar

5

BAB II
PEMBAHASAN
A. MENYEKUTUKAN ALLAH
1.

Riwayat Hadits

‫ﺣﺪﻳﺙ ﺃﻧﺱ ﺭﺿﻲﺍﷲﻋﻧﻪ ﻗﺎﻞ ﺳﺋﻞ ﺭﺳﻭﻝﺍﷲ ﺻﻟﻰﺍﷲ ﻋﻟﻳﻪ ﻮﺳﻟﻡ ﻋﻦ ﺍﻟﻛﺑﺎﺌﺭ ﻗﺎﻝ׃‬
.‫ﺍﻻﺷﺭﺍﻙ ﺑﺎﺍﷲ ﻭﻋﻘﻭﻕ ﺍﻠﻮﺍﻟﺪﻳﻥ ﻭﻗﺗﻝ ﺍﻟﻧﻔﺱ ﻭﺷﻬﺎﺪﺓ ﺍﻟﺯﻭﺮ‬
.‫ ـ ﺑﺎﺐ ﻣﺎ ﻗﻳﻝ ﻓﻰ ﺷﻬﺎﺪﺓ ﺍﻟﺯﻭﺭ‬١٠‫ ـ ﮐﺘﺎﺏ ﺍﻟﺷﻬﺎﺪﺍﺕ׃‬٥٢ ‫ﺍﺨﺭﺠﻪﺍ ﻟﺑﺨﺎﺭﻯ ﻓﻰ׃‬
Arti Hadits / ‫ ترجمة الحديث‬:
Hadits Anas ra. Dimana ia berkata: “Rasulullah saw. ditanya tentang dosadosa besar, kemudian beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, durhaka
kepada kedua orang tua, membunuh jiwa (manusia), dan saksi palsu.”

Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Persaksian” bab tentang apa
yang dikatakan dalam saksi palsu.
2.

Sababul Wurud
Dalam kitab Riyadhus Shalihi dijelaskan, bahwa ketika Nabi menjelaskan

tentang dosa syirik dan durhaka terhadap kedua orang tua, beliau dalam keadaan
bersandar, namun kemudian beliau duduk untuk menunjukan betapa pentingnya
masalah yang akan dibahasnya, yaitu tentang dosa saksi palsu. Beliau terus
mengulang-ulanginya, sampai para sahabat berkata, “Semoga Rasulullah segera
diam”.
3.

Penjelasan (syarah) Hadits
Dalam hadits di atas diterangkan empat macam dosa besar, yakni

menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa manusia tanpa
hak dan menjadi saksi palsu.


6

a. Musyrik (menyekutukan Allah)
Mempersekutukan Allah atau syirik dikategorikan sebagai dosa yang
paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Orang yang syirik
diharamkan untuk 1masuk surga, sebagaimana firman Allah SWT :
‫ ﺇﻧﻪ‬...﴾٧٢‫ ﴿ ﺍﻟﻣﺎﺋﺪﺓ׃‬...‫ﻤﻥﻴﺷﺮﻙﺑﺎﷲﻓﻘﺪﺣﺮﻡﷲﻋﻟﻴﻪﺍﻟﺟﻧﺔﻭﻣﺄﻭﻪﺍﻟﻧﺎﺭ‬
Artinya: “Sesungguhnya orang yang menyekutukan Allah, maka pasti Allah
mengharamkan surga baginya dan ia ditempatkan di dalam neraka.” ( Q.S. AlMa’idah: 72)
Ada beberapa macam bentuk menyekutukan Allah SWT, di antaranya:
mengagungkan makhluk layaknya mengagungkan Allah SWT. Sikap
seperti ini banyak dialami oleh sebagian para pembantu, mereka sering
mengagungkan seorang pemimpin, atau para pejabat melebihi pengagungannya
kepada Allah SWT – Wal’iyadzubillah - Perbuatan ini merupakan syirik terbesar.
Hal ini menunjukan apabila seorang pemimpin atau tuan raja menyuruh sesuatu
ketika waktu shalat, maka ia akan berani meninggalkannya. Bahkan hingga waktu
shalat telah habis pula mereka tidak akan peduli.


Dalam masalah cinta. Seseorang mencintai orang lain sesama makhluk


sama besarnya atau melebihi rasa cintanya kepada Allah SWT. Engkau akan
melihat ia sering menuntut agar dirinya lebih dicintai dari pada Allah SWT. Sikap
seperti ini banyak ditemukan di kalangan orang-orang yang dimabuk asmara
B. TUJUH MACAM DOSA BESAR
1.

Riwayat Hadits
٬‫ ﻋﻦﺍ ﻟﻧﺑﻰ ﺻﻟﻰ ﺍﷲ ﻋﻟﻳﻪ ﻮﺳﻟﻡ ﻗﺎﻝ ׃ ﺍﺠﺗﻨﺑﻭﺍﺍﻟﺳﺑﻊ ﺍﻟﻣﻭﺑﻘﺎﺕ‬٬‫ﺣﺪﻳﺙ ﺍﺒﻰ ﻫﺭﻴﺭﺓ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻧﻪ‬
٬‫ ﻭﻗﺗﻝ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺍﻟﺗﻰ ﺤﺮﻡ ﺍﷲ ﺍﻻﺑﺎﻟﺤﻕ‬٬‫ ﻭﺍﻟﺴﺤﺮ‬٬‫ﻗﺎﻟﻭﺍ ﻴﺎﺮﺳﻭﻝ ﺍﷲ ﻭﻣﺎ ﻫﻦ؟ ﻗﺎﻝ׃ ﺍﻟﺷﺮﻙ ﺑﺎﷲ‬
.‫ ﻮﻗﺫﻑ ﺍﻟﻤﺤﺻﻨﺎﺖ ﺍﻟﻤﻮﻤﻨﺎﺖ ﺍﻟﻐﺎﻓﻼﺕ‬٬‫ ﻮﺍﻟﺗﻮﻟﻰ ﻴﻮﻡ ﺍﻟﺯﺤﻒ‬٬‫ ﻮﺍﻜﻝ ﻣﺎﻞ ﺍﻟﻳﺗﻴﻡ‬٬‫ﻮﺍﻜﻝ ﺍﻟﺮﺑﺎ‬

‫ـ ﺑﺎﺏﻗﻭﻝﺍﷲﺗﻌﺎﻟﻰ׃ﺍﻦﺍﻟﺬﻴﻥﻴﺄﻛﻟﻮﻦﺍﻤﻭﺍﻞ ﺍﻟﻴﺘﺎﻤﻰﻈﻟﻤﺎ‬٢٣‫ـ ﮐﺘﺎﺏﺍﻟﻭﺻﺎﻴﺎ׃‬٥٥‫ﺍﺨﺭﺠﻪﺍﻟﺑﺨﺎﺭﻯﻓﻰ ׃‬.

7

Artinya : Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dimana beliau bersabda: “
Jauhilah tujuh macam dosa yang membinasakan.”Para sahabat bertanya:
”Wahai Rasulullah, apakah ketujuh macam dosa itu?” Beliau menjawab:
“Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang diharamkan oleh

Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat
pertempuran (dalam jihad) dan menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita
yang selalu menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk berzina).”
Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Wasiat” bab tentang firman
Allah SWT (yang artinya) : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta
anak yatim dengan aniaya . . . .“
2.

Penjelasan (syarah) Hadits
Allah Ta’ala berfirman,yang artinya :

٣١ ‫ﻜم مﻣﺪدكخمﻠﺎ ﻛ كرﺮﻳمﻤﺎ‬
‫ﺳﻴ يكميﺎرﺗﻜ ممد كوﻧ مﺪدرخﻠد م‬
‫ﻋﻨﻜ ممد ك ر‬
‫ﻋﻨدمﻪ ﻧ مﻜ كرمﻔﺮد ك‬
‫رإن ﺗكﺠدﺘكرﻨمﺒﻮا ا ﻛ ككﺒارﺋكﺮ كﻣﺎ ﺗمﻨدكﻬﻮدكن ك‬
Artinya “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang
dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia
(surga)” (QS An-Nisa [4]: 31)

Dalam hadis di atas, Rasulullah Saw menyuruh umatnya agar menjauhi
tujuh dosa yang membinasakan. Tujuh dosa ini bukan berarti pembatasan (hanya
tujuh perkara) atas dosa-dosa yang membinasakan. Tetapi hal ini sebagai
peringatan atas dosa-dosa yang lainnya. Ketujuh dosa yang dimaksudkan dalam
hadis di atas, uraiannya adalah sebagai berikut.
A. Musyrik (Mempersekutukan Allah)
Menyekutukan Allah yaitu menyamakan dan mensejajarkan selain Allah
dengan Allah dalam segala hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya Yang Maha
Suci, Maha Tunggal, Tempat Bergantung Segala Makhluk, dan Yang Maha Esa.
Menyekutukan Allah SWT merupakan dosa yang paling besar. Bahkan Allah
SWT tidak akan mengampuni dosa musyrik yang terbawa mati. Allah SWT
berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa musyrik, dan Dia
8

mengampuni segala dosa yang selain dari (musyrik) itu, bagi siapa saja yang Dia
kehendaki. Dan siapa saja yang musyrik kepada Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisa [4]: 48)
Ar-Raghib al-Ashfahani menyatakan bahwa kemusyrikan terdiri dari dua bentuk,
yaitu:
1) Syirik besar, yaitu menetapkan adanya sekutu bagi Allah SWT. Inilah

bentuk dosa yang paling besar.
2) Syirik kecil, yaitu memperhatikan

selain

Allah

di

samping

memperhatikan-Nya juga dalam beberapa urusan. Itulah ria dan nifaq. (AlAshfahani, hlm. 266)
Adanya kemusyrikan dalam kategori musyrik kecil bukan karena beban
dosanya yang rendah, tetapi kemusyrikan ini merupakan bentuk kemusyrikan
yang seringkali terabaikan atau tidak terasa dalam perwujudannya. Tentang
kemusyrikan ini, Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : “Sesungguhnya perkara
yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah musyrik yang paling kecil,
yakni ria.” (Muttafaq ‘Alaih)
B. Sihir.
Sihir termasuk ke dalam dosa yang besar karena di dalamnya terdapat
upaya iltibas (pencampur-adukan) dan menutupi apa yang sebenarnya. Bahkan
sihir ini bisa mengakibatkan penyesatan aqidah, baik dari sisi penyebabnya
maupun dari sisi perolehannya. Para ulama telah bersepakat atas pengharaman
sihir, pembelajaran dan pengajarannya. Bahkan Imam Malik, Imam Ahmad, dan
sekelompok para sahabat dan para tabiin berpendapat bahwa saling berbagi sihir
termasuk bagian kekufuran yang pelakunya harus mendapat hukum eksekusi
(dibunuh). Demikian juga upaya mempelajari dan mengajarkan sihir kepada orang
lain, karena hal itu termasuk wasilah yang akan menjadi jalan terwujudnya sihir
tersebut.
Namun di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa jika mempelajari
sihir itu hanya sekadar ingin mengetahuinya dan sebagai upaya menjaga diri,

9

maka yang demikian itu tidak termasuk dalam kategori haram. Pernyataan ini
dianalogikan kepada orang-orang yang berusaha mengetahui hakikat aliran-aliran
sesat.
C. Membunuh Jiwa.
Yang dimaksud membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT dalam
hadis di atas adalah membunuh seorang muslim dengan sengaja, bukan karena
suatu hukuman tertentu seperti qishas atau rajam.
Pembunuhan seperti ini termasuk juga ke dalam bagian dari dosa-dosa
besar yang dapat membinasakan para pelakunya. Melalui upaya pembunuhan,
sang pelaku telah menghilangkan rasa aman di lingkungannya, menebar rasa
takut, dan memutuskan ikatan persaudaraan sesama manusia, khususnya di
kalangan kaum muslimin. Bahkan Allah SWT mengisyaratkan bahwa membunuh
satu orang sama kedudukannya dengan membunuh semua orang. Keterangan ini
tercantum dalam ayat berikut.

‫ﻋﻠ كرﻰ ﺑكرﻨﻲر رإﺳ كر ردﺮرءﻳكﻞ أ كﻧ مكمﻪۥ كﻣﻦ كﻗﺘككﻞ ﻧ كﻔ كدﺴسﺎ رﺑكﻐﻴدرﺮ ﻧ كﻔدسﺲ أ كود كﻓكﺴﺎدد‬
‫رﻣﻦد أ كﺟدرﻞ ركذﻟركك ﻛ كﺘكﺒدكﻨﺎ ك‬
‫رﻓﻲ ٱﻟدﺄ كردرض كﻓﻜ كﺄ كﻧ مككﻤﺎ كﻗﺘككﻞ ٱﻟ مكﻨﺎكس كﺟرﻤﻴمﻌﺎ كوكﻣﻦد أ كﺣدكﻴﺎكﻫﺎ كﻓﻜ كﺄ كﻧ مككﻤا أ كﺣدكﻴﺎ ٱﻟ مكﻨﺎكس كﺟرﻤﻴمﻌﺎا‬
‫كوﻟ ككﻘﺪد كﺟاكءﺗدمﻬمد مرمﺳﻠ مكﻨﺎ رﺑٱﻟدﺒك رﻴ مﻨ كر ر‬
‫ﺖ ث مممك رإ م كن ﻛ كرثﻴمﺮا رمﻣﻨدمﻬم ﺑكﻌدكﺪ ركذﻟركك رﻓﻲ ٱﻟدﺄ كردرض ﻟ كمﻤﺴدرﺮمﻓﻮكن‬
٣٢
Artinya : Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS Al-Maidah [5]: 32)
Hukum ini, walaupun khitab-nya Bani Israil, bukanlah mengenai Bani
Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa
10

membunuh seseorang itu bagaikan membunuh manusia seluruhnya, karena orangseorang itu adalah anggota masyarakat dan karena membunuh seseorang berarti
juga membunuh keturunannya.
D. Memakan Riba
Memakan harta riba termasuk kezaliman kepada orang lain. Orang yang
memakan harta riba pada dasarnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan ia
lebih pantas untuk mendapat siksa yang abadi di neraka. Bagaimana tidak
demikian, ketika orang lain berada dalam kesulitan, kefakiran, pailit dalam
ekonomi, padahal dalam kondisi apapun seseorang didorong untuk mengeluarkan
shadaqah, sementara pemakan riba demikian asyiknya mempermainkan
kemelaratan orang lain dengan menambah beban pembayaran utang berlipat
ganda dan dalam tempo yang terus-menerus.
Pada hakikatnya, riba itu dapat menghanguskan harta kekayaan,
menghilangkan nilai-nilai keberkahan, dan mencabut rasa kasih sayang dari
pribadi para pelakunya. Dengan demikian, dalam riwayat lain, Rasulullah Saw
melaknat praktik riba dengan berbagai faktor pendorong dan pelakunya, baik yang
memakan harta riba, yang menjadi penulis dalam transaksinya maupun yang
menjadi saksi dalam proses transaksi riba tersebut.
Secara umum, Islam melarang keras terhadap seseorang yang dalam usaha
mencari rezekinya (ma‘isyah) dengan cara yang haram, sedangkan transaksi
ribawi termasuk ke dalamnya. Rasulullah Saw telah bersabda yang artinya, “Siapa
saja yang ada daging (di tubuhnya) berkembang dari usaha yang haram, maka api
neraka lebih utama bagi dirinya”. (HR al-Hakim)
E. Memakan Harta Anak Yatim
Ketika seorang anak menjadi yatim, karena ditinggal mati oleh
orangtuanya, Islam menganjurkan agar kaum muslimin, terutama kaum
kerabatnya, dapat menjaga dan mengurus harta mereka yang diperolehnya melalui
proses pewarisan. Pengurusan harta anak yatim ini terus berlangsung sampai usia
anak ini menjadi dewasa sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut.

11

Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah
(dewasa). Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai
memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan
janganlah kamu memakan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan
(janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanja¬kannya) sebelum mereka dewasa.
Siapa saja (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri
(dari memakan harta anak yatim) dan siapa saja yang miskin, maka bolehlah ia
memakan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan
harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang
penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas
persaksian itu). (QS An-Nisa [4]: 6)
Tatkala seorang pengurus, terutama bagi mereka yang serba berkecukupan,
tidak mampu menjaga dirinya dari memakan harta anak yatim, maka Allah SWT
mengancam mereka dengan ancaman yang sangat besar sesuai dengan ayat
berikut.
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke
dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS An-Nisa [4]: 10)
F. Berpaling dari Barisan Perang
Yaitu seseorang yang melarikan diri ketika kaum muslimin sedang
memerangi orang-orang kafir. Perbuatan ini termasuk dosa besar, termasuk tujuh
perbuatan yang akan membinasakan karena menimbulkan dua bahaya:
1.

Akan menghancurkan semangat kaum muslimin

2.

Orang-orang kafir semakin berani menekan kaum muslimin
Ketika kaum muslimin sudah mulai terdesak, maka orang-orang kafir akan

semakin berani memerang kaum muslimin.
Barangsiapa yang lari dari medan perang karena dua sebab ini, yaitu untuk
bergabung dengan batalyon lain. Contohnya ketika ada batalyon lain yang sedang
dikepung oleh musuh dan akan sangat berbahaya jika mereka dikuasai oleh

12

musuh. Maka ia bergerak (mundur) untuk membantunya, maka hal ini tidak apaapa, karena larinya menuju batalyon tersebut sangat menguntungkan.
Orang yang lari dari medan perang dengan berbelok untuk (siasat) perang.
Contohnya seperti seorang mujtahid yang lari belok (mundur) untuk memperbaiki
senjata atau untuk memakai baju besinya dan lain-lain yang termasuk dalam
kepentingan berperang dan perbuatan ini tidak apa-apa.
G. Menuduh Berzina
Menuduh berzina kepada wanita yang menjaga kehormatan dan wanita itu
adalah orang yang terjaga keimanannya yaitu menuduh berzina wanita yang baikbaik, yang lurus, yang telah berkeluarga, yang berstatus merdeka, dan yang
beriman. Predikat-predikat tersebut tercakup dalam pengertian sifat terhormat.
Dan pada hakekatnya, seorang wanita itu terhormat karena Islam, ia menjaga
kesucian, menikah, dan berstatus merdeka.
Dalam surat an-Nur Allah melarang menuduh berzina seorang wanita yang
baik-baik, dan menjelaskan sanksi hukuman atas perbuatan ini. Disebutkan dalam
Shahih Muslim dengan Syarah an-Nawawi jilid II halaman 86, seorang ulama ahli
tafsir Imam Abul Hasan al-Wahidiy dan lainnya mengatakan : "Menurut pendapat
yang shahih ; batasan dosa besar itu tidak diketahui secara pasti. Bahkan di dalam
syari’at ada beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa
besar, dan ada juga beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai
dosa-dosa kecil, dan ada beberapa jenis perbuatan maksiat lainnya tanpa ada
penjelasan. Artinya, ini mencakup dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil.
Hikmah dari tidak adanya penjelasan tersebut ialah, supaya seseorang tetap
menahan diri jangan sampai melakukan semuanya, karena dikhawatirkan janganjangan hal itu termasuk dosa-dosa besar." Menurut mereka, ini sama dengan
masalah disembunyikannya kapan terjadinya lailatul qadar, saat-saat istimewa
pada hari jum’at, saat-saat terkabulnya do’a pada malam hari, nama Allah yang
agung, dan hal-hal lain yang bersifat samar.

13

3.

Intisasri / Kandungan Hadits
a.

Perbuatan dosa yang dapat membinasakan diri dan orang lain harus

senantiasa dihindari dan dijauhi.
b.
Manusia dilarang untuk menyekutukan Allah Swt. Dengan sesuatu
apapun, karena hal itu akan membinasakan diri baik dalam kehidupan di
dunia maupun di akhirat.
c.
Sihir dan tenung merupakan perbuatan terlarang karena perbuatan
tersebut adalah bersekongkol dan jin dan syetan.
d.
Jiwa seseorang apalgi Muslim harus senantiasa dijaga dan haram
hukumnya untuk mengambil nyawa orang lain tanpa alasan yang haq.
e.
Kita dilarang untuk memakan harta riba dan harta anak yatim yang
ada dalam tanggungan kita dan berada dalam pengasuhan kita.\
f.
Setiap umat Islam dicela oleh Allah dan Rasul-Nya bagi siapapun
yang melarikan diri dari peperangan atau ia keluar dari barisan perang
karena merasa takut akan kematian.
g.
Menuduh berzina kepada seorang muslimah dan mukminah adalah
perbuatan yang amat dilarang oleh baginda Nabi.
h.
Setiap perbuatan dosa dan hal-hal yang telah jelas dilarang dalam
agama akan membinasakan kehidupan kita dan akan membawa kita pada
jalan kerugian dan peneysalan.

14

BAB III
PE N UTU P
A. KESIMPULAN
Dosa-dosa besar merupakan segala larangan yang berasal dari Allah
maupun Rasul-Nya. Dosa-dosa besar sangat banyak jumlahnya, diantaranya:
syirik, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu,
sihir, menuduh mukminat berzina, membunuh anak karena takut miskin,
memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang, berzina
dengan istri tentang dan lainnya.
Dosa-dosa besar di atas yang merupakan dosa dan kezhaliman yang paling
besar serta yang paling berat hukumannya, yaitu syirik. Allah telah
mengharamkan surga bagi orang yang menyekutukan-Nya dan telah disiapkan
baginya neraka sebagai tempat kembali. Sesungguhnya tidak ada penolong bagi
orang-orang yang zhalim.
Selain itu, durhaka terhadap orang tua juga merupakan dosa besar dan
termasuk dosa yang membinasakan. Sudah sepatutnya kita harus taat terhadap
keduanya sesuai dengan syariat Islam.
Banyak lagi dosa-dosa besar yang harus dihindari, karena berakibat buruk
dan dapat membinasakan diri sendiri juga orang lain selain yang telah disebutkan
di atas. Setiap orang Islam yang beriman wajib menghindarkan diri dari dosa-dosa
besar tersebut, agar tidak mendapat laknat dari-Nya. Karena Allah menjanjikan
surga-Nya untuk orang-orang yang menhindarkan diri dari padanya dan Allah
menghadiahkan neraka-Nya untuk orang-orang yang mengerjakannya.
Muhammad Abdul Aziz al-Khauli mendefinisikan dosa besar sebagai dosa
yang memiliki kemudharatan yang sangat besar dan pengaruh negatifnya di
masyarakat sangat besar pula. Hal demikian disebabkan karena mafsadat dan
ancamannya yang sangat besar terhadap dosa-dosa tersebut. (Al-Khauli, tt: 112)

15

Jika kita mengacu kepada berbagai definisi di atas, maka yang termasuk dosadosa besar itu sangat banyak jumlahnya. Dengan demikian, tujuh dosa yang
membinasakan sesuai dengan sabda Rasul di atas bukan sebagai pembatas bagi
dosa-dosa besar tersebut. Tetapi hal itu disampaikan oleh Rasulullah sebagai
bentuk perhatiannya yang sangat besar terhadap umatnya agar tidak terjerumus
kepada dosa-dosa besar lain yang mafsadat, hukuman, dan ancamannya seperti
ketujuh dosa di atas.
Namun demikian, dari sekian banyak dosa yang tergolong kepada dosadosa besar, dosa musyrik menempati urutan paling atas (yang terbesar) dari dosadosa besar lainnya. Adapun dosa-dosa besar lainnya yang tidak tercantum dalam
hadis di atas, tetapi menjadi kriteria dosa besar dalam hadis yang lain, di
antaranya

adalah

durhaka

terhadap

orangtua,

membunuh

anak

karena

kekhawatiran menambah kemiskinan, persaksian palsu atau dusta, khianat dalam
perkara ghanimah, zina, mencuri, meminum minuman keras, memisahkan diri
dari al-jama’ah, menebar fitnah, melanggar bai’at, dan tidak membersihkan air
kencing.
B. SARAN
Para ulama (semoga Allah merahmati mereka) berpendapat, "Melakukan
dosa kecil secara terus menerus dapat mengakibatkannya menjadi dosa besar".
Diriwayatkan dari Amru Ibnul Ash, Abdulah Ibnu Abbas, dan lainnya, "Tidak ada
dosa besar sama sekali dengan (melakukan) istighfar, dan tidak ada dosa kecil
sama sekali dengan terus menerus melakukannya." Artinya, bahwa dosa besar itu
bisa terhapus dengan memohon ampunan kepada Allah U, dan dosa kecil itu bisa
berubah menjadi dosa besar jika dilakukan terus menerus tanpa istighfar.
Ada juga yang berpendapat, "Yang dimaksud dengan terus menerus
melakukan dosa kecil ialah melakukannya secara berulang-ulang, karena orang
yang bersangkutan tidak memiliki rasa kepedulian yang besar terhadap agama."
Adapun al-Imam Abu Amr ash-Shalah dalam fatwa-fatwanya mengatakan : "Dosa
besar itu memiliki tanda-tanda, antara lain ; menuntut pemberlakuan sanksi

16

hukuman atau hadd, diancam dengan siksa neraka dan lain sebagainya dalam alQur’an maupun as-Sunnah, sementara orang yang melakukannya disebut fasik."

17

Daftar Pustaka
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, dar As-Salam, Riyadh, cetakan pertama
Tahun 2000 masehi
Al-Minhaj syarh Sohih Muslim, Imam Nawawi, Dar Al-Ma’rifah
Jami Al-‘Ulum wa Al-Hikam, Ibnu Rojab, tahqiq Al-Arnauth
Sittu Duror min Ushuli Ahlil Atsar, Syaikh Abdul Malik Romadhoni, maktabah
Al-Asholah
Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Al-Banna, dar Ibnu Hazm, cetakan pertama
Fawaid Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan, Dar Ibnul Jauzi
Al-Ikhlash, Sulaiman Al-Asyqor, dar An-Nafais
Silsilah Al-Ahadits As-Sohihah, Syaikh Al-Albani
Aina Nahnu min Akhlak As-Salaf, Abdul Aziz bin Nasir Al-Jalil, Dar Toibah
Waqofaat ma’a kalimaat li Ibni Mas’ud, transkrip dari ceramah Syaikh Sholeh Alu
Syaikh
Tazkiyatun Nufus, Ahmad Farid
Materi Hadits Tentang Islam, Hukum, Ekonomi, Sosial dan Lingkungan., Dra.
Oneng Nurul Badriyah M.Ag
Hadits Web: http://opi110mb.com/
http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com

18