Kedaulatan Negara negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

Kedaulatan Negara

Abdullah azzam

8111415309

Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang
2016

PENDAHULUAN

Negara merupakan subjek hukum yang memiliki kedudukan paling utama dibanding
dengan subjek-subjek hukum internasional lainnya. Pendirian yang menyatakan bahwa perjanjian
internasional hanya berlaku dalam wilayah suatu negara yang menjadi pesertanya setelah
diundangkannya undang – undang pelaksanaannya (implementing legislation) yang lazim dikenal
dengan teori transformasi merupakan perwujudan lain dari teori bahwa hanya negara merupakan
subjek hukum internasional1, Dalam Pasal 1 konvensi Montevideo 27 December 1933 mengenai
hak dan kewajiban Negara mengisyaratkan bahwa Negara sebagai subjek dalam hukum
internasional harus memiliki empat unsur konstitutif yaitu : penduduk yang tetap, wilayah
tertentu, pemerintahan, salah satu syarat yang dituliskan dalam konvensi Montevideo yaitu

adanya suatu kedaulatan, yang mengatur mengenai kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaran
negara, Istilah kedaulatan sendiri seringkali dijumpai atau ditemukan dalam berbagai macam
pengertian, dan masing-masing memiliki perbedaan yang prinsipil. Misalnya pengertian
kedaulatan apabila dimaknai dalam perspektif hukum Internasional lebih sering dipandang dalam
konteks hubungan ekstern atau hubungan antar negara, sedangkan dalam perspektif hukum Tata
Negara, pengertian dipandang dalam konteks hubungan intern yaitu hubungan negara ke dalam.
Kedaulatan juga dipandang sebagai konsep mengenai kekuasan tertinggi dalam
penyelenggaraan negara. Pemaknaan kedaulatan seperti ini merupakan arti yang bersifat teknis
ilmiah yaitu dengan mengidentikkannya dengan penyelanggaraan kegiatan bernegara. Banyak
para ahli hukum yang membuat defenisi tersendiri tentang kedaulatan, salah satunya yaitu definisi
yang dikemukakan oleh seorang ahli pemikir besar tentang negara dan hukum asal perancis, yaitu
Jean bodin, menurutnya kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap para warga negara dan
rakyatnya, tanpa ada suatu pembatasan apapun dari undang – undang, kedaulatan merupakan
kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum di dalam suatu negara2.
Ketika membicarakan mengenai kedaulatan dalam konteks penyelenggaraan negara maka
muncullah suatu pertanyaan yaitu apa dan siapa yang memegang kekuasaan tertinggi dan
membuat keputusan akhir dalam kegiatan kenegaraan atau dalam bentuk pertanyaan darimanakah
kedaulatan itu berasal atau bersumber sehingga padanya melekat kekuasaan tertinggi tersebut.
Dalam kajian ilmu hukum dan ilmu politik dikenal adanya lima teori kedaulatan, yaitu teori
kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan Raja, teori kedaulatan Rakyat, teori kedaulatan Negara, dan

teori kedaulatan Hukum.Namun dalam pokok bahasan dalam paper ini kelompok kami akan
menitik beratkan pada membahasan mengenai kedaulatan Negara, yang merupakan tema pokok
kelompok kami, demi untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Internasional.

PEMBAHASAN
1
2

mochtar kusumaatmdja , etty r agus Pengantar hukum internasional, hlm 96
Soehino Ilmu negara , hlm 79

A. Pengertian Kedaulatan Negara

Asal kata kedaulatan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah souvereignity
berasal dari kata Latin superanus berarti yang teratas. Secara umum kedaulatan dapat diartikan
sebagai to govern itself (memerintah dirinya sendiri). Negara sebagai sebuah entitas sudah pasti
memiliki kedaulatan, hal itu berarti Negara memiliki kekuasaan tertinggi untuk melakukan segala
hal terhadap apa saja yang ada di dalam negaranya. Kedaulatan dalam Bahasa Prancis sering
diartikan sebagai The Pride of Nations, atau harga diri suatu bangsa. Dalam hal ini terkandung
suatu pengertian bahwa bangsa dalam suatu negara yang merdeka memiliki kewenangan atau

kekuasaan untuk secara ekslusif dan bebas melakukan kegiatan kenegaraan sesuai kepentingannya
asalkan kegiatannya tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan negara lain dan Hukum
Internasional. 3Boer Mauna menyatakan “Kedaulatangan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki
oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya asal
saja kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional. 4 Mengenai hal tersebut
kiranya dapat diterima adanya pendapat yang menyatakan bahwa kedaulatan itu artinya adalah
kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara. Dalam Undang – Undang Dasar Negara kita
sekarang inipun, Undang – Undang Dasar 1945, di dalam penjelasaanya dikatakan bahwa
kedaulatan itu adalah kekuasaan yang tertinggi.
Negara dikatakan berdaulat atau souvereign karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau
ciri hakiki Negara. Bila dikatakan bahwa Negara itu berdaulat, dimaksudkan bahwa Negara itu
mempunyai kekuasaan tertinggi. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi. Negara berdaulat
memang berarti bahwa Negara itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari pada
kekuasaannya sendiri. Ruang berlaku kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas wilayah Negara
itu, artinya suatu Negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas wilayahnya. Jadi
pembatasan yang penting ini yang melekat pada pengertian kedaulatan itu sendiri dilupakan oleh
orang yang beranggapan bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh suatu Negara menurut paham
kedaulatan itu tidak terbatas. Bahwa kedaulatan suatu Negara terbatas dan bahwa batas ini
terdapat dalam kedaulatan Negara lain merupakan konsekuensi yang logis dari paham kedaulatan
sendiri5.

Kedaulatan adalah merupakan kekuasaan absolut atas suatu wilayah tertentu. Kekuasaan
absolut atas wilayah tersebut menjadi dasar bagi pembentukan negara (Jenik Radon, 2004: 1995).
Pemahaman tentang konsep kedaulatan negara ini sangat membantu dalam mencermati dan
mengevaluasi kedudukan negara dalam konteks hubungan internasional yang sangat dinamis.
Tampaknya tidak dapat ditetapkan suatu definisi tunggal tentang kedaulatan. Terminologi
kedaulatan memiliki beragam makna dan penafsiran. Istilah kedaulatan seringkali diberi makna
berbeda - beda oleh akademisi, jurnalis, politisi, pejabat internasional, juris dan kalangan lain
dengan latar belakang profesi, budaya, dan disiplin intelektual yang juga berbeda-beda (Winston
P.Nagan, &CraigHammer. 2004: 143-145). Istilah ini dapat memiliki makna berbeda bagi orang
yang berbeda, yang masing-masing memiliki latar belakang beragam pula. Istilah kedaulatan
3

Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, 2006, Hukum Internasional Kontemporer, PT Refka
Aditama, Bandung, hlm. 169
4
Boer mauna, pengantar hukum internasional, hlm. 24.
5
Mochtar kusumaatmadja, Etty R. Aggoes, pengantar hokum internasional him. 18.

mungkin memiliki makna berbeda dalam ilmu hukum, ilmu politik, sejarah, filsafat, dan bidangbidang lain yang berkaitan dengannya. Ada berbagai pendekatan, beragam kategorisasi dan

berbagai variasi tentang penggunaan konsep kedaulatan. Kedaulatan dapat merujuk pada
kedaulatan domestik, kedaulatan interdependensi, kedaulatan hukum internasional, dan
kedaulatan negara yang absolut. Kedaulatan sebagai konsep yang menunjuk pada kekuasaan
utama dan tertinggi untuk memutuskan dapat dianalisis dan dikualifikasikan berdasarkan
perspektif/sudut pandang unsur-unsur yang berhadapan, yaitu kedaulatan hukum atau kedaulatan
politik; kedaulatan internal atau eksternal; kedaulatan yang tunggal atau kedaulatan yang dapat
dibagi; kedaulatan pemerintah atau rakyat (DanSarooshi, 2004: 25 ; Jens Bartelson , 2006:463 ).
James J Sheehan mengemukakan pandangan yang sangat kritis, bahwa salah satu permasalahan
terkait konsep kedaulatan (sovereignty) adalah tentang definisi. Kedaulatan adalah suatukonsep
politik, namun demikian, tidak seperti halnya konsep tentang demokrasi atau monarki; kedaulatan
bukanlah tentang tempat kekuasaan itu berada. Kedaulatan tidak sama halnya dengan parlemen
atau birokrasi; karena kedaulatan tidak menggambarkan institusi-institusi yang menjalankan
kekuasaan. Kedaulatan juga tidak dapat disamakan dengan tertib hukum (order) maupun
keadilan(justice); karena kedaulatan tidak menggambarkan tujuan dari pelaksanaan kekuasaan.
Kedaulatan adalah suatu hal dan meliputi banyak hal (toe one or the many) (James J Sheehan,
2006:419). Konsep tentang kedaulatan adalah suatu hal yang berkaitan dengan hubungan antara
kekuasaan politik dan bentuk-bentuk otoritas lainnya. Kedaulatan dapat dipahami dengan
mencermati bahwa ; pertama, kekuasaan politik adalah berbeda dengan kerangka organisasi atau
otoritas lain di dalam masyarakat seperti religius, kekeluargaan dan ekonomi; kedua, kedaulatan
menegaskan bahwa otoritas publik semacam ini bersifat otonom dan sangat luas(autonomous

andpre eminent) sehingga lebih tinggi (superior) dari institusi yang ada dalam masyarakat yang
bersangkutan dan independen atau bebas dari pihak luar. Wacana tentang konsep kedaulatan
negara seringkali juga ditandai dengan cara menetapkan otoritas politik yang utama; antara
lembaga domestik dan otonomi internasional. Dalam praktik internasional, hal ini dapat dilihat
dari pengakuan dan tindakan kolektif negara - negara dalam menyelesaikan suatu masalah yang
melibatkan otoritas lembaga domestik dan otoritas internasional. Dalam kaitannya dengan
kedaulatan, dapat dikemukakan catatan bahwa hukum merupakan aspek yang sangat penting.
Hukum merupakan fondasi atau landasan bagi terciptanya ketertiban politik, bahkan ada pendapat
yang menyatakan bahwa hukum merupakan "the sole guarantor of the continuity of 'civilization
"(Anthony Pagden, 2002 dalam James J Sheehan, 2006: 42-43). Tata hukum dapat menjadi
instrumen untuk menjamin keberlanjutan keberadaban. Kristalisasi teoritik tentang hubungan
antara hukum dengan kedaulatan dapat ditemukan dalam doktrintentang kedaulatan sebagaimana
dikemukakan oleh Jean Bodin pada abad keenambelas.
Dalam hal ini Jean Bodin mengemukakan doktrin atau ajaran bahwa kedaulatan merupakan
sumber utama untuk menetapkan hukum. Kedaulatan merupakan sumber otoritas yang berada
pada aras tertinggi dalam hirarki hukum (legalhierarchy). Adanya berbagai variasi tentang makna
dan penggunaan konsep kedaulatan negara, tidak mengurangi arti penting konsep ini dalam sistem
hukum internasional dan teori hubungan internasional. Kedaulatan merupakan salah satu konsep
mendasar dalam hukum internasional (one ofthe fundamental conceptsin internationallaw). Dalam
kerangka hubungan antar negara, kedaulatan juga merujuk pada pengertian kemerdekaan

(independence) dan wee versa. Suatu negara merdeka adalah negara yang berdaulat. Negara yang

berdaulat adalah negara merdeka dan tidak berada di bawah kekuasaan negara lain (Jens
Bartelson, 2006:463). Dalam hukum internasional, kedaulatan negara (state sovereignty) dan
kesederajatan (equality) antar negara merupakan konsep yang diakui dan menjadi dasar
bekerjanya sistem hukum internasional itu. Hukum internasional secara tradisional mengakui
bahwa negara sebagai entitas yang merdeka dan berdaulat, berarti negara itu tidak tunduk pada
otoritas lain yang lebih (Miguel Gonzalez Marcos, 2003:1; Martin Dixon & Robert Mc.
Corquodale, 2000,: 248 ). Kedaulatan dan kesederajatan negara merupakan atribut yang melekat
pada negara merdeka sebagai subyek hukum internasional. Pengakuan terhadap kedaulatan negara
dan kesederajatan antar negara juga merupakan dasar bagi personalis negara dalam sistem hukum
internasional (Ian Brownlie, 1990:287 ). Kedaulatan mendasari beberapa hak yang diakui oleh
hukum internasional seperti misalnya; hak kesederajatan (equality), yurisdiksi wilayah
(territorialjurisdiction), hak untuk menentukan nasionalitas bagi penduduk di wilayahnya, hak
untuk mengijinkan dan menolak atau melarang orang untuk masuk dan keluar dari wilayahnya,
hak untuk melakukan nasionalisasi (R.C. Hingorani, 1982:117-118). Dalam kepustakaan hukum
internasional, konsep kedaulatan negara juga menjadi dasar salah satu doktrin yang dikenal
dengan istilah Act of State Doctrine. Doktrin ini di Inggris dikenal dengan istilah: "the Sovereign
Act Doctrine". Doktrin hukum yang muncul pada abad ke sembilan belas (XIX) ini menegaskan:
" Every sovereign State is bound to respect the independence of every sovereign State, and the

courts of one country will not sit in judgement on the acts of the government of another done
within its own territory". Menurut Act of State Doctrine, setiap Negara berdaulat wajib
mengormati kemerdekaan negara berdaulat lainnya (Robert I Bledsoe & Boleslaw A Boczek,
1987:3). Kedaulatan merupakan konsep yang sangat penting dalam tertib hukum domestik
maupun internasional, dan merupakan titik persinggungan antara kedua sistem tertib hukum
tersebut. Kedaulatan negara merupakan salah satu norma fondasional dalam sistem hukum
internasional. Konsekuensinya, konsep tentang negara yang berdaulat sebagai kesatuan otoritas
yang tidak tunduk pada pihak manapun merupakan penyangga sistem tata hukum internasional
yang menjunjung tinggi prinsip non-intervensi dan kesepakatan (con sent) negara. Namun
demikian, dalam wacana dan praksis mutakhir konsep kedaulatan negara telah mengalami
perubahan; sehingga kedaulatan negara dalam pengertian yang absolut tidak dapat dipertahankan
lagi (Michael JStruett,2005:70-180).
Dilihat secara demikian, paham kedaulatan tidak usah bertentangan dengan adanya suatu
masyarakat internasional yang terdiri dari Negara-negara yang masing-masing berdiri sendirisendiri atau dengan perkataan lain merdeka (independent) yang satu dari yang lainnya. Suatu
akibat paham kedaulatan dalam arti yang terbatas ini selain kemerdekaan (independence) juga
paham persamaan derajat (equality). Artinya, bahwa Negara-negara yang berdaulat itu selain
masing-masing merdeka, artinya yang satu bebas dari yang lainnya, juga sama derajatnya satu
dengan yang lainnya. Dengan demikian, adanya kekebalan negara dipengaruhi oleh dua hal, yaitu
kedaulatan negara (state sovereignty) dan persamaan kedudukan antar negara (equality of the
states). Berdasarkan ajaran kedaulatan ini maka dalam setiap wilayah atau Negara hanya berlaku

satu macam hukum, yaitu hukum dari negara yang memiliki kedaulatan di wilayahnya tersebut.

Hukum itu berlaku baik terhadap orang-orang, benda-benda maupun perbuatan-perbuatan hukum
yang dilakukan disana.6
Bagaimana suatu negara akan mengatur wilayahnya tidak dapat dicampuri oleh negara lain
tanpa persetujuannya. Ini adalah prinsip teritorial, yang memberikan kepada setiap bangsa
(negara) hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Adapun dasar hukum dari persamaan
kedaulatan dan kedudukan Negara dapat ditemukan dalam pasal 1 ayat (2) Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa mengenai tujuan organisasi ini yaitu, untuk memajukan hubungan persahabatan
antar bangsa-bangsa berdasarkan penghargaan atas asas persamaan hak dan hak bangsa-bangsa
untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasal 2 ayat (1) nya lebih lanjut menyatakan bahwa
organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini berlandaskan pada asas-asas persamaan kedaulatan
dari semua anggota-anggotanya.
Disamping itu kedaulatan juga mempunyai pengertian negative dan positif.7
Pengertian Negatif
A. Kedaulatan dapat berarti bahwa negara tidak tunduk pada ketentuan – ketentuan hokum
internasional yang mempunyai status yang lebih tinggi.
B. Kedaulatan berarti bahwa negara tidak tunduk pada kekuasaan apapun dan dari manapun
datangnya tanpa persetujuan negara yang bersangkutan
Pengertian Positif

A. Kedaulatan memberikan kepada titulernya yaitu negara pimpinan tertinggi atas warga
negaranya. Ini yang dinamakan wewenang penuh dari suatu negara.
B. Kedaulatan memberikan wewenang kepada negara untuk mengeksploitasi sumber –
sumber alam wilayah nasional bagi kesejahteraan umum masyarakat banyak. Ini yang
disebut kedaulatan permanent atas sumber – sumber kekayaan alam.

B. Teori Kedaulatan Negara

Teori kedaulatan negara merupakan salah satu teori kedaulatan yang menyatakan bahwa
kedaulatan itu ada pada negara. Negaralah yang menciptakan hukum, jadi segala sesuatu harus
tunduk pada negara . Negara disini dianggap sebagai suatu keutuhan yang menciptakan peraturan
– peraturan hukum, jadi adanya hukum itu akibat dari adanya negara, dan tiada satu hukumpun
yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara. Penganut teori kedaulatan negara ini antara lain
adalah Jean Bodin, dan Georg Jellinek.
Hakekatnya teori kedaulatan negara itu atau staat-souvereiniteit, hanya menyatakan
bahwa kekuasaan tertinggi ada pada negara, tidak melihat kekuasaan tersebut bersifat absolut,
maupun bersifat terbatas, dan ini harus dibedakan dengan pengertian ajaran staat-absolutisme.
6

Sudargo Gautama, Hukum Prdata Internasional Indonesia, Buku I, cet ke-7, Jakarta:

Binacipta, 1988 hal. 141.
7
Jean Charpentier, Institutions Internationales, 13 Edition, 1997, Momentos Dallozz, Paris, p.
25 – 26.

Karena dalam ajaran staat- souvereiniteit itu pada prinsipnya hanya dikatakan bahwa kekuasaan
tertinggi itu ada pada negara, kekuasaan tertinggi ini mungkin bersifat absolut , tetapi mungkin
juga bersifat terbatas . sedangkan dalam ajaran staat-absolutisme dikatakan bahwa kekuasaan itu
bersifat absolut , jadi berarti tidak mungkin bersifat terbatas, dalam arti bahwa negara itu
kekuasaanya meliputi segala segi kehidupan masyarakat, sehingga mengakibatkan para warga
negara itu tidak lagi mempunyai kepribadian.
Teori kedaulatan negara ini juga dikemukakan oleh georg jellinek. Pada pokoknya
jellinek mengatakan bahwa hukum itu adalah merupakan penjelmaan dari pada kehendak atau
kemauan negara. Jadi juga negaralah yang menciptakan hukum, maka negaralah dianggap sebagai
satu – satunya sumber hukum, dan negaralah yang memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan.
Sehingga diluar negara tidak ada satu organpun yang berwenang menetapkan hukum. Maka
dalam hal ini lalu berarti bahwa adat kebiasaan, yaitu hukum yang tidak tertulis maupun peraturan
yang tidak dikeluarkan negara atau dibuat oleh negara dianggap bukanlah sebuah hukum, yang
demikianlah pendapat yang dibenarkan oleh Jean Bodin , sedangkan menurut pendapat Georg
Jellinek adat kebiasaan dan hukum – hukum lainnya itu dapat menjadi hukum, apabila hukum –
hukum itu sudah ditetapkan oleh negara sebagai sebuah hokum. Negara adalah satu-satunya
sumber hukum. Oleh sebab itu kekuasaan tertinggi harus dimiliki oleh negara.8
Kedaulatan suatu negara tidak lagi bersifat mutlak atau absolut, akan tetapi pada batas –
batas tertentu harus menghormati kedaulatan negara lain, yang diatur dalam Hukum Internasional.
Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah kedaulatan negara bersifat relative (Relative
Sovereignty of State). Dalam konteks hokum Internasional, negara yang berdaulat pada
hakikatnya harus tunduk dan menghormati hokum Internasional, maupun kedaulatan dan
integritas wilayah negara lain.9
Jean Bodin menyatakan bahwa kedaulatan merupakan atribut dan ciri khusus dari suatu
negara. Tanpa adanya kedaulatan, maka tidak akan ada yang dinamakan negara. 10 Ia juga
menyatakan bahwa kedaulatan tersebut mengandung satu – satunya kekuasaan sebagai:
1) Asli, artinya tidak diturunkan dari sesuatu kekuasaan lain;
2) Tertinggi, tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat membatasi
kekuasaannya;
3) Bersifat abadi atau immortal;
4) Tidak dapat dibagi – bagi karena hanya ada satu kekuasaan tertinggi saja;
5) Tidak dapat dapat dipindahtangankan atau diserahkan kepada pihak lain.11
Kedaulatan suatu negara dalam implementasinya dimanifestasikan menjadi 3 (tiga) aspek
utama12, yaitu: Pertama, kedaulatan internal (kedalam). Kedaulatan secara internal memiliki
pengertian bahwa hal itu merupakan kewenangan tertinggi yang dimiliki oleh sebuah negara di
dalam wilayah kekuasaannya. Kedaulatan internal berarti merupakan kekuasaan tertinggi suatu
8

Abu Daud Busroh, Ilmu negara hal 71
Suryo sakti hadiwijoyo,perbatasan negara dalam dimensi Hukum Internasional. Hlm. 41.
10
Fred isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Binacipta , bandung , 1996, hlm. 108.
11
Muchtar Afandi, ilmu – ilmu Negara , Alumni , Bandung, 1971, hlm. 160.
12
Nkambo Mugerwa, Subjects of International Law, Edited by max Sorensen, Mac Millan, New
York, 1968. P.253.
9

negara untuk mengatur masalah – masalah dalam negerinya. Kedaulatan internal dari suatu negara
diwujudkan dalam otoritas negara dalam menentukan bentuk negara, bentuk system pemerintahan
yang dipilih oleh negara tersebut, system politik, kebijakan – kebijakan dalam negeri, maupun hal
– hal yang berkaitan dengan pembentukan system hokum nasional, dimana dalam penentuan
kesemua hal tersebut tidak dapat dicampuri oleh negara lain.
Ke-dua, kedaulatan eksternal (ke luar). Pengertian kedaulatan secara eksternal ialah
kemampuan negara – negara dalam melakukan hubungan internasional. Sisi eksternal dari
kedaulatan negara dimanifestasikan dalam wujud kekuasaan dan kemampuan suatu negara untuk
mendapatkan pengakuan dari negara lain dan menjalin kerjasama atau hubungan internasional.
Kemampuan dan kewenangan tersebut antara lain berupa peran serta dalam perundingan ,
konfrensi internasional, penandatanganan perjanjian internasional dalam berbagai bidang, terlibat
dalam organisasi internasional, dan lain sebagainya.
Ke-tiga, kedaulatan teritorial, pengertian dari kedaulatan teritorial ialah bahwa kekuasaan
penuh dan ekslusif yang dimiliki oleh negara atas individu – individu dan benda – benda yang
terdapat di wilayah tersebut.
C. MACAM – MACAM KEDAULATAN NEGARA
Secara Kategoris, kedaulatan dapat dikelompokkan menjadi dua macam13, yakin kedaulatan
berdasarkan jangkauan (scope) pelaksanaannya dan kedaulatan yang dilihat dari sisi wilayahnya.
Kedua kelompok tersebut merangkum deskripsi secara detail terkait dengan persoalan teritori dan
kedaulatan negara.
1. Kedaulatan Berdasarkan Jangkauan (Scope)
Kedaulatan negara dilihat dari jangkauan pelaksanaannya, dibagi menjadi dua jenis
kedaulatan, yaitu kedaulatan eksternal dan kedaulatan internal. Pengertian kedaulatan internal
ialah kekuasaan teetinggi dari suatu negara di wilayahnya. Dalam arti kewenangannya hanya
sebatas dalam wilayah – wilayah yang telah menjadi bagian dari kekuasaannya.Kewenangan
kedaulatan dalam konteks ini misalnya seperti untuk menentukan lembaga negaranya, hak untuk
membuat undang – undang atau konstitusi, tanpa adanya campur tangan atau intervensi dar negara
lain, mendapatkan kepatuhan atau ketundukan dari rakyatnya, dan memiliki wewenang sendiri
secara penuh untuk menyelesaikan persoalan – persoalan yang timbul di dalam yuridiksinya.
Berdasarkan hal itu, maka kedaulatan internal suatu negara bisa dijamin apabila negara
tersebut memiliki sumber – sumber hukum seperti: constitution, statutes, regulations, dan
customs. Constitutions adalah hukum dasar suatu negara, yang bersifat fundamental dan umum,
baik tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur cara – cara bagaimana suatu pemerintahan
diselenggarakan. Statutes adalah undang – undang, sedangkam regulations adalah peraturan –
peraturan yang dibuat oleh power delegation dari badan legislatif kepada badan eksekutif. Adapun
customs merupakan kebiasaan – kebiasaan yang dipraktikkan dalam masyarakat yang tidak
dituangkan dalam bentuk tertulis.

13

Saru Arifn,2014, Hukum Perbatasan Darat Antara Negara, Jakarta ; Sinar Grafka, hlm. 31.

Sementara itu, pengertian kedaulatan secara eksternal adalah kemampuan negara untuk
melakukan hubungan internasional. Dalam konteks ini setiap negara memiliki kedudukan yang
sederajat dalam kaitannya dengan hubungan internasional. 14
Pengertian kedaulatan secara eksternal tersebut, memiliki beberapa implikasi. Pertama,
setiap negara memiliki kedaulatan yang sama secara politik. Kedua, setiap negara tidak dapat
melakukan intervensi dalam permasalahan negara lain. Ketiga, setiap negara, masing – masing
diasumsikan memiliki kompetensi. Keempat, setiap negara memiliki yuridiksi atas wilayahnya
secara ekslusif. Kelima, setiap negara hanya dapat dibebani kewajiban dalam hal negara tersebut
memberikan persetujuannya. Keenam, setiap negara memiliki kewenangan penuh untuk
memutuskan untuk pergi berperang. Ketujuh, hukum internasional secara positif hanya dapat
mengikat suatu negara apabila negara tersebut telah secara eksplisit dan sukarela untuk terikat.
Untuk dapat menjamin keberadaan kedaulatan tersebut negara harus memiliki15:
a) Sebuah yuridiksi atas wilayahnya dan warga negara yang mendiaminya;
b) Sebuah prinsip non-intervention
c) Pengakuan dari negara – negara lain yang sederajat.
2. Kedaulatan Berdasarkan Konsep Wilayah (Territory)
Kedaulatan teritorial adalah kekuasaan penuh yang dimiliki oleh suatu negara dalam
melaksanakan yuridiksi (kewenangan) secara ekslusif di wilayah negaranya, yang mana di dalam
wilayah tersebut negara memiliki wewenang penuh untuk melaksanakan dan menegakkan hukum
nasionalnya. Dengan demikian seetiap individu yang mendiami suatu wilayah tertentu haruslah
tunduk dan patuh kepada kekuasaan hukum dari negara yang memiliki wilayah tersebut. Oleh
karena itu, ada korelasi anatara negara, kedaulatan, dan wilayah, sebab kedaulatan negara
didasarkan pada wilayah negara tersebut, maka wilayah suatu negara adalah konsep fundamental
atau mendasr dari hukum internasional.
Secara geografis, kedaulatan teritorial dibagi menjadi tiga jenis wilayah , yaitu: wilayah
daratan, wilayah laut, dan wilayah udara. Pada masing – masing tersebut tunduk pada rezim
hukum tertentu. Wilayah hukum daratan, kedaulatannya ditentukan oleh prinsip Uti Possidetis,
wilayah laut tunduk pada rezim hukum laut (UNCLOS 1982), dan wilayah udara tunduk pada
rezim hukum udara.
Wilayah daratan adalah bagian dari daratan yang merupakan tempat pemukiman atau
kediamandari warga negara atau penduduk negara yang bersangkutan.16 Di dalam wilayah
tersebut pula negara melaksanakan dan mengendalikan segala kegiatan pemerintahannya.
Termaksud pula dalam ruang lingkup wilayah daratan ini tidak saja permukaan tanah daratan,
tetapi juga tanah dibawah daratan tersebut. Kedaulatan negara terhadap kekayaan alam yang ada
dalam wilayah daratan tersebut bersifat permanen.
14

Kurt Mills, 1998, Human right in the Emerging Global Order: A New Sovereignty, Mc Millan,
London, hlm. 11.
15
Mirza Stria Buana, 2007, Hukum Internasional:Teori dan Praktik, FH Unlam, Banjarmasin,
hlm. 37.
16
Poltak Partologi Nainggolan, 2004, Batas Wilayah dan Situasi Perbatasan Indonesia:
Ancaman Terhadap Integritas Teritorial, Tiga Putra Utama: jakarat, hlm. 20-21.

Sementara itu wilayah lautan adalah mencakup luas horizontal maupun vertikal. Secara
Horizontal, yaitu luas laut dari daratan secara mendatar sampai ketengah laut. Dalam konteks ini,
maka kedudukan hukum laut dibagi menjadi perairan pedalaman, laut wilayah, dan laut bebas.
Sebaliknya, luas laut vertikal kedudukan hukumnya adalah udara, air, dan dasar laut, serta tanah
dibawahnya. Pembagian tersebut untuk lebih menetukan wilayah perairan dari suatu negara dan
berhubugan dengan batas – batas yuriksi terhadap wilayahnya. Berdasarkan konvensi hukum laut
1982, ditegakan bahwa luas perairan laut negara pantai adalah 12 mil, diukur dari garis pangkal
laut teritorialnya.
Adapun wilayah udara adalah udara diatas daerah suatu negara dipermukaan bumi, diatas
wilayah darat, dan diatas wilayah laut. Dalam perjanjian 27 Negara pada tahun 1928, ditentukan
bahwa tiap negara berkuasa penuh atas udara diatas wilayahnya. Hanya dengan seizin atau dengan
perjanjian tertentu pesawat udara suatu negara boleh melakukan penerbangan diwilah negara lain.
Prinsip ini sudah diakui secara internasional dalam hubungan antarnegara yang saling
menghormati kedaulatan masing – masing.

D. .HAKIKAT DAN FUNGSI KEDAULATAN NEGARA DALAM MASYARAKAT
INTERNASIONAL

Kedaulatan merupakan kata yang sulit untuk dibakukan karena para ahli memberikan
pengertian yang berlainan sehingga menimbulkan banyak penafsiran yang berkembang dewasa
ini. Dalam konteks itu, Philip Allot mengatakan, bahwa kedaulatan itu bukanlah suatu fakta, akan
tetapi adalah teori.17 Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan adalah konsep yang samar
(neboulous concept)18 yang bias saja berubah dari waktu kewaktu dikarenakan adanya perubahan
konstelasi politik Internasional. pengertian kedaulatan negara yang menyatakan bahwa negara
yang dinyatakan berdaulat atau sovereign adalah negara yang mempunyai kekuasaan tertinggi ,
menurut Mochtar kusumaatmadja dalam bukunya Pengantar Hukum Internasional ia menyatakan
bahwa pengertian yang menyatakan bahwa kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi
banyak menimbulkan banyak salah paham dalam mengartikan definisi tersebut. Jika diperhatikan
secara mendalam apabila negara memiliki kekuasaan tertinggi maka akan bertentangan dengan
hukum internasional sebagai suatu sistem hukum yang mengatur hubungan internasional
terutama hubungan antara negara. Dapat dikemukakan bahwa bahwa hukum internasional tidak
mungkin mengikat negara apabila negara itu merupakan kekuasaan tertinggi yang tidak mengakui
suatu kekuasaan yang lebih tinggi diatasnya.

17

Phillip Allot, 2001, Eunomia: new order for a new world, Oxford University press, oxford,
hlm. 57.
18
Martin Dixon dan Robert McCorquodale, 2003, Cases and Material on International Law ,
New York ; Oxford University Press ,hlm. 268.

Jika memang kedaulatan negara bertentangan dengan hukum internasional dapat dikatakan
bahwa paham kedaulatan negara pada hakikatnya merupakan penyangkalan terhadap hukum
internasional sebagai suatu sistem hukum yang mengikat bagi negara dalam hubungannya satu
sama lain, jadi tidaklah heran apabila dalam bidang ilmu hukum internasional terdapat para
sarjana yang menganggap kedaulatan negara sebagai suatu penghalang bagi pertumbuhan
masyarakat internasional dan bagi perkembangan hokum internasional yang mengatur kehidupan
masyarakat demikian.19 Pendapat demikian dapat dibenarkan seandainya masyarakat internasional
dan hukum yang mengaturnya mrupakan suatu masyarakat atau negara dunia. Dalam struktur
organisasi masyarakat dunia demikian memang tidak diberikan tempat bagi negara yang
berdaulat. Di puncak negara dunia demikian akan terdapat suatu pemerintahan dunia. Namun
kenyataannya masyarakat internasional dewasa ini jauh dari demikian, masyrakat dunia dengan
suatu pemerintahan dunia masih jauh dari kata terwujud. Adalah suatu kenyataan bahwa
masyarakat internasional dewasa ini merupakan suatu masyarakat yang terdiri terutama dari
negara – negara yang bebas satu sama lainnya. Selain didasarkan atas suatu anggapan yang keliru
tentang hakikat masyarakat dunia dewasa ini, sehingga serangan atas paham kedaulatan salah
sasaran, paham yang menyatakan bahwa kedaulatan itu merupakan penghalang bagi pertumbuhan
hukum internasional juga didasarkan atas pengertian kedaulatan yang keliru.
Kedaulatan menurut asal katanya yaitu berarti kekuasaan tertinggi. Negara berdaulat
memang berarti bahwa negara itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari pada
kekuasaannya sendiri. Dengan kata lain negara memiliki monopoli kekuasaan , suatu sifat khas
organisasi masyarakat dan kenegaraan dewasa ini yang tidak lagi membenarkan orang
perseorangan mengambil tindakan sendiri apabila ia dirugikan. Walaupun demikian, kekuasaan
tertinggi ini mempunyai batasan – batasan. Ruang berlaku kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh
batas wilayah negara itu , dalam arti kekuasaan tertinggi dapat dimiliki oleh negara di dalam batas
wilayahnya, sedangkan di luar wilayahnya, suatu negara tidak lagi memiliki kekuasaan tertinggi,
jadi pengertian kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi mengandung dua pembatasan penting
yaitu:
1) Kekuasaan itu terbatas pada wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu dan
2) Kekuasaan itu berakhir di mana kekuasaan suatu negara lain mulai.
Jadi pembatasan tersebut melekat pada pengertian kedaulatan itu sendiri kerap kali
dilupakan oleh orang yang beranggapan bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh suatu negara
menurut paham kedaulatannya itu tidak terbatas. Dengan pembatasan kedaulatan yang telah
diterangkan diatas dapat dikatakan bahwa kedaulatan suatu negara dapat dibatasi dan bahwa batas
ini terdapat dalam kedaulatan negara lain merupakan konsekuensi yang logis dari paham
kedaulatan sendiri. Dengan demikian paham kedaulatan tidak bertentangan dengan adanya suatu
masyarakat internasional yang terdiri dari negara – negara yang masing – masing berdiri sendiri –
sendiri atau dengan kata lain merdeka (independent) yang satu dari yang lainnya. Paham yang
demikianlah tidak akan bertentangan dengan hokum internasional.
Akibat yang ditimbulkan oleh paham kedaulatan dalam arti terbatas ini selain
kemerdekaan (independence) juga akan adanya paham persamaan derajat (equality). Artinya,
bahwa negara – negara yang berdaulat selain masing – masing merdeka, juga sama derajatnya
19

Baca Walz. Wesen des Voelkerrecht und Kritik der Voelkerrechtsleugner, 1930

dengan negara lain. Dilihat secara demikian, tiga konsep atau pengertian ini yaitu kedaulatan,
kemerdekaan, dan persamaan derajat tidak bertentangan satu dengan yang lainnya. Bahkan,
kemerdekaan dan persamaan derajat negara merupakan bentuk perwujudan dan pelaksanaan
pengertian kedaulatan dalam arti yang wajar. Jelas kiranya ketiga konsep tersebut seperti yang
telah diuraikan diatas tidak bertentangan dengan konsep suatu masyarakat internasional yang
diatur oleh hokum internasional Bahkan, dapat dikatakan bahwa jika diartikan secara wajar,
paham kedaulatan ini dengan dua pengertian yang sejajar dengannya yaitu kemerdekaan dan
persamaan derajat, merupakan suatu pengertian yang mempunyai fungsi yang penting sekali
dalam mewujudkan suatu masyarakat internasional yang diatur oleh hokum internasional sebagai
suatu kenyataan. Tunduknya suatu negara yang berdaulat tau tunduknya paham kedaulatan
kepada kebutuhan pergaulan masyarakat internasional demikian merupakan syarat mutlak bagi
terciptanya suatu masyarakat internasioanal yang teratur. Mengingat bahwa kehidupan suatu
masyarakat internasional yang teratur hanya mungkin dengan adanya hokum internasional, dan
merupakan keharusan bagi negara – negara untuk tunduk kepada hokum internasional yang
mengatur hubungan antara negara – negara yang berdaulat.

Simpulan
Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas
melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya asal saja kegiatan tersebut tidak bertentangan
dengan hukum internasional. kedaulatan salah satunya yaitu dimiliki oleh negara, dan
menyatakan bahwa kedaulatan itu ada pada negara. Negaralah yang menciptakan hukum, jadi
segala sesuatu harus tunduk pada negara . Negara disini dianggap sebagai suatu keutuhan yang
menciptakan peraturan – peraturan hukum, jadi adanya hukum itu akibat dari adanya Negara, dan
tiada satu hukum pun yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh Negara. Serta kekuasaan tertinggi
untuk membuat hokum di dalam suatu negara bersifat tunggal yang brarti bahwa hanya negaralah
yang memiliki asli, yang brarti kekuasaan yang tidak berasal dari kekuasaan lain, kemudian,
abadiyang brarti memiliki kekuasaan tertinggi dan abadi, serta tidak dapat dibagi – bagi yang
brarti bnahwa kedaulatan itu tidak dapat diserh terimakan baik sebagian maupun seluruhnhya.
Daftar pustaka
Arifin, saru, 2014. Hukum Perbatasan Darat Antarnegara, Jakarta:Sinar Grafika
Bartelson, Jens. 2006. The Concept of SovereigntyRevisited". (17) European Journal of
International Law, Vol. 17. No.2.Oxford: Oxford University Press.
Brownlie, Ian. 1990. Principles of Public InternationalLaw. Fourth Edition. Oxford: Clarendon
Press
Daud. Abu. 2010 Ilmu Negara, Jakarta : Bumi Aksara
Gautama, Sudargo. 1988, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jakarta: Binacipta
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2011, Perbatasan Negara dalam dimensi Hukum Internasional,
Yogyakarta: Graha Ilmu
Hingorani, R.C. 1982. Modem InternationalLaw. Second Edition. New Delhi: Oxford &IBH
Publishing Co.
Mauna, Boer. 2013, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, Bandung:Alumni
Mochtar kusmaatmadja, Etty R. Agoes. 2003,
Alumni

Pengantar Hukum Internasional, Bandung :

Radon, Jenik. 2004. "Sovereignty: A PoliticalEmotion, Not A Concept*.(40.) StanfordJournal
ofInterna tional Law. Commemorative Issue: Balance ofPower: Redefining Sovereignty in
Contempo rary International Law Commemorative Introduction, Summer 2004. Stanford:
Universityof Stanford.
Sheehan , James J. 2006. The Problem of Sovereignty". The American History Review Vol. IllNo
1 February 2006. Oxford: Oxford UniversityPress
Soehino. 1980, Ilmu Negara, Yogyakarta : Penerbit Liberty
Starke. 2012, Penganmtar Hukum Internasional , Jakarta: Sinar Grafika