D. h w a r klusadad,' .Agustina ~ u b i s , ' Sidik ~ a s i t o , ' - GAMBARAN SANITASI RUMAH SAKIT DI DKI JAKARTA

GAMBARAN SANPTASI RU3IAH SAKIT DI DKI JAKARTA
D. h w a r klusadad,' .Agustina ~ u b i s , 'Sidik ~ a s i t o , '
Kasnodihardjo, Sunanti Z, Djarisrnawati
ABSTRACT
Tile objectives of tltis stzldy is to get i1lfo1771utio11O I I I~ospitulsa~titatio~l.
n1c sill&
olit i11 7 Go\~entn~crttHosj)itals i11 Jakarta.

LVUS

camcd

Tlte reslilrs SIIOM' tl~at5 7 1 5 of tlte Ir.atcr st~t?lplcsdid rtor l?~cctthe bucrc~riological.standards
and 4 l~ospitals(57.182,) lla\,e rtlied corltuillcv-s for /?ledic-ul u~ttl11011 17tedical wastes. hlajority of
tlte llospitals s u n v ~ e d(8.5.75,) disposctf their i~tfectiolrsscz~t.ugcto tltc septic tar~k,tllerl rclcascd it
~r:us-1rha.rOt.s.
Bacteriological conce~ltralion
into t l ~ eri19er:Four Ilospituls (57.lC'i)did rlot 1ta1.c.slifficic~~lt
in patient-care roorlls wcw re/ati~vl\x lliglt ( 2 - 49 colo~licspcr 5 rnirllite.~collecriort).
It call be cortcllidcd tltat tllc hospital .sarlitutiorl is !tot in a good condition. It is s~igqc~sted
tllat dle hospita1.s sltoltld ir?lpror.c~their .sc7ir.uLqctrz2utr?lclltn11d atfrf .si/llplc watcr slcpplv trc7atr?lerit,

wasltbasirts arid inci~tc~rators.If is also rtcccssa~?to i17lpror.c tllc, ~~c~r~iilutiort
attd liglrtirtp .\ystent irt
tlte wards and li~ldertakerolrtirle water yllalih c o ~ ~ t r o l .

PEND.4HULU.4N

Rumah Sakit (RS) rnempunyai fungsi
utama menyelenggarakan upayii kesehatan ysng
bersifat penyemhuhan dan pcmulihan
kesehatan. Walaupun dcmikian tidak hcrarti
hanya unsur pcngobat an saja yang dilaksanakan.
tetapi terkandung juga makna d a n fungsi
pencegahan penyakit. Sesuai dengan konsep
WHO (1957)', fungsi pelayanan kesehatan di
RS bersifat lebih mcnyeluruh, haik segi kuratif
(pengobatan dan perawatan) maupun preventif
(pencegahan dan penangulangan penyakit).
Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit, maka sanitasi RS mcnjadi
bagian penting mengingat di RS:'
*) Pusat Penelltian E k o l o g ~Keseharan. Jakdrta.


Bul. Penelit. Kesehat. 19 (1) 1991

a.

h.
c.
d.
e.

Tcrt1:tpat hangunan pcrrnanen atau semi
permancn yang khusus digunakan untuk
mclakxrrnakan k c c i a t a n p c l a y a n a n
Lcsehatun.
Terdapat peralatan, hahan dan perleng. untuk pclayanan kesehatan.
k.'tp'tn
T c r d a p a t hermacam-macnm manusia
(pasien. petugas dan pengunjung RS).
T c r d a p a t kesiatan pelayanan yang
heraneka ragarn.

T c r j s d i i n t e r a k s i timhal balik yang
langsung maupun tidak langsung dari
sarana, fasilitas,'alat. rnirnusi:~dan proses
maupun kcgiatannva.

Sanitasi RS merupakan
upaya
pengawasan berbagai faktor lingkungan. fisik.

Gamharan sanitasi rumah sahit .... D. Anwar \lus+dad et.al

kimiawi dan biologik di RS yang menimbulkan
atau rnungkin dapat mengakibatkan pengaruh
buruk terhadap kesehatan petugas, pasien dan
pengunjung serta masyarakat sekitar RS'.
Dengan upaya sanitasi diharapkan dapat
dikurangi pengaruh buruk seperti timbulnya
pencemaran bakteri dan bahan berbahaya pada
lingkungan, rnenjadi surnber penularan penyakit
dan kejadian infeksi nosokornial. Gambaran

keadaan sanitasi RS di Indonesia rnasih belum
jelas karena penelitian tentang ha1 itu masih
kurang. Dari hasil pelaksanaan sanitasi RS di
Jawa Tengah diketahui bahwa pada umumnya
RS belum memenuhi persyaratan minimal
~anitasi.~
P e n e l i t i a n ini d i l a k u k a n untuk
memperoleh garnbaran keadaan sanitasi RS,
sebagai bahan rnasukan untuk peningkatan
pengawasan dan pembinaan sanitasi RS.
BAHAN DAN CARA

Penelitian dilakukan di DKI Jakarta.
yaitu di seluruh Rumah Sakit Umum (RSU)
Pemerintah.
Data yang dikumpulkan terdiri atas
keadaan sanitasi RS yang meliputi penyediaan
air minurn, k a m a r rnandi d a n j a m b a n ,
pengelolaan lirnbah, pengelolaan sampah,
fasilitas cuci tangan, sanitasi ruang bangunan,

ruang dapur. pengelolaan linen, serta pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
lain.
Pengumpulan data dilakukan dengan
cara wawancara menggunakan kuesioner
terhadap petugas sanitasi dan petugas instalasi
rnedik RS, pengamatan lingkungan terhadap

keadaan fasilitas sanitasi serta pemeriksaan
laboratorium tcrhadap sampel air minum dan
kandungan bakteri udara ruang perawatan.
Lokasi pengamatan keadaan sanitasi lebih
difokuskan pada ruangan-ruangan perawatan
kelas tiga (sal), sedangkan lokasi pengambilan
sampel air dan udara di bagian penyakit dalam
dan kebidanan. Di masing-masing bagian
diambil 1 buah sarnpel air rninum dan 2 buah
sampel udara, yakni pada saat sebelurn jam
k u n j u n g a n d a n s a a t jam kunjungan.
Pengambilan dan pemeriksaan sampel air
dilakukan mcnurut "Standard Methods for The

Examination of Water and Wastewater" tahun
1985' untuk mengetahui kandungan bakteri coli.
Untuk pengambilan sampel udara digunakan
nutrien agar dalam piringan terbuka yang
ditempatkan dalam ruang perawatan selama 5
menit. Setelah diinkubasikan selama 24 jam
~
jumlah koloni bakteri
pada suhu 3 7 O dihitung
yang tumbuh.
H A S I L
1. Penyediaan Air hlinum

Secara keseluruhan sumber air yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di
RS berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM)
dan Sumur Pompa. Dari segi jumlah sebagian
besar (4 RS) persediaan airnya mencukupi
( > 500 liter air per tempat tidur per hari). Dari
segi kualitas sebanyak 14 sampel yang diambil,

8 (57,1%) keadaan airnya tidak memenuhi
syarat kualitas air minum bila didasarkan pada
Permenkes RI No. 416,'Menkes/Per/IX/1990
tentangS!arat- syarat Dan Pcngawasan Kualitas
Air (Tabel 1).

R I I ~Penelit.
.
Kesehat. 19 (1) 1991

Gambaran san~tasirurnah s a h ~ ....
t D. Anwar Musadad et.al

Tabel 2. Sarana &mar Mandi dan Jamban

Tabel 1. Has11 P e m e n b a a n Kual~tasAir DI 7 Rumah
Saktt D I DKI Jakarta.

Kamar mandl B: jamban
Surnber Aa

I;&

RS

(PAM;T'omp)

Krrer~np~n

Coil larrn

j

1

E. call

2
01

Pompa

PAM

0
0

Raik

0

0

Pompa

5

0

T ~ d a hh a ~ h

Pompa


-7

2

Tldah balh

PAM

0

0

Ba~h

PAM

0

0


Bath

Pompa

-

2

2
2

Ttdah balh

Pom pa
PAM

13

13

Tldah balh

PAM

13

13

T ~ d a hbalh

Balk
3

02

4

03

01

05

1

-

T ~ d a hb a ~ h

1

I

06

07

Jumlah

9

MPS Per IN1 ml

Pompa

49

Pompa

0

Pompa

-7

PAM

0

33
0

T ~ d a kbalh

Z
0

T ~ d a hbath

Ba~h

Balk

2. Sarana Kamar llfandi dan Jamban

Sarana kamar mandi dan Jamban di
tiap-tiap RS sebagian besar (85.7%) jumlahnya
telah memadai sesuai dengan kebutuhan. Dari
segi kebersihannya. hanya 3 RS (32.9%) yang
keadaan konstruksinya baik, lantai rata dan
keadaan bersih, sedangkan keadaan ventilasi
dan pencahayaan dari kamar mandi dan jamban
hanya 5 RS (71,4%) yang keadaannya dapat
dikatakan baik, yakni luas lobang ventilasinya
10% dari luas lantai (Lihat Tabel 2).

Bul. Penelil Kesehat. 19 (1) 1991

Jumlah
a Memadai
b T ~ d a hMetIladdl
Keadaan I(m mdndl & jamban
a Rerc~hE a ~ h
b Kurang Balh
Ventllas~
a Ba~h
b Kurang balh
Pencdhdqaan
a Ralh
b Kurang bail
- -.

6
1

85,7
143

3
1

12 9
57.1

5

71.4

-1
5
2

j
I

I
71 4
28 6
-

'

-

3. Pengelolaan Air Lirnbah Rumah Sakit

Air limbah RS menurut sifatnya dapat
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu air limbah
infeksius dan limbah non-infeksius. Air limbah
infeksius biasan!.a berasal dari ruanz-ruang
bedah. poliklinik. laboratorium. kamar mayat,
kamar operasi dan lain-lain. sedangkan air
limbah non-infeksius berasal dari kamar mandi,
dapur dan saluran air hujan.
Hasil pengamatan terhadap seluruh RS
yang dijadikan sampel. kedua jenis air limbah
tersebut disalurkan secara terpisah. Air limbah
infeksius, 85,7% dimasukkan ke dalam tangki
septik untuk selanjutnya tanpa saluran
perembesan dialirkan ke sungai dan sisanya
langsung dialirkan ke sungai tanpa pengolahan.
Air limbah non-infeksius 85.75, dialirkan
melalui saluran air hujan. Sebclum dibuang
seluruh air limbah tidak dilakukan disinfeksi
terlebih dahulu.

Gambaran sanitas~rumah sakit .... D. Anwar Musadad et.al

Tabel I. Pengelolaan Sampah

Tabel 3. Pengelolaan Xlr Llrnbah
Pengelolaan AII Ltmbah
1. Pengol. alr limbah ~ n f :
a. T a n g k ~septik
b. Tidak ada (ke sungai)
2. Pemb. Air Limbah non-inf:
a. Tangki septik
b. Saluran air hujan
c. Sungai

Pengelolaan Sampah
Jumlah

Jumlah

%

7r

6
1

65.7
11.3

0
6
I

0,0
85.7
14.3

I

,

4. Pengelolaan Sarnpah Rumah Sakit

Pengelolaan sarnpah dalarn penclitian Ini
m e n c a k u p sarnpah mcdik d a n s a m p a h
n o n - m e d i k . D a r i hzsil w a n a n c a r a d a n
pengarnatan diketahui bahua tcrdapat 3 RS
yang dalarn pengumpulan kedua jenis sarnpah
tersebut disatukan.
Sampah rnedik yang dikumpulkan sccara
terpisah dibuang dengan cara dikubur dan
dibakar. Sedangkan sampah rnedik yang cara
pengumpulannya disatukan dengan sampah
non-medik sebagian hesar (75%) dibuang ke
bak sampah umum.
Calam ha1 pernhuangan jarurn suntik
bekas, diketahui ada 3 RS yang rnernbuangnya
ke bak sarnpah urnum. Sedangkan dalarn
penanganan sampah radioaktif RS sisa-sisa
kegiatan dari bagian radiologi dan unit-unit
yang menggunakan radiasi, di 3 RS disatukan
dengan sampah lainnya. Begitu juga mengenai
cara pembuangannya, terdapat 3 RS yang
membuang sampah terscbut ke bak sarnpah
umum.
Mengenai tempat pembuangan sampah
di ruang perawatan, ditemui hanya 4 RS yang
jumlahnya rnemadai. yakni di setiap ruang
perawatan terdapat 1buah ternpat sampah. Dari
7 RS yang disurvai hanya 2 RS yang rnemiliki
alat pembakar sampah (incinerator) tetapi
keduanya dalarn keadaan ~idakherfungsi (Lihat
Tabel 4).

28

-----

-

-

I

1. Pengump. Sarnpah med~k 8 non medtk
a. Disatukan
b. Dipisah
2. Pcmb. Jarum Suntik Bekas
a. Dibakar
b. Dikubur
c. Dak Sampah Cmum
3. Penanganan Sam.Radio Aktif
a. Khususltenendiri
b. Tidak Khusus
4. Pemb. Sam. Radio Aktif
a. Tempat pemb. khusus
b. Dikubur
c. Bak Sampah Umum
5. Tenip.Penamp.Sampah di r u a n g n
a. Xlemadai
b. Kurang memadai
6. Fasilitas Incinerator
a. Ada,femdia
b. Tidal; tersed~a

4

3

2
2
3

I
57,lj
42,9 i

I

B,6j
23.6;
42,9

1
I

4

3
3
I

3

57.1
42.9

1

1

42.9 ;
11,3
42.9 1

1

3

57,l j
42.9,

2
5

28.6 1
71,11

4

I

5. Fasilitas Cuci Tangan
Sebagian besar (5'7,192) fasilitas cuci
tangan di ruang perawatan jumlahnya kurang
rncmadai dan hanya menggunakan waskom.
Dilihat dari keadaannya hanya 42,9% fasilitas
cuci tangan tersebut ktadaannya baik (Lihat
Tabel 5 ) .
Tdbel 5
-

--

F a s ~ l ~ t aCsu c ~Tangan

Temp. Cucl Tangan

----

1

Jumlah

%

1. Jumlah :
a. Memadai (tenedia di setiap
ruangan)
b. Kurang rnemadai
2. Jenis fasilitas:
a. Wastafel
b. Waskom
c. R'askom + Wastafel
3. Keadaan :
a. Baik (lengkap dan berfungsi)
h. Cukup (t~daklengkap dan berfungsi)
c. Kurang balk (trdak berfungsr)

Bul. Penelit. KesehaL 19 (1) 1991

Gambaran sanitas~rumah sakit .... D. Anwar Musadad et.al

6. Sanitasi Ruang Bangunan

7. Sanitasi Ruang Dapur

Dari 7 RS yang disurvai, ternyata 3 RS
keadaannya kurang bersih, lantainya tidak rata
dan tampak kotor, serta 4 RS bersih. Keadaan
dinding ruang perawatan, hanya 3 RS yang baik
(keadaannya halus, terang, bersih dan kering)
dan ventilasinya sebagian besar (6 RS) sudah
baik (Tabel 6). Tetapi kandungan bakteri di
udara rusng perawatan, berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium diketahui
kepadatannya antara 2 sampai 39 koloni dalam
5 menit penampungan (Tabel 7).

Secara umum dapat dikatakan bahwa
kebcrsihan dapur masih kurang baik. Dari 7
RS yang diamati, 3 di antaranya keadaan lantai
tidak rata dan kotor. Begitu pula dengan
keadaan ventilasi, hanya 3 RS (42,9%) yang
keadaannya baik. Pencahayaan di d a p u r
seluruhnya baikl'terang.

Tabel 6. Sanitasi Ruang Bangunan
Sanrtast Rgn.Bangunan

Jumlah

qc

Kelengkapan alat refrigerator dan lemari
penyimpanan makanan matang, pendistribusian
dan sistem pencucian alat-alat makanan dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Sanitasi Ruang Dapur

c
4
3

a. B e m h
b. Kurang berslh
2. Keadaan dinding
a. E3aik
b. Cukup
c. Kurang Balk
3. Vent. 8: Pencahayaan:
a. Balk
b. Kurang

57.1
42.9

3
2
2

42.9
28.6
28.6

6
1

85.7
14

-

Tabel 7

Has11 Pemerlhsaan Populasr Kuman Dalam
Udara Ruang Perawatan D I 7 Rumah S a h ~ tD I
DKI Jakarta
&&ru

Kode

RS
01

A

B
02

03
04

A

B
A
B
A

B
05
3

06
07

Pmcxtksaan k c

A

B
A
B
A
B

(men~t)

t

2

5
5
5

4
13

5

13
19
39
17
5
31
9
18
7
15
5

14
11
13
25

5

5
5
5
5
5
5
5
5
5

Bln\akrns
kolonl kuman

Ruangan penampungan

-7

Keteranean
A = Bagan Penyahlt Dalam
B = Bagan Keb~danan

BuL Penelit. Kesehat. 19 (1) 1991

44
19
26
14
20
16

9
9
7
5

rata

rat3

9
12
8
19
32
44

22
10
27
13
13
8
11
5

Sanrtasi Dapur

1

Jumlah

9

1. Kebersihan Dapur:
a. Baik
b. Kurang baik
2. Keadaan Ventilasi:
a. Baik
b. Kurang baik
3. Pencahayaan :
a. Baik
b. Kurang baik
4. Sarana Refrigerator
a. Tersedla
b. Tak tersedia
5. Lemari Peny. Mkn matang
a. Tersedia
b. Tidak tersedia
6. Distribusi hlakanan
a. Baik (Terlindung)
b. Kurang baik (Terbuka)
7. Pencucian alat makan
a. Baik (menwnakan air
panasldislnfektan)
b. Kurang bail; (tidak mengunakan)

8. Pengelolaan linen
Penggantian sprei dan sarung bantal
untuk pasien pada umumnya dilakukan 3-4 kali
dalam satu minggu. Penggantian tersebut
biasanya dilakukan pada pagi hari.

Gambaran sanltasl rumah s a k ~ ....
t D. Anwar Musadad et.al

Hanya 4 RS yang memiliki mesin cuci
khusus untuk mencuci linen dan 3 RS lainnya
masih menggunakan tenaga manusia. Mengenai
cara pencucian, 3 RS melakukannya kurang
memadai, yakni dalam proses pencucianqa
tidak ditambahkan bahan disinfektan sebagai
pembunuh kuman yang mungkin terbaua
dari ruang perawatan. Terdapat 5 RS yang
sisterrx pencucian linennya berasal dari ruang
penyakit menular disatukan dengan linen yang
berasal dari ruang penyakit tidak menular.

dan penyemprotan. Dua RS melakukan upaya
tersebut setiap mingy, 2 RS melakukan 2 kali
dalam satu bulan dan 3 RS melakukannya tidak
tentu. Dalam pengendalian tikus, khususnya di
dapur sebagian besar menggunakan lapisan
logam pada pintu dan kawat jeruji pada saluran
pembuangan limbahnya.
Sebagian besar (71,496) R S ruang
perauatannya tidak menggunakan kawat kasa.
Tabel 10 menggambarkan persentase keadaan
pengendalian serangga, tikus dan binatang
pengganggu lain serta cara pengendaliannya.

Tempat menjemur cucian sebagian besar
keadaannya sudah baik. Prosentase keadaan
pengelolaan linen terlihat pada tabel 9.

Tabel 10. Pengendallan Serangga. Tikus dan Binatang
Penganggu

Tabel 9. Pengelolaan Llnen

1

P e n g L n e n RS

2

3

1
! 4.

1
j

1
I

!

9.

b 4 x semlnw
Fas Mesln Cucl Khusus
a Tersedla
b T ~ d a htersedla
Cara Pencuclan
a Ba~h/Alrpanas/d~s~nfehs~
b Kurangt~dahdlslnfehs~
Pen.linen peny menularitak menular
a. Disatukan
b. D~pisah
Keadaan Tempat Jemur
a. l3aik (luar dan henih)
b. Kurang (sempitlhotor)

Jumhh

dan blnatang p e n g g a n m

%

i

6
1

Keadaan lalat:
a. Banyak (10 huah)
h. Kurang ( buah)
Upaya pngendalian
a. Penyemprotan
b. Kebers. lingkungan
c. Komhinas~a 8: b
Pelakanaan Pengendalian:
a. 2 x sebulan
b. Setiap minggu
c. Tidak tentu
Pemakalan kawat kasa:
a. Ada
b. Tidak ada

85.7 ,
14.3 '

Pengendalian Serangga, Tikus Dan
Binatang Pengganggu

Dari 7 RS yang disurvai. terdapat 1 RS
yang banyak lalatnya (lebih dari 10 ekor). Upava
yang dilakukan RS dalam mengendalikan
serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya, 4 RS melakukannya dengan cara
membersihkan lingkungan dan 3 RS melakukan
kombinasi antara membersihkan lingkungan

Dari hasil sunai di 7 RS diketahui bahwa
keadaan sanitasi RS relatif belum memadai.
Penyediaan air bersih di RS sebagai kebutuhan
pokok untuk kelangsungan kegiatan RS seperti
pemeriksaan di laboratorium, untuk masak, air
minum dan pencucian alat-alat kedokteran dan
laboratorium, baik kuantitas maupun
kualitasnya belum memenuhi syarat. Persediaan
air bersih di 3 RS masih tidak sebanding dengan
kebutuhan yang didasarkan pada jumlah tempat

Bul. Penelit Kesehat 19 (1) 1991

Gambaran sanitasi mmah sakit .... D. Anu-ar Musadad et.al

tidur yang tersedia. Diperkirakan kebutuhan air
bersih di RS sekitar 150-250gallon atau 500-900
liter per tempat tidur per hari.' Begitu juga
dengan kualitas air ternyata masih
memprihatinkan, separuh lebih dari contoh air
mengandung bakteri E. coli. Air dari PAM yang
relatif lebih diandalkan untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan kearnanannya ternyata juga
mengandung bakte'ri E. coli. Hal tersebut
menunjukkan telah tercemarnya surnber air
oleh tinja dan kemungkinan adanya kebocoran
atau terjadi backflow pada jaringan pipa.
Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian
Sardjito dkk. (1985)' di pelbagai RS di DKI
J a k a r t a yang menernukan Pseudor~zonas
aencgiltosa, Klebsiella pr tent ortiae, Clostridiut7t
perj?irtge~ts,k u m a n b e r s p o r a d a n kurnan
coliform pada air kran RS.
Dalam pengelolaan air limbah RS
khususnya air limbah infeksius, seluruh RS
belum menanganinya secara mernadai. Air
lirnbah dari ruang bedahioperasi, poliklinik dan
laboratorium tidak diolah, tetapi hampir
semuanya dimasukkan ke dalarn tangki septik
untuk selanjutnya d i a l i r k a n ke sungai.
Penggunaan tangki septik tidak menjarnin
limbah yang dikeluarkan bebas infeksi karena
tidak melalui saluran perernbesan. Hal tersebut
di samping akan mencemari lingkungan sekitar
juga menjadi surnber penyakit. Mengingat air
limbah RS mempunyai karakteristik yang
khusus, BOD-nya tinggi dan bersifat infeksius
seperti sisa darah, urine, tinja, potongan biopsi,
media pembenihan serta adanya zat kimia
toksik seperti merkuri, fenol, fosfat dan
d e t e r j e n , m a k a bila tidak d i l a k u k a n
pengolahan akan mernbahayakan masyarakat
lingkungan di sekitarnya.
Begitu pula dalarn pengelolaan sarnpah,
khususnya sampah medik dan sampah radio
aktif lebih dari separuh RS yang disurvai belurn
menanganinya secara mernadai. Pengurnpulan

Bul. Penelit KesehaL 19 (1) 1991

sarnpah di sebagian besar RS masih disatukan
antara sampah medik dan sarnpah non-medik.
Sampah rnedik dan radio aktif masih banyak
yang dibuang ke bak sampah urnum. Sampah
RS, khususnya sampah medik yang telah
terkontaminasi dan sarnpah radio aktif apabila
dibuang ke bak sampah urnum akan sangat
membahayakan rnasyarakat, baik secara
langsung membahayakan petugas sarnpah serta
mengundang serangga dan tikus rnaupun tidak
langsung rnencemari tanah dan surnber air.
Sampah rnedik yang telah terkontaminasi
sebaiknya dibakar dengan rnenggunakan
i n c i n e r a t o r b e r s u h u tinggi sehingga
pembakarannya sernpurna, sedangkan untuk
sarnpah rnedik berupa bekas jaringan tubuh
manusia, selain dibakar di incinerator, juga
dapat dilakukan dengan metoda penguburan.
Dalarn kenyataan hanya 2 RS yang rnerniliki
incinerator dan keduanya tidak berfungsi
karena rusak. Dengan dernikian tampaknya
sampah RS belurn dikelola secara baik.
Untuk fasilitas cuci tangan, jurnlahnya
di sebagian besar RS tidak mernadai. Hanya
beberapa RS yang menggunakan bak cuci
(wastafel) sebagai sarana cuci tangan. Sebagian
besar menggunakan waskorn, yakni ternpat air
yang dibubuhi disinfektan. Wastafel yang ada
sebagian besar keadaannya rusak, dan kalaupun
dapat digunakan tidak dilengkapi dengan sabun
dan lap. Kurang memadainya fasilitas cuci
tangan akan rnengharnbat upaya pencegahan
infeksi nosokomial. Diketahui bahwa setiap kali
masuk dan keluar ruang perawatan. serta
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien,
petugas diharuskan mencuci tangan. Sarana
cuci tangan dengan rnenggunakan waskom
dapat diterima asal frekuensi penggantian air
dan disinfektan dalarn waskorn dilakukan
sesering rnungkin. Mengingat masih ada petugas
yang rnencuci tangan secara asal-asalan.
sebaiknya ternpat cuci tangan menggunakan air
yang rnengalir lengkai, dengan lap dan sabun.

31

Gambaran sanitasi rumah sakit .... D. Anwar Musadad et.al

Sebagai ternpat penyernbuhan d a n
pemulihan kesehatan, keadaan ruangan di RS
haruslah mendukung proses penyernbuhan
tersebut. Dalam kenyataan rnasih terdapat 3 RS
yang keadaan lantai ruang perawatannya kurang
bersih dan 2 RS keadaan dindingnya gelap dan
kotor. Begitu juga hasil pemeriksaan kandungan
kuman di udara ruang perawatan relatif tinggi,
yakni antara 2 - 39 koloni dalam 5 rnenit
e k s p o s u r . K e a d a a n dernikian k u r a n g
rnernberikan rasa kenyamanan dan ketenangan
bagi pasien, sehingga secara psikologik dapat
berpengaruh terhadap proses penyernbuhan, di
samping secara langsung dapat rnernbahayakan
kesehatan.
Begitu pula keadaan ruang dapur yang
tidak saniter serta cara distribusi makanan yang
tidak tertutup, akan dapat rnencemari makanan
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
kesehatan pasien.
Dalarn pengelolaan linen di RS, sebagian
besar linen dari ruang penyakit menular dan
penyakit tidak rnenular masih disatukan. Linen
yang berasal dari ruang penyakit rnenular
kernungkinan telah tercernar oleh kuman dan
perlu penanganan khusus, yakni dilakukan
di~infeksi.~
Kenyataannya tidak sernua RS
m e l a k u k a n disinfeksi. B a h k a n dalarn
pencuciannya 42,9% rnasih melakukannya
dengan tangan karena ketiadaan mesin cuci.
Pengelolaan linen yang tidak mernadai akan
dapat menyebarkan kurnan penyakit.
Kegiatan pengendalian serangga, tikus
dan binatang pengganggu lain di RS tampaknya
sudah berjalan dengan baik, hanya tidak
dilakukan secara teratur. Walaupun demikian
dari 7 RS hanya 2 RS yang ruang perawatannya
dilengkapi kawat kasa. Keadaan demikian
k u r a n g m e n d u k u n g upaya p e n c e g a h a n
penularan penyakit terutarna penyakit yang
ditularkan rnelalui nyamuk.

Hal-ha1 di atas menunjukkan bahwa
secara urnurn keadaan sanitasi RS masih belum
rnernadai, dapat rnendorong timbulnyakejadian
infeksi nosokomial serta berpotensi untuk
"acemari lingkunganKESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka
diperoleh heberapa kesirnpulan.
1.

2.

3.

Keadaan sanitasi 7 RS di DKI Jakarta
rnasih belum memadai, terutama dalam
fasilitas cuci tangan, pengelolaan air
limbah dan pengelolaan sarnpah.
Kualitas air bersih di RS yang diteliti
57,1% tidak rnemenuhi syarat sesuai
dengan Perrnenkes RI No. 416Menkesl
Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat Dan
Kualitas Air Minum. Sedangkan kuantitas
air 42,9% belum mencukupi.
Kandungan kuman di udara ruang
perawatan RS yang diteliti relatif tinggi
(2 sarnpai dengan 49 koloni dalam 5 menit
penampungan). Hal tersebut menunjukkan bahwa keadaan lingkungan RS
belum saniter.

Dari hal-ha1 tersebut di atas disarankan:
1.

2.

3.

Pihak RS melengkapi sarana cuci tangan
beserta kelengkapannya, minimal satu
buah untuk setiap ruangan.
Pihak RS menyediakan bak sampah di
setiap ruang perawatan dan alat pembakar sarnpah (incinerator) di setiap RS.
Pihak RS melakukan pengolahan
terhadap air buangannya. Untuk itu setiap
R S d i a n j u r k a n memiliki instalasi
pengolahan air limbah sendiri mengingat
air lirnbahnya bersifat infeksius dan toksik
(paling tidak air limbah tersebut
didisinfeksi dahulu sebelum dibuang ke
perairan bebas).

Bul. Penelit. Kesehat 19 (1) 1991

Gambaran sanitasi mnlah s a k ~ ....
t D. Anwar Musadad et.al

4.

5.
6.

Setiap RS sebaiknya memiliki instalasi
pengolahan air bersih sendiri untuk
menjamin kualitas maupun kuantitas air
sesuai dengan kebutuhan.
Pihak RS mengadakan pemeriksaan
secara rutin terhadap kualitas air y a y
digunakan serta sistem perpipaannya.
Untuk mengurangi kandungan kuman di
udara perlu diperbaiki sistem ventilasi dan
pencahayaan ruang perawatan.

UCAPAII TERIMA W I H
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Kepala Pusat Penelitian Ekologi
Kesehatan yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
Begitu pula kepada para direktur dan staf RS
Dr. Cipto Mangunkusumo, RS Persahabatan,
RS Fatmawati, RS Pasar Rcbo, RS Tarakan, RS
Koja dan RS Budi Asih yang telah membantu
terselenggaranya pcnelitian ini.

Bul. PeneliL Kesehat 19 (1) 1991

1.

Soeprapto (1985). Adminlstrasi Rumah Sakit, CV.
Brata Jaya Offset. Surabaya.

2.

D e p a r t e m e n Kesehatan RI (1988). P e d o m a n
S a n ~ t a sKumah
~
Sakit D I I n d o n e s i a . Dlrjen.
PP\f&PLP. Jakarta.

3.

Gunawan. S a r d h o (1988). Pelaksanaan Sanitasi
Rumah S a k ~ tDl Jawa Tengah. Makalah Pada
Seminar S a n ~ t a sRumah
~
Sakit. Jakarta.

4

i \ P f I X (1985) S t a n d a r d \ l e t h o d s f o r T h e
E \ a m ~ n a t ~ o n o f W a t c r a nWasteuater
d
16 t h e d ~ t ~ o n
Uashlngton DC

5.

Sardjlto. R.. r\. R a h ~ m Suharto
.
(1985). Penelltlan
Xlengenal Populasi Kuman (Ruangan. L d a r a .
Peralatan. Bahan Ilakanan/\l~numan dan Petugas)
Di Beberapa Runlah Sakit Dan Iahoratonum Di
Jakarta. Penelitian T c r h a ~ kFKUI 19%. Penerb~t
Fahultas Kedohteran L-niversitas Indonesia.
Jakarta.

Dokumen yang terkait

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

0 0 5

GAMBARAN PERKEMBANGAN ANTIBODI TERHADAP KOMPONEN PROTEIN CACING MIKROFILARIA MALAY1 DARI TRANSMI GRAN DI SULAWESI TENGGARA Basundari Sri Utami, Liliana Kurniawan, Robert Widjaja, Syahrial Harun ABSTRACT - GAMBARAN PERKEMBANGAN ANTIBODI TERHADAP KOMPONEN P

0 0 6

PREVALENSI ANTIGEN DAN ANTIBODI HEPATITIS VIRUS B PADA PARAMEDIS DAN TENAGA ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

0 0 5

Peter Conrad ABSTRAK - USE OF MOTORCYCLE HELMETS IN YOGYAKARTA : SOME OBSERVATIONS AND COMMENTS

0 0 11

VILLAGE-SCALE TRIAL OF LAMBDACYHALOTHRIN (ICON, OMS3021) FOR CONTROL OF THE MALARIA VECTOR ANOPHELES ACONITUS IN CENTRAL JAVA Barodji, Sustriayu N., Damar T.B., Hadi S., Sumardi" ABSTRAK - VILLAGE-SCALE TRIAL OF LAMBDACYHALOTHRIN (ICON, OMS-3021) FOR CONT

0 0 12

HASIL PENANGKAPAN NYAMUK DI LOKASI TRANSMIGRASI KUMPEH, DESA PUDING DAN SUNGAIBUNGUR, PROVINSI JAMB1 Suwarto dan M. Sudomo ABSTRACT - HASIL PENANGKAPAN NYAMUK DI LOKASI TRANSMIGRASI KUMPEH, DESA PUDING DAN SUNGAIBUNGUR, PROVINSI JAMBI

0 0 8

D, sebesar 20,3. - FILARIASIS IN THE TRANSMIGRATION AREA OF KUMPEH, JAMBI SUMATERA

0 0 7

HASIL PENANGKAPAN NYAMUK CULICINAE DI KECAMATAN UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG. Hadi Suwasono, Widiarti, Sumardi dan Tri Suwaryono ABSTRACT - HASIL PENANGKAPAN NYAMUK CULICINAE DI KECAMATAN UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG

0 0 5

H. ~urrl - 20 YEARS OF PROGRESS IN TYPHOID RESEARCH

0 0 5

Cyrus H. ~imanjuntak', Murad ~esmana', S. §uharyono3, Sunoto, Maramis A. ish ham, Atti R. ltivai4, Swiandy ~ u m a l a ~ , Y. ~oenarto', and S. ~ o m a l a r i n i ~

0 0 5