FUNGSI KEKUASAAN LEMBAGA NEGARA LEGISLAT

FUNGSI KEKUASAAN LEMBAGA NEGARA LEGISLATIF
Disusun Oleh :
Chici Maharani (8111416115)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara hukum , Indonesia harus mempunyai pembatasan
kekuasaan dalam penyelenggaraan kekuasaan negara. Pembatasan
kekuasaan (limitation of power ) berkaitan erat dengan teori pemisahan
kekuasaan (separation of power ) dan teori pembagian kekuasaan (division
of power atau distribution of power )1. Untuk mengadakan pembatasan –

pembatasan terhadap kekuasaan, maka diadakan pembedaan dan
pemisahan kekuasaan negara ke dalam fungsi yang berbeda. Orang yang
paling berpengruh dalam mengadakan fungsi – fungsi ini adalah
Montesquieu dengan menggunakan teori Trias Politica .Montesquieu

membagi kekuasaan negara menjadi tiga cabang , yang pertama kekuasaan
legislatif sebagai pembuat undang – undang, yang kedua kekuasaan
eksekutif yaitu yang melaksanakan, dan yang terakhir adalah yudikatif
yaitu kekuasaan untuk menghakimi.
Secara substantif, Undang – Undang Dasar 1945 banyak sekali
mengandung kelemahan. Hal itu dapat diketahui antara lain, kekuasaan
eksekutif terlalu besar tanpa disertai oleh prinsip checks and balances
yang memadai.2

1

Asshiddiqie, Jimly: Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada,2013),hlm.284.
2

Huda, Ni’Matul: Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta:PT Raja Grafindo

Persada,2014), hlm.106.


Namun pada bulan Mei tahun 1998 terjadilah reformasi yang telah
membawa berbagai perubahan mendasar dalam kehidupan bangsa
Indonesia.Majelis kekuasaan rakyat di bagi secara vertikal dari lembaga
tinggi negara ke lembaga yang berada di bawahnya. Keadaan seperti ini
disebut dengan prinsip pembagian kekuasaan (distribution of power ).
Setelah itu di lakukan perubahan terhadap wewenang MPR . MPR tidak
lagi menetapkan garis – garis besar dari haluan negara maupun peraturan
perundang – undangan dan memilih presiden dan wakil presiden. Dengan
perubahan yang sangat mendasar ini maka terbentuklah prinsip horizontal
dengan saling mengimbangi dan saling mengawasi antar lembaga (checks
and balances).

Untuk lebih mengetahui fungsi dari masing – masing kekuasaan
negara, maka dalam makalah inilah akan di jelaskan salah satu fungsi dari
kekuasaan negara, yaitu fungsi kekuasaan legislatif .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi kekuasaan negara legislatif ?

BAB II
PEMBAHASAN


A. Fungsi Kekuasaan Legislatif
Pembatasan kekuasaan negara dan organ – organ negara dapat di
lakukan dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara
vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horizontal.3 Setelah Undang –
Undang Dasar 1945 mengalami empat kali amandemen, konstitusi negara
Indonesia menganut doktrin pemisahan kekuasaan secara nyata.4 Hal ini
tercermin dengan adanya pergeseran kekuasaan legislatif dari tangan
Presiden ke DPR. Pergeseran ini dapat di lihat dalam pasal 5 ayat (1)
Undang – Undang Dasar 1945 sebelum amandemen dan pasal 20 ayat (1)
Undang – Undang Dasar 1945 setelah perubahan. Kekuasaan untuk
membentuk undang – undang yang sebelumnya berada di tangan Presiden,
sekarang beralih ke Dewan Perwakilan Rakyat. Berikut ini fungsi pokok
kekuasaan legislatif :
1. Fungsi Pengaturan (Legislasi)
Negara Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila,
yang bertujuan mencapai masyarakat yang adil, makmur dan merata,

3


Martitah:Mahkamah Konstitusi(Jakarta Barat:Konstitusi Press,2013)hlm.33.

4

Asshiddiqie, Jimly: Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada,2013),hlm.291.

baik materiil maupun spirituil.5 Maka dari itu pengaturan dalam
pembentukan hukum di Indonesia harus sesuai dengan keadaan serta
kebutuhan dalam masyarakat , hal ini bertujuan untuk menciptakan
keadilan bagi seluruh masyarakat. Badan perwakilan yang di beri tugas
untuk melaksanakan fungsi pengaturan adalah badan kekuasaan legislatif.
Tugas utama dari lembaga legislatif yang pertama adalah mengatur
kehidupan bersama. Hal – hal yang harus di atur adalah aturan yang dapat
mengurangi hak dan kebebasan warga negara, aturan yang dapat
membebani harta kekayaan warga negara, aturan mengenai pengeluaran –
pengeluaran oleh penyelenggara negara.
Bentuk konkret dari fungsi legislasi terwujud dalam fungsi
pembentukan undang - undang yang berkenaan dengan kewenangan

untuk menentukan peraturan yang dapat mengikat serta membatasi
tingkah laku manusia dalam bernegara.
Di dalam fungsi legislasi, terdapat beberapa bentuk kegiatan,
antara lain :
a. Prakarsa

pembuatan

undang



undang

(legislative

initiation). Dalam pembentukan kostitusi yang rigid dan
institusi judical review atas konstitusionalitas undang –

undang di beberapa yurisdiksi civil law harus memodifikasi


5

Martitah:Mahkamah Konstitusi(Jakarta Barat:Konstitusi Press,2013)hlm.36.

pandangan tradisional hakim civil law.6 Jadi dalam
pembuatan undang – undang kebiasaan – kebiasaan yang
ada dalam masyarakat juga harus di pertimbangkan.
b. Pembahasan rancangan undang – undang (law making
process)

c. Persetujuan atas pengesahan rancangan undang – undang
(law enactment approval). Norma dalam UU adalah satu
kesatuan sistem,maka ada pelaksanaan putusan yang harus
melalui tahapan – tahapan tertentu,tergantung pada
substansi putusan. Ada putusan yang dapat dilaksanakan
langsung tanpa harus di buat peraturan baru atau perubahan,
ada pula yang memerlukan pengaturan lebih lanjut terlrbih
dahulu oleh lembaga yang berwenang.7
d. Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas

perjanjian atau persetujuan internasional dan dokumen –
dokumen hukum yang mengikat lainnya (Binding decision
making on international agreement and treaties or other
legal binding documents)8

6

Martitah:Mahkamah Konstitusi(Jakarta Barat:Konstitusi Press,2013)hlm.54.

7

Ibid.,hlm.234.

8

Asshiddiqie, Jimly: Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada,2013),hlm.300.

2. Fungsi Pengawasan (Control)

Untuk menghindari kesewenang – wenangan para penguasa
dalam menyelenggarakan negara perlu adanya pengawasan (control)
dari rakyat melalui wakil rakyat dalam parlemen. Lembaga perwakilan
rakyat

diberi

kewenangan

untuk

mengawasi

dalam

bidang

pemerintahan (control of executive), mengawasi pengeluaran (control
of expenditure), mengawasi atas pemungutan pajak (control of
taxation). Secara teoritis, fungsi – fungsi pengawasan oleh parlemen


sebagai lembaga perwakilan rakyat di bedakan atas :
a. Pengawasan terhadap penentuan kebijakan (control of
policy making). Disini hukum tidak lagi dilihat sebagai

entitas yang berdiri sendiri, melainkan dia harus mampu
berinteraksi dengan entitas lan dengan tujuan pokok, untuk
mengadopsi kepentingan – kepentingan yang ada di
masyarakat.9
b. Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan (control of
policy executing). Pelaksanaan kebijaka yang baik adalah

kebijakan yang dapat menciptakan keadilan sosial bagi
seluruh rakyatnya serta mendatangkan manfaat bagi
rakyatnya.
c. Pengawasan terhadap penganggaran dan belanja negara
(control of budgeting)

9


Martitah:Mahkamah Konstitusi(Jakarta Barat:Konstitusi Press,2013)hlm.260.

d. Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dan belanja
negara (control of budget implementation)
e. Pengawasan terhadap kinerja pemerintah (control of
goverment performances). Misalnya saja pengawasan

terhadap kinerja hakim MK. Dalam membuat keputusan,
seorang hakim MK tidak boleh bertindak sewenang –
wenang. Hakim MK harus membuat keputusan yang
bersifat positive legislature yang mencakup dua jenis
pertimbangan hukum yaitu (1) untuk menjamin hak – hak
konstitusional warga negara (2) pertimbanga argumentasi.
Pertimbangan menggali,mengikuti, dan memahami nilai –
nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.10
f. Pengawasan terhadap pengangkatan pejabat publik (control
of political appointment of public officials) dalam bentuk

persetujuan atau penolakan , ataupun dalam bentuk
pemberian pertimbangan oleh DPR.11

Dalam mengawasi kebijakan – kebijakan pemerintah, harus sesuai
dengan undang – undang yang berlaku di dalam negara tersebut.Setiap
kebijakan, harus selalu di kontrol oleh lembaga perwakilan rakyat.
Pengawasan oleh parlemen juga berkaitan dengan pengangkatan dan
pemberhentian pejabat – pejabat publik tertentu.

10

Martitah:Mahkamah Konstitusi(Jakarta Barat:Konstitusi Press,2013)hlm.163.

11

Asshiddiqie, Jimly: Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada,2013),hlm.302.

3. Fungsi Perwakilan (Representasi)
Fungsi perwakilan atau representasi terbagi menjadi dua, yaitu
representation in presence dan representation in ideas. Representation
in presence yaitu keterwakilan yang di pandang dari segi kehadiran

fisik, sedangkan representation in ideas yaitu perwakilan atas dasar
aspirasi. Dalam fungsi representasi, terdapat sistem perwakilan yang di
praktikkan di negara demokrasi, yaitu :
a. Sistem perwakilan politik (political representation), dalam
sistem perwakilan politik menghasilkan wakil – wakil
politik. Sebagai sistem perwakilan politik, ada yang
melindungi lembaga legislatif agar kekuasaannya tidak di
campuri oleh lembaga kekuasaan lain.Misalnya saja antara
lembaga kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif.
Sebagai lembaga yudikatif MK pada prinsipnya hanya
boleh menyatakan bahwa pasal/ayat/bagian atau seluruh
UU

bertentangan

atau

tidak

bertentangan

dengan

konstitusi.MK tidak boleh membuat putusan yang bersifat
mengatur, tidak boleh membatalkan Undang – Undang atau
isi UU yang oleh UUD dinyatakan terbuka (diserahkan
pengaturannya kepada legislatif), dan tidak boleh pula
membuat putusan yang ultra petita , apalagi ultra petita
yang bersifat positive legislature.12

12

Martitah:Mahkamah Konstitusi(Jakarta Barat:Konstitusi Press,2013)hlm.174.

b. Sistem perwakilan teritorial (territorial atau regional
representation),

dalam

sistem

perwakilan

teritorial

menghasilkan wakil – wakil daerah.
c. Sistem perwakilan fungsional (functional representation),
menghasilkan wakil – wakil golongan fungsional. Misalnya
anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang berasal dari partai
politik merupakan contoh daari perwakilan politik.13
4. Fungsi Deliberatif dan Resolusi konflik
Menurut Friedrich , fungsi parlemen yang pokok adalah fungsi
representatif dan deliberatif .14 Doktrin pemisahan kekuasaan
menganggap bahwa pengadilan tidak di perkenankan melakukan
fungsi interpretatif, tetapi harus merujuk pada masalah penafsiran
hukum yang di tentukan oleh badan legislatif itu sendiri sebagai
solusi.15 Lembaga parlemen atau lembaga legislatif selalu mengalami
perdebatan saat melaksanakan tugas – tugasnya. Namun perdebatan
yang terjadi merupakan upaya dalam mendapatkan solusi. Para
parlemen memberikan pendapat dan solusinya ke dalam beberapa
kepentigan sehingga konflik – konflik dalam suatu negara dapat
terselesaikan.

13

Asshiddiqie, Jimly: Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada,2013),hlm.305-308
14

Ibid.,hlm.308.

15

Martitah:Mahkamah Konstitusi(Jakarta Barat:Konstitusi Press,2013)hlm.55.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga kekuasaan legislatif memiliki empat fungsi pokok yaitu
fungsi pengaturan (Legilasi), fungsi pengawasan (control), fungsi
perwakilan (representasi), dan yang terakhir adalah fungsi deliberatif dan
resolusi konflik. Sebagai fungsi legislasi, lembaga kekuasaan legislatif
melakukan pembentukan undang – undang untuk mengatur kehidupan
dalam masyarakat, sehingga penyelenggaraan negara berjalan dengan baik.
Sebagai fungsi pengawasan (control), lembaga kekuasaan legislatif
berperan sebagai wakil rakyat yang bertugas mengawasi semua
penyelenggaraan negara sehingga tidak terjadi kesewenag – wenangan
oleh para penguasa. Sebagai fungsi perwakilan (representasi), lembaga
kekuasaan legislatif berperan sebagai wakil rakyat dalam memilih sistem
perwakilan.

Baik

sistem

perwakilan

politik,

teritorial

maupun

fungsional.Sedangkan sebagai fungsi deliberatif dan resolusi konflik,
lembaga kekuasaan legislatif memberikan pndapatnya dalam rangka
penyelesaian suatu masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly.Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara .Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2013.
Huda, Ni’Matul.Hukum Tata Negara Indonesia .Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2014.
Martitah. Mahkamah Konstitusi.Jakarta Barat:Konstitusi Press,2013.