RESPON TIGA VARIETAS BAWANG MERAH TERHADAP DUA MACAM PUPUK KANDANG DAN EMPAT DOSIS PUPUK ANORGANIK Respon of Three Shallot Varieties on Two Kind of Organic Fertilizer and Four Dose of Inorganic Fertilizer

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

RESPON TIGA VARIETAS BAWANG MERAH TERHADAP DUA MACAM

PUPUK KANDANG DAN EMPAT DOSIS PUPUK ANORGANIK

  

Respon of Three Shallot Varieties on Two Kind of Organic Fertilizer and Four Dose of

Inorganic Fertilizer

Oleh:

  1) 2) 2)

  S. Jazilah , Sunarto dan N. Farid

  1)

  Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNIKAL

  2)

  Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNSOED

  ABSTRAK Percobaan pot tentang respon tiga varietas bawang merah terhadap dua macam pupuk kandang dan

empat dosis pupuk anorganik telah dilakukan di Screen house (rumah kasa) pada Kebun Percobaan Batang,

  

Batang. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa varietas Bima Juna (V ) menunjukkan tinggi tanaman, dan volume umbi

1

tertinggi. Varietas Tiron (V ) menunjukkan jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per rumpun, dan

3

jumlah umbi per rumpun tertinggi. Macam pupuk kandang berpengaruh pada bobot basah umbi per rumpun,

bobot kering umbi per rumpun dan volume umbi. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam (M )

2

memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari kotoran sapi (M ). Dosis pupuk

1

anorganik berpengaruh pada bobot kering umbi per rumpun. Bobot kering umbi per rumpun tertinggi

dicapai pada dosis pupuk anorganik 200 kg/ha (P ) dan pupuk kandang 20 t/ha. Tidak terdapat interaksi

3

antara varietas, macam pupuk kandang dan dosis pupuk anorganik pada semua variabel yang diamati.

  

Varietas Bima Juna (V ), pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam (M ) dan dosis pupuk anorganik

1 2 400 kg/ha (P ) mempunyai nilai serapan N dan P jaringan tanaman bawang merah tertinggi. 1 Kata kunci: bawang merah, pupuk kandang, pupuk anorganik, varietas ABSTRACT

The experiment about the response of three varieties of shallot to two kinds of manure and four dosage

inorganic fertilizers was conducted in screen house at Batang Experimental Station, Batang. Randomized

Complete Block Design was employed to arrange environmental site. The result showed that Bima Juna

variety (V ) has the highest plant height and volume of bulb. Tiron variety (V ) has the highest amount of

1 3

tiller per plant, amount of leaves per plant and the amount of bulb per plant. The kind of the manure

significantly affected fresh weight of bulb per plant, dry weight of bulb per plant and volume of bulb. The

plants fertilized with chicken manure (M 2 ) produced higher yield than that of cow manure (M 1 ). Dosage of

inorganic fertilizer significantly affected the dry weight of bulb per plant. The highest was obtained in dry

weight of bulb per plant 200 kg/ha inorganic fertilizer (P ) and 20 t/ha manure combination. There was no

3

interaction between varieties, the kind of manure and inorganic fertilizer dosage for all of the variables. Bima

  

Juna (V ) variety, plant fertilized with chicken manure (M ) and plant fertilized with inorganic fertilized

1 2 dosage 400 kg/ha (P ) has the highest absorption N and P. 1 Key words: shallot, manure, inorganic fertilizer, varieties

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007 PENDAHULUAN

  Di Indonesia, pulau Jawa merupakan daerah sentra produksi dan pengembangan bawang merah serta propinsi Jawa Tengah merupakan pemasok tertinggi kebutuhan nasional. Luas areal penanaman bawang merah di Jawa Tengah pada tahun 2003 adalah 27.457 ha dengan produktivitas rata-rata 8.4 t/ha dan total produksi adalah 231.052 ton/tahun (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2003). Namun demikian, produktivitas rata-rata pada tingkat petani masih rendah, sementara potensi hasilnya bisa mencapai lebih dari 10 t/ha (Anwar et al., 2003). Kendala yang menyebabkan rendahnya hasil tersebut antara lain pemilihan varietas dan tidak cukup tersedianya bibit dalam satu waktu yang tepat dibutuhkan petani serta serangan hama dan penyakit (Iriani et al., 2000).

  Pada saat ini peningkatan produksi bawang merah umumnya sangat tergantung pada pupuk anorganik yang memberikan hasil yang tinggi tetapi ternyata banyak menimbulkan masalah kerusakan lingkungan. Penggunaan pupuk anorganik yang mudah larut secara terkonsentrasi dan terus menerus dapat mengganggu kehidupan tanah dan mengakibatkan pengasaman, kekosongan nutrien mikro, degradasi tanah, kesehatan tanaman yang buruk serta hasil yang lebih rendah (Reijntjes, 1999).

  Sistem pertanian alternatif untuk mempertahankan kelestarian sumber daya alam adalah dengan membatasi penggunaan pupuk anorganik dan mengembangkan penggunaan pupuk organik (Martani et al., 2002). Salah satu bahan organik yang biasa dipakai untuk memperbaiki kondisi atau kesuburan tanah adalah pupuk kandang. Beberapa macam pupuk kandang tersedia di pasaran dan petani tetapi komposisi pupuk kandang berbeda-beda tergantung : (1) macam hewan, (2) usia hewan, (3) macam makanan, (4) bahan hamparan yang dipakai, serta (5) perlakuan dan penyimpanan pupuk sebelum diberikan pada tanah (Buckman dan Brady, 1982).

  Sharma

  et al

  . (2003) melaporkan pada tanaman bawang merah yang ditanam di North Western Himalaya, India menunjukkan bahwa hasil umbi terbaik diperoleh dari kombinasi 100% NPK (125 kg N, 33 kg P dan 50 kg K) dengan 20 ton pupuk kandang umbi terbaik yaitu sebesar 19,87 t/ha dibandingkan dengan penggunaan 150% NPK yang hanya menghasilkan 18,82 ton. Sarjiyah (2002) melaporkan bahwa kombinasi pupuk anorganik 100% rekomendasi (200kg/ha urea, 150 kg/ha SP-36 dan 150 kg/ha KCl) dengan pupuk organik 100% rekomendasi (2000 kg/ha) nyata meningkatkan luas daun padi dan hasil bijinya lebih tinggi dibandingkan perlakuan pupuk anorganik 100% maupun pupuk organik 100% secara mandiri. Kombinasi antara pupuk organik dan anorganik, di satu sisi meningkatkan produksi karena unsur hara dapat tersedia dan mudah diserap oleh akar tanaman, sedangkan disisi lain dapat memperbaiki tanah dan lingkungan.

  Berdasarkan uraian dimuka maka telah dilakukan penelitian tentang pengurangan dosis pupuk anorganik pada tanaman bawang merah dengan pemanfaatan bahan organik berupa pupuk kandang. Pada saat ini banyak varietas bawang merah yang berkembang di lapangan. Oleh karena

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  ini berupa percobaan pot (polibag) dan rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) Jumlah kombinasi perlakuan ada 24, percobaan diulang 3 kali, setiap unit percobaan terdiri atas 3 pot sehingga seluruhnya ada 216 pot.

  2 ( 300 kg/ha atau 75

  itu penelitian tentang penggunaan macam pupuk kandang untuk pengurangan dosis pupuk anorganik pada tanaman bawang merah perlu dilakukan pada beberapa varietas.

  %), P

  3 ( 200 kg/ha atau 50 %) dan

  P

  4 (100 kg/ha atau 25 %). Penelitian

  Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, volume umbi (ml), bobot basah umbi per rumpun (g), bobot kering umbi per rumpun (g), serapan N oleh jaringan tanaman dan serapan P oleh jaringan tanaman.

  atau 100%), P

  Data hasil pengamatan ditabulasikan, kemudian dianalisis dengan uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang dicoba, apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan maka dilakukan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD)pada taraf 5 %.

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bibit bawang merah varietas Bima Juna, Kuning Tablet dan Tiron, Pupuk Kandang Sapi dan Ayam yang telah dianalisis kandungan unsur haranya, Pupuk NPK (15:15:15), Pestisida, Dithane M-45, Curacron 50 EC, Score 250 EC dan Furadan 3G serta tanah aluvial.

  (rumah kasa) pada Kebun Percobaan Batang, di desa Depok, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang dengan ketinggian tempat 2 sampai 3 m di atas permukaan air laut. Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan mulai Juli sampai dengan Oktober 2005.

  screen house

  Penelitian ini telah dilaksanakan di

  METODE PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari respon tiga varietas bawang merah terhadap dua macam pupuk kandang dan empat dosis pupuk anorganik, dan mengetahui varietas yang memberikan respon terbaik, (2) mempelajari macam pupuk kandang yang dapat memberikan hasil tertinggi pada tanaman bawang merah, (3) mempelajari pengaruh dosis pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah, (4) mengetahui sejauh mana pupuk organik dapat mengurangi dosis pupuk anorganik

  1 (400 kg/ha

HASIL DAN PEMBAHASAN

  kandang ayam) dosis pupuk kandang 20 t/ha. Dosis pupuk anorganik (NPK 15:15:15) terdiri dari : P

  (pupuk kandang sapi), M

  1

  macam pupuk kandang terdiri dari M

  2 (Kuning Tablet) dan V 3 (Tiron),

  V

  1 (Bima Juna),

  Faktor yang dicoba adalah varietas bawang merah terdiri dari V

  Tabel 1 menunjukkan bahwa ada variasi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun jumlah umbi dan volume umbi antar varietas. Pupuk kandang mempengaruhi bobot basah, bobot kering dan volume umbi, sedangkan pupuk anorganik hanya mempengaruhi bobot kering umbi. Tidak ada interaksi antar faktor yang dicoba terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah.

  Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa varietas Bima Juna (V

  1 ) dan Kuning

  2 (pupuk

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  Tablet (V ) menunjukkan tinggi tanaman dicapai oleh varietas Tiron (V ) yaitu

  2

  3

  tertinggi disusul varietas Tiron (V

  3 ). Pada 14,83. Hal ini disebabkan jumlah

  variabel jumlah anakan per rumpun dan anakan varietas Tiron (V

  3 )

  jumlah daun per rumpun angka rata-rata menunjukkan yang tertinggi, sehingga tertinggi dicapai oleh varietas Tiron (V

  3 ). jumlah umbi yang terbentuk juga Salah satu keunggulan dari varietas Tiron tertinggi.

  (V

  

3 ) adalah mampu membentuk anakan Varietas yang dicoba tidak

  dan daun yang cukup banyak (Dinas menunjukkan adanya perbedaan bobot Pertanian dan Kehutanan Kabupaten basah umbi per rumpun dan bobot Bantul, 2003). Hasil penelitian Iriani et al. kering umbi per rumpun. Hal ini (2003) menunjukkan bahwa pada jumlah disebabkan pada varietas Tiron (V

  3 )

  anakan per rumpun dan jumlah daun per jumlah umbi per rumpun tertinggi rumpun varietas Tiron lebih banyak tetapi ukuran umbi kecil-kecil, dibandingkan dengan varietas Bima. sehingga jumlah umbi berbeda tetapi

  Varietas yang dicoba menunjukkan bobot umbi tidak berbeda. Hal ini adanya perbedaan pada jumlah umbi per didukung oleh volume umbi yang rumpun. Jumlah umbi per rumpun tertinggi menunjukkan berbeda diantara ketiga

  Tabel 1. Matrik hasil analisis varian pertumbuhan dan hasil antar varietas bawang merah pada macam pupuk kandang dan dosis pupuk anorganik beserta interaksinya

  Varietas Macam pupuk Dosis pupuk Interaksi Variabel (V) kandang (M) anoganik (P) PxM PxV MxV PxMxV

  Tinggi tanaman sn tn tn tn tn tn tn Jumlah anakan per rumpun sn tn tn tn tn tn tn Jumlah daun per rumpun sn tn tn tn tn tn tn Jumlah umbi per rumpun sn tn tn tn tn tn tn Bobot basah umbi per rumpun tn sn tn tn tn tn tn Bobot kering umbi per rumpun tn sn sn tn tn tn tn Volume umbi sn sn tn tn tn tn tn

  Keterangan : sn : sangat nyata tn : tidak nyata Tabel 2. Perbedaan antar varietas bawang merah pada beberapa variabel yang diamati.

  V ariabel yang diam ati T inggi Jum lah Jum lah Jum lah Bobot basah Bobot kering V olum e V arietas tanam an anakan per daun per um bi per um bi per um bi per um bi

  (cm ) rum pun rum pun rum pun rum pun (g) rum pun (g) (m l) V (B im a Juna) 1 42,26a 6,86c 28,44c 7,05c 50,23a 40,56a 6,34a V (K uning Tablet) 2 41,02a 9,27b 35,48b 9,48b 51,25a 38,30a 5,01b V (Tiron) 3 37,67b 14,04a 45,01a 14,83a 53,28a 40,95a 4,04c

  Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada variabel yang sama

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  varietas yang dicoba (Tabel 2). Volume umbi terbesar dicapai oleh varietas Bima Juna (V

  1 ) yaitu 6,34 ml, disusul varietas

  Kuning Tablet (V

  2 ) yaitu 5,01 ml dan

  terendah varietas Tiron (V

  3 ) yaitu 4,04 ml.

  Perbedaan ukuran volume umbi ini disebabkan oleh faktor genetik yang berbeda. Jadi jumlah umbi terendah adalah varietas Bima Juna (V

  1 ) tetapi ukuran

  umbinya terbesar, sehingga bobot basah umbi per rumpun dan bobot kering umbi per rumpun diantara ketiga varietas tersebut tidak berbeda.

  asam organik seperti asam malonat, asam oxalat dan asam tatrat akan menghasilkan anion organik. Anion organik dapat mengikat ion Al, Fe dan Ca dari dalam larutan tanah, kemudian membentuk senyawa komplek yang sukar larut. Jadi konsentrasi ion-ion Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang dan diharapkan fosfat tersedia akan lebih banyak. Menurut Shanchez (1992), tanaman umbi- umbian merupakan penyerap fosfor yang tinggi. Fosfor sangat penting untuk pembentukan dan perkembangan umbi.

  2 . Asam-

  (1986) menyatakan bahwa bahan organik tanah mempengaruhi ketersediaan fosfat melalui hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO

A. Pengaruh Macam Pupuk Kandang

  2 O

  Hakim et al. (1986) menyatakan bahwa kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi tanaman. Kalium berperan dalam proses metabolisme, absorbsi hara, transpirasi, translokasi karbohidrat, pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi (Salisbury dan Ross, 1995). Kalium mutlak diperlukan untuk perkembangan umbi (Buckman dan Brady, 1982).

  M acam P up uk K an dang (P K ) V ariabel yan g d iam ati menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak ganda Duncan 5%.

  V o lum e u m bi (m l) M 1

(P K S api) 39 ,9 7a 1 0,14a 35,60 a 10,37 a 47,41 b 37,02 b 4,8 3b

M 2 (P K ayam ) 40 ,6 6a 9,97a 37,02 a 10,53 a 55 ,7 6a 42 ,8 4a 5 ,4 3a

  B obo t basah um bi per ru m p un (g) B ob ot kering um bi per ru m pu n (g)

  Ju m lah d au n per rum pu n Ju m lah um b i p er rum pu n

  T in ggi tanam an (cm ) Jum lah anak an p er rum p un

  Tabel 3. Pengaruh macam pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam (M

  5

  2 ) meningkatkan

  bobot basah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun dan volume umbi (Tabel 3). Produksi umbi yang lebih tinggi ini disebabkan kandungan unsur hara N, P, K pada pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan pada pupuk kandang sapi. Hardjowigeno (1987) menyatakan bahwa kandungan unsur hara pada pupuk kandang ayam adalah yang paling tinggi daripada pupuk kandang yang lainnya.

  ayam lebih tinggi dibandingkan yang pada pupuk kandang sapi. Hakim et al.

  2 O tersedia pada pupuk kandang

  dan K

  2 O total

  Hasil analisis pupuk kandang sapi dan ayam yang digunakan untuk penelitian ternyata kandungan P

  total, K

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  Tabel 4. Pengaruh dosis pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah

  Tinggi Jumlah anakan Jumlah daun Jumlah umbi Bobot basah Bobot kering Volume P 1 (400 kg/ha) 40,09a 9,87a 36,53a 10,48a 50,91a 39,70b 5,12a P 2 (300 kg/ha) 39,50a 10,03a 36,12a 10,35a 49,56a 38,04b 5,19a

  P 3 (200 kg/ha) 41,37a 10,35a 37,42a 10,79a 55,80a 44,11a 5,31a P 4 (100 kg/ha) 40,30a 9,98a 35,16a 10,20a 50,07a 37,88b 4,91a Dosis Pupuk Anorganik

  Variabel yang diamati

  Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada variabel yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak ganda Duncan 5%.

B. Pengaruh Dosis Pupuk Anorganik

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh pada hampir semua variabel yang diamati, kecuali pada variabel bobot kering umbi per rumpun (Tabel 4).

  Dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap semua komponen pertumbuhan. Hal ini disebabkan perkembangan tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah daun sejak awal pertumbuhan lebih dipengaruhi oleh faktor genetik daripada faktor lingkungan termasuk pemupukan anorganik

  Dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap komponen produksi, kecuali pada bobot kering umbi per rumpun. Hal ini disebabkan oleh kandungan P

  2 O 5 tersedia yang tinggi pada

  tanah yang digunakan untuk penelitian, selain itu pH tanahnya 6,88. Salah satu faktor yang mempengaruhi tersedianya P untuk tanaman adalah pH tanah, P paling mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah sekitar netral (pH 6-7) (Hardjowigeno, 1987). Ketersediaan fosfor yang tinggi ini menyebabkan kebutuhan fosfor untuk pembentukan dan perkembangan umbi sudah tercukupi, akibatnya pengurangan dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap peningkatan jumlah umbi maupun bobot basah umbi per rumpun. Dosis pupuk anorganik berpengaruh terhadap bobot kering umbi per rumpun. Bobot kering umbi per rumpun tertinggi dicapai pada pemupukan NPK (15:15:15) 200 kg/ha atau yang dikurangi 50% (P

  3 ) yaitu 44,11 g.

  C. Serapan N dan P Jaringan Tanaman Bawang Merah

  Pupuk kandang merupakan sumber N yang utama di dalam tanah. Buckman dan Brady (1982) menyatakan bahwa pupuk kandang terdiri dari bagian padat dan bagian cair dengan perbandingan 3 : 1. Total N pada kotoran padat 55%, sedang pada kotoran cair 45%. Pada pupuk kandang ayam kandungan N tiga kali lebih besar daripada pupuk kandang yang lain, karena bagian cair (urine) pada ayam tercampur dengan bagian padat (Hardjowigeno, 1987). Ketersediaan N yang lebih tinggi pada pupuk kandang ayam menyebabkan serapan N jaringan tanaman bawang merah pada perlakuan pupuk kandang ayam (M 2 ) lebih tinggi .

  Tabel 5 menunjukkan bahwa terjadi penurunan serapan N oleh jaringan tanaman bawang merah anorganik sampai 200 kg/ha, kemudian

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  2 O 5 lebih tinggi.

  N (m g N ) P (m g P2O 5) N P V arietas V 1 (Bim a Juna) 30,770 7,450 1,318.19 5,444.42

V 2 (K uning Tablet) 26,334 6,670 1,451.07 5,742.27

V 3 (Tiron) 21,395 5,181 1,914.13 7,904.45

M 1 (PK sapi) 24,349 6,051 1,518.16 6,119.31

M 2 (PK ayam ) 27,984 6,816 1,531.19 6,286.53

D osis Pupuk A norganik

P1 (400 kg/ha) 28,176 6,878 1,409.24 5,773.04

P2 (300 K g/ha 25,711 6,535 1,479.79 5,822.03

P3 (200 kg/ha) 24,593 6,254 1,793.76 7,053.72

P4 (100 kg/ha) 26,186 6,067 1,446.76 6,244.43

  Tabel 5. Perbedaan nilai serapan N dan P jaringan tanaman bawang merah serta nilai efisiensi hara N dan P antar varietas, macam pupuk kandang dan dosis pupuk anorganik

  Efisiensi hara dinyatakan sebagai biomassa yang lebih banyak dibandingkan yang tidak efisien pada jumlah serapan yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara pupuk kandang dan

  disebabkan oleh pemberian pupuk anorganik pada takaran yang semakin tinggi menyebabkan P tersedia dalam larutan tanah semakin meningkat. Gardner et al. (1985) menyatakan bahwa serapan P meningkat dengan meningkatnya konsentrasi P yang lebih tinggi dalam medium.

  5. Hal ini

  2 O

  Tabel 5 menunjukkan bahwa pengurangan dosis pupuk anorganik menurunkan serapan P

  ayam lebih tinggi dibandingkan pada pupuk kandang sapi sehingga serapan P

  meningkat pada dosis 100 kg/ha. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pada kondisi optimum tumbuhan mempunyai bobot akar 20 – 50% dari bobot totalnya, tetapi dalam lingkungan rawan mineral nitrogen (N) tumbuhan mengadakan kompensasi dengan membentuk sistem akar yang sangat besar sampai 90% dari bobot totalnya.

  2 O 5 pada pupuk kandang

  ., 1986). Taraf ketersediaan P

  et al

  ayam 0,8% kotoran, sedangkan pada pupuk kandang sapi hanya 0,2% kotoran (Hakim

  2 O 5 pada pupuk kandang

  Kandungan P

  Dalam semua pupuk kandang, 100% P terdapat dalam kotoran padat (Buckman dan Brady, 1982 ; Hardjowigeno, 1987).

  Goldsworthy dan Fisher (1996) menyatakan bahwa dalam ketersediaan hara terbatas tanaman akan memperbesar panjang akar-akarnya sehingga pengambilan hara dapat dilakukan ke daerah-daerah baru. Hal ini menyebabkan serapan N meningkat pada dosis 100 kg/ha (25%).

  N ilai Serapan N ilai E fisiensi hara Perlakuan M acam Pupuk K andang (PK) D osis 20 ton per hektar

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  , Yogyakarta. (on-line); http:// Warintek.Bantul.go.id. Diakses 24 Juli 2005.

  Area, Production and Yield of Shallots.

  (on-line) http://www. bps.go.id. diakses tanggal 24 Juli 2005.

  Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982.

  Ilmu Tanah

  . Penterjemah: Soegiman. PT. Bhratara Karya Aksara, Jakarta

  Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. 2003.

  Prospek Agribisnis Bawang Merah Kabupaten Bantul

  Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L.

  Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran, Jawa Tengah.

  Mitchell. 1991.

  Fisiologi Tanaman Budidaya

  . Penterjemah Susilo, H. UI Press, Jakarta. Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher.

  1996.

  Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik

  . Penterjemah Tohari. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

  Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A.

  Diha, Go Ban Hong dan H.H.

  Badan Pusat Statistik. 2003. Harvest

  Benih Bawang Merah Varietas Bima dan Varietas Kuning.

  pupuk anorganik NPK, meningkatkan hasil. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan bobot kering umbi per rumpun dan efisiensi pemupukan NPK. Efisiensi pemupukan dapat dicapai dengan pemakaian pupuk kandang 20 t/ha dan pengurangan dosis pupuk anorganik (NPK 15:15:15) hingga 50% (P 3 ) (Tabel 5).

  4. Tidak terdapat interaksi antara varietas, macam pupuk kandang dan dosis pupuk anorganik pada semua variabel yang diamati.

  KESIMPULAN

  1. Dari ketiga varietas yang dicoba terdapat perbedaan pada tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun dan volume umbi. Varietas Bima Juna (V

  1 ) menunjukkan tinggi

  tanaman dan volume umbi tertinggi, sedang varietas Tiron (V

  3

  ) menunjukkan jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per rumpun dan jumlah umbi per rumpun tertinggi.

  2. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam meningkatkan bobot basah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun dan volume umbi. 3. pupuk anorganik (NPK 15:15:15) meningkatkan bobot kering umbi per rumpun. Hasil tertinggi diperoleh pada dosis pupuk anorganik 200 kg/ha (P

  3 ) dengan pupuk kandang 20 t/ha.

  1 ) mempunyai

  S.Yulianto, A. Hadi P., Sunardi dan Nurhalim 2003. Pemurnian

  nilai serapan N dan P jaringan tanaman tertinggi. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam (M

  2 ) mempunyai

  nilai serapan N dan P yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi (M

  1 ). Dosis

  pupuk anorganik 400 kg/ha (P

  1 )

  mempunyai nilai serapan N dan P tertinggi.

  DAFTAR PUSTAKA Anwar, H., E. Iriani, D. Juanda J.

5. Varietas Bima Juna (V

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  Pengaruh pupuk urea hayati dan pupuk organik penambat nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. J. Hort. 12(1): 17-27 Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995.

  Subhan dan D. Fatchulloh. 2002.

  2003. Combined application of nitrogen, phosphorus, potassium and farmyard manure in onion (Allium cepa) under high hills, dry temperate condition of North- Western Himalayas. Indian of Agric. Sci. J. 73(4): 225-227.

  . 2 Nopember 2002, Yogyakarta, Sharma, R.P., Datt N., Sharma P.K.

  Teknologi dalam Mendukung Agribisnis

  Seminar Nasional Inovasi

  pada

  ITB, Bandung. Sarjiyah, 2002. Tanggapan tiga varietas padi terhadap imbangan pemberian pupuk anorganik dan organik. Makalah disampaikan

  . Penterjemah: Jayadinata, J.T.

  Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika

  ITB, Bandung. Sanchez, P.A., 1992.

  Fisiologi Tumbuhan.

  Penterjemah Sukoco, Yayasan Kanisius, Yogyakarta. Rosliani, R. dan Y. Hilman. 2002.

  Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu

  , Yogyakarta 4 Pebruari 2002. Reijtjes, C., B. Haverkort dan A. Water- Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan.

  Makalah disampaikan pada Seminar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Menjawab Tantangan

  Martani, E., T. Yuwono, I.D. Priyambodo, 2002. Alternatif bioteknologi untuk meningkatkan peranan mikrobia dalam pertanian masa depan.

  . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran, Jawa Tengah.

  Bawang Merah

  Iriani, E., H. Anwar, E. Supratman, Yulianto, A. Hadi P., Sartono dan Nurhalim. 2003. Uji Multilokasi

  . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran, Jawa Tengah.

  Uji Adaptasi Teknologi Sayuran

  Supratman, A. Hermawan, M.D. Pertiwi, A. Sutanto, Sartono dan P. Hasapto. 2000.

  Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Iriani, E., D. Juanda, S. Basuki, E.

  Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah.

  Tanah . Unlam, Lampung.

  Pengaruh macam dan dosis pupuk organik terhadap hasil kentang dataran medium pada lahan sawah. J. Hort. 12(3): 141-147.