OPTIMASI KONSENTRASI LARUTAN HARA TANAMAN PAK CHOI (Brassica rapa L. cv. group Pak Choi) PADA TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG

  

OPTIMASI KONSENTRASI LARUTAN HARA TANAMAN PAK

CHOI (Brassica rapa L. cv. group Pak Choi) PADA TEKNOLOGI

HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG

Optimizing of Nutrient Solution Concentration for Pak Choi (Brassica rapa L. cv.

group Pak Choi) in Deep Pool Growing System

  

1

  2 1 Aria Sesmininggar , Anas D. Susila 2 Mahasiswa Departeman Agronomi dan Hortikultura, IPB

Staf Pengajar Departeman Agronomi dan Hortikultura Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga

Bogor, Telp/Fax: 0251-629353/628060

e-mail : anas@ipb.ac.id

  OPTIMASI KONSENTRASI LARUTAN HARA TANAMAN PAK CHOI (Brassica rapa L. cv. group Pak Choi) PADA TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG Optimizing of Nutrient Solution Concentration for Pak Choi (Brassica rapa L.

cv. group Pak Choi) in Deep Pool Growing System

  

ABSTRACT

The objective of this research was to find the optimum nutrient solution

concentration on pak choi growth and yield in Deep Pool Growing System. This

research was located at Deep Pool Growing System facility, Danasworo Hydrogarden

Ciapus, Bogor from November 2005 to March 2006. The study was arranged in

Completely Randomize Design with four levels of nutrient solution concentration

  • -1 -1 -1

  

(control, EC 0.75 mS.cm , EC 1.50 mS.cm and EC 2.25 mS.cm ). The quadratic

response nutrient solution concentration are occurred on plant height, number of

leaves, stem diameter, chlorophyl content, total plant weight and marketable plant

weight. Root height was reduced linearly with nutrient solution concentrations

application. Base on total plant weight and marketable plant weight, the optimum

nutrient solution concentration for pak choi in Deep Pool Growing System was 1.30-

  • -1

  1.33 mS.cm Keywords : Nutrient solution concentration, Hydroponic, Deep Pool Growing System, Pak choi

  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  Budidaya tanaman secara hidroponik telah menjadi salah satu alternatif bercocok tanam tanaman hortikultura terutama sayuran. Hidroponik merupakan suatu teknologi untuk menumbuhkan tanaman dalam larutan hara dengan atau tanpa menggunakan media buatan (pasir, kerikil, rockwool, vermikulit) sebagai pendukung mekanik (Jensen, 1997). Hidroponik yang telah berkembang di Indonesia antara lain NFT (Nutrient Flim Technique), hidroponik terapung, aeroponik dan hidroponik substrat.

  Sayuran yang diproduksi dengan teknologi hidroponik memiliki segmen pasar tersendiri. Sayuran hidroponik dijual di supermarket-supermarket dengan harga yang lebih mahal. Walaupun demikian, banyak masyarakat yang mengkonsumsi sayuran hidroponik karena lebih terjamin kualitasnya. Hasil penelitian Halim (2002) terhadap pembelian sayuran hidroponik di PT Hero Supermarket menunjukan bahwa 53.12% konsumen lebih memilih sayuran hidroponik karena lebih bersih, segar dan terjamin kualitasnya. Sayuran yang dibudidayakan dengan hidroponik tersebut misalnya selada, caisin, pak choi, bayam, kangkung, petsai, kailan, tomat, cabai dan paprika.

  Pak choi (Brassica rapa L. cv. group Pak Choi) memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan di Indonesia karena budidayanya yang mudah serta kandungan gizinya. Pak choi dapat tumbuh sepanjang tahun di dataran rendah. Pak choi merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik seperti 2.3 mg -karoten, 53 mg vitamin C dan 102 mg Ca dalam 100 g bobot segar (Tay dan Toxofeus, 1994).

  Electrical conductivity (EC) larutan hara dalam budidaya hidroponik adalah

  salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Nilai EC menunjukan konsentrasi garam - garam terlarut. Setiap jenis tanaman memerlukan EC optimal yang berbeda - beda bahkan disetiap tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman pada larutan hara dengan EC tinggi melebihi nilai EC yang optimum akan menyebabkan stres dan tanaman tidak dapat menyerap cukup air untuk pertumbuhan maksimum (Morgan, 2000a). Selain itu dengan EC yang tinggi akan meningkatkan penggunaan larutan pupuk sehingga meningkatkan biaya produksi. Sedangkan apabila EC lebih rendah dari nilai EC optimum, tanaman akan kekurangan unsur-unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan optimum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan hara yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi pak choi yang ditanam dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung.

  

BAHAN DAN METODE

Waktu Pelaksanaan

  Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2005 sampai dengan Maret 2006 di fasilitas Deep Pool Growing System, Danasworo Hydro Garden, Ciapus Bogor yang berada pada ketinggian 500 dpl.

  Bahan dan Alat

  Bahan yang digunakan adalah benih pak choi white tropical type, media tanam berupa rockwool dan pupuk hidroponik AB mix. Komposisi hara dari stok A meliputi KNO

  3 , Ca(NO 3 ) 2 , Fe-EDTA sedangkan komposisi stok B terdiri dari

  KNO

  3 , KH

  2 PO 4 , MgSO 4 , MnSO

4 , CuSO

4 , (NH 4 )

  2 SO 4 , Na

  2 HBO 3 , ZnSO 4 dan

  Na

  2 MoO 4 . Konsentrasi ion

  • – ion yang terdapat di dalam AB Mix tersebut yaitu 22.5

  2+ + + 2+ -

  4

  3

  ppm NH , 429 ppm K , 180 ppm Ca , 24 ppm Mg , 1178 ppm NO , 108 ppm

  2- 3+ 3+ - 2+

  4

  2

  4 SO , 194 ppm H PO , 2.232 ppm Fe , 0.275 ppm Mn , 0.261 ppm Zn , 0.324 3+ 2+ 2+

  ppm B , 0.049 ppm Cu dan 0.048 ppm Mo . Persemaian dilakukan dengan menggunakan tray plastik dan tisu, transplanting menggunakan panel 77, sedangkan untuk floating menggunakan panel 15. Panel - panel tersebut memiliki ketebalan 4 cm dan berukuran 40 cm x 60 cm. Floating diletakan pada kolam cor beton berukuran lebar 3 m, panjang 17 m dan kedalaman 60 cm. Kolam ini berada di dalam greenhouse berdinding kasa 20 mesh dan beratap UV plastik dengan ketebalan 0.02 mm. Alat-alat yang digunakan antara lain pH dan EC meter, DO meter (Dissolved Oxygen), termohigrometer, lightmeter, penggaris, jangka sorong, pinset, sikat, ember, gelas ukur, timbangan dan blower.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu konsentrasi larutan nutrisi (K) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu

  • 1

  K1 (kontrol/tanpa penambahan hara), K2 (larutan dengan EC=0.75 mS.cm ), K3

  • 1
  • 1 (larutan dengan EC=1.5 mS.cm ) dan K4 (larutan dengan EC=2.25 mS.cm ).

  Masing-masing perlakuan terdiri dari 20 ulangan sehingga terdapat 80 satuan unit percobaan dimana setiap satuan unit percobaan terdiri dari 15 tanaman. Jumlah tanaman yang diperlukan adalah 1200 tanaman. Setiap ulangan diambil 3 tanaman contoh untuk dilakukan pengamatan. Dari data yang diperoleh akan diuji dengan uji F, dan bila menunjukkan pengaruh nyata maka pengujian akan dilanjutkan dengan uji regresi.

  Pelaksanaan

  Persiapan awal meliputi pembersihan greenhouse, panel dan kolam. Selanjutnya dilakukan pengisian kolam dengan air dan larutan hara sampai diperoleh konsentrasi sesuai dengan perlakuan. Tinggi larutan pada kolam sekitar 20 cm. Benih pak choi disemai pada tray plastik dengan tisu yang telah dibasahi kemudian diletakan pada ruang gelap. Penyemaian dilakukan selama 3 hari. Benih yang telah tumbuh dalam persemaian kemudian ditransplanting pada panel 77 dengan media tanam rockwool selama 4 minggu. Pemeliharaan dilakukan dengan penyemprotan

  • 1

  pupuk daun dengan dosis 2 g.L setiap 2 hari sekali. Setelah 4 minggu, tanaman ditransplanting ke panel 15 kemudian diapungkan (floating) diatas kolam sesuai dengan perlakuan. Floating dilakukan selama 5 minggu. Pemanenan dilakukan pada 5 minggu setelah floating dengan cara mencabut seluruh tanaman beserta rockwool.

  Pengamatan

  Analisis air dilakukan sebelum dan sesudah penanaman pada kolam. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nitrit, nitrat, amonium dan kalsium. Selanjutnya pengamatan terdiri atas tiga bagian yaitu :

  1. Pengamatan harian, meliputi suhu dan kelembaban greenhouse, EC larutan, pH larutan, suhu larutan dan DO larutan. Pengamatan harian ini dilakukan pada pagi, siang dan sore hari.

  2. Pengamatan mingguan, meliputi pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun dan intensitas cahaya..

  3. Pengamatan saat panen, meliputi jumlah tanaman hidup per panel, bobot total per panel, bobot akar per panel, bobot tajuk per panel, bobot total per tanaman, bobot akar per tanaman, bobot tajuk per tanaman dan diameter batang. Sebelum pemanenan dilakukan analisis klorofil dan analisis N, P dan K.

  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Keadaan Umum

  Pertumbuhan tanaman pak choi cukup baik sampai akhir penelitian. Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yaitu kutu daun aphid dan Spodoptera litura mulai terjadi pada 1 MST (Minggu Setelah Tanam). Namun serangan OPT ini tidak sampai mengganggu pertumbuhan tanaman. Sedangkan penyakit tidak tampak menyerang tanaman pak choi selama penelitian.

  Suhu greenhouse pada pagi hari berkisar antara 24.5 - 41.5

  C. Kisaran suhu

  greenhouse tertinggi terjadi pada siang hari yaitu antara 24 - 43

  C. Sedangkan pada sore hari suhu greenhouse berkisar antara 22 - 41

  C. Kelembaban relatif atau relatif humidity (RH) greenhouse pada pagi hari berkisar antara 51 - 100%. RH greenhouse terendah dicapai pada siang hari dengan kisaran 41 - 98%. Sedangkan pada sore hari RH berkisar antara 52 - 100%. RH greenhouse yang mencapai nilai 100% ini disebabkan karena turunnya hujan pada saat pengamatan.

  Suhu larutan pada pagi hari dari keempat perlakuan relatif sama, yaitu berkisar antara 25.0 - 27.5 C. Kisaran suhu larutan tertinggi dari masing-masing perlakuan dicapai pada siang hari dengan kisaran 24.8 - 31.6

  C. Sedangkan pada sore hari, suhu larutan berkisar antara 23.8 - 29.0 C. Intensitas cahaya di dalam greenhouse pada pagi hari berkisar antara 2 600 - 33 000 lux, siang hari berkisar 7 900 - 67 000 lux, dan pada sore hari berkisar 1 100 - 25 000 lux.

  Nilai kisaran pH larutan pada keempat perlakuan semakin menurun dengan meningkatnya konsentrasi larutan. Kontrol memiliki kisaran pH 6.98 - 8.41, perlakuan

  • 1

  konsentrasi 0.75 mS.cm memiliki kisaran pH 6.77 - 7.89, perlakuan konsentrasi 1.50

  • 1
  • 1

  mS.cm memiliki kisaran pH 6.45 - 7.68 dan pada perlakuan konsentrasi 2.25 mS.cm memiliki kisaran pH 6.28 - 6.99. Nilai Electrical Conductivity (EC) larutan pada setiap perlakuan mengalami penurunan kecuali pada kontrol. Kontrol mengalami peningkatan EC dari 0.12 menjadi 0.21

  • 1

  mS.cm . Sedangkan pada ketiga perlakuan lainnya terjadi penurunan nilai EC,

  • 1

  penurunan terkecil yaitu 0.01 terjadi pada perlakuan 0.75 mS.cm dan penurunan

  • 1 terbesar yaitu 0.11 terjadi pada perlakuan 2.25 mS.cm .

  Kandungan oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) pada keempat perlakuan juga mengalami penurunan. Kontrol mengalami penurunan terkecil diantara perlakuan

  • 1 -1

  lainnya yaitu sebesar 0.41 dari 2.76 menjadi 2.35 mg.L .. Perlakuan 0.75 mS.cm

  • 1 mengalami penurunan tertinggi yaitu sebesar 2.81 dari 4.87 menjadi 2.35 mg.L .
  • 1 -1

  Perlakuan 1.50 mS.cm dan 2.25 mS.cm mengalami penurunan masing-masing sebesar 2.11 dan 2.78.

  Berdasarkan pengamatan visual, pada kontrol umumnya tangkai daun pada daun bagian bawah berwarna ungu. Menurut Ashari (1995), kekurangan fosfor (P) mengakibatkan terjadinya akumulasi karbohidrat yang dapat mendorong terbentuknya antosianin sehingga daun dan batang berwarna kemerahan atau ungu. Pada perlakuan

  • 1

  konsentrasi 2.25 mS.cm umumnya tanaman memiliki daun muda yang berwarna kuning, sedangkan daun tua berwarna kuning dengan tulang daun tetap hijau. Menurut Salisbury dan Ross (1995), kekurangan Fe dimulai pada daun muda dengan ciri klorosis pada seluruh bagian daun, sedangkan kekurangan Mg terlihat pada daun tua dengan dicirikan helai daun diantara tulang daun berwarna hijau pucat atau kuning dengan

  • 1

  tulang daun tetap hijau. Sedangkan pada perlakuan konsentrasi 0.75 dan 1.50 mS.cm umumnya tanaman berwarna hijau.

  Tinggi Tanaman

  Perlakuan konsentrasi larutan hara berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pak choi mulai 1 MST (Tabel 1). Pada umur 1 - 3 MST tinggi tanaman menunjukan respon linier. Hal ini terlihat dengan tinggi tanaman yang semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan. Sedangkan pada umur 4 - 5 MST, tinggi tanaman menunjukan respon kuadratik.

  Tabel 1. Perubahan Tinggi Tanaman Pak Choi Selama 5 MST pada Konsentrasi Larutan Hara yang Berbeda

  Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan

  1 MST

  2

  3

  4

  5 MST MST MST MST Konsentrasi Larutan

  11.06

  12.47

  15.72

  17.87

  19.75 Kontrol

  • 1

  0.75 mS.cm

  11.06

  14.45

  17.34

  19.22

  21.60

  • 1

  1.5 mS.cm

  12.21

  15.37

  18.33

  20.17

  21.90

  • 1

  2.25 mS.cm

  12.56

  15.97

  18.55

  19.24

  19.79 Respon L** L** L** Q** Q**

  • : Berpengaruh sangat nyata pada uji statistik (p<1%) L : Uji regresi berpengaruh secara linier Q : Uji regresi berpengaruh secara kuadratik

  Jumlah Daun

  Jumlah daun memberikan respon linier pada umur 1 -4 MST. Pada umur 5 MST, jumlah daun menunjukan respon kuadratik terhadap perlakuan konsentrasi larutan hara.

  Tabel 2. Jumlah Daun Pak Choi Selama 5 MST pada Konsentrasi Larutan Hara yang Berbeda

  Jumlah Daun Perlakuan

  1 MST

  2 MST

  3 MST

  4 MST

  5 MST Konsentrasi Larutan

  4.62

  5.67

  5.90

  7.95

  8.90 Kontrol

  • 1

  0.75 mS.cm

  5.02

  6.52

  8.17

  9.12

  11.03

  • 1

  1.5 mS.cm

  5.18

  6.85

  8.33

  8.97

  11.13

  • 1

  2.25 mS.cm

  5.48

  7.15

  8.73

  9.08

  10.55 Respon L** L** L** L** Q**

  • : Berpengaruh sangat nyata pada uji statistik (p<1%) L : Uji regresi berpengaruh secara linier Q : Uji regresi berpengaruh secara kuadratik

  Diameter Batang dan Panjang Akar

  • 1

  Perlakuan konsentrasi larutan hara sampai dengan EC 2.25 mS.cm berpengaruh kuadratik terhadap diameter batang tanaman pak choi. Sedangkan perlakuan konsentrasi

  • -1

  larutan hara sampai dengan EC 2.25 mS.cm menurunkan panjang akar secara linier dari 18.65

  • – 6.00 cm. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan hara menyebabkan akar tanaman pak choi semakin pendek.
Tabel 3. Diameter Batang dan Panjang Akar Tanaman Pak Choi pada Konsentrasi Larutan Hara yang Berbeda

  Diameter Batang (cm) Panjang Akar Perlakuan

  (cm) Konsentrasi Larutan

  0.70

  18.65 Kontrol

  • 1

  0.75 mS.cm

  0.77

  7.93

  • 1

  1.5 mS.cm

  0.76

  7.72

  • 1

  2.25 mS.cm

  0.75

  6.00 Respon Q* L**

  • : Berpengaruh nyata pada uji statistik (p<5%)
    • : Berpengaruh sangat nyata pada uji statistik (p<1%) L : Uji regresi berpengaruh secara linier Q : Uji regresi berpengaruh secara kuadratik

  Hasil Panen

  • 1

  Perlakuan konsentrasi larutan hara sampai dengan EC 2.25 mS.cm meningkatkan secara linier jumlah tanaman hidup per panel dari 13.65 – 14.75. Sedangkan pada variabel bobot akar per panel, perlakuan konsentrasi larutan hara tidak berpengaruh nyata.

  Bobot total dan bobot tajuk per panel memberikan respon kuadratik terhadap perlakuan konsentrasi (Tabel 4). Persamaan garis dari bobot total per panel yaitu Y = -

  2

  2

  124.564X + 331.024X + 511.577 R = 0.2299 sedangkan persamaan garis dari bobot

  2

  2

  tajuk per panel adalah Y = -126.690X + 337.956X + 330.434 R = 0.2911. Berdasarkan perhitungan matematis dari kedua persamaan garis tersebut diperoleh titik optimum

  • 1 yang sama yaitu 1.33 mS.cm .

  Tabel 4. Hasil Panen per Panel Tanaman Pak Choi pada Konsentrasi Larutan Hara yang Berbeda

  Bobot Akar/ Bobot total/ Bobot Jumlah Tan

  Perlakuan Panel panel Tajuk/Panel Hidup/ Panel

  (g) (g) (g) Konsentrasi Larutan

  13.65 179.94 503.80 323.87

  Kontrol

  • 1

  0.75 mS.cm 14.80 180.76 713.10 532.34

  • 1

  1.5 mS.cm 14.55 171.91 704.53 532.61

  • 1

  2.25 mS.cm 14.75 177.52 633.55 456.03 Respon L* tn Q** Q**

  tn : Berpengaruh tidak nyata pada uji statistik (p>5%)

  • : Berpengaruh nyata pada uji statistik (p<5%)
    • : Berpengaruh sangat nyata pada uji statistik (p<1%) L : Uji regresi berpengaruh secara linier Q : Uji regresi berpengaruh secara kuadratik

  Perlakuan konsentrasi larutan hara tidak berpengaruh nyata terhadap bobot akar per tanaman. Bobot total dan bobot tajuk per tanaman memberikan respon kuadratik terhadap perlakuan konsentrasi. Persamaan garis dari bobot total per tanaman yaitu Y =

  2

  2

  • 10.5583X + 27.4080X + 36.6591 R = 0.2610 sedangkan persamaan garis dari bobot

  2

  2 tajuk per tanaman adalah Y = -11.3781X + 29.4241X + 26.0988 R =0.3006.

  Berdasarkan perhitungan matematis dari kedua persamaan garis tersebut diperoleh titik

  • 1 optimum yang sama yaitu 1.30 mS.cm .

  Tabel 5. Hasil Panen per Tanaman Tanaman Pak Choi pada Konsentrasi Larutan Hara yang Berbeda

  Bobot Akar/Tan Bobot Total/Tan Bobot Tajuk/Tan Perlakuan

  (g) (g) (g) Konsentrasi Larutan

  10.65

  35.94

  25.29 Kontrol

  • 1

  0.75 mS.cm

  9.25

  53.45

  44.20

  • 1

  1.5 mS.cm

  9.64

  51.84

  42.21

  • 1

  2.25 mS.cm

  10.09

  45.60

  35.51 Respon tn Q** Q**

  tn : Berpengaruh tidak nyata pada uji statistik (p>5%)

  • : Berpengaruh sangat nyata pada uji statistik (p<1%) Q : Uji regresi berpengaruh secara kuadratik

  Analisis Klorofil

  Analisis daun pak choi menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi larutan hara sampai

  • 1

  dengan EC 2.25 mS.cm berpengaruh secara kuadratik terhadap kandungan klorofil a, klorofil b dan klorofil total.

  Tabel 6. Hasil Analisis Klorofil Daun Pak Choi Klorofil a Klorofil b Klorofil Total

  Perlakuan %

  Konsentrasi Larutan 0.044 0.040 0.084

  Kontrol

  • 1

  0.75 mS.cm 0.072 0.065 0.137

  • 1

  1.5 mS.cm 0.058 0.057 0.116

  • 1

  2.25 mS.cm 0.026 0.025 0.051 Respon Q** Q** Q**

  • : Berpengaruh sangat nyata pada uji statistik (p<1%) Q : Uji regresi berpengaruh secara kuadratik

  Analisis N, P dan K Jaringan Tanaman

  Hasil analisis kandungan N, P dan K pada jaringan tanaman pak choi menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan hara maka semakin tinggi pula kandungan

  N dan K. Kandungan P pada jaringan tanaman pak choi juga semakin meningkat

  • 1 kecuali pada perlakuan konsentrasi 0.75 mS.cm yang mengalami penurunan.

  Tabel 7. Hasil Analisis N, P dan K Tanaman Pak Choi

  N P K Perlakuan

  % bobot kering

  Konsentrasi Larutan

  1.84

  0.45

  2.30 Kontrol

  • 1

  0.75 mS.cm

  2.88

  0.43

  3.75

  • 1

  1.5 mS.cm

  3.12

  0.47

  5.50

  • 1

  2.25 mS.cm

  3.35

  0.51

  6.50 Sumber: Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian

  

Pembahasan

  Penurunan nilai EC yang terjadi selama 5 MST pada perlakuan 0.75, 1.50 dan

  • 1

  2.25 mS.cm ini disebabkan adanya penyerapan unsur hara oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Penyerapan unsur hara ini semakin besar pada konsentrasi larutan yang semakin tinggi. Hal ini terlihat dari penurunan EC yang semakin besar pada konsentrasi larutan yang lebih tinggi.

  Derajat kemasaman (pH) larutan pada setiap perlakuan mengalami peningkatan selama penelitian. Menurut Gerber (1985), dalam sistem hidroponik umumnya pH disekitar akar akan meningkat seiring dengan waktu. Harjadi (1989) menambahkan

  bahwa naiknya pH disebabkan karena tanaman menyerap anion (NO

  3 , PO 4 , SO 4 ) lebih

  • 2+ 2+

  cepat daripada kationnya (Ca , Mg , K ). Anion kemudian digantikan oleh ion

  hidroksil (OH ) yang dilepaskan oleh sel-sel tanaman atau ion bikarbonat (HCO

  3 ) yang

  • dihasilkan dari respirasi, sedangkan kation digantikan oleh ion (H ) yang dihasilkan secara metabolik.

  Sistem akar tanaman memerlukan oksigen untuk proses respirasi aerobik. Proses ini akan menghasilkan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan akar. Akar tanaman pak choi yang semakin pendek pada konsentrasi larutan yang semakin tinggi diduga berkaitan dengan nilai DO yang semakin rendah. Menurut Morgan (2000b), kapasitas air membawa oksigen akan berkurang dengan adanya garam nutrisi.

  Rendahnya oksigen terlarut menyebabkan rendahnya proses respirasi akar, sehingga energi yang dihasilkan untuk pertumbuhan akar juga rendah. Pertumbuhan akar yang lebih panjang pada konsentrasi larutan yang semakin rendah memungkinkan tanaman untuk memperluas areal penyerapan hara. Hasil penelitian Putri (2004) juga menunjukan bahwa semakin miskin larutan hara, akar kangkung akan semakin panjang. Konsentrasi larutan dengan EC yang rendah akan memberikan hasil panen yang rendah kemudian meningkat sampai titik optimum. Ketika titik optimum telah tercapai, peningkatan EC akan mengakibatkan menurunnya hasil panen. Tanaman yang berada pada tingkatan EC yang melebihi batas optimum akan menjadi stres karena kekurangan

  • 1
  • 1
  • 1
  • 1

  • 1 .

  Tay, D. C. S. and H. Toxofeus. 1994. Brassica rapa L. cv. Group Pak choi, p 130-134.

  Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 hal. Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. Diterjemahkan oleh D. R. Lukman dan Sumaryono. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 241 hal.

  Parung Farm, Bogor. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 84 hal. Putri, U. T. 2004. Penggunaan kembali (re-use) larutan hara pada teknologi hidroponik sistem terapung beberapa komoditas sayuran daun. Skripsi. Departemen

  film technique (NFT) untuk budidaya tanaman pakcoy (Brassica chinensis) di

  Prastyo, B. N. 2004. Evaluasi kinerja jaringan irigasi hidroponik dengan sistem nutrient

  The Best of Growing Edge. New Moon Publish. USA. ________. 2000b. Are your plants suffocating? The importance of oxygen in hydroponics. The Growing Edge 12(6):50-54.

  Morgan, L. 2000a. Electrical conductivity in hydroponics, p 39-44. In A. Knutson (Ed.).

  Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 120 hal. Harjadi, S. S. 1989. Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 506 hal.

  Hydroponics Worldwide: State of the Art in Soilles Crop Production. International Center For Special Studies. USA. Halim, P. 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian sayuran hidroponik di PT Hero Supermarket cabang Padjadjaran, Bogor. Skripsi. Jurusan

  Gerber, J. M. 1985. Plant growth and nutrient formulas, p 58-67. In A. J. Savage (Ed.).

  

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal.

  3. Rekomendasi konsentrasi larutan hara yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman pak choi yang dibudidayakan dengan THST adalah 1.30-1.33 mS.cm

  selama 5 MST menurunkan panjang akar secara linier dan meningkatkan secara linier jumlah tanaman hidup per panel.

  2. Perlakuan konsentrasi larutan hara sampai dengan EC 2.25 mS.cm

  selama 5 MST berpengaruh kuadratik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, kandungan klorofil, bobot total per panel, bobot tajuk per panel, bobot total per tanaman dan bobot tajuk per tanaman.

  1. Perlakuan konsentrasi larutan hara sampai dengan EC 2.25 mS.cm

  

KESIMPULAN

  diduga karena pada kisaran konsentrasi tersebut ketersediaan hara dalam larutan dapat menjamin kebutuhan hara tanaman pak choi yang dibudidayakan dengan THST untuk pertumbuhan dan produksi.

  . Pada konsentrasi tersebut bobot total/panel dapat mencapai 731.50 g. Produksi tertinggi yang dicapai pada kisaran 1.30-1.33 mS.cm

  Berdasarkan titik optimum pada bobot total/panel, bobot tajuk/panel, bobot total/tanaman dan bobot tajuk/tanaman diperoleh konsentrasi larutan hara yang optimum yaitu 1.30 dan 1.33 mS.cm

  garam dan tidak dapat menyerap cukup air untuk memaksimalkan pertumbuhannya (Morgan, 2000a).

  In J. S. Siemonsma and K. Pileuk (Eds.). Plant Resources of South-East Asia 8 Vegetables. PROSEA Fondation. Bogor.