PENGUKURAN KEMATANGAN PENYELARASAN STRATEGIS TI-BISNIS DENGAN METODE VAN HOUT STUDI KASUS DI BANK X

  

PENGUKURAN KEMATANGAN PENYELARASAN STRATEGIS

TI-BISNIS DENGAN METODE VAN HOUT STUDI KASUS DI BANK X

Abraham Aji, Suyoto, Sapty Rahayu

  Magister Teknik Infomatika, Universitas Atma Jaya E-ma saptyrahayu@gmail.com

  

Abstrak

Salah satu faktor penting untuk mencapai apa yang menjadi sasaran bisnis perusahaan adalah keselarasan antara

strategi TI dan strategi bisnis. Dengan terciptanya keselarasan strategis TI-bisnis diharapkan bisnis akan mampu

untuk bisa tetap kompetitif dalam lingkungan yang terus berubah. Namun hal ini tidak mudah mengingat belum semua

perusahaan telah mampu mengangkat nilai TI dan mendapat keluaran yang bersifat strategis, meski perusahaan

sudah melakukan pembelanjaan dan menggelontorkan dana yang besar untuk TI. Bank X sebagai salah satu badan

usaha swakelola milik pemeirntah yang bergerak di sektor perbankan telah menerapkan TI sebagai salah satu alat

untuk mengotomasasi dan mengefisienkan proses bisnis yang ada. Persaingan yang ketat dalam industri perbankan

menuntut bank X untuk juga bisa memanfaatkan TI sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi sasaran bisnis bank

dapat tercapai. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka pada kesempatan ini peneliti mencoba melakukan penelitian

untuk mengukur konsep keselarasan strategis TI-bisnis di bank X. Saat ini bank X telah mencapai level 3 (tiga) di

  bank X telah menyelaraskan strategi TI dan bisnis dengan melakukan standarisasi dalam

  mana pada level tersebut tata kelola, proses-proses dan komunikasi untuk mencapai sasaran bisnis.

  Kata kunci: Van Hout, kematangan, keselarasan strategis, strategi, TI, bisnis

Abstract

  

One of the most important factor which determines the achievement of company’s business goals is the alignment

between IT and business strategy. With the attaining of IT-bisnis strategic alignment it is expected that business would

stay competitive in the turbulent environment. In fact, this is not easy to achieved considering that not every companies

had been successful to implement this concept, regardless the bulk of investment they have bestowed upon IT. X bank

as one of government’s business entity which operate in financial industry, has long been implementing information

technology as a tool to automate and streamline its existing business process. Fierce competition in banking industri

has led an urgency to X bank to manage IT as proficient as possible to achieve its goals. Based on this urgency, the

researcher performed a research to asses the IT-business alignment in X bank. The result shows that X bank has

achieved level 3, in which X bank has achieved IT-business strategic alignment by standardize its governance,

processes, and communication to reach its business goals.

  Keyword: Van Hout, maturity, strategic alignment, strategy, IT, business 1.

  perusahaan mau tidak mau harus bisa beradaptasi

  PENDAHULUAN dengan lingkungan atau gagal dalam dalam bisnis.

  Perusahaan-perusahaan masa kini Dalam keadaan tersebut, dalam rangka untuk menghadapai tantangan yang tidak mudah untuk perusahaan tetap kompetitif, maka perusahaan perlu memenangkan persaingan bisnis yang makin untuk meningkatkan praktik dan prosedur dalam kompetitif [2]. Perubahan lingkungan yang terus menjalankan bisnis [13]. Salah satu konsekuensi dari menerus dan kompetisi yang keras menyebabkan ketatnya persaingan bisnis, maka perusahaan- perusahaan berupaya untuk menginvestasikan sumber daya-sumber daya yang dimiliki dalam merancang dan mengembangkan strategi guna memenangkan persaingan. Salah bentuk investasi untuk perancangan dan pengembangan strategi dalam memenangkan persaingan bisnis tersebut adalah dengan penerapan teknologi informasi (TI), hal ini karena perusahaan- perusahaan telah menyadari bahwa TI tidak hanya mampu mendukung operasional perusahaan tetapi juga mampu mendukung perencanaan dan pengambilan strategis jangka panjang. TI disebut dapat melahirkan model bisnis baru, menciptakan keuntungan kompetitif dalam bentuk harga yang lebih besaring, mengefisienkan proses bisnis internal dan juga mengubah cara bisnis perusahaan dilaksanakan [2]. Pendapat ini dikuatkan oleh Helaly [5] bahwa untuk perusahaan bisa survive dalam persaingan bisnis maka perusahaan harus memiliki nilai lebih dibandingkan perusahaan lain. TI bisa menjadi faktor pendiferensiasi antara perusahaan yang satu dan perusahaan yang lain. Ekstedt dkk. [4] mengatakan bahwa kunci bagi perusahaan yang sukses adalah ketika pengerahan teknologi informasi secara efisien dapat mendukung tercapainya strategi, sasaran dan kebutuhan bisnis. Konsep ini oleh Shamekh [11] dipahami sebagai keselarasan strategis TI-bisnis, bahwa TI bisa memberikan nilai strategis terhadap bisnis jika saja terjadi keselarasan antara strategi TI dan bisnis dalam sebuah perusahaan.

  Bertumbuhnya pemanfaatan dan kesadaran akan peran penting TI telah merambah ke berbagai sektor industri salah satunya adalah di sektor industri layanan. Salah satu contoh paling gamblang adalah pemanfaatan TI di industri perbankan di mana melalui beragam layanan kepada konsumennya [7]. Bank X sebagai salah satu badan usaha milik pemerintah dengan skala bisnis regional yang bergerak di sektor perbankan telah menerapkan TI sebagai salah satu alat untuk mengotomasi dan mengefisienkan proses bisnis yang ada. Persaingan yang ketat dalam industri perbankan menuntut bank X untuk juga bisa memanfaatkan TI sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi sasaran bisnis bank dapat tercapai. Salah satu faktor penting untuk mencapai sasaran tersebut adalah keselarasan antara strategi TI dan tercapainya tujuan bisnis bank, mengingat dengan terciptanya keselarasan strategis TI-bisnis diharapkan bank akan mampu untuk bisa tetap kompetitif dalam lingkungan yang tersebut berubah. Pada kesempatan ini peneliti mencoba mengaplikasikan konsep keselarasan strategis TI-bisnis tersebut dengan melakukan pengukuran level kematangan penyelarasan strategis TI-bisnis pada industri perbankan khususnya bank X. Penelitian ini dilandasi oleh motivasi bahwa dengan melakukan pengukuran kematangan penyelarasan strategis TI-bisnis, maka pihak manajemen bank X dapat melihat gambaran mengenai sejauh mana level kematangan penyelarasan strategis TI-bisnis di bank

  X. Selain itu penelitian ini juga memungkinkan pihak manajemen untuk dapat mengidentifikasi peluang pengembangan ke depan sehingga pihak manajemen bank dapat menerapkan berbagai kebijakan yang nantinya diharapkan dapat semakin meningkatkan nilai kompetitif bank X dalam menghadapi persaingan terhadap bank-bank lain.

  2. TINJAUAN PUSTAKA Strategi Bisnis

  Johnson dkk. dalam Mateko [10] menyebut operasional sebuah perusahaan dalam jangka panjang yang didefinisikan sedemikian rupa sehingga pengelolaan sumber daya yang dilakukan perusahaan sesuai dengan lingkungan bisnis yang terus berubah dan secara khusus terhadap pasar dan para pelanggan, sehingga ekspektasi seluruh pemangku kepentingan bisnsi dapat terpenuhi.. Sementara itu Arafat [2] mendefinisikan strategi bisnis sebagai sebuah cetak biru yang ingin dicapai perusahaan melalui pendekatan-pendekatan kompetitif dalam memposisikan perusahaan di wilayah operasinya. Arafat [2] kemudian membagi definisi strategi bisnis ke dalam dua perspektif yakni perspektif ke dalam dan ke luar. Perspektif ke dalam menyatakan bahwa strategi bisnis adalah upaya perusahaan dalam mengendalikan, mengeksploitasi dan memberdayakan kekuatan yang dimiliki perusahaan itu sendiri, sehingga perusahaan mampu menyedikan sumber daya yang sifatnya unik, jarang, tak tergantikan, belum dijumpai di pasaran dan sulit diimitasi perusahaan lain. Perspektif ke luar menyatakan strategis bisnis sebagai kumpulan aktivitas di mana perusahaan membangun hubungan dengan lingkungan eksternalnya dan mengelola proses bisnis sehingga bisnis yang dijalankan perusahaan sesuai dengan lingkungan di sekitar perusahaan. Perspektif ini menganjurkan agar perusahaan memahami dan menganalisis lingkungan bisnis yang akan membantu perusahaan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan dan memungkinkan perusahaan membedakan antara peluang dan ancaman yang ada di sekitarnya.

  Strategi TI

  Luftman [9] mendefinisikan strategi TI sebagai managemen senior di mana keputusan-keputusan tersebut mewujudkan atau mendorong strategi bisnis.

  Strategi TI kemudian akan mengarah pada pengerahan infrastruktur teknologi dan kompetensi manusia yang akan mendukung organisasi atau perusahaan untuk menjadi lebih kompetitif. Thackhrah [14] menambahkan bahwa strategi TI merupakan penggunaan sumber-sumber daya teknologi informasi untuk memfasilitasi arus informasi ke tempat dan waktu yang tepat yang memungkinkan bisnis mencapai sasaran-sasarannya. Menurut Issa-Salwe dkk. dalam Helaly [5] strategi TI adalah tentang bagaimana mengimplementasikan sistem informasi sehingga memenuhi persyaratan-persyaratan yang diajukan organisasi, atau dengan kata lain memenuhi permintaan atas informasi dan sistem untuk mendukung keseluruhan strategi bisnis termasuk rencana-rencana untuk meraih dan memelihara keuntungan bisnis tersebut. Di lain pihak Chenet dkk. dalam Helaly [5] mendefinisikan strategi TI sebagai sudut pandang organisasi dalam berinvestasi, mengerahkan, menggunakan dan mengelola sistem informasi. Sementara Gartlan dan Shank [6] lebih mendefinisikan strategi TI sebagai alat bisnis yang digunakan untuk membentuk jalur bisnis masa depan dan mengelola penggunaan dan manajemen sumber- sumber daya teknologi informasi, hubungan bisnis dan TI baik eksternal dan internal, dan arus atau penyimpanan informasi di keseluruhan organisasi.

  Pengukuran Kematangan Penyelarasan Strategis TI-Bisnis

  Salah satu model yang dapat dimanfaatkan untuk menilai seberapa jauh organisasi telah mencapai kematangan penyelarasan strategi TI dan bisnis adalah model penilaian kematangan penyelarasan strategis TI-bisnis yang diajukan oleh Van Hout [15]. Model ini dikembangkan dengan cara mengkombinasikan beberapa model penilaian yang sudah ada seperti

  framework MIT90 oleh Morton dalam Van Hout [15], Strategic Alignment Model oleh Henderson dan

  Venkrataman dalam Van Hout [15], Strategic

  Alignment Maturity Model oleh Luftman dalam Van

  Hout [15] dan Integrated Architecture Framework atau IAF oleh Maes dkk. dalam Van Hout [15].

  Secara umum gambaran dari model keselarasan strategi TI-bisnis yang dikembangkan oleh Van Hout [15] dapat ditunjukkan dalam gambar 1. sebagai berikut:

  Gambar 1. Model Keselarasan Startegis TI-bisnis Rancangan Van Hout

  Sebuah perusahaan dapat memiliki level kematangan keselarasan strategis TI-bisnis dari level 1 hingga level 5 di mana level 1 merupakan skor kematangan keselarasan strategis yang terendah dan level 5 sebagai level tertinggi [9]. Secara ringkas tolak ukur kematangan keselarasan strategis TI-bisnis dapat dirangkum pada gambar 2. sebagai berikut:

  Level 5 Optimized Level 4 Improved Process

  Level 3 Established Porcess Level 2 Committed Process

  Level 1 Ad Hoc Process Gambar 2. Level Kematangan Penyelarasan Strategis TI-Bisnis

3. METODE PENELITIAN

  Pengambilan data penelitian dilakukan dengan Nilai validitas kuesioner dihitung menggunakan teknik wawancara dan penyebaran kuesioner kepada rumus oleh Lawshe [8] sebagai berikut: para pimpinan bisnis dan TI bank X. Adapun studi literatur dilakukan untuk memperdalam pemahaman

  CVR = Mp

  • – M/2 = (2Mp/M) – 1

  teori dan mendukung dalam aplikasi teori tersebut

  M/2 pada subyek penelitian.

  di mana: Sebelum kuesioner tersebut disebarkan untuk

  CVR: Content Validity Rasio pengambilan data, peneliti melakukan uji validitas dan Mp : banyaknya pakar yang menyatakan sebuah reliabilitas agar kuesioner yang dimaksud dapat butir kuesioner relevan mengukur apa yang ingin diukur dan menghasilkan

  M : jumlah total pakar yang berpartisipasi jawaban yang konsisten jika diisi oleh responden yang Lawshe [8] menyatakan bahwa nilai minimum sebuah berbeda. Uji validitas dan reliabilitas yang dimaksud butir kuesioner dinyatakan valid dengan jumlah total divalidasi oleh 5 pakar dalam bidang sistem informasi. pakar sebanyak 5 orang adalah 0,99. Berikut hasil uji

  Untuk rumus dan hasil uji tersebut akan dijelaskan validitas yang telah dilakukan : sebagai berikut:

  3.1 Uji Validitas

No CVR Interpretasi No CVR Interpretasi

  1 1,0 Valid 15 1,0 Valid 2 1,0 16 1,0

  Valid Valid

  3 1,0 Valid 17 1,0 Valid 4 1,0 Valid 18 1,0 Valid 5 1,0 Valid 19 1,0 Valid 6 1,0 Valid 20 1,0 Valid 7 1,0 Valid 21 1,0 Valid 8 1,0 Valid 22 1,0 Valid 9 1,0 23 1,0

  Valid Valid

  10 1,0 Valid 24 1,0 Valid 11 1,0 Valid 25 1,0 Valid 12 1,0 Valid 26 1,0 Valid 13 1,0 Valid 27 1,0 Valid 14 1,0 Valid

  3.2 Uji Reliabilitas

  Nilai uji reliabilitas kuesioner dihitung menggunakan rumus dari Christman [3] sebagai berikut: di mana: r KR

  20 = koefisien korelasi dengan KR20

  k = jumlah butir soal p = proporsi jawaban benar pada butir tertentu q = proporsi jawaban salah pada butir tertentu (q=1-p)

  2

  s = varians skor total Christman [3] mengatakan bahwa jika nilai r di atas 6,0 maka butir-butir kuesioner dapat dinyatakan reliable. Berikut hasil uji relibilitas yang telah dilakukan:

  No R KR

20 Interpretasi R KR

  20 No Interpretasi 1 1,0 Reliable 1,0

  15 Reliable 2 1,0 1,0

  16 Reliable Reliable 3 1,0 1,0

  17 Reliable Reliable 4 1,0 Reliable 1,0

  18 Reliable 5 1,0 Reliable 1,0

  19 Reliable 6 1,0 Reliable 1,0

  20 Reliable 7 1,0 Reliable 1,0

  21 Reliable 8 1,0 Reliable 1,0

  22 Reliable 9 1,0 1,0

  23 Reliable Reliable 10 1,0 Reliable 1,0

  24 Reliable 11 1,0 Reliable 1,0

  25 Reliable 12 1,0 Reliable 1,0

  26 Reliable 13 1,0 Reliable 1,0

  27 Reliable 14 1,0 Reliable

  Ada dua tahapan proses yang dilakukan untuk kemudian dikonversikan ke dalam sebuah kuesioner mengukur keselarasan strategis TI-bisnis bank X yang berisi 27 butir pertanyaan dan melalui proses yaitu: validasi oleh para pakar. Keseluruhan skor yang

3.3 Pengukuran Keselarasan Strategis

  didapat akan dihitung nilai reratanya untuk tiap-tiap

  TI-bisnis Dengan Metode Van Hout (27

  subdimensi, kemudian setelah didapatkan nilai rerata

  sub dimensi )

  di tiap subdimensi, maka nilai-nilai rerata tersebut Pengukuran keselarasan strategis TI-bisnis di bank X dibuat rerata kembali sehingga didapatkan sebuah skor dilakukan dengan metode Van Hout yang terdiri dari akhir yang menyatakan level kematangan 5 dimensi penentu keselarasan strategis yang dapat penyelarasan strategis TI-bisnis di bank X.

3.4 Identifikasi & Rekomendasi Peluang Pengembangan Dalam Keselarasan Strategis TI-bisnis

  INT-2b 3,80

  2 Persepsi Kontribusi TI

  INT-1b 4,26

  4

  3 Keberadaan Visi TI

  INT-2a 3,60

  3

  4 Komunikasi Visi TI

  3

  INT-1a 3,86

  5 Kesesuaian Alokasi Biaya

  INT-3a 3,27

  3

  6 Kesesuaian Alokasi SDM

  INT-3b 3,23

  3 Skor Keselarasan 3,67

  3 Tabel 1. Skor Keselarasan Strategis TI-bisnis Bank X

  Tabel 2. Skor Dimensi Kehendak dan Dukungan

  3

  Untuk dapat mengidentifikasi dan memberikan rekomendasi bagi pengembangan keselarasan strategis TI-bisnis bank X maka peneliti mendasarkan pada dua hal, yaitu (1) skor keselarasan sub-subdimensi tertentu berdasarkan metode Van Hout [15] secara teoritis adalah masih kurang/belum optimal dan (2) bahwa subdimensi yang dimaksud dinyatakan kurang optimal atau sebagai penghambat keselarasan strategis TI- bisnis/dirasa masih perlu ditingkatkan oleh pihak responden, yang mana pernyataan ini didapatkan dari proses wawancara dengan para responden. Faktor yang kedua (hambatan keselarasan) ini juga menggabungkan pertimbangan teori dari Luftman [9] mengenai enam faktor pemicu dan pengambat keselarasan strategis TI-bisnis. Dari kedua hal itulah rekomendasi peluang pengembangan keselarasan strategi TI-bisnis disusun oleh peneliti, sehingga tidak setiap subdimensi yang secara teoritis (berdasarkan metode Van Hout) belum optimal akan dikelompokkan ke dalam daftar rekomendasi pengembangan keselarasan strategis TI-bisnis di bank

  X. Dengan demikian diharapkan rekomendasi yang diberikan sifatnya realistis sesuai kebutuhan bank X.

  2 Kerjasama TI dan bisnis WOR 4,30

  4. HASIL DAN PEMBAHASAN

  4.1 Skor Kematangan Penyelarasan Strategis TI-bisnis di Bank X

  Hasil pengukuran keselarasan strategis TI-bisnis di bank X berdasarkan data yang telah dikumpulkan menunjukkan bahwa bank X berada di level 3 (established process) dengan skor rerata 3,66 di mana pada level tersebut bank X telah menyelaraskan strategi TI dan strategi bisnis dengan melakukan standarisasi dalam tata kelola, proses-proses dan komunikasi untuk mencapai sasaran bisnisnya. Tabel 1 menunjukkan skor dan level keselarasan strategis secara keseluruhan sementara tabel 2, 3, 4, 5, dan 6 memperlihatkan detil subdimensi yang dinilai berserta skor reratanya berdasarkan metode Van Hout [15] yang digunakan.

  No Dimensi Kode Skor Level

  1 Kehendak dan Dukungan

  INT 3,67

  3

  4

  3 No Dimensi Kode Skor Level

  3 Pertukaran Informasi TI-bisnis SHA 3,50

  3

  4 Proyek dan Perencanaan TI

  IPP 3,30

  3

  5 Performa TI

  IPF 3,55

  3 Skor Keselarasan 3,66

  1 Tujuan Penerapan TI

  No Dimensi Kode Skor Level

  2 Kreatifitas dan Inovasi Departemen TI

  IPP-3a-1 4,4

  4

  4 Inovasi TI

  IPP-3a-2 3,25

  3

  5 Dasar Inisiasi Proyek TI

  IPP-3b 4,125

  4 Skor Keselarasan 3,3

  3 No Dimensi Kode Skor Level

  1 Kepemimpinan Teknologi

  IPF-1a 3,25

  3

  IPF-1b 4,0

  4

  4

  3 Riwayat Kinerja Departemen TI

  IPF-2a 4,38

  4

  4 Persepsi Kebergunaan Produk/Layanan TI

  IPF-2b 3,7

  3

  5 Skema Bonus Bagi Departemen TI

  IPF-3b 3,0

  3 Skor Keselarasan 3,55

  3 Tabel 3. Skor Dimensi Hubungan Kerja TI dan Bisnis

  Tabel 4. Skor Dimensi Pertukaran Informasi Tabel 5. Skor Dimensi Perencanaan dan Proyek TI

  3 Ketepatan Pembuatan Prioritas Proyek TI

  IPP-2 4,0

  1 Kemudahan Akses Komunikasi CIO-CEO WOR-1a-1 4,5

  7 Kerjasama TI-bisnis Dalam Pembuatan Prioritas Proyek WOR-2b 4,43

  4

  2 Frekuensi Komunikasi CIO-CEO WOR-1a-2 4,75

  4

  3 Frekuensi Komunikasi TI-bisnis WOR-1b-1 3,75

  3

  4 Gaya Komunikasi TI-bisnis WOR-1b-2

  4,38

  4

  5 Kehadiran TI Dalam Rapat Bisnis WOR-2a-1 3,75

  3

  6 Derajat Keterlibatan CEO Dalam IT Plans WOR-2a-2 4,5

  4

  3 Skor Keselarasan 4,3

  2 Keselarasan Rencana TI dan Bisnis

  4 No Dimensi Kode Skor Level

  1 Pengetahuan TI Atas Bisnis SHA-1a 3,88

  3

  2 Pengetahuan TI Terkait Tujuan Bisnis SHA-1b-1 4,38

  4

  3 Pengetahuan TI Terkait Rencana Bisnis SHA-1b-2 3,62

  3

  4 Pengetahuan Bisnis Terkait TI SHA-2 3,10

  3 Skor Keselarasan 3,50

  3 No Dimensi Kode Skor Level

  1 Sponsor Proyek TI

  IPP-1 2,0

  2

  Tabel 6. Skor Dimensi Performa TI

4.2 Rekomendasi Pengembangan Keselarasan Strategis TI-bisnis Di Bank X

  Berikut beberapa rekomendasi dalam rangka pengembangan keselarasan strategis TI-bisnis di bank X :  Dokumentasi IT strategic plan yang disesuaikan dengan visi, misi dan rencana strategis perusahaan mengingat visi TI bank X belum cukup jelas atau belum terdokumenasi.

  IT strategic plan ini penting karena IT strategic plan dapat menjadi dasar bagi perencanaan

  sebuah perusahaan dalam investasi dan implementasi TI. Selain itu IT strategic plan bisa dimanfaatkan sebagai tolok ukur kesuksesan implementasi TI pada suatu perusahaan serta meminimalkan resiko-resiko yang mungkin timbul dari adanya implentasi TI [1].  Peningkatan posisi yang lebih strategis untuk departemen TI, agar departemen bisa diikutkan dalam penjadwalan proyek dan pemahaman

  business plans bank X yang selama ini kerap

  menimbulkan permasalahan kurang optimalnya IT support akibat dari kurangnya keterlibatan dalam steering committee proyek TI dan rapat-rapat pengambilan keputusan atau pendiskusian business plan bank X.  Peningkatan pengetahuan terkait TI di kalangan bisnis, agar kalangan bisnis mampu mengeksploitasi potensi TI lebih jauh bagi keunggulan kompetitif perusahaan, lebih baik lagi dalam menyusun requirement proyek bersama dengan kalangan TI karena faktor perbedaan background keilmuan, lebih mampu menjustifikasi sebuah proyek TI dalam konteks menyeimbangkan antara modal yg

  Untuk meningkatkan pengetahuan tersebut cara yang dapat dilakukan adalah dengan berbagai pelatihan terkait TI untuk kalangan bisnis atau kewajiban pemahaman terhadap ranah TI sampai batas tertentu ketika bank X mengangkat seorang manajer baru [15].  Skema bonus yang lebih menarik untuk departemen TI. Beberapa teori motivasi seperti teori oleh Herzber dalam Schwalbe [12] dan French and Raven dalam Schwalbe [12] menunjukkan bahwa insentif yang lebih menarik akan meningkatkan motivasi kerja seseorang meski tidak mutlak pemicunya hanya berupa nominal uang. Selain itu menurut Luftman [9] kompensasi finansial adalah salah satu bentuk program retensi untuk mengantisipasi tingginya turnover di kalangan professional TI yang dapat berpengaruh pada keselarasan strategis TI-bisnis. Peluang pengembangan bisa dilakukan dengan memberikan penghargaan lebih kepada departemen TI jika dimungkinkan, sebagai pendorong motivasi kerja dan untuk lebih mengikat profesional TI dalam perusahaan yang bersangkutan.

  5. KESIMPULAN DAN SARAN

  5.1 Kesimpulan

  Berdasarkan hasil dan pembahasan serta data penelitian yang telah diperoleh maka peneliti mengambil kesimpulan atas penelitian ini sebagai berikut:  Penelitian ini menunjukkan bahwa bank X dalam konteks keselarasan strategis TI-bisnis berada di level 3 (established process) dengan skor rerata akhir 3,66 yang berarti bahwa bank

   Dari kelima dimensi yang diukur (mengacu pada metode Van Hout) maka subdimensi sponsor proyek TI (IPP-1) memperoleh skor terkecil yaitu 2,0, sedangkan subdimensi frekuensi komunikasi CIO-CEO (WOR-1a-2) memperoleh skor terbesar yaitu 4,30.

  SI/TI Strategy And Business Strategy Alignment On Business Performance In The Palestinian Firns . (Master Thesis). An-Najah

   Penggunaan metode Van Hout [15] memungkinkan munculnya peluang pengembangan dalam kerjasama TI-bisnis di bank X karena dimensi-dimensi dalam metode tersebut menjabarkan aspek-aspek apa saja yang berpengaruh dalam relasi TI-bisnis di sebuah lembaga keuangan.

  National University [6] Gartland, J., dan Shanks, G. (2007). The

  Pemerintah Daerah DKI Jakarta) .

  Yogyakarta: STMIK AMIKOM. Diakses 14 Maret 2015. [2] Arafat, M. (2007). Strategic Alignment

  Between IT And Business Strategy.

  (Dissertation Thesis). Unversity of Nottingham. p. 1. [3] Christman, E., P. (2009). Interpreting

  Assessement Data: Statistical Techniques That You Can Use . NSTA Press

  [4] Ekstedt, dkk. (2005). An Organization-Wide

  Approach for Assessing Strategic Business and IT Alignment . PICMET proceeding,

  pp. 1-20, 2005 [5] Helaly, Mohammad. (2012). The Impact of

5.2 Saran

   Metode Van Hout [15] mengukur keselarasan strategis via komunikasi dan belum mempertimbangkan aspek fleksibilitas infrastruktur TI seperti pada metode Luftman [9] yang sudah cukup populer. Hal ini menjadi peluang bagi peneliti lain untuk mengembangkan metode yang bersangkutan dengan menggabungkan dengan metode- metode lain sehingga aspek-aspek yang diukur dapat semakin bersifat komprehensif.

  (Master Thesis). University of Goteborg. p.

  Business And Information Technology Strategy In The Financial Services Sector In

  [14] Thachkrah, James. (2008). The Alignment Of

  International Conference on Enterprise Sytems, Accounting and Logistic

  Exploratory Study On Strategic Alignment Of Enterprise Systems And Business Strategies, Performance And Flexibility . 7 th

  Sixth Edition [13] Taskin, N., dan Verville, J. (2010). An

  Information Technology Projects . REVISED

  24. [12] Schwalbe, Kathy. (2011). Managing

  Pretoria. p. 4 [11] Shamekh, R, F. (2008). Business-IT Strategic Alignment Concept In Theory And Practice.

  Alignment Of Business And Information Technology Strategy In Australia .

  Alignment/Fit Between Business Strategy And Maintenance Strategy In Industries In South Africa . (Master Thesis). University of

  Prentice Hall: New Jersey [10] Mateko, S, N. (2010). The Nature Of

  Information Technology Resource . Pearson

  Blackwell Publishing Limited [9] Luftman, N., J. (2004). Managing The

  University of London, UK. [8] Lawshe, H., C. (1975). Personel Psychology.

  of Information Technology on the Banking Industry: Theory and Empirics . Queen Mary,

  Berdasarkan penarikan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah didapatkan maka peneliti dapat memberikan saran-saran di antaranya:  Metode Van Hout [15] masih belum divalidasi untuk dapat digunakan dalam mengukur keselarasan strategis TI-bisnis di industri lain seperti retail, manufaktur, kesehatan dan-lain- lain, di luar industri keuangan. Oleh karena itu ada peluang bagi peneliti lain untuk melakukan hal tersebut sehingga penggunaan metode Van Hout bisa semakin meluas.

  Australasians Journal Of Information System, Vol. 14, No. 2, June 2007

  [7] Ho, S., J., & Mallick, S. K. (2006). The Impact