KONDISI SELF DISCLOSURE Gusmawati1 , Taufik2 , Ifdil3
ISSN Cetak: : 2337-6740 -
ISSN Online: 2337-6880 http://jurnal rnal.konselingindonesia.com Volume 4 No
4 Nomor 2, Juni 2016, Hlm 92-97
Info Artikel: Diterima 01/06/2016 Direvisi 24/06/2016 Dipublikasikan 30/06/2016
KONDISI SELF DISC SCLOSURE MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONS SELING
1
2
3 Gusmawati , Taufik , Ifdil
- ) Jurusan Bimbingan dan Konse seling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padan ang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan n untuk mengidentifikasikan kondisi self disclosure m mahasiswa Bimbingan dan Konseling g berdasarkan dimensi keluasan dan kedalaman. Jenis pen enelitian ini adalah penelitian deskript ptif dengan metode kuantitatif. Instrumen yang digunaka akan adalah Inventori Pengukuran Self elf Disclosure Mahasiswa (IPSDM), dengan Sampel seb ebanyak 85 orang mahasiswa mengg ggunakan teknik Simple Random Sampling. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa, , 1) Sebanyak 55,29% mahasiswa Bimbingan dan K Konseling memiliki kondisi keluasan an self disclosure pada kategori tidak luas dan dilihat pa pada target
person menunjukkan bahw hwa ibu merupakan target person pertama dan paling bany nyak dipilih
responden penelitian (72,1 ,16%), 2) Sebanyak 38,82% mahasiswa Bimbingan dan K Konseling memiliki kondisi kedala alaman self disclosure pada kategori sedang. Penel nelitian ini merekomendasikan mahas asiswa Bimbingan dan Konseling, agar dapat memper perluas dan memperdalam kemampuan an melakukan self disclosure dan perlu pelayanan Bimbi bingan dan Konseling untuk mempe perluas dan memperdalam kemampuan dalam melaku kukan self disclosure .
Self disclosure , Mahas asiswa Keyword: Copyright © 2016 IICET (Padang - Indones Indonesia) - All Rights Reserved Indonesian Institute for Counseling, Educatio Education and Theraphy (IICET) PENDAHULUAN
Hubungan antar pribadi ya yang sehat ditandai oleh keseimbangan pengungkapan diri ri atau self disclosure yang tepat. Self disclosure yaitu u saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan prib ribadi, dan perasaan- perasaaan yang tidak diketahui ba bagi orang lain, dan umpan balik berupa verbal dan respon- -respon fisik kepada orang dan/ atau pesan-pesan mer ereka di dalam suatu hubungan (Budyatna, M & Ganiem em, L. M, 2011: 40). Mahasiswa Bimbingan dan Kon onseling sangat memerlukan self disclosure dalam pros oses konseling yang dilakukannya. Wisnuwardhani, D D & Mashoedi, S. F (2012: 50) menyatakan bahwa p pada umumnya self
disclosure bersifat saling berbalas las (reciprocal) dan menurut Dindia (dalam Wisnuwardha hani, D & Mashoedi,
S. F, 2012: 50) bila konselor terb rbuka maka akan menstimulasi klien untuk juga terbuka. D . Dengan keterbukaan tersebut maka permasalahan yang ng dikemukakan dalam konseling dapat teratasi.
Selain itu Wrightsman (da (dalam Hidayat, D, 2012: 106) menjelaskan bahwa peng ngungkapan diri (self
disclosure ) adalah proses meng nghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan mem mbagi perasaan dan
informasi dengan orang lain. D Dapat disimpulkan bahwa self disclosure merupakan pr proses berbagi yang dilakukan oleh seseorang kepada da orang lain tentang berbagai hal dan informasi yang ter terkait dirinya dalam bentuk komunikasi.
Berdasarkan penelitian Sa Sari, R. P, dkk (2010: 21) terhadap 346 orang mahasis iswa tahun pertama, didapatkan hasil pengungkapan d diri (self disclosure) mahasiswa hanya berada pada kateg tegori rendah sampai sedang dan pengungkapan diri ri mahasiswa pria lebih rendah dari mahasiswa wanita ita. Selanjutnya dari penelitian yang dilakukan oleh Ifd Ifdil, dkk (2013) diperoleh hasil bahwa 29% mahasiswa ber erada dalam kategori tingkat self disclosure sedang dan an 36,2% mahasiswa berada dalam kategori tingkat self disc isclosure rendah.
Hasil observasi yang pene neliti lakukan selama perkuliahan, didapati bahwa mahasis siswa Bimbingan dan Konseling cenderung kesulitan da dalam membuka diri. Diantaranya ada yang tidak mau be bercerita tentang diri dan kehidupan mereka sendiri k kepada teman sesama mahasiswa, ada diantara mereka a yang menutup diri dalam pergaulan sehingga hanya ya berteman dengan orang sama dari waktu ke waktu, ad ada juga yang ketika memiliki masalah memilih untuk k menyendiri dan hanya dapat terbuka dalam kelompok ter tertentu misalnya ada
Selanjutnya dari hasil stud tudi awal, didapatkan hasil bahwa delapan dari dua belas las orang mahasiswa tersebut kesulitan dalam melaku kukan pengungkapan diri (self disclosure) dengan berba rbagai pertimbangan, diantaranya ada yang takut berk rkonsultasi dengan dosen pembimbing terkait masalah y yang dialami dalam proses perkuliahan, ada yang tak takut dicemoohkan teman, takut teman tidak dapat mene nerima kondisi yang sebenarnya dan berbagai alasan la lainnya.
METODELOGI PENELITIAN N
Penelitian ini menggunak akan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. P . Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Bimbi bingan dan Konseling yang terdaftar pada tahun ajaran n 2015/2016 dengan perolehan sampel sebanyak 85 ora orang dengan penarikan sampel dalam penelitian mengguna nakan simple random
sampling . Data dianalisis dengan an menggunakan teknik analisis deskriptif dan kemudian an ditetapkan kriteria
penetapan masing-masing data ya yang diperoleh dengan menggunakan mean hypothetic.HASIL DAN PEMBAHASAN P PENELITIAN
Berdasarkan pengolahan data mak aka dikemukakan hasil penelitian sebagai berikut,
1. ahasiswa Bimbingan dan Konseling Keluasan self disclosure ma
Gambaran keluasan se self disclosure mahasiswa Bimbingan dan Konseling dapa pat dilihat pada tabel 1 berikut,
Tabel 1
Ko Kondisi Keluasan Self Disclosure Mahasiswa
Bimbingan dan Konseling Secara Umum
n = 85
No o Kategori Interval Skor f %
≥
1 Luas
26 6 7,06
2 Sedang ≥ 16 s/d < 26 32 37,65
3 Tidak Luas <16 47 55,29 Data pada tabel 1 m menampilkan kondisi keluasan self disclosure mahasisw iswa Bimbingan dan
Konseling secara umum. Seb ebanyak 55,29% mahasiswa memiliki kondisi keluasan s self disclosure pada kategori tidak luas, sebanyak ak 37,65% mahasiswa memiliki kondisi keluasan self disclo pada kategori
closure
sedang, dan sebanyak 7,06% mahasiswa memiliki kondisi keluasan self disclosure pad ada kategori luas. Hal ini menunjukkan bahwa kon ondisi keluasan self disclosure mahasiswa Bimbingan da dan Konseling pada umumnya berada pada ketego gori tidak luas.
Selanjutnya keluasan n self disclosure yang dilihat dari target person terpap apar pada gambar 1 berikut,
Gambar 1. Target p person self Disclosure Mahasiswa Bimbingan dan Kon onseling
Data pada gambar 1 1 menunjukkan secara keseluruhan perolehan dari target et person mahasiswa Bimbingan dan Konseling da dalam melakukan self disclosure. Sebanyak 72,16% mahasi asiswa memilih target
person Ibu yang menunjukka kan bahwa ibu merupakan target person pertama dan terb erbanyak dipilih oleh
mahasiswa Bimbingan dan K Konseling dalam melakukan self disclosure, selanjutny tnya peringkat kedua sebanyak 55,49% mahasiswa wa memilih Sahabat sebagai target person, yang ketiga ga sebanyak 35,69% mahasiswa memilih target per erson Bapak.
Hasil penelitian menu nunjukkan bahwa kondisi keluasan self disclosure mahasis siswa Bimbingan dan Konseling pada umumnya be berada pada ketegori tidak luas dan ibu merupakan target p person pertama dan paling banyak dipilih oleh h mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Hal tersebut m menunjukkan bahwa mahasiswa Bimbingan dan K Konseling belum mampu membuka diri kepada berbaga gai target person dan lebih terbuka kepada Ibu, ka karena Ibu merupakan sosok yang paling dekat dan palin ling dapat dipercaya.
Sesuai dengan yang dikemuk ukakan oleh Gainau, M. B (2009: 6), self disclosure yang ng dalam, diceritakan kepada orang-orang yang me emiliki kedekatan hubungan (intimacy). Selanjutnya, Taylo ylor, S. E, dkk (2012: 337) menyatakan, orang cend nderung membuka informasi personal kepada orang yang d dipercayainya.
Keluasan self disclos osure mahasiswa Bimbingan dan Konseling jika dilihat d t dari masing-masing topik (a) Sikap dan opini, i, berada pada kategori sedang. (b) Selera dan Minat, ( (c) Pendidikan, (d) Keuangan, (e) Kepribadian, d , dan (f) Fisik, berada pada kategori tidak luas. Hal ini m menunjukkan bahwa untuk topik sikap dan opini ni mahasiswa Bimbingan dan Konseling memiliki self di disclosure lebih luas dibandingkan dengan topik-to topik yang lain.
Hasil tersebut menunj njukkan bahwa keluasan self disclosure mahasiswa Bimbin bingan dan Konseling tergantung dari topik yang g dikemukakan. Jourard (dalam Ifdil, 2013: 113) men engemukakan bahwa seseorang dalam mengungk gkapkan diri perlu mengetahui isu/topik dari self disc yang akan
isclosure
disampaikan. Selanjutnya, Ifd Ifdil (2013: 112) mengemukakan keluasan berkaitan deng ngan siapa seseorang mengungkapkan dirinya (targ arget person) seperti orang yang baru dikenal, teman biasa asa, orangtua/saudara dan teman dekat.
Sementara untuk targ arget person pada masing-masing topik yaitu, (a) Sikap d p dan opini, memilih Sahabat sebagai target perso dalam melakukan self disclosure. (b) Selera dan M Minat, memilih Ibu
rson
sebagai target person dalam m melakukan self disclosure. (c) Pendidikan, memilih Ibu se sebagai target person dalam melakukan self disclos osure . (d) Keuangan, memilih Ibu sebagai target person da dalam melakukan self
disclosure . (e) Kepribadian, m , memilih Sahabat sebagai target person dalam melakukan an self disclosure. (f) Fisik, memilih Ibu sebagai tar target person dalam melakukan self disclosure.
Hal tersebut menunju jukkan bahwa untuk masalah dalam hal sikap dan opini, da dan juga kepribadian, mahasiswa Bimbingan dan n Konseling memilih Sahabat sebagai target person dala alam melakukan self
disclosure . Sedangkan untu tuk masalah terkait selera dan minat, pendidikan, keu keuangan, dan fisik, mahasiswa Bimbingan dan n Konseling Ibu sebagai taget person dalam melakuka kan self disclosure.
Tergambar di sini, berbeda to topik permasalahan berbeda juga target person-nya.
Hasil tersebut diduku kung oleh pendapat Gainau, M. B (2009: 2) yang meny nyatakan, umum dan khususnya individu menginf informasikan dirinya tergantung kepada siapa yang hen endak diajak bicara. Selanjutnya Wisnuwardhani, i, D & Mashoedi, S. F (2012: 50) menyatakan bahwa seiri iring dengan semakin akrabnya sebuah hubungan, m , maka pengungkapan diri (self disclosure) akan semakin se sering dan mendalam yang menandai kedekatan ata tau keintiman hubungan yang ada.
2. mahasiswa Bimbingan dan Konseling Kedalaman self disclosure m
Berdasarkan kriteria a pengolahan data yang telah dibuat, dapat digambarkan n kondisi kedalaman
self disclosure mahasiswa Bim imbingan dan Konseling pada tabel 2 berikut,
Tabel 2
Ko ondisi Kedalaman Self disclosure Mahasiswa
Bimbingan dan Konseling Secara Umum
n = 85
No Kategori Interval Skor f %
≥
1 Sangat Dalam S 179 9 10,59 ≥
2 D Dalam 167 s/d < 179 20 23,53 ≥
3 Sedang S 155 s/d < 167 33 38,82 ≥
4 R Rendah 143 s/d < 155 16 18,82
5 S Sangat Rendah < 143 7 8,24 Data pada tabel 2 m menampilkan kedalaman kondisi self disclosure mahasisw iswa Bimbingan dan
Konseling secara umum. Seb ebanyak 38,82% mahasiswa memiliki kedalaman self disclo closure pada kategori sedang, 23,53% mahasiswa m memiliki kedalaman self disclosure pada kategori dalam, , 18,82% mahasiswa memiliki kedalaman self disc isclosure pada kategori rendah, 10,59% mahasiswa memi miliki kedalaman self
disclosure pada kategori sang ngat dalam, dan 8,24% mahasiswa memiliki kedalaman s self disclosure pada kategori sangat rendah. Hal al ini menunjukkan bahwa kedalaman kondisi self disc isclosure mahasiswa Bimbingan dan Konseling pad pada umumnya berada pada kategori sedang.
Hasil penelitian menu nunjukkan bahwa secara keseluruhan kebanyakan mahasis siswa Bimbingan dan Konseling memiliki kedalama man kondisi self disclosure dalam kategori sedang. Hal ters ersebut membuktikan bahwa kemampuan mahasisw iswa Bimbingan dan Konseling untuk melakukan self disc sclosure berada pada kategori sedang.
Untuk melihat lebih r h rinci mengenai kondisi self disclosure mahasiswa Bimbin ingan dan Konseling, berikut akan dideskripsikan s sesuai dengan enam topik yang telah diteliti dan ditetapka kan sebagai indikator yaitu, a. Untuk self disclosure sik ikap dan opini, kebanyakan mahasiswa berada pada kategor ori dalam.
b. Untuk self disclosure sele elera dan minat, pada umumnya berada pada kategori dalam am.
c. Untuk self disclosure pen endidikan, kebanyakan mahasiswa berada pada kategori ren rendah.
d. Untuk self disclosure keu euangan, kebanyakan mahasiswa berada pada kategori seda dang.
e. Untuk self disclosure kep epribadian, kebanyakan mahasiswa berada pada kategori se sedang.
f. Untuk self disclosure fisi isik, kebanyakan mahasiswa berada pada kategori sedang.
Pemaparan tersebut t membukti-kan bahwa untuk self disclosure sikap da dan opini, dan self
disclosure selera dan minat, at, kebanyakan mahasiswa Bimbingan dan Konseling be berada pada kategori
dalam. Untuk self disclosure keuangan, self disclosure kepribadian, dan self disclosure ure fisik, kebanyakan mahasiswa Bimbingan dan K n Konseling berada pada kategori sedang. Sedangkan un untuk self disclosure pendidikan, kebanyakan maha ahasiswa Bimbingan dan Konseling berada pada kategori re rendah.
Terlihat bahwa, kond ndisi self disclosure mahasiswa Bimbingan dan Konselin ling dipengaruhi oleh inikator atau topik permasala lahan yang diceritakan. Berbeda topik permasalahan berbe beda pula kondisi self
disclosure nya. Sehingga ada da kalanya pada topik tertentu mahasiswa Bimbingan dan K n Konseling memiliki self disclosure yang dalam, , ada kalanya memiliki self disclosure yang sedang dan an ada kalanya juga
memiliki self disclosure yang ng rendah.
Hal tersebut Menuru rut Devito, J. A (2011: 67) terjadi karena, seseorang aka kan lebih cenderung membuka diri (melakukan sel self disclosure ) tentang topik tertentu dari pada topik yang g lain. Artinya dalam melakukan self disclosure m mahasiswa Bimbingan dan Konseling juga memperha hatikan berbagai hal sehingga terdapat perbedaan an dari kondisi self disclosure yang dilakukan sesuai den engan indikator atau topik permasalahan yang akan kan diungkapkan.
Mahasiswa Bimbinga gan dan Konseling yang nantinya akan menjadi seorang ng guru BK ataupun Konselor, perlu untuk menin ingkatkan kemam-puannya dalam melakukan self disclosu sure . Jourard (dalam Devito, J. A, 2011: 67) me mengemukakan bahwa self disclosure (pengungkapan diri) iri) merupakan faktor penting dalam konseling d dan psikoterapi. Jourard juga mengatakan bahwa s seseorang mungkin membutuhkan bantuan kons nseling dan psikoterapi karena orang tersebut tidak p pernah sebelumnya melakukan self disclosure (m membuka diri kepada orang lain) secara memadai.
Kemampuan self di disclosure mahasiswa Bimbingan dan Konseling nant antinya akan sangat mempengaruhi proses konsel seling yang akan dilakukan-nya. Mahasiswa Bimbingan d dan Konseling yang memiliki self disclosure yang ng dalam, akan mampu menjalankan sesi konseling dengan an baik, karena dalam proses konseling ada hubung ngan timbal balik. Menurut Wisnuwardhani, D & Mashoed oedi, S. F (2012: 50), pada umumnya self disclosu sure bersifat saling berbalas (reciprocal), bila yang satu t terbuka, maka akan menstimuasi yang lainnya u untuk terbuka juga. Artinya jika mahasiswa Bimbing ngan dan Konseling memiliki self disclosure yan yang dalam maka akan mampu menstimulasi klien unt ntuk melakukan self disclosure dalam proses kons nseling nantinya.
LIMITASI PENELITIAN Pada prinsipnya, penelitian ian ini telah dilaksanakan dengan mengacu pada metode da dan prosedur ilmiah.
Namun, penelitian ini memiliki be beberapa keterbatasan seperti berikut ini:
1. Penelitian ini tidak dapat dig igeneralkan kepada seluruh angkatan mahasiswa Bimbing ingan dan Konseling, karena keterbatasan. Namun n secara khusus jumlah sampel sudah sesuai dengan p prosedur penarikan sampel.
2. Sampel dalam penelitian ini ti tidak dibedakan berdasarkan tahun masuk, jenis kelamin m maupun kompetensi yang dimiliki mahasiswa Bimb mbingan dan Konseling.
3. Fokus penelitian ini hanyalah h pada dua dimensi dari self disclosure, yaitu keluasan dan an kedalaman terkait enam topik dalam indikator pe penelitian, hal ini berarti belum semua aspek self disclosu mahasiswa yang
sure
diteliti. Perlu penelitian lebih h lanjut untuk mengungkap aspek-aspek lain dari self discl closure , baik melihat perbedaannya, maupun meliha hat hubungannya dengan variabel lain.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilak akukan maka dapat disimpulkan, sebagai berikut.
1. Keluasan self disclosure ma mahasiswa Bimbingan dan Konseling pada umumnya be berada pada kategori tidak luas dan pada target et person menunjukkan bahwa Ibu merupakan target per person pertama yang banyak dipilih mahasiswa, t , target person kedua adalah Sahabat dan target person ke ketiga adalah Bapak. Jika dilihat dari segi topik ya yang disampaikan kondisi keluasan self disclosure mahasis siswa Bimbingan dan Konseling terkait masalah s sikap dan opini berada pada kategori sedang, sementar ara untuk lima topik lainnya yaitu, selera dan m minat, pendidikan, keuangan, kepribadian dan fisik kon ondisi self disclosure berada pada kategori tidak lu luas.
2. Kedalaman self disclosure mahasiswa Bimbingan dan Konseling keba-nyakan be berada pada kategori sedang. Kedalaman self discl sclosure mahasiswa Bimbingan dan Konseling berdasar-kan an indikator yaitu, a. Self disclosure terkait den dengan sikap dan opini, kebanyakan mahasiswa berada pa pada kategori dalam, artinya terkait masalah sik sikap dan opini mahasiswa Bimbingan dan Konseling mam ampu melakukan self secara mendala alam.
disclosure
b. Self disclosure terkait den engan selera dan minat, kebanyakan mahasiswa berada pa pada kategori dalam, artinya terkait masalah sel selera dan minat mahasiswa Bimbingan dan Konseling mam ampu melakukan self
disclosure secara mendala alam.
c. Self disclosure terkait d dengan pendidikan, kebanyakan mahasiswa berada pad ada kategori rendah, artinya terkait masalah pe pendidikan mahasiswa Bimbingan dan Konseling kurang g mampu melakukan
self disclosure secara men endalam.
d. Self disclosure terkait den engan keuangan, kebanyakan mahasiswa berada pada kateg tegori sedang, artinya terkait masalah keuanga gan mahasiswa Bimbingan dan Konseling cukup mamp mpu melakukan self
disclosure secara mendala alam.
e. Self disclosure terkait de dengan kepribadian, kebanyakan maha-siswa berada pad ada kategori sedang, artinya terkait masalah ke kepribadian mahasiswa Bimbingan dan Konseling cukup m p mampu melaku-kan
self disclosure secara men endalam.
f. Self disclosure terkait de dengan fisik, kebanyakan mahasiswa berada pada kateg egori sedang, artinya terkait masalah fisik mah ahasiswa Bimbingan dan Konseling cukup mampu melaku kukan self disclosure secara mendalam.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka ka peneliti mengemukakan beberapa saran, sebagai berikut ut.
1. Ketua Jurusan Bimbingan da dan Konseling, disarankan agar dapat menyelenggarakan n kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling u untuk dapat memperluas dan memperdalam kemampu uan self disclosure mahasiswa Bimbingan dan K Konseling.
2. Mahasiswa Bimbingan dan K Konseling, disarankan agar dapat memperluas dan memper erdalam kemampuan melakukan self disclosure y yang nantinya akan sangat berguna dalam profesi seba bagai guru BK atau Konselor dimasa yang akan d datang.
DAFTAR PUSTAKA
Budyatna, M & Ganiem, L. M. ( (2011). Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Kenca ncana Prenada Media Group. Devito, J. A. (2011). Komunikas asi Antar Manusia Edisi Kelima. Alih Bahasa: Ir. Agus us Maulana, M.S.M.
Tanggerang: Karisma Publ blishing Group. Gainau, M. B. (2009). Keterbuka kaan Diri (Self Disclosure) siswa dalam perspektif buday aya dan implikasinya dalam konseling. Jurnal Ilm Ilmiah Widya warta, 33(1), 95-12.
Hidayat, D. (2012). Komunikasi A i Antar Pribadi dan Medianya. Yoyakarta: Graha Ilmu. Ifdil., Ardi, Z., Bariyyah, K., Hari ariko, R., & Solina, W. (2013). Tingkat Self Disclosure Ma ahasiswa Bimbingan dan Konseling. Prosiding g Konvensi Nasional BK XVIII. Denpasar Bali, 14 s.d 1
16 November 2013. Profesi Konseling Bermart artabat dalam Masyarakat Multikultural dan Modern. Ifdil, I. (2013). Konsep Dasar Se Self Disclosure dan Pentingnya Bagi Mahasiswa Bimbing ngan Dan Konseling.
Pedagogi , 13(1), 110-117. Sari, R. P., Andayani, T. R., & & Masykur, A. M. (2010). Pengungkapan diri mahasis siswa tahun pertama universitas diponegoro dit ditinjau dari jenis kelamin dan harga diri. Jurnal Psikologi U i Undip , 3(2), 11-25. Taylor, S. E., Peplau, L. A., dan n Sears, D. O. (2012). Psikologi Sosial Edisi Kedia Belas as . Terjemahan Oleh
Tri Wibowo B.S. Jakarta: a: Kencana Prenada Media Group. Wisnuwardhani, D & Mashoedi, S i, S. F. (2012). Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba H Humanika.