DOI: 10.24014jush.v26i1.4542 METODE KALAM IBN RUSYD (KRITIK ATAS METODE MUTAKALLIMIN) Afrizal M,

DOI: 10.24014/jush.v26i1.4542 METODE KALAM IBN RUSYD

(KRITIK ATAS METODE MUTAKALLIMIN)

1 1 1 Afrizal M, 2 Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB

1 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia

2 Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Indonesia afrizal.m@uin-suska.ac.id

Abstract

The study of the method of kalam discusses the sources and measures that are taken to overcome the problems of the theology of Islam in a proper manner in order to maintain the belief of the ummah (Islam followers). According to Ibn Rusyd, the foundation of belief is nash (the holy Qur’an and the Sunnah), but experts in the theology of Islam cannot use the Qur’anic texts literally only when a clash between nash and logis take place. In this case, an effort is made by describing the approach of every ideology so that the strengths and weaknesses of their arguments are clearly seen. In this case, how Ibn Rusyd is concerned with the theology issues to maintain the belief of the ummah is very noticeable. In fact, through his brilliant thought Ibn Rusyd with his good policy has succeeded in dealing with the theology of Islam very wisely in such a condition where the ummah tend to be discriminative.

Keywords: Kalam, Theology of Islam, Ibn Rusyd

Abstrak

Kajian metode kalam mendiskusikan sumber dan langkah-langkah yang ditempuh untuk memecahkan persoalan kalam dengan baik untuk memelihara akidah umat. Menurut Ibn Rusyd dasar akidah adalah nash, tetapi para mutakallim tidak dapat memakai teks nash secara harfiah saja bila terjadi benturan nash dengan logika. Ini dilakukan dengan mendiskripsikan pendekatan setiap aliran kalam agar jelas kekuatan dan kelemahan argumentas setiap aliran. Dari sini kelihatan bagaimana Ibn Rusyd mendudukkan persoalan ini dalam memelihara akidah umat. Ternyata melalui ketajaman berpikir yang diimbangi dengan kebijakan yang tepat, Ibn Rusyd berhasil mendudukkan persoalan kalam secara tepat dalam kondisi umat yang cenderung diskriminatif.

Kata Kunci : Kalam, Teologi Islam, Ibn Rusyd

Pendahuluan

filsafat hampir mati di kalangan Sunni di dunia Mungkin banyak orang memiliki persepsi Islam bagian Timur, Ibn Rusyd datang membela bahwa nama Ibn Rusyd lebih dikenal sebagai

sehingga ruh filsafat hidup kembali yang ditulis filosof disebabkan pembelaannya terhadap 1 dalam bukunya Tahafut al-Tahafut. Bagi Eropa,

filsafat dari serangan al-Ghazali. Ketika al- Ghazali mengritik filosof habis-habisan, sehingga

1 Begitu berambisi mengritik filsafat, al-Ghazali benar-benar

J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 95

Ibn Rusyd (Averois) memiliki pengaruh tersendiri Dalam sejarah pemikiran Islam, terdapat karena pengembangan dan kemajuan ilmu yang

lima metode kalam yang digunakan untuk dicapai saat ini tidak terlepas dari Ibn Rusdy. memecahkan persoalan keyakinan umut Islam. Pola pikir filosofis yang dibawa Ibn Rusyd sudah

Kelima metode itu ialah, metode filosofis, metode membangkitkan kesadaran akan ketertinggalan, semi filsafat, metode keseimbangan, metode sekaligus memicu mereka untuk bangkit menguasai

tradisional, dan metode di luar yang lima itu ilmu pengetahuan dan teknologi.

yang saya sebut metode salaf. Kelima metode Selain itu, Ibn Rusyd menguasai bidang fikih,

ini telah dijalan oleh figur masing-masing tokoh dibuktikan dengan karyanya Kitab Bidayah al-

kalam. Ibn Rusyd dengan metode kalam mencoba Mujtahid. Tetapi tidak banyak orang tahu bahwa

mempertemukan semua metode yang berbeda itu ia juga menguasai bidang teologi yang ditulisnya

untuk memberikan pemahaman bahwa perbedaan dalam buku Manahij al-Adillah fi `Aqaid al-

yang terdapat dalam kalam bukan substansi, tetapi Millah. 2 Ini mungkin disebabkan karyanya itu persepsi, yang itu tidak merusak akidah.

tidak banyak dijumpai terutama di Indonesia. Dalam bukunya ini ia menguraikan pemikirannya

Metode-metode Kalam

tentang kalam secara luas dan kritiknya terhadap Kalam secara etimologis berasal dari bahasa

beberapa metode kalam lain. 5 Arab kalama yang berarti perkataan. Ilmu kalam, Karena minimnya kajian kalam Ibn Rusyd –

sama dengan Ilmu Tauhid, Ilmu Aqa’id, Ilmu padahal pendangannya tentang ini sangat brilian

Ushuluddin, dan Teologi Islam yang membahas – maka ini pulalah yang menjadi dasar tulisan itu

tentang dasar-dasar keimanan. Semuanya dihadirkan. Persoalan yang diangkat Ibn Rusyd

mengkaji keesaan Allah, sedangkan perbedaannya dalam bidang kalam cukup banyak. Selain metode

terletak pada penekanan. Penekanan Ilmu kalam, ia menguraikan persoalan wujud Allah,

Tauhid, bagaimana sesungguhnya keesaan sifat-sifat Allah, keesaan Allah, keadilan Tuhan,

Allah, penekanan Ilmu Aqa’id, manusia harus hari kiamat, serta rasul dan wahyu. 4 Karena terlalu

mengikatkan dirinya pada keesaan Allah, banyak tidak mungkin semua itu dibicarakan penekanan Ilmu Ushuluddin bahwa keesaan Allah dalam artikel yang terbatas ini. Oleh sebab itu,

sebagai dasar agama, penekanan ilmu kalam pada fokus tulisan ini adalah membicarakan metode sifat dialogisnya dan Teologi Islam adalah istilah kalamnya saja. 6 yang berasal dari luar Islam.

Kata method (Inggris), methodos (Yunani)

dalam Oxford Advenced Leaner’s Dictionary,

mempersiapkan diri dengan terlebih dahulu mengkaji fisafat

adalah 7 particular way of doing yang berarti

secara mendalam, sehingga persiapan itu menghasilkan buku

“Maqasid al-Falasifah” inti sari filsafat. Setelah itu al-Ghazali

cara kerja melakukan sesuatu, atau jalan yang

mengkritik filsafat habis-habisan yang dituangkan dalam buku “Tahafut al-Falasifah”. Ibn Rusyd juga seorang dokter, dan ia

ditempuh. Secara terminologi metode adalah cara

menulis buku al-Kulliah fi al-Thib (Garis-garis Besar Ilmu

kerja yang teratur digunakan untuk memahami

Kedokteran) yang kemudian menjadi pelajaran penting di Eropa. Dia juga menulis tentang astronomi, tetapi naskah Arabnya telah

5 Selain berkata, kalama juga bermakna melukai. Secara majazi hilang, yang masih tinggal dalam bahasa Ibrani, sayangnya buku

perkatan seseorang memang dapat melukai hati dan perasaan tidak sampai kepada kita.

Kamus al-Bisri, Indonesia-Arab, Arab- Hadariansyah, “Warisan Intelektual Ibn Rusyd dalam Pemikiran

orang lain. Adib Bisri,

Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), 642. Teologi Islam,” Jurnal Ushuluddin 12, no. (2013): 124. Lihat

6 Istilah theologi berasal dari istilah Kristen, Theologia yang juga Ahmad Fuad al-Ahwani, Filsafat Islam, terjemahan

berarti ilmu tentang Tuhan. Orang Indonesia ada yang merasa (Jakarta: Pustaka Firdaus 1985), 86.

bangga menggunakan istilah Barat, padahal sebenarnya hal itu

3 Ali Mashar, “Falsafah Kalam Ibn Rusyd”, Jurnal Tribakti 24, kurang tepat. Agar tidak sama dengan kepercayaan Kristen,

no. 1 (2013): 78. maka untuk ilmu ini disebut dengan Teologi Islam. 4 Afrizal M, Ibn Rusyd, Tujuh Perdebatan Utama Teologi Islam

7 Sally Wehmeier (Chief Editor), Oxford Advenced Leaner’s (Jakarta: Erlangga, 2006), 91-143.

Dictionary, Cet. 7 (New York: Oxford University Press, 2007), 925.

96 Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin) 96 Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin)

Bila tidak dapat dipahami, maka nash perlu kerja di sini merupakan sistem pelaksanaan suatu

ditakwilkan sampai diperoleh paham yang tepat. kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 9 Ketiga, metode keseimbangan nash dan akal.

Fungsi metode adalah sebagai alat untuk mencapai Al-Maturidi menggunakan metode ini dengan tujuan bagaimana cara melakukan atau membuat

mengambil al-Qur’an sebagai dasar akidah sesuatu. 10 kemudian memperkuatnya dengan logika supaya

Jadi metode kalam adalah cara kerja yang keyakinan lebih sempurna. Al-Maturidi berada dipakai tokoh-tokoh kalam dalam mendudukkan

di bawah Mu’tazilah dalam penggunaan akal persoalan-persoalan akidah secara dialogis dan

dan wahyu. Penggunaan logika pada al-Maturidi sistematis agar dipahami masyarakat dengan tidak sebanyak penggunaan akal pada Mu’tazilah. baik. sebagaimana diketahui bahwa menurut

Keempat, metode tradisional yang dipakai mutakallimun, dasar-dasar akidah sudah ada Asy‘ariyyah, menggunakan nash lebih dominan dalam nash. Atas dasar itu, mereka terlebih daripada akal. Apabila nash sudah cukup, al- dahulu menetapkan teks ayat sebagai patokan

Asy’ari tidak lagi berusaha memperkuatnya akidah. 11 Setelah itu, mereka mencari berbagai dengan logika. Argumen logika versi al-Asy’ari

argumentasi yang tepat untuk memperkuat akidah. sangat sedikit dibandingkan Mu’tazilah dan al- Ketika menjadi konsentrasi keilmuan, perbedaan 12 Maturidi.

pendekatan yang digunakan mutakallimun dalam Kelima (sic.), metode Salaf kata Ibn mengkaji persoalan kalam melahirkan metode Taimiyyah, berbeda dari empat metode di atas. kalam yang berbeda.

Kaum Salaf hanya menggunakan nash, tidak Menurut Ibn Taimiyah, seperti dikutip Abu

menggunakan dalil logika mantiq yang bersumber Zahrah, metode kalam dapat dibagi ke dalam dari filosof Yunani, karena akal menurut mereka

empat bentuk, yaitu metode filosofis, metode dapat menyesatkan dan memberikan penafsiran semi filsafat, metode keseimbangan nash dan yang bermacam-macam. Orang Salaf memandang akal, dan metode tradisional. Pertama, metode mantiq sebagai mufsadah dan tidak ada di masa filosofis, membahas persoalan kalam dengan

Sahabat dan tabi’in.

mengumatakan burhan. Mereka tidak puas dengan Masyarakat Islam awal ( al-sabiqun al- kaum khithabi, karena berada pada tingkat paling

awwalun) hanya mengenal nash sebagai dasar dasar yaitu kembali kepada al-Qur’an. Orang-

akidah. Yang dikatakan nash langsung mereka orang yang berpengetahuan luas harus mencari terima dan yakini. Ternyata keyakinan para argumen lain agar mereka benar-benar yakin.

Sahabat dan tabi’in saat itu sangat kuat. Oleh Kedua , metode semi filsafat yang dipakai

sebab itu, dengan nash tanpa mantiq, akidah Mu‘tazilah, membahas persoalan akidah mereka tetap mantap. Jadi wajar juga Ibn berdasarkan nash dan akal. Tetapi penggunaan

Taimiyah menolak logika dijadikan dasar akidah. Dalam sejarah pemikiran kalam, pemakaian

logika tidak mudah karena tidak semua umat

8 https://www.google.com/search?q=metode&ie=utf-8&oe=utf-

8&client= firefox-b. Dikutip tanggal 10 April 2018, pukul 11.18.

Islam mampu menggunakannya.

9 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar

Ibn Taimiyah berasumsi, ketika ada sebagian

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, t.t), 740. Lihat Juga Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Umum Bahasa Indonesia

Sahabat yang kurang memahami pesan nash,

Kontemporer, Edisi Ketiga (Jakarta: Modern English Press,

penjelasan Nabi sudah cukup untuk mengatasi

2002), 973. 10 Ibid. 11 Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional

12 Abu Zahrah, al-Mazahib al-Islamiyyah (Kairo: Mathba‘ah al- Mu‘tazilah (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1987), 92.

Namuzajiyyah, t.t), 314.

J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 97 J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 97

Meskipun tidak sebanyak yang dilakukan Ibn hanya sebagai pendukung nash semata. Akal Rusyd, kritik seperti ini sudah pernah dilakukan hanya dipakai sebagai saksi atas pernyataan

filosof terdahulu. Al-Kindi, mengkritik pendapat al-Qur’an dan Hadis, dan tidak berwenang

kaum materialis dan agnostis yang membawa

memutuskan persoalan akidah. 17 keraguan terhadap kepercayaan Islam. Ibn Rusyd banyak mengikuti langkah seperti itu.

Kritik Ibn Rusyd terhadap Metode Kalam

Ia menulis buku tentang berbagai persoalan, Mengenai kalam, Ibn Rusyd banyak yang jumlahnya sekitar 39 buah, pada umumnya mengusulkan untuk kembali kepada al-Qur’an,

menggambarkan kritik terhadap tokoh-tokoh dengan memahami makna 18 harfiah karena filsafat, kalam dan fikih.

pengetahuan pertama yang harus dimiliki Dilihat dari gaya Ibn Rusyd, ditemukan oleh setiap mukmin adalah pengetahuan yang

kesan bahwa kritik itulah metode yang dipakai membuatnya menjadi yakin kepada wujud

Ibn Rusyd dalam memecahkan persoalan kalam. Tuhan. 14 Ibn Rusyd juga tidak menganjurkan

Ibn Rusyd tidak puas dengan pemikiran yang pemilahan dan pembagian antara akal dan nash

dikemukakan oleh mutakallimun, filosof, dan seperti yang telah dipakai mutakallimun, karena

sufi. Oleh sebab itu, Ibn Rusyd ingin meneliti hakikat kebenaran itu hanya satu. 15 Sebagai lebih jauh sampai di mana kebenaran pemikiran

mukmin sejati dan filosof, Ibn Rusyd melihat setiap golongan kalam, baik dari tinjauan logika persoalan kalam dengan sangat hati-hati kerena

maupun dari nash.

menyangkut akidah. Ketajaman pikirannya Ibn Rusyd menginginkan semua umat Islam membuat ia tidak mudah menerima pemikiran tidak keliru dalam akidah. Tujuan Syari’at mutakallimun begitu saja. Perbedaan pendapat

hanyalah mengajarkan manusia untuk mengetahui antara dia dengan mutakallimun sudah melalui Tuhan ( ‘ilm al-haqq) dan beramal dengan benar analisis yang cermat. 19 ( al-‘amal al-haqq). Ilmu yang benar menurut Ibn

Seperti dijelaskan di atas nama Ibn Rusyd Rusyd adalah mengenal Allah Swt. serta semua mencuat karena kritiknya terhadap filsafat al-

ciptaan-Nya, termasuk mengenal kebahagiaan Ghazali dan perbandingan dalam fikih. Metode

dan kesengsaraan akhirat. Amal yang benar ini ternyata juga dipakainya dalam mendalami adalah melaksanakan hal-hal yang membawa persoalan kalam. Ibn Rusyd mengkritik al-Farabi

kepada kebahagiaan dan menjauhi perbuatan yang dan Ibn Sina karena pemikiran kedua filosof 20 membahayakan dan kesengsaraan.

ini merembet kepada persoalan kalam. Kedua Dalam kajian kalam yang berkembang filosof muslim ini kata Ibn Rusyd keliru dalam

selama ini, Ibn Rusyd melihat bahwa tujuan memahami konsep metafisika tentang “Yang

Syari’at untuk memperkuat keimanan umat Wujud” dan “Yang Esa”. Al-Farabi dan Ibn

kurang tercapai karena yang lebih menonjol Sina mencoba mempertemukan konsep “Yang

adalah perdebatan dan adu argumentasi demi Wujud” dan “Yang Esa” dengan al-Qur’an, tetapi

mempertahankan pendapat. Karena itu, Ibn Rusyd dalam usaha itu dua tokoh ini sering terbawa perlu mengkritik metode berpikir golongan yang kepada mistik, yang kurang mendukung terhadap

16 M.M. Syarif, History of Muslim Philosophy (Germany: Otto

Harrassowitz Wiesbaden, 1963), 560. Ibid., 315.

Ibn Rusyd, Fashl al-Maqal fi ma bain al-‘Aqidah wa al- 18 Mahmud Qasim, Ibn Rusyd wa Falsafatuhu al-Diniyah Syari‘ah min al-Ittishal (Kairo: Dar al-Ma‘arif, 1972), 64.

(Kairo: Maktabah Anglo al-Misriyyah, 1969), 36-38. Ibn Rusyd, Manahij al-Adillah fi ‘Aqa'id al-Millah (Kairo:

19 Ibn Rusyd, Fashl al-Maqal, 54.

Maktabah Anglo al-Misriyyah, 1964), 24.

20 Ibid.

98 Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin) 98 Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin)

ingin berusaha mempertemukan pandangan setiap golongan Hasywiyah, golongan Sufi, golongan

golongan yang berbeda itu. Tujuan setiap aliran mutakallimun, dan golongan filosof.

itu sesungguhnya sama yaitu mencapai kebenaran. Pertama adalah kaum hasywiah, yaitu

Hanya saja mereka melihat dari persepsi yang golongan yang hanya berpegang kepada makna

berbeda sehingga hasilnya tentu berbeda. Dengan zahir ayat. Apa yang dikatakan oleh wahyu merangkum semua pandangan yang berbeda itulah yang dipegang. Golongan ini menutup diri

itu, maka konflik yang ditimbulkannya dapat dari penakwilan terhadap ayat-ayat al-Qur’an. 21 dikurangi.

Karena pendirian seperti itu mereka disebut ahl Kritik terhadap Hasywiyah menurut al-’Iraqi al-dahriah.

disebabkan Ibn Rusyd melihat golongan ini terlalu Golongan Hasywiyah ini banyak berkembang

tekstualis, sedangkan teks itu sendiri ada yang di Andalusia, bahkan dapat menyelusup ke 26 tidak dapat dipahami kecuali dengan takwil.

dalam lingkungan penguasa bersama para ahli Al-Qur’an sendiri tidak pernah menganjurkan fikih. 22 Menurut golongan ini hanya wahyulah

untuk berpegang kepada teks nash semata, bahkan satu-satunya cara untuk memperkuat keyakinan

sebaliknya menganjurkan penggunaan akal. pada Allah, akal tidak dapat mengetahui wujud

Mengabaikan penggunaan akal seperti golongan Allah karena kemampuannya sangat lemah. Oleh 27 Hasywiah menurut Ibn Rusyd adalah bid`ah.

sebab itu, untuk memperkuat iman kepada Allah Jadi, menurut Ibn Rusyd penghargaan terhadap hanyalah argumen syar’i. Apabila ada Nabi atau

akal penting. Kekeliruan golongan Hasywiyah ulama yang menyampaikan argumen syar’i, harus

terletak pada pengambilan pedoman kepada nash menerima dan tidak perlu mempertanyakannya. 23 semata tanpa pemilahan, dan tidak membuka

Pemikiran seperti itu berlaku untuk setiap 28 peluang untuk takwil sedikitpun. Kritik Ibn persoalan agama. 24

Rusyd terhadap golongan Hasywiyah agak keras Ibn Rusyd tidak menyalahkan pemikiran karena ia telah membelenggu kebebasan berpikir

golongan 29 Hasywiyyah secara mutlak karena sebagai sumber pengetahuan. memang ada manusia yang hanya mampu

Kelompok kedua yang dikritik Ibn Rusyd memahami zahir ayat saja. Yang menjadi persoalan

adalah para Sufi. Kaum Sufi merupakan komunitas bagi Ibn Rusyd, bila golongan ini tidak mengakui

yang berusaha mendekatkan diri sedekat- argumen lain di luar nash. Mereka mewajibkan

dekatnya dengan Tuhan melalui daya rasa yang setiap orang mukmin hanya berpedoman kepada 30 berpusat di hati yang disebut zauq. Pengetahuan

zahir ayat, menghindari tafsir, dan mengharamkan tentang Tuhan menurut mereka disebut ma‘rifah. ta’wil terhadap semua ayat, tidak terkecuali ayat-

Pengetahuan tentang Tuhan dikembangkan Sufi

ayat tajsim dan tasybih. 31 melalui ilham dan kasyaf, yang disebut `irfan. Kritik Ibn Rusyd terhadap semua golongan

26 Muhammad `Athif al-‘Iraqi, 236.

Pendapat yang tidak menerima takwil ini dilihat oleh Ibn Rusyd keliru karena menimbulkan pemikiran bahwa kebenaran 28 Ibid., 249. agama dan kebenaran filsafat tidak bisa bertemu, padahal 29 Ibid. kebenaran itu bertemu pada satu fokus, hanya jalannya saja yang 30 Mahmud Qasim, Ibn Rusyd, 92.

berlainan. Lihat Muhammad `Athif al-‘Iraqi, al-Manhaj al-Naqd 31 Untuk sampai kepada Tuhan, Sufi terlebih dahulu harus fi Falsafah Ibn Rusyd (Kairo: Dar al-Ma`arif, 1980), 235.

menyucikan diri dari keinginan-keinginan materi atau keinginan- 22 Mahmud Qasim, Dirasat fi al-Falsafah al-Islamiyah (Kairo:

keinginan duniawi. Setelah itu, Tuhan dengan rahmat-Nya Dar al-Ma‘arif, 1973), 285.

menurunkan kemampuan terhadap Sufi untuk mengenal diri- 23 Mahmud Qasim, Ibn Rusyd, 78.

Nya lebih jauh, karena Tuhan membukakan rahasia-rahasia-Nya, 24 Ibid., 79.

al-Jabiri, Bunyah al-`Aql al-‘Arabi (Beirut: al-Markaz . al-Saqafi 25 Ibid.

al-‘Arabi, 1991), 251.

J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 99

Menurut Sufi tingkat kasyaf lebih tinggi dari akal itu menurut Ibn Rusyd dapat membawa umat untuk sampai kepada Tuhan. 36 Islam tertinggal dari pemeluk agama lain,

Pemikiran Sufi ini cukup beralasan, karena sebab berkelanjutan dalam mengandalkan jika dibandingkan kemampuan akal manusia hal-hal yang luar biasa dapat mengalihkan untuk sampai kepada Tuhan, jelas kemampuan

pandangan umat Islam dari berpikir rasional Sufi lebih kuat karena kasyaf adalah anugerah kepada yang di luar jangkauan akal. Namun, kalau Allah. Ibn Rusyd tidak menolak argumen Sufi

menganggap peristiwa luar biasa yang dialami secara langsung, hanya golongan Sufi mempunyai

Sufi bertentangan dengan jiwa agama kurang pandangan yang sangat pribadi terhadap Tuhan

tepat, sebab karena tingginya jiwa agamalah Sufi jauh dari dari unsur universal. Metode mereka dapat mencapai keistimewaan. Kedekatan Sufi

kurang memperhatikan fungsi akal. 32 dengan Tuhan membuat Dia menurunkan ilmu Metode Sufi dalam mengenal Allah dijalankan

itu kepada Sufi yang disebut `ilm al-ladunni . dengan melepaskan syahwat dan menghadapkan

Dengan demikian, Sufi dapat mengetahui rahasia- diri kepada Tuhan. Metode ini khusus untuk rahasia Tuhan. orang-orang tertentu, tidak dimengerti secara

Berbeda dengan golongan Hasywiyah, umum. Kalau hanya metode ini yang benar golongan Sufi memang tidak melarang takwil menurut Ibn Rusyd, tentu keberadaan akal

terhadap nash. Takwil sufi menurut Ibn Rusyd membawa metode berpikir (nazar) kurang berbeda dengan takwil yang umum, dan tidak

33 berguna. 37 Sebaliknya, Ibn Rusyd menginginkan dpahami oleh selain Sufi. Bila diperhatikan benar, konsep akidah dapat dipahami semua orang, yaitu

Ibn Rusyd keliru dalam menilai kedudukan takwil metode yang didasarkan pada nash, diperkuat yang dilakukan Sufi. Penafsiran terhadap ayat-ayat

akal. 34 di atas tidak jauh menyimpang dari kaidah-kaidah Di sini pandangan Ibn Rusyd tentang Sufi ada

kebahasaan. Bahkan dapat dikatakan interpretasi benarnya, sebab cara yang dilakukan golongan ini

yang mereka lakukan sederhana sekali. untuk sampai kepada Tuhan cenderung subjektif.

Dalam kehidupan sehari-hari dapat diambil Tetapi pandangan Ibn Rusyd yang menyatakan

perbandingan, bila seorang murid yang pintar, pemberian akal sia-sia kurang beralasan, sebab

sopan dan hormat terhadap gurunya, besar Sufi tidak pernah menganggap akal tidak berguna.

kemungkinan murid itu mendapat perlakuan Menurut Sufi kemampuan akal agak rendah

yang istimewa dari gurunya. Tuhan Yang Maha dibandingkan dengan kemampuan berpikir pada

Kuasa dan Maha Penyayang tentu wajar pula waktu berada dalam bimbingan Allah. Menurut

memberikan kedudukan yang istimewa terhadap Ibn Rusyd, metode Sufi tidak mungkin bertemu

hamba-hamba-Nya yang dekat dengan Dia, antara dengan metode filosof, karena memiliki acuan

lain seperti Sufi.

yang berbeda, filosof mengacu kepada akal, Kelompok ketiga yang mendapat kritik dari sedangkan sufi mengacu kepada Nur Ilahi. 35

Ibn Rusyd adalah mutakallimun. Kritik Ibn Rusyd Kritik Ibn Rusyd terhadap metode Sufi timbul

banyak ditujukan kepada golongan Mu‘tazilah karena kurang mendukung bagi perkembangan

dan Asy‘ariyyah. Perbedaan pendapat antara ilmu pengetahuan, sebab metode tersebut banyak

dua golongan ini memang terlalu tajam. Menurut berjalan atas penafsiran terhadap keajaiban-

Mu‘tazilah, bila terjadi perbedaan antara pendapat keajaiban dan hal-hal yang luar biasa. Pemikiran

akal dan keterangan wahyu dalam suatu persoalan, akal harus berusaha mencari dan menganalisa

32 Ibn Rusyd, Manahij, 61. 33 Ibid., 63.

34 Muhammad `Athif al-‘Iraqi, 19. 36 Ibn Rusyd, Manahij, 23; Mahmud Qasim, Ibn Rusyd, 93. 35 Ibid., 149.

37 Mahmud Qasim, Ibn Rusyd, 92

Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin) Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin)

jelas menurut dia, alam ini adalah mumkin karena dan mengimani wahyu dalam persoalan seperti

mengalami perubahan. Oleh sebab itu, mesti itu. Mu‘tazilah juga lebih banyak menggunakan 40 ada sebab yang menjadikan alam ini. Bagi Ibn

takwil terhadap ayat-ayat tertentu dibandingkan Rusyd, argumen ini mempunyai kekurangan dengan Asy‘ariyyah. Tetapi argumen yang karena bukan argumen yang Qura’ni. Di samping dipakai oleh dua golongan ini menurut Ibn Rusyd

itu, tidak ada yang menunjukkan kepastian masih belum dapat mencapai kebenaran yang bagaimana alam ini diciptakan Tuhan. Al-Juwaini hakiki.

masih belum yakin dengan argumen yang ia Jadi, argumen apa sebenarnya yang dipakai

kemukakan, karena ia menyebutkan adanya oleh mutakallimun, sehingga Ibn Rusyd kemungkinan Tuhan menciptakan alam yang meragukan ketepatannya? Sekurang-kurangnya 41 lebih baik dari alam ini. Menurut Ibn Rusyd, ada dua argumen mutakallimun yang sering alam yang ada sekarang ini adalah alam yang menjadi sorotan Ibn Rusyd, yaitu argumen

terbaik, karena Tuhan mesti menciptakan yang jauhar al-fard yang disebut dengan teori atom 42 terbaik bagi manusia. Itulah dua argumen yang

dan argumen wajib wa mumkin. Dalam argumen sering dipakai mutakallimun dalam memecahkan jauhar al-fard dikemukakan bahwa setiap jauhar

persoalan-persoalan kalam.

tidak bisa terlepas dari ‘ard, artinya setiap jauhar Kelompok keempat, yang mendapat kritik dari mempunyai sifat tambahan yang tidak mungkin

Ibn Rusyd adalah filosof. Di antara filosof muslim ada tanpa ‘ard dan keberadaan ‘ard Itu adalah

yang mendapat kritik adalah Ibn Sina. Kritik Ibn baru. Karena jauhar tidak bisa terlepas dari yang

Rusyd berkaitan dengan penggunaan dalil wajib

baru berarti jauhar itu sendiri juga baru. 43 dan mumkin bagi wujud Allah. Yang ada ini Argumen ini menurut Ibn Rusyd belum

terdiri atas wajib dan mumkin. Yang wajib ialah membawa kepada keyakinan karena tidak sesuatu yang tidak mungkin tidak ada, sedangkan dapat dibuktikan apakah jauhar itu qadim atau

yang mumkin adalah sesuatu yang bisa ada dan hadis. Bila dianggap hadis, alam ini mesti 44 bisa tidak ada. Yang wajib al-wujud adalah

membutuhkan muhdis. Dalam hukum kausalitas Allah, sedangkan yang mumkin al-wujud adalah hal itu berlaku secara berentetan sampai kepada

alam semesta. Kedudukan alam menurut Ibn Sina sebab terakhir yang tidak bersebab lagi. Bila

sebagai mumkin al-wujud adalah sebelum alam itu jauhar dianggap qadim berarti ia sama dengan

ada, sedangkan setelah alam ada kedudukannya

39 Tuhan. 45 Oleh sebab itu, masih terdapat perbedaan berubah menjadi wajib al-wujud li gairih, pendapat para pemikir tentang kedudukan seperti adanya bilangan empat adalah karena ada

jauhar. Jadi, belum ada unsur yang membawa bilangan satu, dua, dan tiga. keyakinan dalam argumen ini, sedangkan sulitnya

Ibn Rusyd melihat pemikiran Ibn Sina kurang memahami argumen tersebut dapat menimbulkan

tepat, karena perbandingan antara Tuhan dan keraguan dan melemahkan semangat orang untuk

alam dengan bilangan jauh berbeda. Tuhan yang memahaminya.

menyebabkan terjadinya alam itu aktif, sedangkan Argumen wajib wa mumkin sejalan dengan argumen di atas. Argumen ini dikemukakan 40

pertama kali oleh al-Juwaini untuk membuktikan Ibid., 87.

41 Ibid. perbedaan antara sesuatu yang mesti ada dan 42 Ibn Rusyd, Manahij, 87. 43 Muhammad `Athif al-‘Iraqi, 206.

44 Ibn Sina, al-Najah fi al-Hikmah al-Mantiqiyyah (Kairo: 38 Muhammad `Athif al-‘Iraqi, 51.

Maktabah al-Babi al-Halabi, 1938), 224-225. 39 Mahmud Qasim, Ibn Rusyd, 83.

45 Muhammad `Athif al-‘Iraqi, 215.

J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 101 J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 101

langkah yang ditempuhnya adalah mengkritik wajib dan mumkin, selama itu pula alam berada

pemikiran tokoh terdahulu dan mencarikan cara- pada posisi mumkin, bukan wajib. Pengertian

cara yang sesuai dengan perkembangan. Kritik wajib li gairih itu hanyalah istilah semata. 47 Oleh

ini terjadi, karena Ibn Rusyd melihat pemikiran sebab itu, argumen ini belum dapat membawa

al-Ghazali sebenarnya hanyalah mempertahankan kepada keyakinan.

dialektik al-Asy‘ari. Jalan pikiran dua tokoh ini Selain itu, Ibn Rusyd melihat bahwa argumen

menurut Ibn Rusyd tidak didasarkan atas burhan. wajib dan mumkin, sebenarnya bukan muncul Pemikiran ini tidak mengacu kepada nash dan

dari Ibn Sina, tetapi telah dikemukakan terlebih karena itu pemikiran dia belum sampai kepada dahulu oleh al-Juwaini. Kritik Ibn Rusyd 50 keyakinan yang hakiki.

muncul karena metode Ibn Sina masih memakai Ibn Rusyd melihat setiap pemikiran yang metode mutakallimun bukan metode filosof, dan

dikemukakan empat golongan di atas mengandung argumen itu belum dapat membuat semua orang

kelemahan, karena setiap pemikiran tersebut tidak begitu yakin. Namun demikian, kritik Ibn Rusyd

memuaskan dan belum berhasil membawa kepada terhadap Ibn Sina dalam persoalan kalam tidak

tingkat yakin.

terlalu tajam, 48 karena kritik tersebut sebenarnya Jadi wajarlah perbedaan pendapat bisa ditujukan kepada Asy‘ariah, terutama al-Juwaini.

memicu permusuhan dan peperangan, karena Begitu pula Ibn Rusyd dan Ibn Sina mengagumi

setiap pemikiran yang dikemukakan oleh suatu filosof Yunani, terutama Plato dan Aristoteles.

golongan tidak dapat diterima oleh golongan lain Kritik yang cukup tajam ditujukan kepada al-

karena jauh dari nash. Ibn Rusyd mengharapkan Ghazali karena dia berusaha menentang filsafat

antara mutakallimun, demikian juga dengan dalam bukunya Tahafut al-Falasifah, sampai

golongan lain tidak terjadi lagi permusuhan. ia mengkafirkan filosof tentang persoalan alam

Oleh sebab itu, Ibn Rusyd ingin mempertemukan qadim, Tuhan tidak mengetahui partikel, dan tidak

pemikiran mutakallimun yang berbeda itu supaya adanya kebangkitan jasmani. Pasca al-Ghazali 51 pemikiran semua golongan didukung oleh nash.

pamor filsafat Islam semakin memudar, walaupun ia tidak bermaksud membuat kemunduran umat

Metode Kalam Ibn Rusyd

Islam. 49 Kenyataannya filsafat Islam sesudah Al-Qur’an merupakan tolok ukur utama dalam al-Ghazali memang tidak berkembang di dunia

menilai benar atau tidaknya keyakinan seseorang. Islam bagian Timur. Umat Islam ketika itu banyak

Al-Qur’an pulalah yang dapat membawa manusia yang anti kepada filsafat dan lebih mengutamakan

kepada keyakinan yang hakiki. Menurut Ibn hidup sebagai Sufi.

Rusyd, kebenaran yang hakiki tentang akidah Ibn Rusyd mempunyai perhatian yang sangat

yang dihasilkan oleh pemikiran yang benar mesti besar terhadap filsafat, dan ingin memajukan

bertemu dengan kebenaran yang dibawa oleh nash, karena akal dan pemikiran pada waktu itu

46 Ibid., 209. Ibn Rusyd, Manahij, 23, 144.

menuju kepada objek yang sama dengan tujuan

Ernest Renan, Ibn Rusyd wa al-Rusydiyyah, terjemahan ke Bahasa Arab oleh ‘Adil Zu‘aitir (Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub al-

nash, yaitu kebenaran tentang Tuhan.

‘Arabiyyah, 1957), 127.

Keyakinan yang benar terhadap Tuhan telah

48 Kritik Ibn Rusyd terhadap Ibn Sina yang agak tajam adalah

ditunjukkan oleh ayat-ayat al-Qur’an dalam dua

tentang teori emanasi, bahwa yang muncul dari pembuat pertama hanyalah satu. Menurut Ibn Rusyd pemikiran ini kurang tepat

bentuk, yaitu ayat-ayat yang muhkamat dan ayat-

karena bisa menimbulkan arti bahwa alam ciptaan yang pertama (akal pertama) lebih kuasa dari Tuhan, sebab dari akal pertama itu yang keluar lebih dari satu. Muhammad `Athif al-‘Iraqi, 220.

50 Muhammad `Athif al-‘Iraqi, 33.

49 Ibid.

51 Ibn Rusyd, Manahij, 36.

Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin) Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin)

mengandung makna jelas dan dapat dipahami dipandang dari segi mana ayat itu. Bila dipandang 54 dengan mudah tanpa menimbulkan keraguan,

dari ungkapan (lafz)-nya, keindahan susunan sedangkan yang mutasyabihat ialah ayat-ayat bahasanya, keutuhan hukum dan maknanya, yang mengandung keraguan bila dipahami dari ayat-ayat itu disebut muhkamat. Sebaliknya jika 55 bentuk zahirnya saja. dipandang dari tamsil (perumpamaan), mu`jizah

Ibn Rusyd mengakui adanya ayat-ayat dan lain-lain, semua ayat-ayat itu disebut

muhkamat dan mutasyabihat. Menurut dia ada mutasyabihat. 52 ayat yang mudah dipahami berdasarkan arti

Pendapat umum mengatakan, ada ayat yang harfiah dan ada ayat yang sulit dipahami jika muhkamat dan ada yang mutasyabihat. 53 Ayat

dipahami dari arti harfiah, karena kelihatan yang menjelaskan keberadaan muhkamat dan 56 bertentangan dengan pemikiran. Dengan

mutasyabihat itu ialah: demikian, menurut Ibn Rusyd ada makna zahir (eksoteris) dan ada makna batin (esoteris).

  Baginya perbedaan makna itu disebabkan oleh         perbedaan kemampuan berpikir manusia dan

keanekaragaman pemahaman mereka bagi setiap ayat tersebut. 57 Kemampuan berpikir manusia

memang tidak sama sehingga ada manusia yang  hanya mampu memahami ayat muhkamat saja

dan ada yang mampu memahami ayat-ayat     mutasyabihat melalui        takwil. Ibn Rusyd tidak menjelaskan sebab-sebab lain

Artinya: “Dia-lah yang menurunkan al- yang menimbulkan perbedaan itu. Dari uraian Qur’an kepada kamu. Di antara (isi) nya

ini bisa timbul suatu kesan bahwa sebenarnya ada ayat-ayat yang muhkamat, Itulah pokok-

tidak ada perbedaan ayat muhkamat dan ayat pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat)

mutasyabihat. Dia memang tidak membicarakan mutasyabihat. Adapun orang-orang yang

perbedaan ayat itu secara ekplisit. Yang sering dalam hatinya condong kepada kesesatan,

disinggung oleh Ibn Rusyd, hasil yang dicapai maka mereka mengikuti sebahagian ayat-

oleh pemikiran yang lurus dan benar dapat ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk 58 bertemu dengan ajaran yang dibawa oleh wahyu.

menimbulkan fitnah untuk mencari-cari Tetapi karena perbedaan kemampuan manusia, takwilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui

perbedaan ayat itupun terjadi. takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang

Untuk memahami ayat-ayat yang muhkamat yang mendalam ilmunya berkata: “Kami

umat Islam tidak akan mengalami kesulitan, beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat,

karena pesan yang disampaikan Tuhan langsung semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak

dapat ditangkap dengan mudah. Problema baru dapat mengambil pelajaran (daripadanya)

timbul ketika berhadapan dengan ayat-ayat melainkan orang-orang yang berakal” (QS.

mutasyabihat, karena tidak semua orang bisa Ali Imran [3]: 7).

54 Ibid., 282. 55 Ibid.

52 Subhi al-Saleh, Mabadi fi ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-

56 Ibn Rusyd, Fashl al-Maqal, 44.

‘Ilm li al-Malayin, 1988), 282.

J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 103 J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 103

yang berada pada tingkat ini disebut bayaniyyun. kadang menimbulkan pengertian rancu bila Mereka mempunyai pemahaman terhadap sesuatu dipahami secara harfiah. Itulah sebabnya ayat-

hanya melalui keterangan dan penjelasan (bayan). ayat mutasyabihat itu memerlukan takwil. Dari

Tetapi istilah khithbiyyun dalam pandangan Ibn ayat itu tidak cukup diambil arti lafzi, tetapi perlu

Rusyd tidak persis sama dengan bayaniyyun diambil adalah arti majazi, dengan syarat tidak

dalam pandangan al-Jabiri.

keluar dari kaedah-kaedah kebahasaan. 59 Istilah bayaniyyun oleh al-Jabiri pada mulanya Uraian ini memberikan pengertian bahwa ada

diambil dari ilmu kebahasaan seperti nahwu, orang-orang tertentu yang berhak menakwilkan

sharf, balaghah, dan ilmu-ilmu yang senada ayat-ayat mutasyabihat, dan ada orang yang tidak 63 dengan itu. Ilmu-ilmu ini memang lebih banyak

berwewenang untuk menakwilkan ayat-ayat itu. berfungsi untuk memahami ajaran-ajaran yang Oleh sebab itu, siapa yang pantas menakwilkan

dijumpai dalam nash dengan benar dalam bentuk ayat-ayat mutasyabihat? Untuk menjawab harfiah. Itulah sebabnya, orang-orang yang pertanyaan ini perlu diketahui lebih dahulu

berada pada tingkat ini disebut bayaniyyun yang pandangan Ibn Rusyd tentang kelompok manusia

berarti “orang-orang bayan ” yang oleh al-Jabiri dilihat dari tingkat daya berpikirnya.

dikemukakan dalam konteks kebahasaan sebagai Ibn Rusyd membagi manusia dalam tiga al-fashl wa al-infishal (batasan) dan al-zhuhr wa golongan, yaitu khithbiyyun, jadaliyyun, dan 64 al-izhar (penjelasan). Bagi Ibn Rusyd, istilah

burhaniyyun. Muhammad ‘Imarah menjelaskan khithabiyyun bukan ditujukan kepada pemikirnya, bahwa golongan khithabiyyun adalah tetapi penekanannya adalah kepada masyarakat orang kebanyakan. 60 Pertama khithabiyyun

awam penerima penjelasan itu, karena Ibn Rusyd pengetahuan orang pada tingkat ini bersumber

sering menyebut kata hum khithabiyyun, yaitu dari teks dan validitasnya adalah melihat 65 orang-orang kebanyakan.

kepada kesesuaian makna teks. 61 Mereka hanya Kedua, golongan yang mempunyai mempunyai pengetahuan untuk membenarkan kemampuan berpikir pada tingkat dialektik atau mengingkari sebuah pernyataan secara

(jadaliyyun). Al-Jurjani mengemukakan dua harfiah. Syarif mengatakan golongan ini hanya

definisi yang termasuk metode jadal (dialektik), bisa mencerap sesuatu melalui contoh-contoh yaitu: sederhana, pengajaran, dan sya`ir-sya`ir yang مازلا هنم ضرغلاو تاروهشملا نم فلؤملا سايقلا وه لدجلا

bersifat puitis. 66 Orang-orang yang berada pada .ناهربلا تامدقم كاردا نع رهاق وهو مصخلا tingkat ini hanya bisa memahami nash melalui

penjelasan yang mudah dan sederhana pula. Artinya: Jadal ialah suatu analogi yang Menurut Ibn Rusyd, golongan Hasywiyyah

tersusun dari muqaddimah-muqaddimah termasuk dalam kategori ini karena mereka tidak

(premis-premis) masyhur dengan tujuan memahami ayat-ayat al-Qur’an kecuali dari

menekan lawan bicara dan memaksa orang zahirnya saja. Menurut mereka untuk mengetahui

yang kurang mampu mengetahui premis- Allah dan segala urusan agama hanya dengan

63 Muhammad `Athif al-‘Iraqi, 13. 64 Kata jadl mengandung dua arti, yaitu mengajukan dan

59 Ibn Rusyd, Fashl al-Maqal, 32. berdebat. Orang berdebat menyaring bukti-bukti yang diperoleh 60 Muhammad ‘Imarah, al-Madiyah wa al-Misaliyyah fi Falsafah

sehingga terambillah kebenaran yang sesungguhnya. Setelah Ibn Rusyd (Kairo: Dar al-Ma‘arif, t.t), 18.

melalui perdebatan, hal-hal yang tidak benar menjadi tersisih 61 Achmad Khudari Saleh, “Implikasi Pemikiran Ibn Rushd”,

dan terbuang. Adib Bisri, 67.

Jurnal al-Tahrir 12, no 2 (2012): 65 321. Ibn Rusyd, Fashl al-Maqal, 58.

M.M. Syarif, 205. 66 Al-Jurjani, Kitab Ta`rifat (Kairo: Maktabah Lubnan, 1969), 78.

Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin) Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin)

ةهبش وا ةجحب هلوق داسفا نع همصخ ءرملا عفر وه لدجلا Ketiga, golongan yang paling tepat dalam

67 .ةقيقحلا يف ةموصخلا وهو هملك حيحصت هب دصقي وا menakwilkan ayat-ayat al-Qur’an menurut Ibn Artinya: jadal ialah menggagalkan lawan Rusyd adalah burhaniyyun, yaitu orang-orang

bicara dari perkataan yang salah atau yang 72 yang sudah terlatih berpikir seperti filosof. Para meragukan atau dia bermaksud mengoreksi

filosof mempunyai pembuktian pada tingkat pembicaraannya dengan argumen dan jadal 73 burhan. Para ilmuwan mengemukakan definisi

itu adalah perdebatan tentang kebenaran. yang tidak sama tentang burhan. Al-Jurjani mengemukakan definisi burhan sebagai berikut:

Menurut Dick Hartoko, “dialektik” adalah 74 .تاينيقيلا تامدقملا نم فلؤملا سايقلا وه ناهربلا cara berdebat dan berwawancara yang diangkat

menjadi sarana dalam memperoleh pengertian Artinya: Burhan adalah qiyas (silogisme) filsafat bersama-sama mencari kebenaran”. 68 yang tersusun atas mukaddimah-mukaddimah

Definisi-definisi itu menimbulkan kesan bahwa

yang yakin.

metode dialektik lebih ditekankan kepada perdebatan antara seseorang dengan lawan bicara

Al-Jabiri mengemukakan definisi burhan dalam menemukan kebenaran. Di sini kesimpulan

sebagai berikut:

yang dihasilkan dari perdebatan-perdebatan itu ام ةيضق قدص ررقت يتلا تاــينهذلا تايلمعلا وه ناــهربلا belum sampai kepada tingkat yang meyakinkan. 75 جاتنتسلا ةطساوب

Dengan demikian, jadal adalah suatu metode logika yang dipakai untuk mencari kebenaran

Artinya: Burhan ialah hasil pemikiran yang melalui wawancara atau perdebatan atau dialog. 69 menetapkan kebenaran suatu pernyataan

Orang yang memakai metode ini disebut melalui pengambilan kesimpulan. dengan jadaliyyun. Di sini ditegaskan bahwa jadaliyyun sudah termasuk kelompok yang

Muhammad Said menjelaskan bahwa burhan mampu menakwilkan ayat-ayat. 70 Jadi, jika yang

adalah argumen yang dipakai untuk mengambil dimaksud dengan khithbiyyun adalah setiap kesimpulan yang tidak dapat dibantah karena manusia yang tidak mempunyai kemampuan

sudah melalui proposisi-proposisi yang pasti dan untuk melakukan 76 takwil, golongan jadaliyyun tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya.

adalah golongan yang lebih tinggi setingkat dan Ibn Sina mengatakan burhan disusun atas mempunyai wewenang dalam menakwilkan ayat-

dasar premis yang yakin dan dapat diterima, ayat al-Qur’an menurut kemampuan mereka,

bukan hanya oleh orang-orang tertentu, tetapi tetapi argumen mereka belum membawa kepada 77 juga oleh masyarakat banyak. Contoh premis

keyakinan yang hakiki. Menurut Ibn Rusyd, yang dikemukakan Ibn Sina tentang burhan Mu‘tazilah, Asy‘ariah, Maturidiah termasuk dalam tingkatan ini, karena tiga aliran kalam

ini memang telah melakukan takwil untuk

71 Ibid., 63.

72 Muhammad `Athif al-‘Iraqi, 47. 73 Ibn Rusyd, Fashl al-Maqal, 58.

67 Ibid.

74 Al-Jurjani, 45.

68 Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat (Jakarta: Rajawali

75 Ibid.

Press, 1986), 19. 76 M. Said, Kamus Filsafat Islam, terjemahan dari A Dictionary 69 Horald H. Titus, Merilyn Smith, Richard Nolan, Persoalan-

of Muslim Philosophy oleh Machmud Husein, Cet. 1 (Jakarta: Persoalan Filsafat, terjemahan dari Living Issues in Philosophy

Rajawali Press, 1991), 37.

oleh H. M. Rasyidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), 15. 77 Ibn Sina, al-Syifa’ (Kairo: al-Hai’ah al-‘Ammah li Syu’un al- 70 Ibid., 58.

Muttabi‘ al-Amiriyyah, 1385 H/ 1965 M), 43.

J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 105 J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 105

masyarakat banyak, walaupun mereka tidak dapat maupun oleh ulama dan filosof. 78 Di tempat lain,

mengeluarkan kesimpulan, dan tugas filosoflah Ibn Sina mengemukakan bahwa dalam burhan,

untuk mengambil kesimpulan dari silogisme itu. premis-premis itu dapat dipahami dengan mudah. 79

Memang Ibn Rusyd memberikan penghargaan Dalam dialektik, semua premis juga harus yang istimewa kepada filosof, karena merekalah benar dan dapat diterima, tetapi tidak harus yang paling kompeten untuk merumuskan dipahami oleh setiap orang, karena dialektik itu 84 penakwilan yang tepat dan dapat dipercaya. diarahkan kepada orang yang menjadi lawan

Namun demikian setiap orang yang bisa dialog. 80 Lebih lanjut kata Ibn Sina, jadal

menghargai akal, yang kemampuan berpikirnya lebih terarah kepada kemampuan mengalahkan

belum sampai kepada tingkat filosof terlepas orang yang membantah daripada melihat inti 85 dari bid`ah. Begitu juga, setiap aliran yang

kebenaran, 81 sedangkan burhan tertuju kepada telah menakwilkan ayat-ayat al-Qur’an tidak kebenaran yang akan diambil. 82

terlalu disalahkan oleh Ibn Rusyd, hanya ia Sejalan dengan Ibn Sina, Ibn Rusyd juga menyalahkan aliran-aliran itu karena mereka telah mengatakan premis-premis yang terdapat dalam

menyampaikan takwil kepada orang yang tidak burhan tidak diragukan oleh masyarakat banyak.

mungkin dapat memahami pokok-pokok pikiran Ibn Sina dan Ibn Rusyd kelihatannya sependapat

yang mereka sampaikan itu.

tentang jadal, demikian juga perbedaan jadal Setiap aliran kalam telah mengadakan dengan burhan. Tetapi jika Ibn Sina mengatakan

takwil terhadap ayat-ayat al-Qur’an sesuai burhan mengandung premis-premis yang mudah

dengan pola pikir mereka. Kata Ibn Rusyd, dipahami, seperti yang diungkapkannya dalam golongan Mu‘tazilah dan Asy‘ariyah dengan contoh di atas, Ibn Rusyd memperjelas bahwa

pola pikir mereka masing-masing yang saling dalam persoalan-persoalan kalam premis-premis

bertentangan, telah banyak menakwilkan ayat- yang mudah dipahami itu adalah pernyataan- 86 ayat al-Qur’an. Salah satu contoh ta’wil yang

pernyataan Allah dalam al-Qur’an. Setiap ajaran dilakukan mutakallimun adalah surah Yunus yang dikemukakan Allah dalam al-Qur’an tidak 87 ayat 3:

satu pun mengandung keraguan. 83     Itulah penjelasan Ibn Rusyd tentang tingkatan

kemapuan berpikir manusia, termasuk dalam Artinya: “Kemudian Dia bersemayam di atas memahami setiap persoalan agama. Tingkatan

‘Arsy” (QS. Yunus [10]: 3). berpikir yang paling tinggi menurut Ibn Rusyd adalah tingkat orang yang memahami burhan.

Ayat ini menimbulkan pemahaman adanya Di sini pemikiran Ibn Rusyd agak sulit dipahami

tempat atau arah tertentu untuk Tuhan. Karena karena tidak mungkin semua manusia dapat

tidak mengakui adanya tempat, aliran Mu‘tazilah memahami cara berpikir filosof berkenaan

menakwilkan ayat itu untuk menyucikan Tuhan dengan pengambilan kesimpulan melalui dari kesamaan dengan makhluk. Oleh sebab itu, burhan, tetapi kesulitan itu bisa diatasi dengan

Mu‘tazilah memahami ayat ini bahwa “Allah mengetahui semua tempat karena Dia yang

78 Ibid. 79 Ibid., 63.

84 Majid Fakhri, History of Islamic Philosophy (New York and 80 Ibid., 34.

London: Columbia University Press, 1970), 377. 81 Ibid., 20.

85 Muhammad `Athif al-‘Iraqi, 238.

82 Ibid., 34.

86 Ibn Rusyd, Fashl al-Maqal, 68.

83 Ibn Rusyd, Manahij, 24.

87 Ibn Rusyd, Manahij, 73.

Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin) Afrizal M, Kurnial Ilahi, Jamaluddin, M. Syafwan HB: Metode Kalam Ibn Rusyd (Kritik Atas Metode Mutakallimin)

pemikiran sederhana, dan kata wa jâdilhum dan dengan bersemayam di atas ‘Arsy, tetapi seterusnya sesuai pula untuk orang yang sering bersemayam yang pantas bagi Allah bukan membantah terhadap suatu ajaran. seperti bersemayamnya manusia. 89 Sejarah

Dengan demikian, golongan khithabiyyun menunjukkan perbedaan pendapat mereka itu membuktikan kebenaran ayat al-Qur’an melalui telah menimbulkan pertentangan yang sangat pemahaman zahir ayat, golongan jadaliyyun keras, sehingga umat Islam terjerumus ke dalam

membuktikannya dengan takwil yang zanni, dan jurang permusuhan yang berkepanjangan, bahkan

golongan burhaniyyun membuktikan kebenaran sampai kepada taraf kafir-mengkafirkan.

dengan pemikiran yang mendalam (burhan). Dari Kekeliruan setiap aliran tersebut disebabkan

keterangan itu jelas sekali bahwa argumen yang oleh kurang tepatnya cara setiap aliran berdasarkan akal yang benar dan tepat tidak akan menyampaikan konsep. Mereka lupa bahwa bertentangan dengan keterangan yang dijumpai tidak semua umat Islam dapat memahami hasil

dalam al-Qur’an.

takwil mereka. Mereka juga lupa tentang metode Ibn Rusyd melihat mutakallimun telah mana yang bisa menjadi milik umum, dan mana

memakai metode yang berbeda dari metode yang yang hanya bisa disampaikan kepada orang-orang

yang dikehendaki al-Qur’an. Menurut dia, metode tertentu. 90

yang tepat untuk memahami persoalan akidah Kondisi ini mendapat perhatian khusus dari

adalah metode yang telah dipakai oleh golongan Ibn Rusyd. Ia merasa bertanggung jawab atas Salaf. Seperti kaum Salaf, dalam sebagian keselamatan umat Islam dengan menghindari

persoalan kalam Ibn Rusyd menganjurkan untuk kekeliruan dalam persoalan akidah. Oleh sebab

memakai metode berpegang kepada zahir ayat. itu, Ibn Rusyd mencoba untuk mencarikan Salah satu contoh tentang persoalan keadilan jalan keluar untuk membimbing umat dalam yang dikutip Ibn Rusyd dalam bukunya Manahij memecahkan persoalan-persoalan kalam sehingga 91 adalah: umat Islam mencapai keyakinan yang sebenarnya.

          Ibn Rusyd melihat cara yang paling tepat untuk

membimbing umat adalah membawa mereka Artinya: “(Azab) yang demikian itu adalah kembali kepada al-Qur’an, karena cara itulah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri

yang tepat untuk memecahkan persoalan kalam. dan sesungguhnya Allah sekali-kali tidak Dengan membangun argumen kalam berdasarkan

menganiaya hamba-hamba-Nya” (QS. Ali al-Qur’an, Ibn Rusyd mengaharapkan agar tidak

‘Imran [3]: 182).

satu pun umat Islam yang terabaikan. Penjelasan ayat itu sesuai sekali dengan

Pemahaman seperti ini bertujuan untuk pemikiran Ibn Rusyd tentang klasifikasi manusia,

memperhatikan pemikiran masyarakat awam, walaupun ayat itu diangkat sebagai metode karena kemampuan mereka terbatas pada untuk memberikan pemahaman kepada manusia.

zahir ayat. Masyarakat awam adalah golongan Kata al-hikmah dalam arti filsafat yang terdapat

yang terbanyak di kalangan masyarakat Islam. dalam ayat itu merupakan metode yang cocok Persoalan akidah bukan hanya kepentingan untuk orang yang berpengetahuan luas, kata al-

golongan tertentu, tetapi adalah kepentingan mau‘izah al-hasanah (pelajaran yang baik) sesuai

seluruh umat Islam. Oleh sebab itu, pembahasan kalam ini dirumuskan sesederhana mungkin agar

88 Ibid. 89 Ibid., 157. 90 Ibid., 64.

91 Ibn Rusyd, Manahij, 103.

J urnal u shuluddin Vol . 26 No.1, Januari-Juni 2018 107

92 tidak sulit dicerna oleh seluruh umat Islam. 97 dengan kekuasaan, sementara aliran Salafiyah, Ibn Rusyd kelihatan mendukung pengalaman

termasuk Asy‘ariyyah mengartikan yadd dengan Sahabat dan tabi’in. Dalam sejarah diketahui tangan, tetapi tidak diketahui bagaimana tangan bahwa dengan memahami zahir ayat, dua Tuhan itu. generasi itu telah berhasil mencapai keutamaan

Ketiga aliran itu (Mu‘tazilah, Asy‘ariyah, dan ketakwaan yang sempurna tanpa dibumbui

dan Salafiyah) sama-sama bertujuan menghindari oleh bermacam-macam 93 takwil. Jadi wajar juga

kesamaan Tuhan dengan makhluk. Dengan Ibn Rusyd merumuskan kalam dalam bentuk mengartikan kata yadd dengan kekuasaan yang sederhana. Namun demikian, orang-orang

dan kekuatan, aliran Mu‘tazilah telah berhasil yang berpengetahuan luas menurut Ibn Rusyd menghilangkan kesamaan manusia dengan seperti yang telah disebutkan, boleh memberikan

Tuhan. Aliran Salafiyah mengartikan yadd interpretasi atas ayat-ayat al-Qur’an yang menurut

dengan tangan, tetapi tangan di sini tidak sama mereka kurang memuaskan bila dipahami dari dengan tangan manusia, aliran ini juga sampai zahirnya itu. Penjelasan yang dibawa nash itu kepada tujuan itu, yaitu menetapkan akidah yang boleh dianalisa secara filosofis dan ayat-ayat

benar.