ABSTRACT THE ANALYSIS OF FINISHING SLOWNESS FACTORS ON SELF- MANAGEMENT PROJECTS THE CONSTRUCTION OF ELEMENTARY SCHOOL BUILDINGS IN PESISIR SELATAN REGENCY

  ANALISA FAKTOR KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PEKERJAAN SWAKELOLA KONSTRUKSI GEDUNG SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL Oleh: EDI WARMAN NPM.1310018312035 PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG

2016

  

ANALISA FAKTOR KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

SWAKELOLA KONSTRUKSI GEDUNG SEKOLAH DASAR

DI KABUPATEN PESISIR SELATAN

  1

  1

  1 Edi Warman, Zuherna Mizwar, Wardi. M.Si

  1 Program Studi Magister Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  1 Program Studi Magister Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  Email :

  

ABSTRAK

  Penyaluran dana swakelola pada kegiatan dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan untuk pekerjaan rehabilitasi, pembangunan ruang kelas dan pembangunan perpustakaan dengan membentuk panitia pembangunan sekolah (P2S), SDM P2S yang kurang berpengalaman dibidang konstruksi dan manajemen proyek sehingga menimbulkan masalah, seperti kwalitas pekerjaan yang kurang sempurna dan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan dimana waktu pelaksanaan dibatasi oleh tahun anggaran. Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui faktor yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan pada proyek rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Deskriptif. Objek penelitian ini adalah Sekolah Dasar (SD) penerima dana alokasi khusus dari tahun 2012 sampai tahun 2015. Populasi dari penelitian ini adalah 630 orang Panitia pembangunan sekolah. Metode penarikan sampel adalah non probability sampling dengan jenis purposive

  

sampling dengan jumlah sampel 100 responden. Teknik pengumpulan data yang

  digunakan adalah teknik survey dengan instrumen kuisoiner. Analisis yang digunakan untuk menjawab persoalan penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung total capaian responden (TCR) dan analisis Cochran Test. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: a). faktor peralatan, faktor tenaga kerja, faktor material dan faktor lain lain secara keseluruhan memiliki pengaruh kuat dalam menyebabkan keterlambatan pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan, b) Faktor faktor yang paling dominan dalam yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan yang dijelaskan berdasarkan sub indikator adalah: Pencairan dana kegiatan yang tidak tepat waktu, Kurangnya Koordinasi antara pihak yang terlibat didalam proyek, kedisiplinan tenaga kerja, Tingkat keahlian pekerja, Peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi kerja, Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai rencana, Tingkat keselamatan pekerja, Perubahan disain konstruksi, keterlambatan penyediaan atau pengiriman peralatan, dan ketidak tepatan waktu pemesanan.

  Kata Kunci: swakelola, konstruksi, keterlambatan, Pesisir Selatan.

  

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF FINISHING SLOWNESS FACTORS ON SELF-

MANAGEMENT PROJECTS THE CONSTRUCTION OF ELEMENTARY SCHOOL BUILDINGS IN PESISIR SELATAN REGENCY BY: EDI WARMAN,MAIN SUPERVISOR: DR. ZUHERNA MIZWAR, S.T., M.T.

  

ASSISTANT SUPERVISOR: DR. IR. WARDI, M.Si.

  The distribution of self-management fund at the project of specific allocation fund (SAF) education sector for projects of rehabilitation, building of new class room and libraries by forming the committee of school building (CoSB), however the human resources of CoSB are not good experiences in both construction and project management, it causes problems appearance, such as not perfect project results, and slowness of finishing project. The purpose of this study is to analyze the dominant factors cause slowness in finishing project of rehabilitation and building new class room, libraries of Specific allocation Fund program by system self-management in Pesisir Selatan Regency. This study is using quantity approach with descriptive method.

  The Object of this study is the elementary schools that receive SAF from year 2012 until 2015. The population of this study is committee of school building amount 630 person. The method of getting sample is non probability sampling with purposive sampling by using total sample 100 respondent. Technical of collecting data is survey by using questioner instrument. To answer the issue of this study is using descriptive analysis that calculate the total of respodent achievement (ToRA) and analysis of Cochran Test. The Results of this study reveal: a). Factor of equipment, labor, material and others strongly influence to cause the lowness of project rehabilitation and building new class room and library of SAF program by self-management system in Pesisir Selatan Regency, b). The dominant factor that causing the slowness of finishing project is explained according to sub indicators are: slowness fund releasing, less coorporative among people involved in project, undiscipline labors, level of labor skill, not qualified equipments, process of working not based on planning, level of labor safety, rechanging construction design, slowness of equipments delivering and supplying, and out of time equipment ordering.

  Key Words: Slowness, Self-management, Construction.

  PENDAHULUAN

  Pendidikan adalah potensi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan nasional. Pendidikan mempunyai peranan strategis terhadap pertumbuhan ekonomi dan menjaga atau mempertahankan nilai-nilai sosial budaya kebangsaan Indonesia. Supaya pendidikan dasar memenuhi standar pelayanan mutu diperlukan untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis, dan tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya.

  Urgensi pengalokasian DAK di Kabupaten Pesisir Selatan adalah berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pesisir tahun 2012, sekolah dasar di kabupaten Pesisir Selatan berjumlah 382 Sekolah Dasar, Sekolah ini tersebar di 15 kecamatan dengan jumlah Ruang belajar 2713, sedangkan ruang yang ada 2508, dari 2508 Ruang ditemukan 57 ruang rusak berat, 107 rusak sedang dan 522 rusak ringan dan kekurangan pustaka 195 sekolah.( sumber Dinas Pendidikan Kab. Pesisir Selatan).

  Tujuan penerapan metode swakelola adalah untuk menimbulkan rasa memiliki terhadap sekolah dan meningkatkan kepedulian terhadap dunia pendidikan dikalangan masyarakat/pengelola dan Pengguna sekolah, dengan adanya rasa mempunyai kualitas yang baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

  Penggunaan konsep swakelola dalam pelaksanaan kegiatan program rehabilitasi dan pembangunan ruang kelas dengan membentuk panitia pembangunan sekolah (P2S), sumber daya manusia P2S yang kurang berpengalaman di bidang konstruksi dan manajemen proyek, sehingga menimbulkan masalah , seperti kwalitas pekerjaan yang kurang sempurna dan keterlambatan dalam penyelesaian kegiatan,dimana pelaksanaan proyek dibatasi oleh tahun anggaran.

  Untuk menjamin ketersediaan standar pelayanan minimum (SPM) di Kabupaten Pesisir Selatan tentunya persoalan keterlambatan dalam penyelesaian kegiatan rehabilitasi dan pembangunan sarana dan prasarana pada program dana alokasi khusus (DAK) perlu dilakukan analisis, agar kedepannya ada jaminan untuk terlaksananya kegiatan rehab dan pembangunan sarana prasarana yang tepat waktu serta memiliki kwalitas yang baik. Untuk mendukung hal di atas, maka penulis akan meneliti tentang ”Analisa faktor keterlambatan penyelesaian pekerjaan swakelola konstruksi gedung Sekolah Dasar di Kabupaten Pesisir Selatan ”.

  Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan.

  2. Untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan pada proyek rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem

  TINJAUAN PUSTAKA Konsep Proyek Konstruksi

  konsep adalah "suatu kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh, disebabkan adanya saling ketergantungan diantara bagian-bagiannya dinamakan suatu sistem" (Buekley,1920). Defenisi lain dari konsep yaitu "sekelompok komponen yang terdiri dari manusia dan/atau bukan manusia (non human) yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa sehingga komponen-komponen tersebut dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapai tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir” (H. Kerzner, 1989). Konsep merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan proyek konstruksi karena tanpa adanya konsep yang jelas dan terukur maka pekerjaan proyek tidak akan bisa terlaksana sesuai dengan perencanaan atau tujuan.

  Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi

  Sesuai dengan apa yang telah di tetapkan pada Keppres No. 54/2010 bahwa metode pemilihan penggunaan jasa konstruksi dapat dibagi menjadi 5 cara yaitu: 1.

  Pelelangan umum Pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

  Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mempunyai kemampuan terbatas pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

  3. Metoda pemilihan langsung Pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak- banyaknya penawaran, sekurang- kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet.

  4. Penunjukan langsung Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan.

  5. Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh pelaksana swakelola dengan menggunakan tenaga sendiri atau tenaga dari luar, baik tenaga ahli mapun tenaga upah borongan. Tenaga ahli tidak boleh lebih 50 persen dari tenaga sendiri.

2. Pelelangan terbatas

  Defenisi Keterlambatan Proyek Konstruksi

  Menurut Levis dan Atherley (1996), jika suatu pekerjaan sudah ditargetkan ditetapkan namun karena suatu alasan tertentu tidak dapat dipenuhi maka dapat dikatakan pekerjaan itu mengalami keterlambatan. Hal ini akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Keterlambatan yang terjadi dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun keduanya. Menurut Callahan (1992), keterlambatan (delay) adalah apabila suatu aktifitas atau kegiatan proyek konstruksi mengalami penambahan waktu, atau tidak diselenggarakan sesuai dengan rencana yang diharapkan.

  Keterlambatan menurut Ervianto (1998) adalah sebagai waktu pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan mengikuti menjadi tertunda atau tidak diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan.

  Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi

  Ahuja dan Walsh, (1983;323) mengemukakan bahwa keterlambatan pelaksanaan proyek selain diakibatkan oleh kesalahan estimasi tingkat produksi dari kontraktor juga dapat diakibatkan oleh pemilik proyek.

  Menurut Hira N. Ahuja dalam buku

  Production Management , 1984

  menyebutkan bahwa beberapa aspek yang menyebabkan penurunan produktifitas kerja yang pada giliranya menyebabkan keterlambatan pelaksanaan proyek, aspek- aspek tersebut dibagi kedalam empat bagian, yaitu aspek peralatan, aspek tenaga kerja, aspek material dan aspek lainnya.

  Faktor tenaga kerja 3. Faktor material 4. Faktor lain- lain dalam jurnalnya yang berjudul Quantitatve

  effects of construction on labor productivity, menyimpulkan bahwa ketika

  perubahan disain terjadi dalam suatu pekerjaan konstruksi, maka akan terdapat kehilangan efesiensi sekitar 30%. Rendahnya pekerjaan pekerja sangat terkait dengan perubahan prosentasi perubahan disain (change work ), gangguan (disruptions), pekerjaan ulang (rework). Gangguan yang terpenting dalam suatu pelaksanaan proyek adalah kurangnya material dan informasi yang banyak membuat perkerjaan keluar dari alurnya.

  Menurut John Cristian dan Daniel Hackey dalam jurnal effect of delay times of

  production rate on Construction ,

  menjelaskan bahwa kemacetan waktu pekerjaan proyek bisa diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: waiting time dan idle, dimana pekerjaan bisa dilakukan oleh pekerja tetapi tidak dilakukan karena pekerja tidak bekerja dan pekerjaan tidak bisa dilakukan kerena pengiriman material yang terlambat.

  2.1 Konsep Swakelola

  Istilah swakelola menurut Pasal 26 Ayat (1) Perpres nomor 70 tahun 2012: “Swakelola merupakan kegiatan pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri olehK/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarak at.” Pasal 26 a yat(3) Perpres Nomor 70 Tahun 2012 menyebutkan bahwa prosedur swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan.

  Pasal 1 pasal 20 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 menjelaskan, bahwa penyedia barang/jasa dapat ditentukan melalui prosedur pemilihan penyedia barang/jasa atau dengan penunjukan langsung sesuai dengan metode pemilihan dan penunjukan langsung sebagaimana diatur dalam peraturan ini. Sedangkan pengadaan diatur dalam Bab V dan dijabarkan lebih lanjut dalam lampiran VI Perpres Nomor 54 Tahun 2010 adalah pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi lainnya sebagai penanggungjawab anggaran, instansi pemerintah lainnya dan/atau kelompok masyarakat.

1. Faktor Peralatan 2.

  Istilah Swakelola menurut Pasal 26 Ayat (1) Perpres Nomor 54 Tahun 2010: “Swakelola merupakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.”

  Aturan Hukum Swakelola

  Pengadaan Barang/jasa pemerintah di Indonesia saat ini didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (selanjutnya disebut Perpres Nomor 54 Tahun 2010). Peraturan Presiden ini dalam pelaksanaannya telah mengalami beberapakali perubahan diantaranya Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004, Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005, Peraturan Presiden Nomor 8. Tahun 2006, Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2006, dan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2006.

  Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Perpres Nomor 54 Tahun 2010, pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian / Lembaga / Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

  Lebih lanjut diatur dalam pasal 3 Perpres pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan melalui pemilihan penyedian barang/jasa dan dengan cara swakelola.

  Pengadaan barang/jasa secara swakelola sebagaimana diatur dalam BAB V dan dijabarkan lebih lanjut dalam Lampiran VI Perpres Nomor 54 Tahun 2010 adalah Pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh

  Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya sebagai penanggungjawab anggaran, instansi pemerintah lainnya dan/atau kelompok masyarakat.

  Prinsip dasar pengadaan, yaitu prinsip efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Keppres No. 80/2003 hanya bermakna jika prosedur dan tata cara pelaksanaan pengadaan secara konsisten mengacu pada prinsip tersebut.

  Berdasarkan Pasal 31 huruf (a) Perpres No. 54 Tahun 2010, maka selanjutnya pejabat pembuat komitmen membuat kontrak pelaksanaan pengadaan swakelola dengan penanggung jawab kelompok masyarakat.

  Hukum perikatan sebagaimana diatur dalam buku III Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

  Pasal 1338 KUH perdata menyebutkan bahwa: ”Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagi undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang karena undang- undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. ”

  Konsep Program Dana Alokasi Khusus (DAK)

  Salah satu upaya pemerintah dalam rangka peningkatan kualitas layanan pendidikan dasar adalah meningkatkan kualitas sarana prasarana dan fasilitas pembelajaran di sekolah. Pada tahun 2014 pemerintah melalui dana alokasi khusus telah berupaya untuk melakukan pengadaan buku kurikulum 2013 Semester

  II, rehabilitasi ruang kelas, pembangunan ruang kelas baru,pembangunan ruang perpustakaan serta pengadaan alat peraga di sekolah dasar (SD) baik negeri maupun swasta. Dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2013 tentang petunjuk teknis penggunaan dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan tahun anggaran 2014 pelaksanan pekerjaan untuk fisik mengunakan metoda swakelola.

  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2013.

  Dana alokasi khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

  DAK dialokasikan bertujuan untuk :

  a. Mendukung penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu dan merata dalam rangka memenuhi standar pelayanan minimal dan secara bertahap memenuhi standar nasional pendidikan; dan

  b. Mendukung pelaksanaan pendidikan menengah universal melalui penyediaan sarana prasarana pendidikan yang berkualitas dan mencukupi. Kegiatan DAK bidang pendidikan dasar untuk SD/SDLB: a.

  Diprioritaskan untuk membiayai pengadaan dan distribusi buku teks pelajaran sesuai kurikulum 2013 kebutuhan buku seluruh peserta didik kelas I, II, IV dan V semester II pada tahun pelajaran 2014-2015 terpenuhi.

  b.

  Sisa DAK bidang pendidikan dasar untuk SD/SDLB setelah digunakan untuk membiayai pengadaan dan distribusi buku teks pelajaran sebagaimana dimaksud digunakan untuk membiayai peningkatan prasarana pendidikan dan pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan

  Peningkatan prasarana pendidikan antara lain: a) rehabilitasi ruang kelas/ruang belajar dengan tingkat kerusakan paling rendah rusak sedang beserta perabotnya, b) pembangunan ruang kelas baru (RKB) termasuk sanitasi dan perabotnya; dan/atau, c) pembangunan ruang perpustakaan termasuk sanitasi dan perabotnya, d) pembangunan asrama siswa dan/atau rumah dinas guru untuk daerah khusus beserta perabotnya.

  Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan

  Dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2014 yang selanjutnya disebut DAK bidang pendidikan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan bidang pendidikan di daerah sesuai dengan prioritas nasional bidang pendidikan tahun anggaran 2014.

  Berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 100 tahun 2013 tentang petunjuk teknis penggunaan dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2014 yang diperuntukkan bagi SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA, dan SMK.

  Beberapa bidang kegiatan yang dialokasikan dari DAK bidang pendidikan tahun anggaran 2014 bagi SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA, dan SMK di distribusi buku teks pelajaran sesuai kurikulum 2013, Peningkatan prasarana pendidikan, dan pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan sebagai berikut : a) peralatan pendidikan matematika,

  b) peralatan pendidikan ilmu pengetahuan alam (IPA), c) peralatan pendidikan ilmu pengetahuan sosial (IPS), d) peralatan pendidikan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, e) peralatan pendidikan bahasa, f) peralatan pendidikan seni budaya dan keterampilan, g) rehabilitasi ruang kelas/ruang belajar dengan tingkat kerusakan paling rendah rusak sedang beserta perabotnya, i) pembangunan ruang kelas baru (RKB) termasuk sanitasi dan perabotnya, j) pembangunan ruang perpustakaan termasuk sanitasi dan perabotnya, k) pembangunan asrama siswa dan/atau rumah dinas guru untuk daerah khusus beserta perabotnya.

  METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian

  X1.4 keterlambat an penyediaan atau pengiriman peralatan

  X1.3 Peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi kerja

  X1.2 Kesalahan penempata n perawatan

  X1.1 Perawatan peralatan yang kurang

  yang sudah usang

  X1 Peralatan

  peralatan

  1 Faktor

  N o Faktor Faktor Variabel Penelitian

  Menurut Sugiyono (2011,38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

  Lokasi penelitian ini berada sekolah dasar (SD) yang menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan pembangunan gedung baru program dana alokasi khusus (DAK) di Kabupaten Pesisir Selatan dan mengacu pada surat keputusan Bupati Pesisir Selatan tentang penetapan sekolah dasar penerima dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2012 sampai dengan tahun 2015.

  Variabel Penelitian

  dasar (SD) yang mengalami keterlambatan dalam penyelesaian kegiatan di Kabupaten Pesisir Selatan yang berjumlah 63 Sekolah dasar. Jumlah panitia pelaksana dari setiap masing masing sekolah adalah 10 orang, maka jumlah populasi dari penelitian ini adalah 63 SD x 10 orang panitia = 630 orang. untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka jumlah sampel dalam penelitian adalah 100 responden. Dalam melakukan pemilihan sampel digunakan rumus Slovin.

  (DAK) tahun 2012 s/d 2015 di s ekolah

  penerima bantuan rehabilitasi, pembangunan ruang kelas baru dan pembangunan ruang perpustakaan sekolah dasar program dana alokasi khusus

  penelitian ini adalah panitia pelaksana

  Anwar, 2011). Yang menjadi populasi dari

  dengan metode Deskriptif. Nazir (dalam

  Pada penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan kuantitatif

  Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian (Guba & Lincoln, 1988: 89-115). Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999:1213).

  Pendekatan Penelitian

  X1.5

  2 Faktor tenaga kerja

  X3.3 Volume material yang dikirim jumlahnya tidak tepat

  Analisis Deskriptif

  X4.5 Metode Analisis Data

  X4.4 Kondisi cuaca

  X4.3 Pencairan dana kegiatan yang tidak tepat waktu

  X4.2 Pelaksana an kegiatan yang tidak sesuai rencana

  X4.1 Kurangny a Koordinas i antara pihak yang terlibat didalam proyek

  X4 Perubahan disain konstruksi

  4 Faktor Lain lain

  X3.7

  X3.6 kekhususa n ketidak tepatan waktu pemesana n

  X3.5 kelangkaa n karena

  X3.4 kerusakan bahan ditempat penyimpa nan

  X3.2 Kualitas material

  X2 Tingkat

  X3.1 Pencurian material

  X3 Kekuranga n material dilapangan

  3 Faktor material

  X2.7

  X2.6 Komunika si anatara pekerja dan kepala tukang/ mandor

  X2.5 Kurangny a teknik pengawasa n pekerjaan

  X2.4 jumlah pekerja yang kurang memadai

  kedisiplina n tenaga kerja

  X2.3

  X2.2 Tingkat keselamata n pekerja

  X2.1 Motivasi kerja tenaga kerja

  keahlian pekerja

  Analisis ini bermaksud untuk menggambarkan bagaimana persepsi panitia pelaksana proyek konstruksi terhadap faktor- faktor yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan . proses pengolahan data yang telah di dapat dari responden Dimana : = skor total a. Verifikasi data

  Yaitu memeriksa kembali n = jumlah responden

  2. Menghitung nilai TCR masing- kuesioner yang telah diisi oleh masing kategori dari deskriptif responden memastikan apakah variabel, maka dapat dihitung semua pernyataan sudah di jawab dengan lengkap oleh responden. dengan menggunakan rumus : b.

  Menghitung nilai jawaban TCR

  1. Menghitung frekuensi jawaban Dimana yang diberikan responden atas

  TCR= Tingkat capaian responden setiap item pertanyaan yang di Rs = rata-rata skor jawaban ajukan. Kemudian dihitung responden (rerata) persentasenya dengan n = nilai skor jawaban menggunakan rumus sebagai Nilai persentase dimasukkan ke dalam berikut : kriteria (Riduwan 2007:22) sebagai

  Frekuensi (f) berikut :

  __________________

  p = x 100% a.

  Interval jawaban responden 81– Jumlah responden (N)

  100% kategori jawabannya sangat Dimana : kuat.

  P = Persentase hasil yang diperoleh b.

  Interval jawaban responden 61-80% F = Frekuensi hasil yang diperoleh kategori jawabannya kuat.

  N= Jumlah responden yang akan c.

  Interval jawaban responden 41– dijadikan sampel 60% kategori jawabannya cukup

  100% = Angka tetap persentase kuat.

  d.

  Interval jawaban responden 21– Menghitung rata - rata skor total 40% kategori jawabannya lemah. item dengan menggunakan e.

  Interval jawaban responden 0–20% kategori jawabannya sangat lemah. Rumus= 5A+4B+3C+2D+1E

  100

  Analisis Cochran Test

  Untuk mengetahui persepsi Keterangan : pelaksana proyek terhadap faktor-faktor A = Sangat Setuju yang paling dominan menyebabkan D = Tidak Setuju keterlambatan proyek (Ujang Sumarwan, B = Setuju

  2012:89) dapat menggunakan Uji Cochran E = Sangat Tidak Setuju

  Test. Uji Cochran Test digunakan pada data C = Cukup Setuju dengan skala pengukuran nominal atau untuk informasi dalam bentuk terpisah dua

  Menghitung nilai rerata jawaban (dikotomi), misalnya informasi “ya” atau responden dengan menggunakan rumus : “tidak”. Penggunaan uji ini adalah untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variabel. Uji cochran ini

  (Nasir, 2003: 282) digunakan untuk mengetahui signifikansi setiap atribut yang dimulai dengan keadaan yang sebenarnya. Hasil penelitian pengujian semua variabel/ atribut. ini didasarkan pada isian responden yang berjumlah100 orang. Rumus Uji Cochran :

  2

  2 k ( k  1 )  C  ( k  1 )(  C ) j j

  Variabel Faktor Peralatan (X1) Q

  2

  indikator peralatan yang tidak sesuai

  kC   R j j

  dengan kondisi dan keterlambatan penyediaan atau pengiriman peralatan

   Sumber: Ujang Sumarwan(

  mempunyai rata-rata paling tinggi yaitu

  2012;89)

  3,34 dan 3,31 dengan tingkat ketercapaian Keterangan: responden 68% di mana nilai ini k = Banyaknya variabel mempunyai interprestasi skor dengan kuat n= kekompok contoh

  (Interval jawaban responden 61%-80% R i

  = Jumlah baris jawaban “ya” kategori jawabannya kuat), artinya rata- C j = Jumlah kolom jawaban “ya” rata responden beranggapan setuju, bahwa Dasar pengambilan keputusan: indikator peralatan yang tidak sesuai

  1.

  2 tabel,

  Jika Cochran hitung > X dengan kondisi dan keterlambatan maka atribut tidak memenuhi penyediaan atau pengiriman peralatan variabel faktor- faktor yang adalah faktor peralatan yang kuat menyebabkan keterlambatan mempengaruhi dalam menyebabkan penyelesaian proyek. keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan 2.

  2 tabel,

  Jika Cochran hitung < X proyek konstruksi rehab dan pembangunan maka memenuhi variabel faktor- ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka faktor yang menyebabkan program dana alokasi khusus (DAK) dengan keterlambatan penyelesaian proyek. sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan. Sedangkan indikator peralatan yang

HASIL PENELITIAN DAN

  sudah usang, dan kesalahan penempatan

  PEMBAHASAN

  perawatan mempunyai rata-rata skor paling rendah yaitu 2,9 dengan tingkat ketercapaian responden 59% di mana nilai

  Faktor-Faktor yang Menyebabkan

  ini masih termasuk kategori cukup kuat

  Keterlambatan Dalam Penyelesaian

  (Interval jawaban responden 41 –60%

  Pekerjaan Proyek Konstruksi Rehab dan

  kategori jawabannya cukup kuat). Hal ini

  Pembangunan Ruang Kelas Baru, serta

  berarti bahwa rata-rata responden

  Pembangunan Pustaka Program Dana

  beranggapan cukup setuju indikator

  Alokasi Khusus (DAK) dengan Sistem

  peralatan yang sudah usang, dan kesalahan Swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan . Penelitian ini bertujuan untuk peralatan yang cukup mempengaruhi dalam mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan menyebabkan keterlambatan dalam keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi proyek konstruksi rehab dan pembangunan rehab dan pembangunan ruang kelas baru, ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka dan pembangunan pustaka program dana program dana alokasi khusus (DAK) dengan alokasi khusus (DAK) dengan sistem sistem swakelola di Kabupaten Pesisir swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan. Selatan. Penyajian data masing-masing variabel adalah dalam bentuk distribusi

  Variabel Faktor Tenaga Kerja (X2)

  frekuensi di mana masing-masing indikator kedisiplinan tenaga kerja responden memberikan penilaian sesuai mempunyai rata-rata paling tinggi yaitu

  3,67 dengan tingkat ketercapaian responden 75% di mana nilai ini mempunyai interprestasi skor Kuat (Interval jawaban responden 61%-80% kategori jawabannya kuat). Sedangkan indikator faktor tenaga kerja yang lain (Tingkat keahlian pekerja, motivasi kerja tenaga kerja, tingkat keselamatan pekerja, jumlah pekerja yang kurang memadai, kurangnya teknik pengawasan pekerjaan, dan komunikasi anatara pekerja dan kepala tukang/ mandor juga berada pada interpretasi kuat karena berada pada interval jawaban responden 61%-80% dengan kategori jawabannya kuat dengan skor rata rata secara keseluruhan 72%. artinya rata-rata responden beranggapan setuju, bahwa faktor tenaga kerja secara keseluruhan berpengaruh dalam menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan.

  • –60% kategori jawabannya cukup kuat). Hal ini berarti bahwa rata-rata responden beranggapan cukup setuju indikator pencurian material, kerusakan bahan ditempat penyimpanan, dan kelangkaan karena kekhususan adalah faktor peralatan yang cukup mempengaruhi dalam menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan

  Variabel Faktor Material (X3)

  indikator Kekurangan material dilapangan dan Volume material yang dikirim jumlahnya tidak tepat mempunyai rata-rata paling tinggi yaitu 3,29 dengan tingkat ketercapaian responden 67% seta diikuti oleh indikator kualitas material dan ketidak tepatan waktu pemesanan dengan nilai total capaian responden masing masing 64% dan 61%, dimana nilai ini (Interval jawaban responden 61%-80% kategori jawabannya kuat), artinya rata- rata responden beranggapan setuju, bahwa indikator kekurangan material dilapangan dan volume material yang dikirim jumlahnya serta indikator kualitas material dan ketidak tepatan waktu pemesanan adalah faktor material yang mempengaruhi dalam menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan.

  Sedangkan indikator pencurian material (TCR 53%), kerusakan bahan ditempat penyimpanan (TCR 56%), dan kelangkaan karena kekhususan (TCR 60%) termasuk kategori cukup kuat (Interval jawaban responden 41

  Variabel Faktor Lain- Lain (X4)

  indikator faktor lain lain (perubahan disain konstruksi, kurangnya koordinasi antara pihak yang terlibat didalam proyek, pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai rencana, pencairan dana kegiatan yang tidak tepat waktu, dan kondisi cuaca) memiliki rata rata 3,66 dan total capaian responden 75% dimana nilai ini mempunyai interprestasi skor kuat (Interval jawaban responden 61%-80% kategori jawabannya kuat), artinya rata-rata responden beranggapan setuju, bahwa keseluruhan indikator dari faktor lain- lain tersebut berpengaruh kuat dalam menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan.

  Analisis Cochran Test

  Untuk mengetahui faktor-faktor yang paling dominan yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan pada proyek rehab dan pembangunan ruang rehab dan pembangunan ruang kelas baru, kelas baru, dan pembangunan pustaka dan pembangunan pustaka program dana program dana alokasi khusus (DAK) dengan alokasi khusus (DAK) dengan sistem sistem swakelola di Kabupaten Pesisir swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan Selatan dapat menggunakan Uji Cochran adalah a). Faktor laian

  • –lain: pencairan dana Test .

  kegiatan yang tidak tepat waktu, kurangnya Adapun indikator yang di analisis koordinasi antara pihak yang terlibat pada uji Uji Cochran Test ini adalah didalam proyek, dan perubahan disain peralatan yang sudah usang, perawatan konstruksi , b). faktor tenaga kerja: peralatan yang kurang, kesalahan kedisiplinan tenaga kerja, tingkat keahlian penempatan perawatan, peralatan yang pekerja, pelaksanaan kegiatan yang tidak tidak sesuai dengan kondisi kerja, sesuai rencana, tingkat keselamatan pekerja, keterlambatan penyediaan atau pengiriman

  c). faktor peralatan: peralatan yang tidak peralatan, tingkat keahlian pekerja, motivasi sesuai dengan kondisi kerja, keterlambatan kerja tenaga kerja, tingkat keselamatan penyediaan atau pengiriman peralatan, d). pekerja, kedisiplinan tenaga kerja, jumlah faktor material: ketidak tepatan waktu pekerja yang kurang memadai, kurangnya pemesanan. teknik pengawasan pekerjaan, komunikasi

KESIMPULAN DAN SARAN

  antara pekerja dan kepala tukang/mandor, 1 .Faktor yang menyebabkan keterlambatan kekurangan material dilapangan, pencurian pekerjaan konstruksi gedung secara material, kualitas material, volume material swakelola, adalah faktor peralatan yang dikirim jumlahnya tidak tepat, mempunyai interprestasi skor kuat, kerusakan bahan ditempat penyimpanan, faktor tenaga kerja mempunyai kelangkaan karena kekhususan, ketidak interprestasi skor kuat, faktor material tepatan waktu pemesanan, perubahan disain mempunyai interprestasi skor kuat konstruksi, kurangnya koordinasi antara walaupun hampir mendekati skor cukup pihak yang terlibat didalam proyek, kuat. dan faktor lain-lain mempunyai pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai interprestasi skor kuat rencana, pencairan dana kegiatan yang tidak

  2. Faktor faktor yang paling dominan tepat waktu, dan kondisi cuaca. menyebabkan keterlambatan

  Tes cohran hitung adalah 26,56557,

  2

  penyelesaian pekerjaan proyek rehab dan sedangkan nilai X tabelnya adalah pembangunan ruang kelas baru, dan

  35,17246. pada proses ini telah didapat nilai

  2

  pembangunan pustaka program dana cohcran hitung < X tabel atau alokasi khusus (DAK) dengan sistem

  26,56557<35,17246, maka dapat diketahui

  swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan, pada proses uji cohranc ini memiliki adalah: a.

  Faktor lain–lain dengan indikator cohranc sudah dapat di hentikan dan pencairan dana kegiatan yang tidak indikator yang ada secara bersama-sama tepat waktu, kurangnya koordinasi bisa menyebabkan keterlambatan dalam antara pihak yang terlibat didalam penyelesaian pekerjaan pada proyek rehab proyek, dan perubahan disain dan pembangunan ruang kelas baru, dan konstruksi. pembangunan pustaka program dana alokasi b.

  Faktor tenaga kerja dengan indikator khusus (DAK) dengan sistem swakelola di kedisiplinan tenaga kerja, tingkat Kabupaten Pesisir Selatan. keahlian pekerja, pelaksanaan

  Faktor faktor yang paling dominan kegiatan yang tidak sesuai rencana, dalam yang menyebabkan keterlambatan dan tingkat keselamatan pekerja. dalam penyelesaian pekerjaan pada proyek c.

  Faktor peralatan dengan indikator peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi kerja, keterlambatan penyediaan atau pengiriman peralatan.

1. Pemerintah daerah Kabupaten Pesisir

  Azwarudin, 2008. Pengertian Manajemen Konstruksi, Bandung: Pendidikan Teknik Sipil

  Management 7th Edition , New York: John Wiley & Sons, Inc.

  Kerzner, Harold. 1995. Project

  Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, 2003

  Jakarta: Penerbit Erlangga. Keputusan Presiden Republik Indonesia

  Imam Soeharto, Ir. 2001. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Edisi Kedua Jilid 2.

  Idris. 2006. Aplikasi SPSS Dalam Analisis Data Kuantatif. Padang: FE UNP

  Ervianto, Wulfram I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: ANDI

  Kompetensi Project Kompetensi Project Manager dalam Cost Accounting.

  Canada: University of Calgary. Effendi, 2015. Kompetensi Project

  Fracture Care, Department of Surgery, Division of Orthopaedi,

  Buckley, R. 2004. General Principle of

  Penelitian . Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

  d.

  Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen

  Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

  Jasa Dalam Bentuk Swakelola Pada Fakultas Teknik Unand Padang.

  & Sons. Alfitriadi, 2014. Pengadaan Barang Dan

  Sucsess Fool Methods in Cost Engineering . Toronto: Jhon Wiley

  Ahuja, Hira, N and Walsh, Michel A. 1980.

  Manajemen , Newyork: Prentice Hall Inc.

  Ahuja, Hira, N. 1984. Production

  Abdurrahmat Fathoni, 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Rineka Cipta.

  2. Diharapkan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan sosialisasi dan pelatihan baik teknis maupun administrasi kepada sekolah dan panitia pembangunan sekolah ( P2S ) sebelum melaksanakan kegiatan rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola

  Selatan diharapkan melakukan perbaikan dan membuat sistem serta strategi yang tepat, sehingga persoalan pencairan dana kegiatan yang tidak tepat waktu, kurangnya koordinasi antara pihak yang terlibat didalam proyek, perubahan disain konstruksi tidak lagi menjadi persoalan utama dalam menyebabkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan proyek rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola.

  Saran.

  Faktor material dengan indikator yaitu ketidak tepatan waktu pemesanan.

DAFTAR PUSTAKA

  Peraturan Presiden Republik Indonesia Konstruksi Bangunan Gedung.

  Jurnal Konstruksia Volume 6 Nomor 54. 2010. Pengadaan Nomor 1.

  Barang/Jasa Pemerintah, Surabaya: Anfaka Perdana. Priyatno, Dwi, 2012 Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS.

  Yogyakarta: Mediakon, Riduwan, Kuncoro Engkos Ahmad. 2007. Cara menggunakan dan memakai analisis jalur (path analysis). Bandung: Alfabeta. Rusman, Muttaqin, Malahayati, 2012.

  Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kinerja Waktu Pelaksanaan Konstruksi Gedung Secara Swakelola (Studi Kasus : Proyek Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Di Provinsi Aceh). Jurnal Teknik Sipil Volume 1, No. 1, Agustus 2012

  ISSN 2302-0253 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pp. 97- 111.

  Soeharto.I, 1995. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, Jakarta: Erlangga.

  Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan Ke-20.

  Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D.

  Bandung: Alfabeta. Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis.

  Yogyakarta: ANDI. Sumarwan,U,dkk, 2012. Riset Pemasaran dan Konsumen, seri 2, Bogor: PT

  Penerbit Press Bogor. Widodo, T. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Solo:UNS Press.

  Wirabakti, Abdullah, Maddeppungeng.

  2014. Studi Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek