Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Sanksi Sebagai Moderating pada KPP Pratama Medan Kota Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1

Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan

landasan teori yang diuji secara simultan, parsial, dan uji residual berikut
kerangka konseptual yang akan di paparkan pada gambar 3.1 berikut ini:
Pengetahuan
Tentang Pajak (X1)
Kemauan (X2)
Pelayanan (X3)
Kesadaran (X4)
Keuangan (X5)
Pemeriksaan (X6)

H1
H2


Kepatuhan Wajib
Pajak (Y)

Sosialisasi (X7)
Lingkungan (X8)
Besaran Pajak yang
Harus Dibayar (X9)

Sanksi (Z)

Penagihan Pajak
(X10)
Gambar 3.1
Kerangka Konseptual

34
Universitas Sumatera Utara

3.1.1 Pengaruh pengetahuan tentang pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak

Pengetahuan akan peraturan perpajakan bisa diperoleh wajib pajak melalui
seminar tentang perpajakan, penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan Dirjen
Pajak. Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak mengenai peraturan perpajakan
berkaitan dengan persepsi wajib pajak dalam menentukan perilakunya (perceived
control behavior) dalam kepatuhan untuk membayar pajak. Semakin tinggi
pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, maka wajib pajak dapat menentukan
perilakunya dengan lebih baik dan sesuai dengan ketentuan perpajakan sehingga
wajib pajak memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Namun jika wajib pajak tidak
mengerti mengenai peraturan dan proses perpajakan, maka wajib pajak tidak dapat
menentukan perilakunya dengan tepat sehingga kepatuhan yang dimiliki wajib
pajak rendah.
3.1.2 Pengaruh kemauan membayar pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak
Menurut Widaningrum (2007), kemauan membayar merupakan suatu nilai
dimana seseorang rela untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu
untuk barang atau jasa. Sedangkan menurut Asri (2009), wajib pajak dikatakan
memiliki kesadaran apabila memenuhi beberapa kriteria diantara lainnya adalah:
1)Mengetahui adanya Undang-Undang dan Ketentuan Perpajakan; 2)Mengetahui
fungsi pajak untuk pembiayaan negara 3)Memahami bahwa kewajiban perpajakan
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 4)Menghitung,

membayar, melaporkan pajak dengan suka rela; 5)Menghitung, membayar,
melaporkan pajak dengan benar. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa
makin tinggi kesadaran perpajakan wajib pajak maka makin tinggi tingkat

Universitas Sumatera Utara

kepatuhan wajib pajak (Suyatmin, 2004). Dengan demikian, dapat diduga bahwa
kepatuhan wajib pajak dapat dipegaruhi oleh kemauan membayar pajak.
3.1.3

Pengaruh pelayanan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan

segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas
pajak. Sehingga pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak
dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan
seseorang (dalam hal ini adalah wajib pajak). Wajib pajak dalam memenuhi
kewajibanya membayar pajak tergantung pada bagaimana petugas pajak
memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak.
Kegiatan yang dilakukan otoritas pajak dengan menyapa masyarakat agar

menyampaikan SPT tepat waktu termasuk penyuluhan secara kontiniu melalui
berbagai media. Dengan penyuluhan secara terus menerus kepada masyarakat
agar mengetahui, mengakui, menghargai, dan menaati ketentuan pajak diharapkan
tujuan pajak dapat berhasil. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan terbaik yang
seharusnya dilakukan oleh fiskus kepada wajib pajak, diperlukan juga pemahaman
mengenai hak dan kewajiban sebagai Fiskus. Dalam penelitian Kahona (2003)
sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepatuhan WP di KPP PBB Semarang. Dengan demikian, dapat diduga
bahwa kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh pelayanan perpajakan.
3.1.4 Pengaruh Kesadaran terhadap kepatuhan wajib pajak
Kesadaran membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu bentuk sikap
moral yang memberikan sebuah kontribusi kepada negara untuk menunjang
pembangunan negara dan berusaha untuk mentaati semua peraturan yang telah

Universitas Sumatera Utara

ditetapkan oleh negara serta dapat dipaksakan kepada wajib pajak (Nugroho
2012).

Sedangkan


Jotopurnomo

dan

Yenni

Mangoting

(2013),

dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi di KPP Sawahan
Surabaya. Dengan demikian, dapat diduga bahwa kepatuhan wajib pajak dapat
dipengaruhi oleh kesadaran wajib pajak.
3.1.5

Pengaruh kondisi keuangan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak
Penelitian yang dilakukan oleh Olabede, Affrin & idris (2011)

menunjukkan bahwa kondisi keuangan wajib pajak berpengaruh positif tehadap
tingkat kepatuhan wajib pajak di negara Nigeria. Oleh karena itu, apabila seorang
wajib pajak berada pada posisi kondisi keuangan yang rendah maka memiliki
kecenderungan lebih untuk tidak taat dalam membayar kewajiban pajaknya
dibandingkan jika wajib pajak berada pada kondisi keuangan yang baik.
Torgler (2003) berpendapat bahwa seseorang yang mengalami kesulitan
keuangan akan merasa tertekan ketika mereka diwajibkan untuk melakukan
kewajibannya membayar pajak. Bloomqist (2003) mengungkapkan bahwa beban
keuangan yang dimiliki wajib pajak merupakan salah satu hambatan bagi wajib
pajak untuk membayar pajak dan juga wajib pajak orang pribadi yang mempunyai
pendapatan yang cukup kemungkinan akan melakukan penghindaran pembayaran
pajak jika kondisi keuangan wajib pajak tersebut buruk karena pengeluaran lebih
besar dari penghasilannya.Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kondisi
keuangan seorang wajib pajak diduga akan berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Universitas Sumatera Utara


3.1.6 Pengaruh Pemeriksaan terhadap kepatuhan wajib pajak
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undang perpajakan (Mardiasmo, 2009). Pramastuti (2003)
menemukan bahwa pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh pemeriksa pajak dapat
memudahkan para Wajib Pajak dalam menghitung besarnya pajak yang harus
disetorkan. Sedangkan Damayanti (2004) menunjukkan bahwa fungsi pengawasan
yang dilakukan Fiskus belum terlaksana dengan baik, karena fungsi pengawasan
yang dilakukan oleh Fiskus terlalu berlebihan dan salah sasaran. Oleh karena itu
kegiatan pemeriksaan pajak diduga akan berpengaruh terhadap tingginya tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
3.1.7 Pengaruh Sosialisasi terhadap kepatuhan wajib pajak
Kegiatan Sosialisasi menjadi sangat penting dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Adanya perubahan dalam UndangUndang perpajakan juga mengharuskan dilakukan sosialisasi perpajakan terhadap
masyarakat agar kesadaran pajak dan kepatuhan wajib pajak juga dapat
meningkat. Menurut James (2010) individu akan melaporkan pajaknya lebih
rendah ketika kewajiban perpajakan mereka tidak pasti tetapi kemungkinan ini
dapat dikurangi bila kantor atau instansi pajak dapat menyediakan informasi

dengan biaya rendah kepada wajib pajak. Salah satu upaya pemberian informasi
perpajakan ke masyarakat dan wajib pajak adalah melalui kegiatan sosialisasi
pajak.

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan penyuluhan pajak memiliki andil besar dalam mensukseskan
sosialisasi pajak keseluruhan Wajib Pajak. Hal ini tertuang dalam Keputusan
Dirjen Pajak Nomor KEP 114/PJ/2005 Tentang Pembentukan Tim Sosialisasi
Perpajakan. Berbagai media diharapkan mampu menggugah kesadaran Wajib
Pajak dan meningkatkan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak baik badan maupun
pribadi dalam rangka meningkatkan jumlah penerimaan negara sehingga pesan
moral terhadap pentingnya pajak bagi pembiayaan negara dapat tersampaikan.
Oleh karena itu kegiatan sosialisasi diduga akan berpengaruh terhadap tingginya
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
3.1.8 Pengaruh Lingkungan
Proses dalam pembelajaran sosial meliputi: proses perhatian (attentional)
yaitu orang hanya akan belajar dari sesorang atau model, proses penahanan
(retention) yaitu proses mengingat tindakan suatu model, proses reproduksi
motorik yaitu proses mengubah pengamatan menjadi perbuatan, proses penguatan

(reinforcement) yaitu proses yang mana individu-individu disediakan rangsangan
positif. Dapat dikatakan bahwa teori ini relevan dengan teori lingkungan Wajib
Pajak berada karena seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya,
jika lewat pengamatan dan pengalaman langsungnya, hasil pungutan pajak itu
telah memberikan

kontribusi

nyata

pada

pembangunan

di

wilayahnya

(Jotopurnomo dan Mangoting, 2013).
Dengan adanya lingkungan yang faham dan aware dengan kewajiban

dalam bidang perpajakan diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak.

Universitas Sumatera Utara

3.1.9 Pengaruh Besaran pajak
Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan Wajib Pajak
dengan pemerintah. Wajib Pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil
mungkin karena dengan membayar pajak dapat mengurangi kemampuan ekonomi
Wajib Pajak. Dilain pihak pemerintah memerlukan dana untuk membiayai
penyelenggaraan pembangunan yang sebagian besar dari penerimaan pajak.
Adapun perbedaan kepentingan ini menyebabkan Wajib Pajak cenderung untuk
mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun secara ilegal.
Hal ini dimungkinkan jika ada peluang yang dapat dimanfaatkan baik karena
kelemahan paraturan perpajakan maupun sumber daya manusia (fiskus). Dengan
demikian besaran jumlah pajak yang harus dibayar oleh seorang wajib pajak patut
diduga akan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak.
3.1.10 Pengaruh Penagihan Pajak
Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen

diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib
Pajak dalam membayarkan hutang pajaknya. Hal ini merupakan posisi strategis
dalam meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sehingga tindakan
penagihan pajak tersebut dapat menyelamatkan penerimaan pajak yang tertunda.
Kegiatan penagihan pajak merupakan ujung tombak dalam menyelamatkan
penerimaan Negara yang tertunda, oleh sebab itu seksi penagihan merupakan
seksi produksi yang paling dibanggakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dalam
pelaksanaaanya penagihan pajak haruslah dilandaskan pada peraturan perundangundangan yang berlaku, sehingga mempunyai kekuatan hukum baik bagi wajib

Universitas Sumatera Utara

pajak maupun aparatur pajaknya. Dengan adanya tindakan penagihan pajak
diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak.
3.1.11 Pengaruh sanksi terhadap kepatuhan wajib pajak
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau undangundang tidak dilanggar. Apabila kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka
ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi karena pajak mengandung unsur
pemaksaan. Konsekuensi hukum tersebut adalah adanya sanksi denda. Sanksi
Denda bertujuan untuk memberikan efek jera kepada wajib pajak yang melanggar
norma perpajakan sehingga tercipta kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya.Wajib pajak akan patuh membayar pajak bila
memandang sanksi denda akan lebih banyak merugikannya. Oleh sebab itu, sanksi
denda diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

3.2

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, hipotesis dari penelitian ini

adalah:
1. Pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan, kemauan membayar pajak,
pelayanan perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan wajib pajak,
pemeriksaan pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan wajib pajak,
besaran pajak yang harus dibayar, dan penagihan pajak berpengaruh secara
simultan dan parsial terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama
Medan Kota.

Universitas Sumatera Utara

2. Sanksi sebagai variabel moderating mampu memoderasi hubungan antara
pengaruh pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan, kemauan
membayar pajak, pelayanan perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan
wajib pajak, pemeriksaan pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan wajib
pajak, besaran pajak yang harus dibayar, dan penagihan pajak dengan
kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Medan Kota.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian asosiatif yang bersifat

kausal, yaitu penelitian yang mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara
berbagai variabel (Erlina, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih
dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi dengan sanksi sebagai variabel moderating.

4.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Medan Kota, Provinsi Sumatera

Utara, waktu penelitian dimulai bulan Juli sampai dengan Desember 2016
(Lampiran 1).

4.3.

Populasi dan Sampel Penelitian
Erlina (2011) menyatakan bahwa populasi merupakan sekelompok entitas

yang lengkap berupa orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik
tertentu yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tetentu
yang terkait dengan masalah penelitian, sedangkan sampel adalah bagian dari
jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang harus dapat mewakili
populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib
Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Kota.
43

Universitas Sumatera Utara

Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang harus dapat mewakili populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
nonproability sampling yaitu sampling isendental. Menurut Sugiyono (2012)
sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila orang yang dianggap kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber
data. Dalam menentukan sampel menurut Riduwan (2005) dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

n =

N
1 + N (Moe)²

Keterangan:
n
= Ukuran sampel
N
= Ukuran populasi relatif banyak
Moe = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang dapat ditoleransi (10%)

4.4.

Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa

data kuisioner. Sumber primer adalah sumber data yang secara langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012). Menurut Umar
(2009) menyatakan bahwa data primer adalah data yang diperoleh dari sumber
pertama yakni dari individu atau perseorangan melalui wawancara atau pengisian
kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Kuisioner untuk pengumpulan data
diantar sendiri oleh peneliti kepada responden yang dijumpai secara insidensial.
Bentuk kuisioner yang digunakan adalah jenis kuisioner tertutup.

Universitas Sumatera Utara

4.5.

Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

dependen, variabel independen, dan variabel moderating. Variabel dependen
(variabel terikat) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti.
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat. Sedangkan variabel moderating adalah variabel independen yang
akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen
lainnya terhadap variabel dependen.
Ringkasan definisi operasional secara singkat dijelaskan pada tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel

Defenisi Operasional

Indikator

Kepatuhan Wajib Keadaan dimana wajib 1. Kepatuhan
Wajib
Pajak (Y)
pajak memenuhi semua
Pajak
dalam
kewajiban perpajakan dan
mendaftarkan diri
melaksanakan
hak 2. Kepatuhan
untuk
perpajakannya.
menyetorkan kembali
Surat Pemberitahuan
(SPT)
3. Kepatuhan
dalam
penghitungan
dan
pembayaran
pajak
terutang,
dan
kepatuhan
dalam
pembayaran
tunggakan
Pengetahuan
Wajib pajak mengetahui 1. Ketentuan
Umum
Perpajakan (X1)
tentang perpajakan dan
Perpajakan (KUP)
mengaplikasikan
2. Tata cara perpajakan,
pengetahuan itu untuk
meliputi
:
cara
membayar pajak.
menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT),
pembayaran, tempat
pembayaran,
denda
dan
batas
waktu
pembayaran
atau
pelaporan SPT.

Skala
Interval

Interval

Universitas Sumatera Utara

Kemauan
Membayar Pajak
(X2)

Suatu nilai yang rela
dibayar atau dikorbankan
seseorang
demi
membiayai pengeluaran
umum negara dengan
tidak
mendapat
kontraprestasi
secara
langsung.

1. Menghitung,
2. Membayar,

Pelayanan
Perpajakan (X3)

Cara
melayani
(membantu
mengurus
atau menyiapkan segala
keperluan
yang
dibutuhkan
seseorang
wajip pajak dalam bidang
perpajakan.
Suatu kondisi dimana
wajib pajak
mengetahui, memahami
dan
melaksanakan
ketentuan
perpajakan
dengan
benar dan sukarela.

1.
2.
3.
4.

Kesadaran (X4)

Keamanan,
Kenyamanan,
Kelancaran, dan
Kepastian hukum

Interval

Interval

1. Pengetahuan,
2. Keyakinan,
3. Penalaran disertai
kecenderungan untuk
bertindak sesuai
peraturan yang
diberikan oleh sistem
dan ketentuan pajak
Kesejahteraan wajib
pajak

Interval

Keuangan (X5)

Kemampuan keuangan
individu dalam memenuhi
segala kebutuhannya.

Interval

Pemeriksaan
Pajak (X6)

Kegiatan
menguji
kepatuhan
pemenuhan
kewajiban
perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain
dalam
rangka
melaksanakan ketentuan
peraturan
perundangundangan perpajakan.

1. Administrasi
2. Nilai Nominal

Interval

Sosialisasi
Perpajakan (X7)

Kegiatan
memberikan
pengertian, informasi dan
pembinaan
kepada
masyarakat
pada
umumnya dan wajib pajak
pada
khususnya,
mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan
peraturan
perundangundangan perpajakan.

1. Sosialisasi Primer
2. Sosialisasi
Sekunder

Interval

Universitas Sumatera Utara

Lingkungan
Wajib Pajak (X8)

Sesuatu yang ada di alam
sekitar yang memiliki
makna dan atau pengaruh
tertentu kepada Wajib
Pajak.

Keluarga,
teman,
jaringan sosial dan
perdagangan,
nilai
pelaksanaan
pajak
yang dihubungkan dan
informasi tentang WP
Jumlah yang harus
dibayarkan (dalam
satuan uang)

Interval

Besaran Pajak
(X9)

Jumlah pajak yang harus
dibayar oleh Wajib Pajak.

Tindakan
agar
1. Teguran
Penanggung
Pajak
2. Surat
melunasi utang pajak dan
3. Penyitaan
biaya penagihan pajak
4. Penyanderaan
dengan menegur atau
5. Penjualan barang
memperingatkan,
sitaan
melaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus,
memberitahukan
Surat
Paksa,
mengusulkan
pencegahan,
melaksanakan penyitaan,
melaksanakan
penyanderaan,
menjual
barang yang telah disita
sesuai peraturan yang
berlaku.
Sanksi Perpajakan Denda yang diberikan 1. Sanksi
administrasi
(Z)
terhadap wajib pajak
meupakan
karena telah melanggar
pembayaran kerugan
ketetapan jangka waktu
kepada
negara,
yang telah diberikan.
khususnya
berupa
bunga dan kenaikan.
2. Sanksi
pidana
merupakan
siksaan
atau penderitaan dan
merupakan suatu alat
terakhir atau benteng
hukum
yang
digunakan fiskus agar
norma
perpajakan
dipatuhi

Interval

Penagihan Pajak
(X10)

Interval

Interval

Sumber: Hasil olahan Peneliti, 2016
Pengukuran variabel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
pengukuran sikap dengan metode likert. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002)
metode likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju

Universitas Sumatera Utara

atau ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek, atau kejadian tertentu. Metode
Likert dengan skala pengukuran interval menggunakan lima angka penilaian yaitu
dengan skor 1 sampai 5, dimana skor 5 (SS= Sangat Setuju), skor 4 (S= Setuju),
skor 3 (KS= Kurang Setuju), skor 2 (TS= Tidak Setuju) dan skor 1 (STS= Sangat
Tidak Setuju).

4.6

Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda

(Multiple Regression Analysis) dan uji residual untuk moderating variabel. Data
penelitian ini diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social
Science (SPSS). Analisis regresi berganda bermaksud untuk memperkirakan
bagaimana keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua atau lebih
variabel independen. Untuk menguji variabel moderating dipilih menggunakan uji
residual. Dengan persamaan regresi berganda pada model I dan uji residual pada
model II.
1. Analisis regresi berganda, untuk menjawab hipotesis pertama.
Model regresi yang digunakan yaitu :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 +

b9 X9 + b10 X10 + e …(1)
2. Uji residual, untuk menjawab hipotesis kedua. Model yang digunakan yaitu :
Z = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 +

b9 X9 + b10 X10 + e ….(2)
Persamaan (2) bertujuan untuk menguji pengaruh deviasi (penyimpangan)
dari suatu model.

Universitas Sumatera Utara

| e | = a + b11Y ……….(3)
Persamaan (3) bertujuan untuk menguji apakah variabel sanksi bisa
dikatakan sebagai variabel moderating.
Keterangan :
Y
=
Z
=
a
=
b1,b2..bn
=
X1
=
X2
=
X3
=
X4
=
X5
=
X6
=
X7
=
X8
=
X9
=
X10
=

=
|e|
=

Kepatuhan Wajib Pajak (Dependent Variable)
Sanksi (Moderating Variable)
Nilai Y apabila X1 =X2 = 0
Koefisiensi Regresi Berganda (Multiple Regression)
Pengetahuan tentang pajak (Independent Variable )
Kemauan membayar pajak (Independent Variable)
Pelayanan perpajakan (Independent Variable )
Kesadaran (Independent Variable)
Keuangan wajib pajak (Independent Variable)
Pemeriksaan Pajak (Independent Variable )
Sosialisasi Perpajakan (Independent Variable)
Lingkungan Wajib Pajak (Independent Variable )
Besaran Pajak (Independent Variable)
Penagihan Pajak (Independent Variable)
error term
Nilai residual mutlak

Hipotesis kedua menggunakan analisis linier regresi berganda dengan
variabel moderating. Pengujian variabel moderating dalam penelitian ini
menggunakan uji residual, hal ini dikarenakan uji residual dapat menunjukkan
apakah suatu variabel dapat dikatakan sebagai variabel moderating atau tidak
dengan kemungkinan terjadinya Multikolonieritas sangat kecil. Jika hasil uji
residual suatu variabel memiliki koefisien signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang
berarti signifikan dan bernilai negatif hasilnya maka variabel ini dapat dijadikan
sebagai variabel moderating.

4.6.1

Uji Kualitas Data
Pengujian kualitas data dilakukan untuk mengetahui kualitas berupa

konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian. Uji

Universitas Sumatera Utara

ini perlu dilakukan karena jenis data penelitian adalah data primer, jenis pengujian
berupa uji validitas dan reliabilitas, yaitu:
4.6.1.1 Uji Validitas
Uji validitas data dilakukan untuk mendeteksi adakah pertanyaanpertanyaan pada kuisioner yang harus dibuang/ditukar karena dianggap tidak
relevan (Umar, 2009). Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2013). Jika r hitung (dapat dilihat pada kolom Corrected ItemTotal Correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka butir atau
pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2013). Kriteria suatu
instrument sebagai berikut:
R hitung > r tabel (valid)
R hitung < r tabel (tidak valid)
4.6.1.2 Uji Realibilitas
Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2013). Uji realibilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Jawaban responden terhadap
pertanyaan dikatakan reliabel jika masing-masing pertanyaan dijawab secara
konsisten.Ghozali (2013) menyatakan bahwa pengukuran realibilitas dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:
1.

Repeated Measure atau pengukuran ulang dilakukan dengan cara
memberikan kuisioner (pertanyaan) yang sama pada waktu yang berbeda,
dan kemudian dilihat apakah responden tetap konsisten dengan jawabannya.

Universitas Sumatera Utara

One Shot atau pengukuran sekali saja dilakukan dengan cara hanya sekali

2.

saja kuisioner diberikan kepada responden dan kemudian hasilnya
dibandingkan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban
pertanyaan.
Untuk pengujian realibilitasnya digunakan uji statistic Cronbach Alpha.
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,070 (Ghozali, 2013). Untuk melakukan pengujian realibilitas kuisioner
dilakukan dengan menggunakan softwere statistical package for social science
(SPSS).
4.6.2

Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji

normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas.
4.6.2.1 Uji Normalitas
Pengujian Normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data
dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Pada
penelitian digunakan uji statistik untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak (Ghazali, 2013). Uji normalitas data menggunakan Uji
Kolmogorov-Smirnov yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat
signifikansi tertentu yaitu:
a.

Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak
normal.

b.

Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

Universitas Sumatera Utara

4.6.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel independen (Ghozali, 2013). Pengujian multikolonieritas dilakukan
dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Nilai yang
umum dipakai untuk menunjukkan tidak terjadinya multikolonieritas adalah nilai
tolerance harus ≥ 0,10 atau sama dengan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
dari masing-masing variabel ≤ 10.

4.6.2.3 Uji Heterokedastisitas
Ghozali (2013), menyatakan bahwa uji heterokedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varaians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan
jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.7

Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis berupa uji perbedaan antara nilai sampel dengan populasi

atau nilai data yang diteliti dengan nilai ekspektasi (hipotesis) Peneliti (Erlina,
2011). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan koefisien
Determinasi (R2), uji F, dan uji t, dan uji residual.

Universitas Sumatera Utara

4.7.1 Koefisien Determinasi ( R2)
Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam
model.
4.7.2 Uji F
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan
terdahap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan untuk uji F adalah:
Ho: β = 0, maka pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan, kemauan
membayar pajak, pelayanan perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan
wajib pajak, pemeriksaan pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan
wajib pajak, besaran pajak yang harus dibayar, dan penagihan pajak

Universitas Sumatera Utara

secara simultan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi pada KPP Pratama Medan Kota
H1: β ≠ 0, maka pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan, kemauan
membayar pajak, pelayanan perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan
wajib pajak, pemeriksaan pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan
wajib pajak, besaran pajak yang harus dibayar, dan penagihan pajak
secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi pada KPP Pratama Medan Kota
Kriteria pengujian:
P Value (Sig) < 0,05 = Ho (terima Ho tolak H1)
P Value (Sig) > 0,05 = H1 (terima H1 tolak Ho)
4.7.3 Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel
independen secara individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel
terikat. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t adalah:
H0 : β = 0, maka pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan, kemauan
membayar pajak, pelayanan perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan
wajib pajak, pemeriksaan pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan
wajib pajak, besaran pajak yang harus dibayar, dan penagihan pajak
secara parsial tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi pada KPP Pratama Medan Kota.
H1: β ≠ 0, maka pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan, kemauan
membayar pajak, pelayanan perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan
wajib pajak, pemeriksaan pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan

Universitas Sumatera Utara

wajib pajak, besaran pajak yang harus dibayar, dan penagihan pajak
secara parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi pada KPP Pratama Medan Kota.
Kriteria pengujian:
P Value (Sig) > 0,05 = Ho (terima Ho tolak H1)
P Value (Sig) < 0,05 = H1 (terima H1 tolak H0)
4.7.4

Uji Moderating
Pengujian variabel moderating dengan uji residual digunakan untuk

mengatasi kecenderungan akan terjadi multikolonieritas yang tinggi antar variabel
independen (Ghozali, 2013). Uji residual menguji pengaruh deviasi dari suatu
model regresi dengan melihat Lack of Fit (ketidakcocokan) yang ditunjukkan oleh
nilai residual. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji
residual adalah:
H0 : β = 0, maka sanksi tidak mampu memoderasi hubungan antara pengetahuan
wajib pajak mengenai perpajakan, kemauan membayar pajak,
pelayanan perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan wajib pajak,
pemeriksaan pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan wajib pajak,
besaran pajak yang harus dibayar, dan penagihan pajak dengan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Medan Kota
H1: β ≠ 0, maka sanksi mampu memoderasi hubungan antara pengetahuan wajib
pajak mengenai perpajakan, kemauan membayar pajak, pelayanan
perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan wajib pajak, pemeriksaan
pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan wajib pajak, besaran pajak

Universitas Sumatera Utara

yang harus dibayar, dan penagihan pajak dengan kepatuhan wajib
pajak orang pribadi pada KPP Pratama Medan Kota
Kriteria pengujian:
P Value (Sig) > 0,05 dan nilai koefisien parameternya positif = Ho
(terima Ho tolak H1) dan tidak dapat memoderasi.
P Value (Sig) < 0,05 dan nilai koefisien parameternya negatif = H1
(terima H1 tolak Ho) dapat memoderasi.

Universitas Sumatera Utara

91
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1

Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
443/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak sebagaimana disebutkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak di
Kotamadya Medan menjadi enam wilayah kerja :
1. Kantor

Pelayanan

Pajak

Medan

Timur,

dengan

wilayah

kerja:

a)Kecamatan Medan Timur; b)Kecamatan Medan Tembung; c)Kecamatan
Medan Perjuangan.
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan wilayah kerja; a)Kecamatan
Medan Barat; b)Kecamatan Medan Sunggal; c)Kecamatan Medan Petisah;
c)Kecamatan Medan Helvetia.
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan wilayah kerja; a)Kecamatan
Medan Kota; b)Kecamatan Medan Denai; c)Kecamatan Medan Johor;
d)Kecamatan Medan Amplas; e)Kecamatan Medan Area.
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan wilayah kerja;
a)Kecamatan Medan Polonia; b)Kecamatan Medan Maimun; c)Kecamatan
Medan Baru; d)Kecamatan Medan Tuntungan; e)Kecamatan Medan
Selayang.

Universitas Sumatera Utara

92
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan wilayah kerja;
a)Kecamatan

Medan

Belawan;

b)Kecamatan

Medan

Marelan;

c)Kecamatan Medan Labuhan; d)Kecamatan Medan Deli.
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, dengan wilayah kerja yaitu;
1)Kotamadya Binjai; 2)Kabupaten Langkat.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah institusi pemerintah yang
mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan karena
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kantor Pelayanan Pajak
Medan Kota dulunya berada di Gedung Keuangan Negara 1 lantai IV yang
beralamat di jalan Diponegoro Nomor: 30 A Medan, tetapi sekarang sudah
berpindah ke jalan Sukamulia No. 17-A Lantai III Medan.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berganti nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan
peraturan Menteri Keuangan Nomor: 131/PMK.01/2006 tentang organisasi dan
Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 67/PMK.01/2008.
Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah Menjadi
institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan

Universitas Sumatera Utara

93
modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan
profesionalisme yang tinggi.
Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan
yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
Struktur Organisasi yang digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang
Kepala Kantor di bawah naungan kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Sumatera bagian Utara, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) Republik Indonesia dibawah naungan Departemen Keuangan Republik
Indonesia. Susunan struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota dapat dilihat
pada lampiran I.
Secara umum tugas Kantor Pelayanan Pajak Meliputi; 1)Pengumpulan,
pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian
informasi perpajakan, pendapatan objek dan subjek, serta penilaian objek pajak
bumi dan bangunan; 2)Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
3)Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya; 4)Penyuluhan
perpajakan; 5)Pelaksanaan ekstensifikasi; 6)Pelaksaan registrasi Wajib Pajak;
7)Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; 8)Pelaksanaan
pemeriksaan pajak; 9)Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
10)Pelaksanaan

konsultasi

perpajakan;

11)Pelaksanaan

intensifikasi;

12)Pembetulan ketetapan pajak; 13)Pengurangan pajak Bumi dan Bangunan serta

Universitas Sumatera Utara

94
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan; 14)Pelaksanaan Administrasi
kantor.

5.2

Deskripsi Responden
Jumlah wajib pajak orang pribadi yang melaporkan SPT tahunan melalui

KPP Pratama Medan kota pada tahun 2014 sebanyak 4.001 orang. Berdasarkan
rumus dengan menggunakan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel penelitian
sebanyak 97,56 di genapkan menjadi 100 dengan perhitungan sebagai berikut:

n =

N
1 + N (Moe)²

Keterangan:
n
= Ukuran sampel
N
= Ukuran populasi relatif banyak
Moe = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang dapat ditoleransi (10%)
Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data
tentang responden penelitian yang terdiri dari: (1)Jenis Kelamin, (2)Tingkat
Pendidikan, (3)Usia, (4)Pekerjaan, dan (5)Penghasilan/Bulan. Tabel 5.1 sampai
5.5 menyajikan ringkasan demograpi responden.
Tabel 5.1
Jenis Kelamin Responden
No
1
2

Janis Kelamin

Pria
Wanita
Total
Sumber: Hasil Rekapitulasi Kuisioner, 2017

Frekuensi

Persentase

64
36
100

64%
36%
100%

Universitas Sumatera Utara

95
Berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat persentase responden pria
sebanyak 64 orang atau sebesar 64% dan responden wanita sebanyak 36 orang
atau 36%.
Selanjutnya responden juga diukur berdasarkan tingkat pendidikan dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 5.2
Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan
No
1
2
3
4

SLTA ke Bawah
Diploma
S1
S2
Total
Sumber: Hasil Rekapitulasi Kuisioner, 2017

Frekuensi

Persentase

45
8
36
11
100

45 %
8%
36%
11%
100%

Berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat sebanyak 45 orang (45 %)
responden memiliki tingkat pendidikan sampai dengan tingkat SLTA, 8 orang
(8%) responden dengan tingkat pendidikan Diploma, 36 orang (36%) dengan
tingkat pendidikan S1, dan 11 orang (11%) responden dengan tingkat pendidikan
S2.
Tabel 5.3
Usia Responden
No
1
2
3
4

Usia Responden

s.d 20 Tahun
21 - 40 Tahun
41 - 60 Tahun
Di atas 60 Tahun
Total
Sumber: Hasil Rekapitulasi Kuisioner, 2017

Frekuensi

Persentase

4
37
52
7
100

4%
37%
52%
7%
100%

Untuk tingkat usia responden, dapat dilihat mayoritas responden yang
dengan usia sampai dengan 20 tahun sebanyak 4 orang atau 4%, responden yang

Universitas Sumatera Utara

96
dengan usia 21-40 tahun sebanyak 37 orang atau 37%, responden dengan usia 4160 tahun sebanyak 52 orang atau 52%, dan responden dengan usia di atas 60
tahun sebanyak 7 orang atau 7%.
Tabel 5.4
Pekerjaan Responden
No

Frekuensi

Frekuensi

Persentase

23
77
100

23%
77%
100%

1
2

PNS
Wiraswasta
Total
Sumber: Hasil Rekapitulasi Kuisioner, 2017

Dapat dilihat mayoritas responden memiliki latar belakang wiraswasta
(pemilik usaha) sebanyak 77 orang (77%) responden, dan sisanya 23 orang (23%)
responden berlatar belakang PNS.

5.3

Uji Kualitas Data

5.3.1

Uji Validitas
Hasil uji validitas seluruh butir pertanyaan yang digunakan dalam

kuisioner dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini:
Tabel 5.5
Uji Validitas
Variabel
Pengetahuan
Tentang Pajak
(X1)

Kemauan
Membayar
Pajak(X2)

Butir Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.

Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5

r Hitung
0,701
0,747
0,616
0,544
0,666
0,479
0,466
0,430
0,490
0,547

r
Tabel
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374

Ket
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Universitas Sumatera Utara

97
6. Pertanyaan 6
7. Pertanyaan 7
8. Pertanyaan 8

0,504
0,509
0,461

0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid

Pelayanan
Pajak (X3)

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6

0,583
0,683
0,721
0,678
0,423
0,588

0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Kesadaran
Membayar
Pajak (X4)

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6

0,628
0,596
0,768
0,557
0,498
0,674

0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

1.
2.
3.
4.
5.

Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5

0,768
0,776
0,708
0,577
0,741

0,374
0,374
0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Pemeriksaan
Pajak (X6)

1.
2.
3.
4.
5.

Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5

0,757
0,784
0,790
0,798
0,744

0,374
0,374
0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Sosialisasi
Perpajakan
(X7)

1.
2.
3.
4.
5.

Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5

0,654
0,724
0,562
0,508
0,505

0,374
0,374
0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Lingkungan
(X8)

1.
2.
3.
4.

Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4

0,733
0,633
0,570
0,739

0,374
0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid
Valid

Besaran pajak
Yang Harus
Dibayar (X9)

1. Pertanyaan 1
2. Pertanyaan 2
3. Pertanyaan 3

0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid

4. Pertanyaan 4

0,802
0,893
0,788
0,648

0,374

Valid

1. Pertanyaan 1
2. Pertanyaan 2
3. Pertanyaan 3

0,733
0,633
0,570

0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid

Keuangan
(X5)

Penagihan
Pajak (X10)

Universitas Sumatera Utara

98

Sanksi (Z)

Kepatuhan
Wajib Pajak
(Y)

4. Pertanyaan 4

0,739

0,374

Valid

1.
2.
3.
4.
5.

Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5

0,506
0,830
0,734
0,489
0,588

0,374
0,374
0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

1.
2.
3.
4.
5.

Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5

0,511
0,670
0,660
0,490
0,561

0,374
0,374
0,374
0,374
0,374

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Sumber : Hasil uji validitas kuisioner, 2017
Berdasarkan hasil uji validitas dapat dilihat seluruh item pernyataan untuk
mengukur masing-masing variabel penelitian dinyatakan valid (r tabel untuk
responden uji validitas sebanyak 30 adalah 0,374. Berdasarkan hasil uji validitas
dapat dilihat seluruh butir pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner layak
untuk digunakan (valid).

5.3.2

Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji

reliabilitas seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 5.6
Uji Reliabilitas
Variabel

Cronbach’s Alpha

Batas
Reliabilitas

Ket

Pengetahuan Tentang Pajak (X1)
Kemauan Membayar Pajak (X2)
Pelayanan Pajak (X3)
Kesadaran Membayar Pajak (X4)
Keuangan (X5)
Pemeriksaan Pajak (X6)
Sosialisasi Perpajakan (X7)
Lingkungan (X8)
Besaran Pajak (X9)

0,844
0,917
0,834
0,839
0,879
0,909
0,802
0,831
0,900

0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7

Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel

Universitas Sumatera Utara

99
Penagihan Pajak (X10)
Sanksi (Z)
Kepatuhan Membayar Pajak(Y)
Sumber: Hasil Uji Reliabilitas, 2017

0,831
0,826
0,796

0,7
0,7
0,7

Reliabel
Reliabel
Reliabel

Berdasarkan tabel 5.6 reliability statistics tampak nilai Cronbach Alpha
dari setiap variabel penelitian memiliki nilai lebih besar dari 0,7. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kuisioner yang digunakan dalam penelitian
reliabel atau andal.

5.4

Uji Asumsi Klasik

5.4.1

Uji Normalitas
1. Analisis Grafik

Gambar 5.1 Analisis Grafik Uji Normalitas
Berdasarkan analisis grafik, pengujian dilakukan dengan melihat grafik
histogram dan grafik normal p-p plot. Grafik normal p-p plot, dimana terlihat
titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mendekati garis

Universitas Sumatera Utara

100
diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi
asumsi normalitas.
2.

Uji Statistik
Tabel 5.7
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual

N

100

Normal Parameters

a,b

Mean

.0000000
.10363545
.088
.088
-.076
.088

Std. Deviation
Absolute

Most Extreme Differences

Positive
Negative
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)

.053c

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan nilai Asymp. sig, (2-tailed) > α (0,053 >
0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui uji statistik terbukti
data residual terdistribusi normal.
5.4.2 Uji Multikolinieritas
Tabel 5.8
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Pengetahuan Tentang Pajak
.798
1.254
Kemauan Membayar Pajak
.541
1.850
Pelayanan
.541
1.847
Kesadaran
.729
1.372
Keuangan
.779
1.283
Pemeriksaan
.539
1.857
Sosialisasi
.483
2.072
Lingkungan
.483
2.072
Besaran Pajak
.481
2.080
Penagihan Pajak
.358
2.791
Absut
.812
1.231
a. Dependent Variable: Sosialisasi Kepatuhan Wajib Pajak
Model
1

Universitas Sumatera Utara

101
Hasil uji multikolinieritas menunjukkan nilai Variance Inflation Factor
(VIF) dari masing-masing variabel ≤

10

maka tidak terjadi masalah

multikolinieritas.

5.4.3

Uji Heteroskedastisitas

Gambar 5.2 Grafik Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas terhadap data menyimpulkan bahwa model regresi
tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari scatterplot dimana
penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola
tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y (Ghozali, 2013).

Tabel 5.9
Uji Heteroskedastisitas

Model
1

(Constant)
Pengetahuan Tentang
Pajak

Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.279
.188
-.006

.017

Standardized
Coefficients
Beta
-.036

t
1.489

Sig.
.140

-.333

.740

Universitas Sumatera Utara

102
Kemauan Membayar
Pajak
Pelayanan
Kesadaran
Keuangan
Pemeriksaan
Sosialisasi
Lingkungan
Besaran Pajak
Penagihan Pajak
a. Dependent Variable: Absut

-.025

.022

-.146

-1.129

.262

.009
-.026
.031
-.033
-.005
-.031
.044
-.011

.020
.020
.017
.025
.027
.025
.023
.030

.058
-.141
.195
-.168
-.025
-.169
.261
-.056

.445
-1.271
1.831
-1.302
-.181
-1.243
1.933
-.353

.657
.207
.070
.196
.857
.217
.056
.725

Berdasarkan pada tabel 5.9, hasil uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan uji Glejser diperoleh nilai sig dari masing-masing variabel
independen lebih besar dari (>) tingkat kepercayaan (α) sebesar 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak ada gejala heteroskedastisitas.
5.5

Uji Hipotesis dan Pembahasan Hasil Penelitian
Pengujian hipotesis dilakukan melalui, koefisien determinasi (R2),

uji

statistik F, uji statistik t, dan uji residual.
5.5.1 Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 5.10
Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model

R

1

.943a

R
Square
.889

Adjusted R
Square
.876

Std. Error of the Estimate
.10930

a. Predictors: (Constant), Penagihan Pajak, Kemauan Membayar Pajak,
Keuangan, Pengetahuan Tentang Pajak, Kesadaran, Pemeriksaan,
Pelayanan, Besaran Pajak, Lingkungan, Sosialisasi
b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui nilai R Square sebesar 0,889 hal ini
menunjukkan variabel pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan, kemauan

Universitas Sumatera Utara

103
membayar pajak, pelayanan perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan wajib pajak,
pemeriksaan pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan wajib pajak, besaran pajak
yang harus dibayar, dan penagihan pajak sebagai variabel independen memiliki
hubungan yang kuat sebesar 88,9 dengan variabel kepatuhan wajib pajak sebagai
variabel dependen.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,876 berarti variabel kepatuhan wajib
pajak sebagai variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel pengetahuan wajib
pajak mengenai perpajakan, kemauan membayar pajak, pelayanan perpajakan,
kesadaran, kondisi keuangan wajib pajak, pemeriksaan pajak, sosialisasi
perpajakan, lingkungan wajib pajak, besaran pajak yang harus dibayar, dan
penagihan pajak sebesar 87,6 sedangkan sisanya 22,4 dapat dijelaskan oleh
variabel lainnya di luar penelitian ini.

5.5.2 Uji Statistik F
Tabel 5.11
Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of Squares df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
8.506
10
.851 71.200
.000b
Residual
1.063
89
.012
Total
9.570
99
a. Dependent Variable: Sosialisasi Kepatuhan Wajib Pajak
b. Predictors: (Constant), Penagihan Pajak, Kemauan Membayar Pajak, Keuangan,
Pengetahuan Tentang Pajak, Kesadaran, Pemeriksaan, Pelayanan, Besaran Pajak,
Lingkungan, Sosialisasi
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Kriteria pengambilan keputusan menggunakan nilai signifikansi F pada
taraf nyata 5 %. Dari tabel 5.11, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang
lebih kecil dari α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan secara simultan variabel

Universitas Sumatera Utara

104
pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan, kemauan membayar pajak,
pelayanan perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan wajib pajak, pemeriksaan
pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan wajib pajak, besaran pajak yang harus
dibayar, dan penagihan pajak berpengaruh signifikan terhadap variabel kepatuhan
wajib pajak.

5.5.3

Uji Statistik t
Tabel 5.12
Uji Statistik t
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients

Model

B

1

.029

.305

.048

.028

.036
.004
.060
.011
.127
.103
.167
.124
.365

(Constant)
Pengetahuan Tentang
Pajak
Kemauan Membayar
Pajak
Pelayanan
Kesadaran
Keuangan
Pemeriksaan
Sosialisasi
Lingkungan
Besaran Pajak
Penagihan Pajak

Std. Error

Standardized
Coefficients
Beta

t

Sig.
.096

.923

.069

1.738

.086

.035

.048

1.011

.315

.032
.033
.028
.041
.044
.041
.037
.049

.006
.076
.016
.148
.119
.207
.168
.443

.124
1.848
.401
3.097
2.332
4.102
3.366
7.512

.902
.068
.690
.003
.022
.000
.001
.000

a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan tabel 5.12 dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan
regresi berikut ini :
Y = 0,029 + 0,048_ X1 + 0,036_X2 + 0,004_X3 + 0,06_X4 + 0,011_ X5 +
0,127_X6 + 0,103_ X7 + 0,167_X8 + 0,124_ X9 + 0,365_X10

Universitas Sumatera Utara

105

Dari persamaan regresi linier di atas dapat dijelaskan bahwa :
1.

Konstanta
Konstanta bernilai positif pada seluruh variabel, hal ini menandakan bahwa

persamaan regresi berganda tersebut memiliki hubungan yang searah, artinya
kepatuhan wajib pajak akan meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan
wajib pajak mengenai perpajakan (X1), kemauan membayar pajak (X2), pelayanan
perpajakan (X3), kesadaran (X4), kondisi keuangan wajib pajak (X5), pemeriksaan
pajak (X6), sosialisasi perpajakan (X7), lingkungan wajib pajak (X8), besaran
pajak yang harus dibayar (X9), dan penagihan pajak (X10). Nilai konstanta bernilai
0,29 b

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta)

0 2 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Surakarta

0 4 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PELAKU UKM Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UKM (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar Di KPP Pratama Bo

0 1 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PELAKU UKM Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UKM (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar Di KPP Pratama Bo

0 3 14

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Sanksi Sebagai Moderating pada KPP Pratama Medan Kota

0 0 15

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Sanksi Sebagai Moderating pada KPP Pratama Medan Kota

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Sanksi Sebagai Moderating pada KPP Pratama Medan Kota

0 0 8

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Sanksi Sebagai Moderating pada KPP Pratama Medan Kota

0 2 25

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Sanksi Sebagai Moderating pada KPP Pratama Medan Kota

0 7 4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Sanksi Sebagai Moderating pada KPP Pratama Medan Kota

0 0 19