Produk Hukum • Info Hukum uu 1995 10

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 1995
TENTANG
KEPABEANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a.

bahwa pelaksanaan pembangunan nasional t elah menghasilkan
perkembangan yang pesat dalam kehidupan nasional, khususnya di
bidang perekonomian, t ermasuk bent uk-bent uk dan prakt ek
penyelenggaraan kegiat an perdagangan int ernasional;

b.

bahwa dalam upaya unt uk selalu menj aga agar perkembangan
sepert i t ersebut di at as dapat berj alan sesuai dengan
kebij aksanaan pembangunan nasional sebagaimana diamanat kan
dalam garis-garis besar daripada haluan Negara dan lebih dapat
dicipt akan kepast ian hukum dan kemudahan administ rasi
berkait an dengan aspek Kepabeanan bagi bent uk-bent uk dan

prakt ek penyelenggaraan kegiat an perdagangan int ernasional yang
t erus berkembang sert a dalam rangka ant isipasi at as globalisasi
ekonomi, diperlukan langkah-langkah pembaruan;

c.

bahwa perat uran perundang-undangan Kepabeanan yang selama
ini berlaku sudah t idak dapat mengikut i perkembangan
perekonomian nasional dalam hubungannya dengan perdagangan
int ernasional;

d.

Mengingat

bahwa unt uk mewuj udkan hal-hal t ersebut , dipandang perlu unt uk
membent uk Undang-undang t ent ang Kepabeanan yang dapat
memenuhi perkembangan keadaan dan kebut uhan pelayanan
Kepabeanan yang berlandaskan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945;

: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 23 ayat (2)
Undang-undang Dasar 1945;

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-2-

Dengan Perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEPABEANAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1.

Kepabeanan adalah segala sesuat u yang berhubungan dengan pengawasan at as
lalu lint as barang yang masuk at au keluar Daerah Pabean dan pemungut an Bea
Masuk.


2.

Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliput i wilayah darat ,
perairan dan ruang udara di at asnya, sert a t empat -t empat t ert ent u di Zona
Ekonomi Eksklusif dan Landas Kont inen yang di dalamnya berlaku Undang-undang
ini.

3.

Kawasan Pabean adalah kawasan dengan bat as-bat as t ert ent u di pelabuhan laut ,
bandar udara, at au t empat lain yang dit et apkan unt uk lalu-lint as barang yang
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai.

4.

Kant or Pabean adalah kant or dalam lingkungan Direkt orat Jenderal Bea dan
Cukai t empat dipenuhinya Kewaj iban Pabean sesuai dengan ket ent uan
Undang-undang ini.


5.

Pos Pengawasan Pabean adalah t empat yang digunakan oleh Pej abat Bea dan
Cukai unt uk melakukan pengawasan t erhadap lalu-lint as impor dan ekspor.

6.

Kewaj iban Pabean adalah semua kegiat an di bidang Kepabeanan yang waj ib
dilakukan unt uk memenuhi ket ent uan dalam Undang-undang ini.

7.

Pemberit ahuan Pabean adalah pernyat aan yang dibuat oleh Orang dalam rangka
melaksanakan Kewaj iban Pabean dalam bent uk dan syarat yang dit et apkan
dalam Undang-undang ini.

8.

Ment eri adalah Ment eri Keuangan Republik Indonesia.


9.

Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal Bea dan Cukai.

10.

Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana t ugas pokok dan f ungsi
Depart emen Keuangan di bidang Kepabeanan dan Cukai.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-3-

11.

Pej abat Bea dan Cukai adalah pegawai Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai yang
dit unj uk dalam j abat an t ert ent u unt uk melaksanakan t ugas t ert ent u berdasarkan
Undang-undang ini.

12.


Orang adalah orang perseorangan at au badan hukum.

13.

Impor adalah kegiat an memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean.

14.

Ekspor adalah kegiat an mengeluarkan barang dari Daerah Pabean.

15.

Bea Masuk adalah pungut an negara berdasarkan Undang-undang ini yang
dikenakan t erhadap barang yang diimpor.

16.

Tempat Penimbunan Sement ara adalah bangunan dan. at au lapangan at au t empat
lain yang disamakan dengan it u di Kawasan Pabean unt uk menimbun barang

sement ara menunggu pemuat an at au pengeluarannya.

17.

Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, t empat at au kawasan yang
memenuhi persyarat an t ert ent u yang digunakan unt uk menimbun, mengolah,
memamerkan, dan/ at au menyediakan barang unt uk dij ual dengan mendapat kan
penangguhan Bea Masuk.

18.

Tempat Penimbunan Pabean adalah bangunan dan/ at au lapangan at au t empat
lain yang disamakan dengan it u yang disediakan oleh Pemerint ah di Kant or
Pabean yang berada dibawah pengelolaan Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai
unt uk menyimpan barang yang dinyat akan t idak dikuasai, barang yang dikuasai
negara, dan barang yang menj adi milik negara berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 2

(1)


Barang yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean diperlakukan sebagai barang
impor dan t erut ang Bea Masuk.

(2) Barang yang t elah dimuat at au akan dimuat di sarana pengangkut unt uk
dikeluarkan dari Daerah Pabean dianggap t elah diekspor dan diperlakukan
sebagai barang ekspor.
(3) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan barang ekspor
dalam hal dapat dibukt ikan bahwa barang t ersebut dit uj ukan unt uk dibongkar di
suat u t empat dalam Daerah Pabean.
Pasal 3
(1)

Terhadap barang impor dilakukan pemeriksaan pabean.

(2)

Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i penelit ian
dokumen dan pemeriksaan f isik barang.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


-4-

(3)

Pemeriksaan f isik barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara
selekt if .

(4)

Tat a cara pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih
lanj ut oleh Ment eri.
Pasal 4

(1)

Terhadap barang ekspor dilakukan penelit ian dokumen.

(2)


Dalam hal t ert ent u, dapat dilakukan pemeriksaan f isik at as barang ekspor.

(3)

Tat a cara pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
Pasal 5

(1)

Pemenuhan Kewaj iban Pabean dilakukan di Kant or Pabean at au t empat lain yang
disamakan dengan Kant or Pabean dengan menggunakan Pemberit ahuan Pabean.

(2)

Pemberit ahuan Pabean diserahkan kepada Pej abat Bea dan Cukai di Kant or
Pabean at au t empat laun yang disamakan dengan Kant or Pabean dalam bent uk
f ormulir at au melalui media elekt ronik.

(3)


Unt uk pelaksanaan dan pengawasan pemenuhan Kewaj iban Pabean, dit et apkan
Kawasan Pabean dan Pos Pengawasan Pabean.

(4)

Penet apan Kawasan Pabean, Kant or Pabean, dan Pos Pengawasan Pabean
dilakukan oleh Mant eri.

Pasal 6
Terhadap barang yang diimpor at au diekspor, berlaku segala ket ent uan yang diat ur
dalam Undang-undang ini.
BAB II
IMPOR DAN EKSPOR
Bagian Pert ama
Impor
Paragraf 1
Kedat angan, Pembongkaran, Penimbunan,
dan Pengeluaran Barang

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-5-

Pasal 7
(1)

Barang impor harus dibawa ke Kant or Pabean t uj uan pert ama melalui j alur yang
dit et apkan dan kedat angan t ersebut waj ib diberit ahukan oleh pengangkut nya.

(2)

Dalam hal sarana pengangkut dalam keadaan darurat , dengan t anpa memenuhi
ket ent uan pada ayat (1), pengangkut dapat
membongkar
barang
impor
t erlebih dahulu, kemudian waj ib melaporkan hal t ersebut ke Kant or Pabean
t erdekat .

(3)

Pengangkut yang t idak memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) at au ayat (2) dikenai sanksi admini st rasi berupa denda paling banyak Rp
25. 000. 000, 00 (dua puluh lima j ut a rupiah) dan paling sedikit Rp 2. 500. 000, 00
(dua j ut a lima rat us ribu rupiah).

(4)

Pengangkut yang t elah memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) at au ayat (2) t et api j umlah barang yang dibongkar kurang dari yang
diberit ahukan dalam Pemberit ahuan Pabean dan t idak dapat membukt ikan
bahwa kesalahan t ersebut t erj adi diluar kemampuannya, disamping waj ib
membayar Bea Masuk at as barang yang kurang dibongkar, dikenai sanksi
administ rasi berupa denda paling banyak Rp 50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a
rupiah) dan paling sedikit Rp 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(5)

Pengangkut yang t elah memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) at au ayat (2), t et api j umlah barang yang dibongkar lebih banyak dari yang
diberit ahukan dalam Pemberit ahuan Pabean dikenai sanksi administ rasi berupa
denda paling banyak Rp 50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah) dan paling sedikit
Rp 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(6)

Barang impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sement ara menunggu
pengeluarannya dari Kawasan Pabean, dapat dit imbun di Tempat Penimbunan
Sement ara.

(7)

Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikeluarkan dari Kawasan
Pabean set elah dipenuhinya Kewaj iban Pabean unt uk :
a. diimpor unt uk dipakai;
b. diimpor sement ara;
c. dit imbun di Tempat Penimbunan Berikat ;
d. diangkut ke Tempat Penimbunan Sement ara di Kawasan Pabean lainnya;
e. diangkut t erus at au diangkut lanj ut ; at au
f . diekspor kembali.

(8)

Barangsiapa yang mengeluarkan barang dari Kawasan Pabean sebelum diberikan
perset uj uan oleh Pej abat Bea dan Cukai dikenai sanksi administ rasi berupa
denda sebesar Rp 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-6-

(9)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (6), dan ayat (7)
diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
Paragraf 2
Impor unt uk Dipakai
Pasal 8

(1)

Impor unt uk dipakai adalah :
a. memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean dengan t uj uan unt uk dipakai;
at au
b. memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean unt uk dimiliki at au dikuasai
oleh Orang yang berdomisili di Indonesia.

(2)

Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor unt uk dipakai :
a. set elah diserahkan Pemberit ahuan Pabean dan dilunasi Bea Masuknya;
b. set elah diserahkan Pemberit ahuan Pabean dan j aminan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42; at au
c. set elah diserahkan dokumen pelengkap pabean dan j aminan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42.

(3)

Barang impor yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut , dan
pelint as bat as ke Daerah Pabean pada saat kedat angan waj ib diberit ahukan oleh
pembawanya kepada Pej abat Bea dan Cukai.

(4)

Barang impor yang dikirim melalui yang dikirim melalui pos at au j asa t it ipan
hanya dapat dikeluarkan at as perset uj uan Pej abat Bea dan Cukai.

(5)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
Import ir yang t idak melunasi Bea Masuk at as barang impor sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b at au huruf c dalam j angka wakt u yang dit et apkan
menurut Undang-undang ini dikenakan sanksi administ rasi berupa denda sebesar
sepuluh persen dari Bea Masuk yang waj ib dilunasinya.

(6)

Paragraf 3
Impor Sement ara
Pasal 9
(1)

Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sement ara j ika pada
wakt u impornya nyat a-nyat a dimaksudkan unt uk diekspor kembali.

(2)

Barang impor sement ara sampai saat diekspor kembali berada dalam pengawasan
pabean.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-7-

(3)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sert a penent uan
j angka wakt u sement ara diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

(4)

Barangsiapa yang t idak mengekspor kembali barang impor sement ara dalam
j angka wakt u sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi administ rasi
berupa denda serat us persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.
Pasal 10

(1)

Barang yang akan diekspor
Pemberit ahuan Pabean.

waj ib

diberit ahukan

dengan

menggunakan

(2)

Pemberit ahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t idak diperlukan
at as barang pribadi penumpang, awak pengangkut , pelint as bat as, dan barang
kiriman sampai bat as nilai pabean dan at au j umlah t ert ent u.

(3)

Barang yang t elah diberit ahukan unt uk diekspor, sement ara
pemuat annya dapat dit imbun di Tempat Penimbunan Sement ara.

(4)

Barang yang t elah diberit ahukan unt uk diekspor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), j ika dibat alkan harus dilaporkan kepada Pej abat Bea dan Cukai.

(5)

Eksport ir yang t idak melaporkan pembat alan ekspornya sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dikenai saksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00
(lima j ut a rupiah).

(6)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

menunggu

Bagian Ket iga
Pengangkut an Barang
Pasal 11
(1)

Pengangkut pada saat sarana pengangkut nya akan meninggalkan Kant or Pabean
dengan t uj uan ke luar Daerah Pabean waj ib memberit ahukan barang yang
diangkut nya dengan menggunakan Pemberit ahuan Pabean.

(2)

Pengangkut barang dari sat u t empat ke t empat lain dalam Daerah Pabean waj ib
diberit ahukan dengan Pemberit ahuan Pabean sepanj ang mengenai :
a. barang impor dari Tempat Penimbunan Sement ara at au Tempat Penimbunan
Berikat dengan t uj uan Tempat Penimbunan Berikat lainnya;
b. barang impor yang diangkut t erus dan/ at au diangkut lanj ut ;
c. barang ekspor yang diangkut t erus dan/ at au diangkut lanj ut ;
d. barang dari Daerah Pabean yang pengangkut nya melalui suat u t empat di luar
Daerah Pabean.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-8-

(3)

Pengangkut yang t idak memberit ahukan barang yang diangkut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) at au ayat (2) dikenai sanksi administ rasi berupa denda
sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(4)

Pengangkut yang t elah memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a at au huruf b, t et api barang yang diangkut nya t idak sampai ke t empat
t uj uan at au j umlah barang set elah sampai di t empat t uj uan t idak sesuai dengan
Pemberit ahuan Pabean, dan t idak dapat membukt ikan bahwa kesalahan t ersebut
t erj adi di luar kemampuannya, disamping waj ib membayar Bea Masuk at as
barang yang t idak sampai di t empat t uj uan at au kurang dibongkar t ersebut ,
dikenai sanksi administ rasi berupa denda paling banyak Rp. 50. 000. 000, 00 (lima
puluh j ut a rupiah) dan paling sedikit Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(5)

Pengangkut an t enaga list rik, barang cair, at au gas unt uk impor at au Ekspor dapat
dilakukan melalui t ransmisi at au saluran pipa.

(6)

Persyarat an dan t at a cara pengangkut an barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (5) di at ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
BAB III
TARIP DAN NILAI PABEAN
Bagian Pert ama
Tarip
Paragraf 1
Tarip Bea Masuk
Pasal 12

(1)

Barang impor dipungut Bea Masuk berdasarkan t arif set inggi-t ingginya empat
puluh persen dari nilai pabean unt uk perhit ungan Bea Masuk.

(2)

Dikecualikan dari ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) :
a. barang impor hasil pert anian t ert ent u;
b. barang impor t ermasuk dalam daf t ar eksklusif Skedul XXI-Indonesia pada
Perset uj uan Umum Mengenai t arif dan Perdagangan; dan
c. barang impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1).

(3) Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dit et apkan oleh Ment eri.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-9-

Pasal 13
(1)

Bea Masuk dapat dikenakan berdasarkan t arif yang besarnya berbeda dengan
yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) t erhadap :
a. barang impor yang dikenakan t arif Bea Masuk berdasarkan perj anj ian at au
kesepakat an int ernasional;
b. barang impor bawaan penumpang, awak sarana pengangkut , pelint as bat as,
at au barang kiriman melalui pos at au j asa t it ipan; at au
c. barang impor yang berasal dari negara yang memperlakukan barang ekspor
Indonesia secara diskriminat if .

(2)

Tat a cara pengenaan dan besarnya t arif Bea Masuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri.
Paragraf 2
Klasif ikasi Barang
Pasal 14

(1)

Unt uk penet apan t arif Bea Masuk, barang dikelompokkan berdasarkan sist em
klasif ikasi barang.

(2)

Ket ent uan t ent ang klasif ikasi barang diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
Bagian Kedua
Nilai Pabean
Pasal 15

(1)

Nilai pabean unt uk penghit ung Bea Masuk adalah nilai t ransaksi dari barang yang
bersangkut an.

(2)

Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk t idak dapat dit ent ukan
berdasarkan nilai t ransaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), nilai pabean
unt uk menghit ung Bea Masuk dihit ung berdasarkan nilai t ransaksi dari barang
indent ik.

(3)

Dalam hal nilai pabean unt uk menghit ung Bea Masuk t idak dapat dit ent ukan
berdasarkan nilai t ransaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), nilai pabean
unt uk penghit ungan Bea Masuk dihit ung berdasarkan nilai t ransaksi dari barang
serupa.

(4)

Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk t idak dapat dit ent ukan
berdasarkan nilai t ransaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), nilai pabean
unt uk penghit ungan Bea Masuk dihit ung berdasarkan met ode deduksi.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-10-

(5)

Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk t idak dapat dit ent ukan
berdasarkan nilai t ransaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), nilai pabean
unt uk penghit ungan Bea Masuk dihit ung berdasarkan met ode komput asi.

(6)

Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk t idak dapat dit ent ukan
berdasarkan nilai t ransaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), ayat (4), at au ayat (5), nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk dihit ung
dengan menggunakan t at a cara yang waj ar dan konsist en dengan prinsip dan
ket ent uan sebagaimana diat ur pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), at au
ayat (5) berdasarkan dat a yang t ersedia di daerah Pabean dengan pembat asan
t ert ent u.

(7)

Ket ent uan t ent ang nilai pabean unt uk menghit ung Bea Masuk diat ur lebih lanj ut
oleh Mant eri.
Bagian Ket iga
Penet apan Tarif dan Nilai Pabean
Pasal 16

(1)

Pej abat Bea dan Cukai dapat menet apkan t arif at as barang impor sebelum
penyerahan Pemberit ahuan Pabean at au dalam wakt u t iga puluh hari sej ak
t anggal Pemberit ahuan Pabean.

(2)

Pej abat Bea dan Cukai dapat menet apkan nilai pabean unt uk penghit ungan Bea
Masuk at as barang impor dalam wakt u t iga puluh hari sej ak t anggal
Pemberit ahuan Pabean.

(3)

Dalam hal penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/ at au ayat (2)
mengakibat kan kekurangan pembayaran Bea Masuk kecuali import ir mengaj ukan
keberat an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (1), import ir harus
melunasi Bea Masuk yang kurang dibayar sesuai dengan penet apan.

(4)

Import ir yang salah memberit ahukan nilai pabean unt uk menghit ung Bea Masuk
sehingga mengakibat kan kekurangan pembayaran Bea Masuk dikenai sanksi
administ rasi berupa denda paling banyak lima rat us persen dari Bea Masuk yang
kurang dibayar at au paling sedikit serat us persen dari Bea Masuk yang kurang
dibayar.

(5)

Dalam hal penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/ at au ayat (2)
mengakibat kan kelebihan pembayaran Bea Masuk, pengembalian Bea Masuk
dibayar sebesar kelebihannya.

(6)

Ket ent uan t ent ang penet apan t arif dan nilai pabean diat ur lebih lanj ut oleh
Ment eri.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-11-

Pasal 17
(1)

Direkt ur Jenderal dapat menet apkan kembali t arif dan nilai pabean unt uk
penghit ungan Bea Masuk dalam j angka wakt u du t ahun t erhit ung sej ak t anggal
Pemberit ahuan Pebean.

(2)

Dalam hal penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbeda dengan
penet apan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Direkt ur Jenderal
memberit ahukan secara t ert ulis kepada import ir unt uk :
a. melunasi Bea Masuk yang kurang dibayar; at au
b. diberikan pengembalian Bea Masuk yang lebih dibayar.

(3)

Bea masuk yang kurang dibayar at au pengembalian Bea Masuk yang dibayar lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibayar sesuai dengan penet apan kembali.

BAB IV
BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN
Bagian Pert ama
Bea Masuk Ant idumping
Pasal 18
Bea Masuk Ant idumping dikenakan t erhadap barang impor dalam hal :
a.
harga ekspor dari barang t ersebut lebih rendah dari nilai normalnya; dan
b.
impor barang t ersebut :
1. menyebabkan kerugian t erhadap indust ri dalam negeri yang memproduksi
barang sej enis dengan barang t ersebut ;
2. mengecam t erj adinya kerugian t erhadap indust ri dalam negeri yang
memproduksi barang sej enis dengan barang t ersebut ; dan
3. menghalangi pengembangan indust ri barang sej enis di dalam negeri.
Pasal 19
(1)

Bea Masuk Ant idumping dikenakan t erhadap barang impor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 set inggi-t ingginya sebesar selisih ant ara nilai normal dengan
harga ekspor dari barang t ersebut .

(2)

Bea Masuk Ant idumping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
t ambahan dari Bea Masuk yang dipungut berdasarkan Pasal 12 ayat (1).

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-12-

Pasal 20
Ket ent uan t ent ang persyarat an dan t at a cara pengenaan Bea Masuk Ant idumping sert a
penanganannya diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Kedua
Bea Masuk Imbalan
Pasal 21
Bea Masuk Imbalan dikenakan t erhadap barang impor dalam hal :
a.

dit emukan adanya subsidi yang diberikan di negara pengekspor t erhadap barang
t ersebut ; dan

b.

impor barang t ersebut :
1.

menyebabkan kerugian t erhadap indust ri dalam negeri yang memproduksi
barang sej enis dengan barang t ersebut ;

2.

mengancam t erj adinya kerugian t erhadap indust ri dalam negeri
memproduksi barang sej enis dengan barang t ersebut ; at au

3.

menghalangi pengembangan indust ri barang sej enis di dalam negeri.

yang

Pasal 22
(1)

Bea Masuk Imbalan dikenakan t erhadap barang impor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 set inggi-t ingginya sebesar selisih ant ara subsidi dengan :
a. biaya permohonan, t anggungan at au pungut an lain yang dikeluarkan unt uk
memperoleh subsidi; dan/ at au
b. pungut an yang dikenakan pada saat ekspor unt uk menggant i subsidi yang
diberikan kepada barang ekspor t ersebut .

(2)

Bea Masuk Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan t ambahan
dari Bea Masuk yang dipungut berdasarkan Pasal 12 ayat (1).

Pasal 23
Ket ent uan t ent ang persyarat an dan t at a cara pengenaan Bea Masuk Imbalan sert a
penanganannya diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB V
TIDAK DIPUNGUT, PEMBEBASAN, KERINGANAN, DAN
PENGEMBALIAN BEA MASUK
Bagian Pert ama
Tidak Dipungut Bea Masuk
SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-13-

Pasal 24
Barang yang dimasukkan ke Daerah Pabean unt uk diangkut t erus at au diangkut lanj ut
ke luar Daerah Pabean t idak dipungut Bea Masuk.
Bagian Kedua
Pembebasan dan Keringanan Bea Masuk

(1)

Pasal 25
Pembebasan Bea Masuk diberikan at as Impor :
a.

barang perwakilan negara asing besert a para pej abat nya yang bert ugas di
Indonesia berdasarkan asas t imbal balik;

b.

barang unt uk keperluan badan int ernasional besert a pej abat nya yang
bert ugas di Indonesia;

c.

barang dan bahan unt uk diolah, dirakit , at au dipasang pada barang lain
dengan t uj uan unt uk diekspor;

d.

buku ilmu penget ahuan;

e.

barang kiriman hadiah unt uk keperluan ibadah umum, amal, sosial, at au
kebudayaan;

f.

barang unt uk keperluan museum, kebun binat ang, dan t empat lain semacam
it u yang t erbuka unt uk umum;

g.

barang unt uk keperluan penelit ian dan pengembangan ilmu penget ahuan;

h.

barang unt uk keperluan khusus kaum t una net ra dan penyandang cacat
lainnya;

i.

persenj at aan, amunisi, dan perlengkapan milit er, t ermasuk suku cadang yang
diperunt ukkan bagi keperluan pert ahanan dan keamanan negara;

j.

barang dan bahan yang dipergunakan unt uk menghasilkan barang bagi
keperluan pert ahanan dan keamanan negara;

k.

barang cont oh yang t idak unt uk diperdagangkan;

l.

pet i at au kemasan lain yang berisi j enazah at au abu j enazah;

m. barang pindahan;
n.

barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut , pelint as bat as, dan
barang kiriman sampai bat as nilai pabean dan/ at au j umlah t ert ent u.

(2)

Perubahan at as barang impor yang diberikan pembebasan berdasarkan t uj uan
pemakaiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur oleh Ment eri.

(3)

Ket ent uan t ent ang pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih
lanj ut oleh Ment eri.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-14-

(4)

(1)

Barangsiapa yang t idak memenuhi ket ent uan t ent ang pembebasan Bea Masuk
yang dit et apkan menurut Undang-undang ini, j ika mengakibat kan kerugian pada
penerimaan negara, dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar serat us
persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.
Pasal 16
Pembebasan at au keringanan Bea Masuk dapat diberikan at as Impor :
a. mesin unt uk pembangunan dan pengembangan indust ri;
b. barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan indust ri
unt uk j angka wakt u t ert ent u;
c. peralat an dan bahan yang digunakan unt uk mencegah pencemaran
lingkungan;
d. bibit dan benih unt uk pembangunan dan pengembangan indust ri pert anian,
pet ernakan, at au perikanan;
e. hasil laut yang dit angkap dengan sarana penangkap yang t elah mendapat
izin;
f . barang yang t elah diekspor unt uk keperluan perbaikan, pengerj aan, dan
penguj ian;
g. barang yang t elah diekspor, kemudian diimpor kembali dalam kualit as yang
sama;
h. barang yang mengalami kerusakan, penurunan mut u, kemusnahan, at au
penyusut an volume at au berat karena al amiah ant ara saat diangkut ke dalam
Daerah Pabean dan saat diberikan perset uj uan impor unt uk dipakai;
i. bahan t erapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penj enisan
j aringan;
j . barang oleh Pemerint ah pusat at au Pemerint ah daerah yang dit uj ukan unt uk
kepent ingan umum;
k. barang dengan t uj uan unt uk diimpor sement ara.

(2)

Perubahan at as barang impor yang dapat diberikan pembebasan at au kekeringan
berdasarkan t uj uan pemakaiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur
oleh Ment eri.

(3)

Ket ent uan t ent ang pembebasan at au keringanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

(4)

Barangsiapa yang t idak memenuhi ket ent uan pembebasan at au keringanan Bea
Masuk yang dit et apkan menurut Undang-undang ini, j ika mengakibat kan kerugian
pada penerimaan negara, dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar
serat us persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-15-

Bagian Ket iga
Pengembalian Bea Masuk

(1)

(2)

Pasal 27
Pengembalian dapat diberikan t erhadap seluruh at au sebagian Bea Masuk yang
t elah dibayar at as :
a. kelebihan pembayaran Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(5), Pasal 17 ayat (3), at au karena kesalahan t at a usaha;
b. impor barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26;
c. impor barang yang oleh sebab t ert ent u harus diekspor kembali at au
dimusnahkan di bawah pengawasan Pej abat Bea dan Cukai;
d. impor barang yang sebelum diberikan perset uj uan impor unt uk dipakai
kedapat an j umlah yang sebenarnya lebih kecil daripada yang t elah dibayar
bea masuknya, cacat , bukan bat ang yang dipesan, at au berkualit as lebih
rendah; at au
e. kelebihan pembayaran Bea Masuk sebagai akibat put usan lembaga banding
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99.
Ket ent uan t ent ang pengembalian Bea Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
BAB VI
PEMBERITAHUAN PABEAN DAN TANGGUNG
JAWAB ATAS BEA MASUK
Bagian Pert ama
Pemberit ahuan Pabean
Pasal 28

Ket ent uan dan t at a cara t ent ang :
a.
bent uk, isi, dan keabsahan Pemberit ahuan Pabean dan buku cat at an pabean;
b.
penyerahan dan pendaf t aran Pemberit ahuan Pabean;
c.
penelit ian, perubahan, penambahan, dan pembat alan Pemberit ahuan Pabean
dan buku cat at an pabean;
d.
pendist ribusian dan penat ausahaan Pemberit ahuan Pabean dan buku cat at an
pabean;
e.
penggunaan dokumen pelengkap pabean;
diat ur oleh Ment eri.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-16-

Bagian Kedua
Pengurusan Pemberit ahuan Pabean
Pasal 29
(1)

Pengurusan Pemberit ahuan Pabean yang diwaj ibkan Undang-undang ini dilakukan
oleh pengangkut , import ir, at au eksport ir.

(2)

Dalam hal pengurusan Pemberit ahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) t idak dilakukan sendiri, import ir at au eksport ir menguasakannya kepada
pengusaha pengurusan j asa kepabeanan.

(3)

Ket ent uan t ent ang pengurusan Pemberit ahuan Pabean diat ur lebih lanj ut oleh
Mant eri.
Bagian Ket iga
Tanggung Jawab at as Bea Masuk
Pasal 30

(1)

Import ir bert anggung j awab t erhadap Bea Masuk yang t erut ang sej ak t anggal
Pemberit ahuan Pabean at as Impor.

(2)

Bea Masuk yang harus dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihit ung
berdasarkan t arif yang berlaku pada t anggal Pemberit ahuan Pabean at as Impor
dan nilai pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.

Pasal 31
Pengusaha pengurusan j asa kepabeanan yang mendapat kuasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (2) bert anggung j awab t erhadap Bea Masuk yang t erut ang dalam
hal import ir t idak dit emukan.
Pasal 32
(1)

Pengusaha Tempat Penimbunan Sement ara bert anggung j awab t erhadap Bea
Masuk yang t erut ang at as barang yang dit imbun di Tempat Penimbunan
Sement aranya.

(2)

Pengusaha Tempat Penimbunan Sement ara dibebaskan dari t anggung j awab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal barang yang dit imbun di Tempat
Penimbunan Sement aranya :
a. musnah t anpa sengaj a;
b. t elah diekspor kembali, diimpor unt uk dipakai, at au diimpor sement ara; at au
c. t elah dipindahkan ke Tempat Penimbunan Sement ara lain, Tempat
Penimbunan Berikat , at au Tempat Penimbunan Pabean.
Perhit ungan Bea Masuk at as barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

(3)

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-17-

harus dilunasi, sepanj ang t idak dapat didasarkan pada t arif dan nilai pabean
barang yang bersangkut an, didasarkan pada t arif t ert inggi unt uk golongan barang
yang t ert era dalam Pemberit ahuan Pabean pada saat barang t ersebut dit imbun
di Tempat Penimbunan Sement ara dan nilai pebean dit et apkan oleh Pej abat Bea
dan Cukai.
Pasal 33
(1)

Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat bert anggung j awab t erhadap Bea Masuk
yang t erut ang at as barang yang dit imbun di Tempat Penimbunan Berikat nya.

(2) Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat dibebaskan dari t anggung j awab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal barang yang dit imbun di Tempat
Penimbunan Berikat nya :
a. musnah t anpa sengaj a;
b. t elah diekspor kembali, diimpor unt uk dipakai, at au diimpor sement ara; at au
c. t elah dipindahkan ke Tempat Penimbunan Sement ara, Tempat Penimbunan
Berikat lain, at au Tempat Penimbunan Pabean.
(3)

(1)

(2)

Perhit ungan Bea Masuk at as barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
harus dilunasi didasarkan pada t arif yang berlaku pada saat dilakukan
pencacahan dan nilai pabean barang pada saat dit imbun di Tempat Penimbunan
Berikat .
Pasal 34
Dalam hal ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26 t idak
lagi dipenuhi, Bea Masuk at as barang impor yang t erut ang menj adi t anggung
j awab :
a. Orang yang mendapat kan pembebasan at au kekeringan; at au
b. Orang yang menguasai barang yang bersangkut an dalam hal Orang
sebagaimana dimaksud huruf a t idak dit emukan.
Perhit ungan Bea Masuk yang t erut ang sebagaimana dimaksud pada ayat (q)
didasarkan pada t arif dan nilai pabean yang berlaku pada t anggal Pemberit ahuan
Pabean at as Impor.

Pasal 35
Barangsiapa yang kedapat an menguasai barang impor di t empat kedat angan sarana
pengangkut an at au di daerah perbat asan yang dit unj uk bert anggung j awab t erhadap
Bea Masuk yang t erut ang at as barang t ersebut .
BAB VII
PEMBAYARAN BEA MASUK, PENAGIHAN UTANG,
SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-18-

DAN JAMINAN
Bagian Pert ama
Pembayaran Bea Masuk
Pasal 36
(1)

Bea masuk, denda administ rasi, dan bunga yang t erut ang kepada negara menurut
Undang-undang ini, dibayar di kas negara at au di t empat pembayaran lain yang
dit unj uk oleh Ment eri.

(2)

Bea Masuk, denda administ rasi, dan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
j umlahnya dibulat kan dalam rupiah penuh.

(3)

Ket ent uan t ent ang t at a cara pembayaran, penerimaan, penyet oran Bea Masuk,
denda administ rasi, dan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sert a
pembulat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh
Ment eri.
Pasal 37

(1)

Bea Masuk dan denda administ rasi
yang t erut ang waj ib dibayar
selambat -lambat nya dalam wakt u t iga puluh hari sej ak t imbulnya kewaj iban
membayar menurut Undang-undang ini.

(2)

Dalam hal t ert ent u. kewaj iban membayar Bea Masuk dan denda administ rasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan penundaan.

(3)

Ket ent uan t ent ang penundaan pembayar an ut ang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
Bagian Kedua
Penagihan ut ang
Pasal 38

(1)

Ut ang at au t agihan kepada negara berdasarkan Undang-undang ini yang t idak
at au kurang dibayar dikenakan bunga sebesar dua persen set iap bulannya at au
selama-lamanya dua puluh empat bulan, dihit ung sej ak t anggal j at uh t empo
sampai hari pembayarannya, dan bagian bulan dihit ung sat u bulan.

(2)

Penghit ungan ut ang at au t agihan kepada negara Undang-undang ini j umlahnya
dibulat kan dalam rupiah penuh.
Pasal 39

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-19-

(1)

Negara mempunyai hak mendahulu unt uk t agihan pebean at as barang-barang
milik yang berut ang.

(2)

Ket ent uan t ent ang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i
Bea Masuk, denda administ rasi, bunga, dan biaya penagihan.

(3)

Hak mendahulu unt uk t agihan pabean melebihi segala hak mendahulu lainnya,
kecuali :
a. biaya perkara semat a-mat a disebabkan oleh suat u penghukuman unt uk
melelang barang bergerak dan/ at au t idak bergerak;
b. biaya yang t elah dikeluarkan unt uk menyelamat kan suat u barang;
c. biaya perkara yang semat a-mat a disebabkan oleh pelelangan dan
penyelesaian suat u warisan.

(4)

Hak mendahulu it u hilang set elah lampau wakt u dua t ahun sej ak t anggal
dit erbit kannya surat t agihan, kecuali apabila dalam j angka wakt u t ersebut
diberikan penundaan pembayaran.

(5)

Dalam hal diberikan penundaan pembayaran, j angka wakt u dua t ahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihit ung sej ak t anggal penundaan
pembayaran diberikan.
Pasal 40

(1)

Hak penagihan at as ut ang berdasarkan Undang-undang ini kedaluwarsa set elah
sepuluh t ahun sej ak t imbulnya kewaj iban membayar.

(2)

Masa kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t idak dapat
diperhit ungkan dalam hal :
a. yang t erut ang t idak bert empat t inggal di Indonesia;
b. yang t erut ang memperoleh penundaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37 ayat (2); at au
c. yang t erut ang melakukan pelanggaran Undang-undang ini.

Pasal 41
Pelaksanaan penagihan ut ang dan penghapusan penagihan ut ang yang t idak dapat
dit agih berpedoman pada perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ket iga
Jaminan
SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-20-

Pasal 42
(1)

Jaminan yang disyarat kan menurut Undang-undang ini dapat dipergunakan :
a. sekali; at au
b. t erus-menerus.

(2)

Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbent uk :
a. uang t unai;
b. j aminan bank;
c. j aminan dari perusahaan asuransi; at au
d. j aminan lainnya.

(3)

Ket ent uan t ent ang j aminan diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
BAB V
TEMPAT PENIMBUNAN DI BAWAH PENGAWASAN PABEAN
Bagian Pert ama
Tempat Penimbunan Sement ara
Pasal 43

(1)

Di set iap Kawasan Pabean disediakan Tempat Penimbunan Sement ara yang
dikelola oleh pengusaha Tempat Penimbunan Sement ara.

(2)

Dalam hal barang dit imbun di Tempat Penimbunan Sement ara, j angka wakt u
penimbunan barang paling lama t iga puluh hari sej ak penimbunannya.

(3)

Pengusaha
Tempat
Penimbunan
Sement ara
yang
t idak
dapat
mempert anggungj awabkan barang yang seharusnya berada di t empat t ersebut
dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar dua puluh lima persen dari Bea
Masuk yang seharusnya dibayar.

(4)

Ket ent uan t ent ang penunj ukan Tempat Penimbunan Sement ara, t at a cara
penggunaannya, dan perubahan j angka wakt u penimbunan diat ur lebih lanj ut
oleh Ment eri.

Bagian Kedua
Tempat Penimbunan Berikat
SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-21-

Pasal 44
(1)

Dengan persyarat an t ert ent u, suat u kawasan, t empat , at au bangunan dapat
dit et apkan sebagai Tempat Penimbunan Berikat unt uk :
a. menimbun barang guna diimpor unt uk dipakai at au diekspor at au diimpor
kembali;
b. menimbun dan/ at au mengolah barang sebelum diekspor at au diimpor unt uk
dipakai;
c. menimbun dan memamerkan barang impor; at au
d. menimbun, menyediakan unt uk dan menj ual barang impor kepada orang
t ert ent u.

(2)

Persyarat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ket ent uan t ent ang
pendirinya, penyelenggaraan, dan pengusahaan Tempat Penimbunan Berikat
diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 45

(1)

Barang dapat dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat at as persyarat an
Pej abat Bea dan Cukai unt uk :
a. diimpor unt uk dipakai;
b. diolah;
c. diekspor sebelum at au sesudah diolah; at au
d. diangkut ke Tempat Penimbunan Berikat at au Tempat Penimbunan
Sement ara.

(2)

Barang dari Tempat Penimbunan Berikat yang diimpor unt uk dipakai, dipungut
Bea Masuk berdasarkan t arif yang berlaku pada saat diimpor unt uk dipakai sert a
nilai pabean yang t erj adi pada saat barang dimasukkan ke Tempat Penimbunan
Berikat .

(3)

Barangsiapa yang mengeluarkan barang dari Tempat Penimbunan Berikat
sebelum diberikan perset uj uan oleh Pej abat Bea dan Cukai dikenai sanksi
administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(4)

Pengusaha
Tempat
Penimbunan
Berikat
yang
t idak
dapat
mempert anggungj awabkan barang yang seharusnya berada di t empat t ersebut ,
dikenakan sanksi administ rasi berupa denda sebesar serat us persen dari Bea
Masuk yang seharusnya dibayar.

Pasal 46
(1)

Izin Tempat Penimbunan Berikat dibekukan bilamana penyelenggara Tempat

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-22-

Penimbunan Berikat :
a. berada dalam pengawasan kurat or sehubungan Tempat Penimbunan Berikat .
b. menunj ukkan ket idakmampuan dalam penyelenggaraan Tempat Penimbunan
Berikat .
(2)

Pembekuan izin dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menj adi pencabut an
bilamana penyelenggara Tempat Penimbunan Berikat :
a. t idak melunasi ut angnya dalam j angka wakt u yang dit et apkan; at au
b. t idak mampu lagi mengusahakan Tempat Penimbunan Berikat t ersebut .

(3)

Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberlakukan kembali bilamana
penyelenggara Tempat Penimbunan Berikat :
a. t elah melunasi ut angnya; at au
b. t elah mengusahakan Tempat Penimbunan Berikat t ersebut .

(4)

Izin Tempat Penimbunan Berikat dalam hal :
a. penyelenggara Tempat Penimbunan Berikat unt uk j angka wakt u sat u t ahun
t erus menerus t idak lagi melakukan kegiat an;
b. penyelenggara Tempat Penimbunan Berikat mengalami pailit ;
c. penyelenggara Tempat Penimbunan Berikat bert indak t idak j uj ur dalam
usahanya; at au
d. t erdapat permint aan dari yang bersangkut an.

(5)

Ket ent uan t ent ang pembekuan, pemberlakuan kembali, dan pencabut an izin
Tempat Penimbunan Berikat diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 47
Bilamana izin Tempat Penimbunan Berikat t elah dicabut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46, pengusaha dalam bat as wakt u t iga puluh hari sej ak pencabut an izin harus :
a.
melunasi semua Bea Masuk yang t erut ang;
b.
mengekspor kembali barang yang masih ada di Tempat Penimbunan Berikat ; at au
c.
memindahkan barang yang masih ada di Tempat Penimbunan Berikat ke Tempat
Penimbunan Berikat lain.

Bagian Ket iga
Tempat Penimbunan Pabean

Pasal 48
SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-23-

(1)

Di set iap Kant or Pabean disediakan Tempat Penimbunan Pabean yang dikelola
oleh Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai.

(2)

Penunj ukan t empat lain yang berf ungsi sebagai Tempat Penimbunan Pabean
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri.
BAB IX
PEMBUKUAN

Pasal 49
Import ir, eksport ir, pengusaha Tempat Penimbunan Sement ara, pengusaha Tempat
Penimbunan Berikat , pengusaha pengurusan j asa kepabeanan at au pengusaha
pengangkut an diwaj ibkan menyelenggarakan pembukuan dan menyimpan cat at an
sert a surat menyurat yang bert alian dengan Impor at au Ekspor.
Pasal 50
(1)

At as permint aan Pej abat Bea dan Cukai, Orang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 waj ib menyerahkan buku, cat at an, dan surat menyurat yang bert alian
dengan Impor at au Ekspor unt uk kepent ingan pemeriksaan.

(2)

Dalam hak orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t idak berada di t empat ,
kewaj iban unt uk menyediakan buku, cat at an, dan surat -menyurat yang bert alian
dengan Impor at au Ekspor unt uk diperiksa beralih kepada yang mewakilinya.

Pasal 51
Pembukuan dan cat at an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 harus menggunakan
huruf lat in, angka Arab, mat a uang rupiah, sert a bahasa Indonesia at au dengan mat a
uang asing dan bahasa asing dan bahasa lain yang dit et apkan oleh Ment eri, dan semua
buku, cat at an, sert a waj ib disimpan selama sepuluh t ahun pada t empat usahanya di
Indonesia.
Pasal 52
Barangsiapa yang t idak mengindahkan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49 dan Pasal 51 dan perbuat an t ersebut t idak menyebabkan kerugian keuangan negara
dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).
BAB X
LARANGAN DAN PEMBATASAN IMPOR ATAU EKSPOR SERTA
PENGENDALIAN IMPOR ATAU EKSPOR BARANG
HASIL PELANGGARAN HAK ATAS
KEKAYAAN INTELEKTUAL

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-24-

Bagian Pert ama
Larangan dan Pembat asan Impor at au Ekspor
Pasal 53
(1)

Unt uk kepent ingan pengawasan t erhadap pelaksanaan ket ent uan larangan dan
pembat asan, inst ansi t eknis yang menet apkan perat uran larangan dan/ at au
pembat asan at as Impor at au Ekspor baran t ert ent u waj ib memberit ahukan
kepada Ment eri.

(2)

Ket ent uan t ent ang pelaksanaan pengawasan perat uran larangan dan/ at au
pembat asan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh
Ment eri.

(3)

Semua barang yang dilarang at au dibat asi yang t idak memenuhi syarat unt uk
diekspor at au diimpor, j ika t elah diberit ahukan dengan Pemberit ahuan Pabean,
at as permint aan import ir at au eksport ir dapat :
a. dibat alkan ekspornya;
b. diekspor kembali; at au
c. dimusnahkan di bawah pengawasan Pej abat Bea dan Cukai.

(4)

Barang yang dilarang at au dibat asi unt uk diimpor at au diekspor yang t idak
diberit ahukan at au diberit ahukan secara t idak benar dinyat akan sebagai barang
yang dikuasai negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, kecuali t erhadap
barang dimaksud dit et apkan lain berdasarkan perat uran perundang-undangan
yang berlaku.
Bagian Kedua
Pengendalian Impor at au Ekspor Barang
Hasil Pelanggaran Hak At as Kekayaan Int elekt ual

Pasal 54
At as permint aan pemilik at au pemegang hak at as merek at au hak cipt a, Ket ua
Pengadilan Negeri set empat dapat mengeluarkan perint ah t ert ulis kepada Pej abat Bea
dan Cukai unt uk menangguhkan sement ara wakt u pengeluaran barang impor at au
ekspor dari Kawasan Pabean yang berdasarkan bukt i yang cukup, diduga merupakan
hasil pelanggaran merek dan hak cipt a yang melindungi di Indonesia.
Pasal 55
Permint aan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 diaj ukan dengan disert ai :
a.
bukt i yang cukup mengenai adanya pelanggaran merek at au hak cipt a yang
bersangkut an;
b.
bukt i pemilikan merek at au hak cipt a yang bersangkut an;
c.
perincian dan ket erangan yang j elas mengenai barang impor at au ekspor yang
SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-25-

d.

dimint akan penangguhan pengeluarannya, agar dengan cepat dapat dikenali oleh
Pej abat Bea dan Cukai; dan
j aminan.

Pasal 56
At as penerimaan perint ah t ert ulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pej abat Bea
dan Cukai :
a.
memberit ahukan secara t ert ulis kepada import ir, eksport ir, at au pemilik barang
mengenai adanya perint ah penangguhan pengeluaran barang impor at au
ekspornya;
b.
t erhit ung t anggal dit erimanya perint ah t ert ulis Ket ua Pengadilan Negeri
set empat , melaksanakan penangguhan pengeluaran barang impor at au ekspor
yang bersangkut an dari Kawasan Pabean.
Pasal 57
(1)

Penangguhan pengeluaran barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b
dilaksanakan unt uk j angka wakt u paling lama hari kerj a.

(2)

Jangka wakt u sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan alasan dan
dengan syarat t ert ent u, dapat diperpanj ang sat u kali unt uk paling lama sepuluh
hari kerj a dengan perint ah t ert ulis Ket ua Pengadilan Negeri set empat .

(3)

Perpanj angan penangguhan t erhadap pengeluaran barang impor at au ekspor
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disert ai dengan perpanj angan j aminan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf d.
Pasal 58

(1)

At as permint aan pemilik at au pemegang hak at as merek at au hak cipt a yang
memint a perint ah penangguhan, Ket ua Pengadilan Negeri set empat dapat
memberi izin kepada pemilik at au pemegang hak t ersebut guna memeriksa
barang impor at au ekspor yang dimint a penangguhan pengeluarannya.

(2)

Pemberian izin pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Ket ua
Pengadilan
Negeri
set empat
set elah
mendengarkan
dan
mempert imbangkan penj elasan sert a memperhat ikan kepent ingan pemilik
barang impor at au ekspor yang dimint akan penangguhan pengeluarannya.
Pasal 59

(1)

Apabila dalam j angka wakt u sepuluh hari kerj a sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 57 ayat (1), Pej abat Bea dan Cukai t idak menerima pemberit ahuan dari
pihak yang memint a penangguhan pengeluaran bahwa t indakan hukum yang
diperlukan unt uk mempert ahankan haknya sesuai
dengan perat uran

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-26-

perundang-undangan yang berlaku t elah dilakukan dan Ket ua Pengadilan Negeri
set empat t idak memperpanj ang secara t ert ulis perint ah penangguhan, Pej abat
Bea dan Cukai waj ib mengakhiri t indakan penangguhan pengeluaran barang
impor at au ekspor yang bersangkut an dan menyelesaikannya sesuai dengan
ket ent uan kepabeanan berdasarkan Undang-undangan ini.
(2)

Dalam hal t indakan hukum unt uk mempert ahankan hak t elah mulai dilakukan
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku dalam j angka wakt u
sepuluh hari kerj a sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pihak yang memint a
penangguhan pengeluaran barang impor at au ekspor waj ib secepat nya
melaporkannya kepada Pej abat Bea dan Cukai yang menerima perint ah dan
melaksanakan penangguhan barang impor at au ekspor.

(3)

Dalam hal t indakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) t elah
diberit ahukan dan Ket ua Pengadilan Negeri set empat t idak memperpanj ang
secara t ert ulis perint ah penangguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat
(2), Pej abat Bea dan Cukai mengakhiri t indakan penangguhan pengeluaran
barang impor at au ekspor yang bersangkut an dan menyelesaikannya sesuai
dengan ket ent uan kepabeanan berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 60
Dalam keadaan t ert ent u, import ir, eksport ir, at au pemilik barang impor at au ekspor
dapat mengaj ukan permint aan kepada Ket ua Pengadilan Negeri set empat unt uk
memerint ahkan secara t ert ulis kepada Pej abat Bea dan Cukai agar mengakhiri
penangguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dengan menyerahkan j aminan
yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf d.

(1)

(2)

Pasal 61
Apabila dari hasil pemeriksaan perkara t erbukt i bahwa barang impor at au ekspor
t ersebut merupakan at au t idak berasal dari hasil pelanggaran merek at au hak
cipt a, pemilik barang impor at au ekspor berhak unt uk memperoleh gant i rugi
dari pemilik at au pemegang hak yang memint a penangguhan pengeluaran barang
impor at au ekspor t ersebut .
Pengadilan Negeri yang memeriksa dan memut us perkara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat memerint ahkan agar j aminan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55 huruf d digunakan sebagai pembayaran at au bagian pembayaran gant i
rugi yang harus dibayarkan.
Pasal 62

Tindakan penangguhan pengeluaran barang impor at au ekspor dapat pula dilakukan
karena j abat an oleh Pej abat Bea dan Cukai apabila t erdapat bukt i yang cukup bahwa
SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-27-

barang t ersebut merupakan at au berasal dari hasil pelanggaran merek at au hak cipt a.
Pasal 63
Ket ent uan penangguhan pengeluaran barang yang diduga merupakan hasil pelanggaran
hak at as kekayaan int elekt ual t idak diberlakukan t erhadap barang bawaan
penumpang, awak sarana pengangkut , pelint as bat as, at au barang kiriman melalui pos
at au j asa t it ipan yang t idak dimaksudkan unt uk t uj uan komersial.

(1)

(2)

Pasal 64
Pengendalian impor at au ekspor barang yang diduga merupakan hasil
pelanggaran hak at as kekayaan int elekt ual, selain merek dan hak cipt a
sebagaimana diat ur dalam Undang-undang ini, dit et apkan dengan Perat uran
Pemerint ah.
Ket ent uan lebih lanj ut yang diperlukan bagi pelaksanaan Pasal 54 sampai dengan
Pasal 63 diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB XI
BARANG YANG DINYATAKAN TIDAK DIKUASAI, BARANG
YANG DIKUASAI NEGARA, DAN BARANG
YANG MENJADI MILIK NEGARA
Bagian Pert ama
Barang yang Dinyat akan Tidak Dikuasai

(1)

Pasal 65
Barang yang dinyat akan sebagai barang t idak dikuasai adalah :
a. barang yang dit imbun di Tempat Penimbunan Sement ara yang melebihi
j angka wakt u sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2);
b. barang yang t idak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat yang t elah
dicabut izinnya dalam j angka wakt u sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47;
at au
c. barang yang dikirim melalui pos :
1.
yang dit olak oleh si alamat at au orang yang dit uj u dan t idak dapat
dikirim kembali kepada pengirim di luar Daerah Pabean;
2.
dengan t uj uan luar Daerah Pabean yang dit erima kembali karena
dit olak at au t idak dapat disampaikan kepada alamat yang dit uj u, dan
t idak diselesaikan oleh pengirim dalam j angka wakt u t iga puluh hari
sej ak dit erimanya pemberit ahuan dari kant or pos.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

-28-

(2)

(1)

(2)

(3)

(1)
(2)

(3)

(4)

barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan di Tempat Penimbunan
Pabean dan dipungut sewa gudang yang dit et apkan oleh Ment eri.

Pasal 66
barang yang dinyat akan sebag