MAKALAH PROFESI KEGURUAN GURU PROFESIO

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kasus dunia pendidikan di Indonesia, seringkali standar bagi
pemula atau guru (Pendidik) baru belum dapat dipenuhi. Namun setelah mereka
aktif sebagai guru, kemudian ada langkah-langkah memenuhi standar tersebut.
Misalnya para guru yang masih under-standard tadi melakukan upaya sungguhsungguh untuk meningkatkan kualitas diri, baik dengan cara melanjutkan studi
atau kegiatan lain yang misalnya semisal. Untuk dapat melaksanakan tugasnya
sebagai guru yang baik, pemerintah Indonesia bersama berbagai lembaga terkait
telah merumuskan dan menyusun butir penting yang harus dipenuhi oleh para
guru yang kemudian disebut dengan standar profesionalitas guru.
Standar profesionalitas guru tersebut lalu juga harus di imbangi dengan
standar nasional pendidikan yang merupakan kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penetapan standar sebagaimana dimaksudkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003,
setidaknya menggambarkan optimisme Pemerintah dan DPR untuk mendongkrak
mutu pendidikan nasional sehingga tidak tertinggal jauh dibanding negara-negara
lainnya.
Banyak Pertanyaan mengenai Standardisasi pendidikan nasional di
Indonesia, bahkan ada pro dan kontra terhadap standardisasi pendidikan. Setiap

daerah memiliki spesifikasi dan standar masing-masing berdasarkan ciri khas
budaya serta letak geografisnya. Bagi yang mendukung, standardisasi tetap
dibutuhkan karena standardisasi adalah suatu kebutuhan karena tuntun masyarakat
yang ingin berubah dengan cepat. Namun bagi yang lainnya, bahwa peningkatan
kualitas pendidikan bukan hanya dapat dicapai melalui standardisasi pendidikan
dalam arti akademik tetapi merupakan bagian upaya yang lebih besar ialah
pemberantasan kebodohan dan kemiskinan dalam suatu negara tersebut.

1

Dari beberapa pembahasan dan permasalahan diatas maka dalam makalah
ini akan dibahas tentang Standar Pendidikan Nasional, sehingga dapat
memberikan pengetahuan kepada pembaca serta
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah profesionalisme seorang guru itu?
2. Apakah standar nasional pendidikan itu?
3. Bagaimana bentuk, fungsi, dan tujuannya dalam pendidikan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui bagaimana profesionalisme seorang guru.
2. Memahami standar nasional pendidikan di Indonesia.

3. Memenuhi tugas makalah “Profesi Keguruan”.

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. GURU PROFESIONAL
Sedikit merenungkan kembali dan mengingat pembahasan pada makalah
sebelumnya, dan telah begitu banyak pemaparan mengenai profesionalisme
seorang guru (pendidik).
Siapa itu guru? Dan apa itu guru profesional? Guru sendiri merupakan orang yang
pekerjaanya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.1 Dan profesional
menunjuk kepada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi,
misalnya “dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaanya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini,
profesional dikontraskan dengan “non-profesional” atau “amatir”.2
Jadi, guru profesional adalah seseorang yang mengajarkan ilmu sesuai
dengan latar belakang keilmuan atau pendidikan yang didapat oleh orang tersebut.
Profesionalitas guru memang menjadi salah satu syarat utama mewujudkan

pendidikan bermutu. Dan karenanya, pemerintah telah mengupayakan langkahlangkah strategis untuk meningkatkan profesionalitas guru-guru di Tanah Air, agar
dapat mampu bersaing dengan tingkat mutu nasional pendidikan negra lain.
Ayat Al-Qur’an, mengenai pendidik harus profesional
Guru wajib mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus
serta mampu mempertanggungjawabkannya berdasarkan teori dan wawasan
keahliannya dalam perspektif (pandangan) yang didasarkan kepada ajaran Agama
Islam.

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia
2 Udin Syaefudin Saud, Pengembangan profesi guru. ALFABETA, Bandung,
2012, hlm. 6-7

3

‫عن نهه‬
‫عوعلا تعنقهف عما ل عي نعس ل ععك ئبئه ئعل نمم ئإ ل عن ال ل عسنمعع عوال نبععصعر عوال نهفعؤاعد ك ه لهل هأول عئئعك عكاعن ع‬
‫ عمنسهئوللا‬Artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentang hal
itu, (karena) sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan di
tanya. (Q.S. Al-Isra’ [17]: 36)3


Maksud dari ayat tersebut adalah, jangan mengikuti apa yang tidak kamu ketahui
dan tidak penting bagimu. Jika kita memiliki pengetahuan, maka manusia boleh
menetapkan suatu hukum berdasarkan pengetahuannya itu. 4
Jadi, jikalau seorang pendidik itu memang benar adanya memiliki
keprofesionalitas dalam diri nya, sesuai dengan ilmu yang ia tuntut dan akan ia
ajarkan, hal itu diperbolehkan untuk berbagi ilmu kepada peserta didiknya.
Namun, jikalau ia tidak memiliki ilmu yang sesuai dan mengajarkan suatu bidang
ilmu yang tidak ia kuasai, itu sama saja menyalahi profesionalitas seorang
pendidik. Dan yang demikian tidak dapat disebut guru profesional.
Hadits Pendukung


Pendidik Harus Berilmu

‫ ئإ لعن اللعه‬: ‫عل عينئه عوعسل لععم‬
‫عبنئداللئه ابنئن ه‬
‫ عقاعل عرهسنوهل اللئه عص لعلى اللهه ع‬: ‫ععمعرو بنهن ال نععائص عقاعل‬
‫عنن ع‬
‫ع‬

‫خعذ‬
‫عالئلما ئإتلع ع‬
‫عا يعن نئز ه‬
‫علا يعقنئبهض ال نععالئهم ئإن نئتعزا ل‬
‫عهه ئمعن ال لعنائس عول عئكنن يعقنئبهض ال نهعل ععماهء عح لعتى ئإعذا ل عنم يعتنعرنك ع‬
(‫خائرنى‬
‫ضل لهنوا )ا عنخعرعجهه ال نبه ع‬
‫ال لعناهس هرهؤنولسا عجنهللا عفنسئعل هنوا عفانفتهنوا ئبعغينئر ئعل نمم عفعضل لهنوا عو ا ع ع‬
Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash meriwayatkan bahwa ia mendengar rasulullah
bersabda, “sesungguhnya Allah tidak menarik ilmu pengetahuan kembali dangan
mencabutnya hati sanubari manusia, tetapi dengan memanfaatkan orang-orang
berpengetahuan (ulama). Apabila tidak ada lagi orang alim yang tersisa,
3 At-Tibyan Al-Qur’an Transliterasi dan Terjemahannya, Sinar Baru Algesindo,
2014
4 Tafsir Imam Al-Qurthubi, Al-Isra ayat 36

4

manusia akan mengangkat orang bodoh menjadi pemimpin yang dijadikan tempat
bertanya. Lalu orang-orang bodoh itu ditanya dan mereka berfatwa tanpa ilmu

mengakibatkan mereka sesat dan menyesatkan.’ (HR. Al-Bukhari)5



Pendidik harus profesional

Abu Hurairah berkata:
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada dalam suatu majelis
membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu
bertanya: “Kapan datangnya hari kiamat?” Namun Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada
yang berkata; “beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak
menyukai apa yang dikatakannya itu,” dan ada pula sebagian yang mengatakan;
“bahwa beliau tidak mendengar perkataannya.” Hingga akhirnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata:
“Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi? “Orang itu berkata: “saya
wahai Rasulullah!”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila
sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya:
“Bagaimana hilangnya amanat itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah

terjadinya kiamat.
Tanggapan terhadap hadis
Memang benar apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw, ketika dia sedang
memberikan pengajarannya ada seorang Arab badui yang bertanya, padahal bukan
waktunya untuk bertanya, sehingga Rasulullah saw tidak menjawabnya.
Seandainya Rasulullah saw menjawabnya langsung, maka akan mengganggu
pembicaraanya, konsentrasi Mustami’nya, dan menunjukan sikap seorang
pengajar yang tidak profesional. Kecuali kalau memang pertanyaannya sangat

5 Bukhari,Umar. Hadis Tarbawi, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, AMZAH,
Jakarta 2012 hlm. 77

5

penting dan kalau tidak di jawab langsung akan mengakibatkan kemadharatan,
maka seorang pengajar harus menjawabnya pada langsung.
Memang tidak akan selesai dengan baik kalau suatu urusan diserahkan
kepada orang yang bukan ahlinya, seperti seorang guru ahli dalam bahasa Inggris
di suruh mengajar matematika, maka tidak akan sempurna dalam proses
pembelajarannya.6


B. STANDARISASI NASIONAL PENDIDIKAN
1. Pengertian Standar Nasional Pendidikan
Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang istilah standar nasional
pendidikan, maka terlebih dahulu dikemukakan pengertiannya secara bahasa.
Standar berarti ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan. Nasional adalah
bersifat kebangsaan,berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi suatu
bangsa.7
Ki Hajar Dewantara sang tokoh pendidikan nasional berpendapat bahwa
pendidikan yaitu usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditunjukan
untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia.
Dan dalam hal ini Al-Syaibani menjelaskan bahwa pendidikan adalah mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya.8
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
6 Ibid hlm. 81
7 KBBI

8 www.academia.edu “Analisis Kitab Falsafah Pendidikan Islam” Al-Syaibani

6

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 Ayat 1), dan Pendidikan
Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman (Pasal 1 Ayat 2).
Jadi, Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal
tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan
nasional dan harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan di
seluruh wilayah hukum NKRI.9
2. Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan
Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Karena hal tersebut maka
diselenggarakannya suatu sistem pendidikan nasional. Negara memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga negara untuk mendapatkan
pendidikan dan pengajaran. Dengan pendidikan dan pengajaran itu diharapkan
akan memperoleh pengetahuan dan kemampuan dasar sebagai bekal untuk dapat

berperan serta dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.10
Selain itu, pendidikan nasional juga harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, peningkatan relevansi
pendidikan, dan peningkatan efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan
kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar sembilan tahun.
Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar
memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi
pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
9 P.P R.I No. 19 Tahun 2005
10 Nasarudin Anshoriy & GKR Pembayun, Pendidikan Berwawasan Kebangsaan; Kesadaran
Ilmiah Berbasis Multikulturalisme, (Yogyakarta: LKIS, 2008), hlm. 185

7

Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan
manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.11 Oleh karena itu demi mewujudkan
semuanya dan demi tercapainya mutu atau kualitas pendidikan yang baik maka

delapan Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh kemendiknas
dengan PP no 19 tahun 2005 sekarang diganti PP no 32 tahun 2013 yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiyaan, dan standar penilaian pendidikan perlu diterapkan dan dilaksanakan
secara hati-hati dan berdaya guna bagi mutu pendidikan secara merata.12
Menurut penjelasan PP no.19 tahun 2005 sekarang PP no 32 tahun 2013
tentang SNP, pendidikan di Indonesia dalam konteks pembangunan nasional pada
hakekatnya mempunyai tiga fungsi yaitu: Pertama, sebagai pemersatu bangsa.
Kedua, sebagai penyamaan kesempatan. Ketiga, sebagai pengembangan potensi
diri. Dari ketiga fungsi tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan diharapkan
dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk
berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga negara untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Sehingga dari hakekat
pendidikan dalam konteks pembangun nasional diharapkan PP no. 19 tahun 2005
sekarang PP no 32 tahun 2013 tentang SNP ini bisa selaras dengan fungsi
pembangunan nasional dan tidak sepatutnya keluar dari frame fungsi
pembangunan nasional tersebut.
Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
11 Nana Supriyatna, Kembangakan Kecakapan Sosialmu untuk kelas I, (Bandung: Grafindo
Media Pratama, 2007), hlm. vi
12 Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta : PT Kompas Media
Nusantara, 2008), hlm. 474

8

Sedangkan misi pendidikan nasional adalah: (1) mengupayakan perluasan dan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh
rakyat Indonesia; (2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di
tingkat nasional, regional, dan internasional; (3) meningkatkan relevansi
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global; (4) membantu
dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (5)
meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; (6) meningkatkan
keprofesionalan

dan

akuntabilitas

lembaga

pendidikan

sebagai

pusat

pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai
berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global; dan (7) mendorong peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi
dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terkait dengan visi dan misi pendidikan nasional tersebut di atas, ada empat
strategi mayor reformasi pendidikan yaitu:13
a. Akuntabilitas berbasis standar maksudnya adalah penetapan standar
keluaran yang jelas dan pengujian secara sistematik atas kemajuan siswa,
berupa statemen kepercayaan dimana guru dan siswa akan didorong pada
fokus usaha pembelajaran dan arah yang benar.
b. Reformasi sekolah secara menyeluruh merupakan jawaban balik atas
tradisionalitas reformasi sekolah yang bersifat serabutan, kebijakan yang
sebatas memacu target spesifik, struktur dan metode-metode instruksional
yang rijid.
c. Strategi pasar maksudnya pendidikan merupakan pranata social yang
menawarkan jasa layanan yang bersifat intelektual, afeksi, psikomotorik,
emosional, dan bahkan spiritual.
d. Strategi keputusan partisipatif yaitu sebuah strategi sistematis yang
berfokus pada pemberdayaan guru dan administrator di tingkat sekolah.
3. Pro dan Kontra Standarisasi Pendidikan
13 Ahli Muhdi Amnur, Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional; Reformasi Pendidikan Sebagai
Tuntutan, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2005), hlm. 192-195

9

Pertanyaan yang kemudian muncul ialah, apakah pendidikan nasional
sudah saatnya distandarisasi? Bukankah setiap daerah memiliki spesifikasi
tersendiri berdasarkan ciri khas budaya, dan geografisnya, sehingga tidak bisa
diperlakukan sama dengan daerah lainnya di Indonesia. Apakah pemberlakuan
standarsasi dimaksud tidak mempertimbangkan aspek sumber daya manusia,
sumber daya alam dan berbagai sarana dan prasarana sekolah yang belum
memadai secara merata di Indonesia? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini
memang tidaklah mudah, karena kondisi pendidikan secara nasional masih sangat
memprihatinkan dalam sejumlah aspek. Katakanlah pada aspek tenaga pendidik,
tidak semua daerah memiliki kemampuan anggaran untuk merekrut tenaga
pendidik sesuai kebutuhan masing-masing satuan pendidikan. Demikian juga
mutu dan kompetensi lulusan, pemerintah hanya menilai pada hasil ujian nasional,
sementara proses yang dijalani seorang siswa selama tiga tahun sama sekali tidak
dijadikan

indikator

yang

menentukan

keberhasilannya.

Tidak berarti standardisasi tidak diperlukan, tetapi memerlukan waktu dan
pengkajian mendalam mengenai dampak yang timbul, diperlukan juga pemerataan
pembangunan di semua daerah sebelum standarisasi diberlakukan. Banyak
kalangan menilai bahwa Indonesia cenderung mengadopsi sistem pendidikan dari
negara-negara Barat yang telah mapan dan berkembang dengan cepat. Di sinilah
terjadi pro dan kontra terhadap standardisasi dalam dunia pendidikan.14
mengidentifikasi pendapat kelompok pro dan kontra terhadap standardisasi
pendidikan, sebagai berikut:

Pro Standarisasi:

14 H.A.R. Tilaar. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis.
Rineka Cipta, Jakarta, 2006 hlm. 25

10



Standarisasi berfungsi sebagai penuntun (guideline) bagi guru di dalam
mengadakan perubahan global.



Standarisasi berisi suatu kewajiban moral untuk memberikan kesempatan
yang sama kepada semua peserta didik.



Standarisasi yang bersifat nasional akan menghindari keinginan keinginan
pribadi dari guru.



Adanya standar nasional mencegah kontrol lokal yang berlebihan.



Standarisasi pendidikan dirasakan suatu kebutuhan karena tuntutan
masyarakat yang berubah dengan cepat.



Standarisasi pendidikan akan memberikan akuntabilitas pendidikan.

Kontra Standardisasi:


Adanya perbedaan di dalam masyarakat demokrasi.



Standarisasi pendidikan banyak dipengaruhi oleh keputusan-keputusan
bisnis dan politik dan juga kepada para expert pendidikan tetapi diperlukan
pula pendapat-pendapat yang berbeda yang datang dari orang dewasa
seperti orang tua dalam masyarakat.



Standarisasi telah menentukan suatu tujuan yang terletak di luar proses
pendidikan itu sendiri. Sekolah mempunyai otoritas tertinggi, dalam hal ini
guru, dalam mengadakan evaluasi terhadap kemajuan belajar peserta didik.



Belajar dan mengajar secara berhasil (effective learning) terletak kepada
relasi antara siswa dan guru bukan pada otoritas dari luar yang dipaksakan
dari atas (impose from above).



Tidak semua evaluasi belajar yang mengikuti standar yang dibutuhkan dari
atas sesuai dengan situasi belajar mengajar program pendidikan kesenian.

11



Standar yang diterapkan di sini adalah suatu standar penipuan yang
menjual mutu pendidikan dengan biaya yang tinggi mengorbankan nilainilai kemanusiaan.



Peningkatan kualitas pendidikan bukan hanya dapat dicapai melalui
standardisasi pendidikan dalam arti akademik tetapi merupakan bagian
upaya yang lebih besar ialah pemberantasan kemiskinan.



Standardisasi bukannya bermaksud untuk menyingkirkan peserta didik
yang tidak beruntung tetapi justru untuk membuka mata masyarakat
mengenai ketimpangan yang masih ada di dalam kehidupan masyarakat.



Perlunya standarisasi pendidikan sebagai pemetaan masalah yang dihadapi
di dalam pendidikan secara menyeluruh namun evaluasi proses belajar
mengajar tidak menyepelekan peranan guru sebagai orang pertama yang
mengetahui kemajuan belajar peserta didik.



Evaluasi pendidikan untuk mengetahui tercapai tidaknya standar yang
telah disepakati tidak semata-mata diselenggarakan melalui tes.

4. Komponen Standarisasi Nasional Pendidikan
Sebagai manifestasi dari pemberlakuan UU No. 20 Tahun 2003 dan PP
No. 19 Tahun 2005, maka operasionalisasi ketentuan mengenai komponenkomponen pendidikan yang memerlukan standardisasi ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional. Masing-masing komponen dijelaskan sebagai
berikut:
1) Standar Isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan

12

kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
a) Kerangka dasar dan struktur kurikulum.
b) Beban belajar.
c) Kurikulum tingkat satuan pendidikan.
d) Kalender pendidikan / akademik15
2) Standar Proses
Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Standar ini disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. Standar Proses
mencakup:
pembelajaran,

perencanaan
penilaian

proses
hasil

pembelajaran,

pembelajaran,

dan

pelaksanaan
pengawasan

proses
proses

pembelajaran.
3) Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4) Standar Tenaga Kependidikan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
5) Standar Sarana dan Prasarana

15 http://www.slideshare.net/muhamadbhasor/standar-nasional-pendidikan

13

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolah raga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi. Standar ini disusun dan dikembangkan oleh BSNP
dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.
6) Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah adalah standar pengelolaan pendidikan untuk sekolah/ madrasah
yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pendidikan agar tercapai efisiensi dan efektivitas enyelenggaraan pendidikan.
7) Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Dalam PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan pasal 3
disebutkan:
Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Persyaratan minimal tentang biaya investasi: Meliputi biaya penyediaan sarana
dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
Persyaratan minimal tentang biaya personal: Meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Persyaratan minimal tentang biaya operasi meliputi :

14

a) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji,
b) Bahan atau peralatan pendidik habis pakai, dan
c) Biaya

operasi

pendidikan

tak

langsung

berupa

daya,

jasa

telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

8) Standar Penilaian
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik.16
Reformasi pendidikan meliputi hal-hal berikut:
a) Penyelenggaraan

pendidikan

dinyatakan

sebagai

suatu

proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat, dimana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang
memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta
membangun potensi dan kreativitas peserta didik.
b) Adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma
manusia sebagai sumber daya pembangunan, menjadi pradigma
manusia sebagai subjek pembangunan secara utuh. Proses pendidikan
harus mencangkup: (1) penumbuhkembangan keimanan, ketakwaan, (2)
pengembangan wawasan kebangsaan,kenegaraan, demokrasi, dan
kepribadian; (3) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; (4)
pengembangan, penghayatan, apresiasi, dan ekspresi seni; (5)
pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani.
16 http://abrarrkt.blogspot.com/2013/01/standar nasional pendidikan-dan_4780.html

15

c) Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintegrasi
dengan lingkungan sosial-kultural nya dan pada gilirannya akan
membutuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat
mandiri yang berbudaya.
d) Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendikan
nasional, diperlukan satu acuan dasar oleh setiap penyelenggaraan dan
satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria dan kriteria
minimal berbagai aspek yang terkait dan penyelenggaraan pendidikan.
Standar nasional pendidikan memuat kriteria minimal tentang komponen
pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk
mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan dengan karakteristik
dan kekhasan programnya. Standar nasional pendidikan tinggi diatur
seminimal mungkin untuk memberikan keleluasan kepada masing-masing
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dalam mengembangkan
mutu layanan pendidikannya sesuai dengan mengembangkan mutu layanan
pendidikannya sesuai dengan program tinggi.17
5. Fungsi dan Tujuan Standar Nasional Pendidikan
1) Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.
2) Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
3) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global.18
17 Ibid
18 http://amanahmuliaame.blogspot.com/2011/04/tujuan-standar-pendidikannasional.html

16

‫‪6. Konsep Pelaksanaan Pendidikan dalam Hadis‬‬

‫‪Hadis 1 :‬‬

‫عل عينئه عوعسل لععم عقاعل‪ :‬ك هل لهك هنم‬
‫عبنئداللئه ابنئن ه‬
‫عن نههما ا ع لعن عرهسنوهل اللئه عص لعلى اللهه ع‬
‫ععمعر عرئضعي اللهه ع‬
‫عنن ع‬
‫ع‬
‫عن نههنم عوال لعرهجهل عرامع‬
‫ععلى ال لعنائس عرامع عوههعو عمنسئهنومل ع‬
‫عنن عرائعيلعئتئه عفال نأ عئمينهر ال لعئذني ع‬
‫عرامع عوك هل لهك هنم عمنسئهنومل ع‬
‫ععلى بعين ئ‬
‫ت عزنوئجعها عوعولئئدعها عوئهعي عمنسئهنومل‬
‫عن نههنم عوال نعمنرأ عهة عرائعيعمة ع‬
‫ععلى ا عنهئل بعينئتئه عوههعو عمنسئهنومل ع‬
‫ع‬

‫عنن‬
‫عن نهه أ ععلا عفك هل لهك هنم عرامع عوك هل لهك هنم عو عمنسئهنومل ع‬
‫ععلى عمائل عس ئيلئدئه عوههعو عمنسئهنومل ع‬
‫عن نههنم عوال نععبنهد عرامع ع‬
‫ع‬
‫عرائعيلعئتئه )همتععفمق ععل عينئه(‬
‫‪Dari Abdillah bin Umar R.A. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Setiap‬‬
‫‪atas‬‬

‫‪pertanggungjawaban‬‬

‫‪dimintai‬‬

‫‪akan‬‬

‫‪dan‬‬

‫‪pemimpin‬‬

‫‪adalah‬‬

‫‪kamu‬‬

‫‪kepemimpinannya. Kepala negara yang memimpin manusia (masyarakat)nya,‬‬
‫‪akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpin. Suami itu pemimpin‬‬
‫‪terhadap keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka‬‬
‫‪. Istri adalah pemimpin atas rumah tangga, suami dan anaknya, dan dia akan‬‬
‫‪dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Hamba sahaya‬‬
‫‪adalah pemimpin atas harta tuannya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban‬‬
‫‪terhadap harta tuannya itu. Ketahuilah, setiap kamu itu pemimpin dan setiap‬‬
‫‪kepemimpinannya.‬‬

‫‪atas‬‬

‫‪pertanggungjawaban‬‬

‫‪dimintai‬‬

‫‪akan‬‬

‫‪pemimpin‬‬

‫‪(Muttafaqun ‘Alaih)19‬‬

‫‪Hadis 2 :‬‬

‫عل عينئه عوعسل لععم ئبعمن نك عبعنى‬
‫عنن ابنئن ه‬
‫عن نههما عقاعل ‪ :‬أ ععخعذ عرهسنوهل اللئه عص لعلى اللهه ع‬
‫ععمعر عرئضعي اللهه ع‬
‫ع‬
‫عن نههما يعقهنوهل‬
‫عفعقاعل‪ :‬ك هنن ئفى ال لهدن نعيا ك عا عن لععك ع‬
‫عائبمر عسئبينمل ‪ .‬عكاعن ابنئن ه‬
‫ععمعر عرئضعي اللهه ع‬
‫ب ا عنو ع‬
‫غئرين م‬
‫حئتعك لئعمنرعضعك عو‬
‫ت عفعلا تعن نتعئظهر ال نعمعساعء عوهخنذ ئمنن ئص لع‬
‫ح ن‬
‫ت عفعلا تعن نتعئظهر ال لعصعباعح عو ئإعذا ا عنصبع ع‬
‫ئإعذا ا عنمعسين ع‬
‫ئمنن عحعيائتعك لئعمنوئتعك )عرعواهه ال نبهعخائرى(‬
‫‪19 Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. Hadis-hadis pendidikan. Prenada Media,‬‬
‫‪Jakarta 2012‬‬

‫‪17‬‬

Dari Ibnu Umar R.A ia berkata, Rasulullah SAW telah memegang pundakku, lalu
beliau bersabda: “Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan perantau (orang asing)
atau orang yang sedang menempuh perjalanan. Ibnu Umar berkata: “Jika engakau
diwaktu sore maka jangan menunggu sampai waktu pagi dan sebaliknya, jika
engkau diwaktu pagi maka janganlah menunggu sampai diwaktu sore, dan
gunakanlah sehatmu untuk sakitmu, dan gunakanlah hidupmu untuk matimu” .
(HR. Bukhori)20

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan standardisasi pendidikan nasional sebelumnya maka
dapat diambil beberapa kesimpulan kesimpulan :
a. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. Manifestasi dari pemberlakuan UU No. 20 Tahun 2003 dan PP No. 19
Tahun 2005, maka operasionalisasi ketentuan mengenai komponenkomponen pendidikan yang memerlukan standardisasi ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.
c. Komponen-komponen pendidikan yang memerlukan standardisasi adalah :
- Standar Isi

- Standar Sarana dan Prasarana

- Standar Proses

- Standar Pengelolaan

- Standar Kompetensi Kelulusan

- Standar Pembiayaan

- Standar Tenaga Kependidkan

- Standar Penilaian

20 Ibid,

18

B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami susun sedemikian rupa, semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dalam memahami
standar pendidikan nasional yang ada di Indonesia. Jika pembahasan kami belum
lengkap, kami mohon kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
untuk kesuksesan tugas-tugas kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam perspektif hadis. Jakarta.
AMZAH
Saud, Udin Syaefudin. 2012. Pengembangan profesi guru. Bandung. ALFABETA
At-Tibyan. 2014. Al-Qur’an Transliterasi dan Terjemahannya. Bandung. Sinar
Baru Algesindo.
Nasarudin Anshoriy & GKR Pembayun. 2008. Pendidikan Berwawasan
Kebangsaan; Kesadaran Ilmiah Berbasis Multikulturalisme. Yogyakarta. LKIS
Supriyatna, Nana. 2007. Kembangakan Kecakapan Sosialmu untuk kelas I.
Bandung. Grafindo Media Pratama
Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta. PT
Kompas Media Nusantara,
H.A.R. Tilaar. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis.
Jakarta. Rineka Cipta
Khon, Abdul Majid. 2012. Hadis Tarbawi. Hadis-hadis pendidikan. Jakarta.
Prenada Media
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Tafsir Imam Al-Qurthubi
P.P R.I No. 19 Tahun 2005 (pdf)
www.academia.edu “Analisis Kitab Falsafah Pendidikan Islam” Al-Syaibani
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=61

http://www.slideshare.net/muhamadbhasor/standar-nasional-pendidikan
http://abrarrkt.blogspot.com/2013/01/standar nasional pendidikan-dan_4780.html
http://amanahmuliaame.blogspot.com/2011/04/tujuan-standar-pendidikannasional.html