T1 712009008 Full text
TINJAUAN PAK TENTANG SIKAP GEREJA PROTESTAN MALUKU
(GPM) JEMAAT BETHEL AMBON TERHADAP KENAKALAN REMAJA
Oleh:
JILLIAN FRADELCIA ADODO
712009008
TUGAS AKHIR
Diajukankepada Program StudiTeologi,
FakultasTeologigunamemenuhisebagiandaripersyaratanuntukmencapaigelar
SarjanaSainsdalambidangTeologi (S.Si.Teol)
Program Studi IlmuTeologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
i
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur penulis panjatkan atas kasih Yesus Kristus dan
anugerahNya yang telah memimpin dan menyertai penulis selama menjalani
masa pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana sehinga
dengan hikmat yang diterima penulis mampu menyelesaikan penyusunan tugas
akhir dan masa kuliah dengan baik.
Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar
sarjana dalam bidang ilmu Teologi (S.Si. Teol). Penyelesaian tugas akhir ini pun
disusun dengan harapan bahwa dapat membantu gereja dan anggota gereja secara
khusus Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel Ambon dalam menyikapi
kenakalan remaja yang terjadi di lingkup gereja dan masyarakat sebagaimana
mestinya sehingga melahirkan generasi kristen yang berkualitas dalam spiritual
maupun etika melalui Pendidikan Agama Kristen (PAK) terhadap remaja. Penulis
juga berharap kiranya tugas akhir ini dapat berguna di kemudian hari sebagai
bahan referensi maupun sekedar menambah pengetahuan bagi orang lain terutama
pekerja-pekerja gereja dalam hal pembimbingan bagi remaja. Penulis menyadari
sungguh dari seluruh rangkaian penulisan tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis memohon maaf bagi semua pihak yang turut terlibat dalam
penulisan ini jika ada salah kata maupun kalimat oleh sebab itu kritik dan saran
sangatlah diperlukan agar tulisan ini lebih baik lagi.
Penulis
Jillian Fradelcia Adodo
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………..
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….......
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT …………………………………………
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ………………………………….
PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI ………………....
KATA PENGANTAR …………………………………………………….....
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….
UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………………
MOTTO ……………………………………………………………………...
ABSTRAK …………………………………………………………………….
I. Pendahuluan …………………………………………………………….
A. Latar Belakang …………………………………………………….
II. Pendidikan PAK dan Remaja ………………………………………….
A. Pendidikan Agama Kristen …………………………………….....
B. PAK Remaja ………………………………………………………
C. Kenakalan Remaja …………………………………………………
D. Hubungan Gereja Dan Remaja ……………………………………
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan ………………………………………
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ……………………………
B. Sikap Dan Peran GPM JEMAAT BETHEL AMBON Terhadap
Kenakalan Remaja Dari Perspektif Pendidikan Agama Kristen
C. Sikap Dan Peran Komisi Anak Dan Remaja Serta Guru Sekolah
Minggu GPM Jemaat Bethel Ambon Terhadap Kenakalan Remaja
Dari Perspektif Pendidikan Agama ………………….....
IV. Penutup …………………………………………………………………..
Daftar Pustaka ………………………………………………………............
vii
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii-xi
xii
xiii
1
1-6
6
6-8
8-10
10-12
12-15
15
15-16
17-25
25-32
32-34
35-37
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bantuan
berupa kritik, saran, bimbingan maupun dukungan serta doa untuk penyelesaian
tugas akhir ini dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus oleh karena anugerah, kasih dan cintaNya yang
selalu menolong serta menuntun penulis dalam menjalani studi di Fakultas
Teologi UKSW. Penulis ada dan mampu menyelesaikan tugas akhir ini
bukan karena kuat dan hebatnya penulis melainkan oleh hikmat dan
pertolongan tangan kuat yang selalu menopang penulis.
2. Kepada papa dan mama terhebat. Papa Chres danke par samua kerja karas
yg papa usahakan dan mama nel danke jadi tiang doa siang malam ini baru
langkah awal par menuju proses dengan janji yang harus ditepati par bikin
mama dengan papa tersenyum liat beta pung sukses. Maav kalau
terlambat, tutup talinga lalu bajalan berlalu dengan samua orang pung
carita dengan seng suka satu hal yang beta mau bilang kalo Beta Paleng
Sayang dong dua Tete Manis sayang dengan kasih umur panjang sehatsehat tarus sampe mama deng papa bisa liat beta dengan toga di atas
mimbar. Kace, seftia, santa dengan iky, walau pun kadang seng akur, tapi
kk del tau dong pung doa slalu ada par kk del.
3. Untuk Jesten Kenneth Wattimena, danke su jadi teman hidup, sahabat,
sombar, tempat berbagi susah sanang tempat mengaduh lelah, motivator.
Danke par semua doa, dukungan, dan jadi orang yang tidak pernah lelah
kasih semangat saat beta patah semangat dan ingin menyerah dengan
keadaan, entah akhirnya bagaimana biar Tete Manis yang ator, meskipun
berakhir setidaknya bersyukur karena ale pernah ada dan menemani sampe
di proses dan tahap ini. You’re a special one, Te Amo.
4. Ayah, Ma’Mirel, Gres, Oland, dengan Natalia. Khususnya Mami Ge
dengan Natha terima kasih untuk semua semangat dukungan dengan doa,
terima kasih sudah menjadi sahabat bahkan saudara dalam semua beta
pung susah dengan senang, tetap jadi seperti ini sampe tua nanti, dong dua
viii
taulah beta pung sayang par dong dua bagaimana, you’re the best Te Amo.
5. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel yang telah menjadi dosen pembimbing selama
penulisan tugas akhir ini. Terima kasih untuk semua waktu, bimbingan dan
motivasi, saran dan kritik yang sudah diberikan, dan mohon maaf untuk
semua kesalahan yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja lewat
tutur kata maupun tingkah laku, Biarlah Tuhan Yesus pohon berkat selalu
memberkati bpk dengan keluarga.
6. Pdt. Mariska Lauterboom/Tiwa, danke untuk saran masukan motivasi dari
kaka, danke su jadi dosen pembimbing 2 walaupun seng sampe di tahap
akhir karena kaka lanjut sekolah tapi ilmu yang di bagi cukup jadi bagian
sukses dalam penulisan tugas akhir ini, Tuhan Yesus memberkati ka’Ika ,
Bu Rino dengan Baby’T.
7. Pdt. Izak Lattu, Ph.D selaku wali studi. Terima kasih banyak ka’chaken
untuk dukungan dan motivasi yang kaka sudah berikan dan terima kasih
juga untuk waktu dan nasihat selaku kaka bahkan orang tua wali di
fakultas selama masa studi. Tete Manis berkati selalu.
8. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Teologi. Terima kasih sudah membagi
ilmu pengetahuan kepada penulis, mendukung dan memotivasi penulis
untuk terus belajar agar penulis dapat terus berkembang. Buat Bu Budi
yang selalu setia membantu segala keperluan mahasiswa dan tidak bosan
untuk menerima kami dikantornya terima kasih banyak Bu. Kepada ibu
dekan, terima kasih ibu sudah bersedia menjadi ibu bagi penulis selama
masa perkuliahan di tanah rantau, teriring doa Tuhan Yesus Memberkati
bapak dan ibu beserta keluarga.
9. Lembaga Kemahasiswaan
Fakultas Teologi
yang sudah banyak
membantu dan menolong penulis serta semangat teman-teman LK
terkhususnya Ama Bolodadi dan Priska dalam memperjuangkan hak-hak
mahasiswa, semoga apa yang telah teman-teman lakukan berbuah manis
untuk teman-teman kedepan. Tuhan Yesus memberkati, tetap solid dan
semangat dalam melayani.
ix
10. Untuk semua keluarga besar Adodo, Soumokil, Opa Onggo Nanulaitta,
mama Ete dengan Bapa No Amahorseja, semua Keluarga besar di BOOI,
kel Kailola, tanta min dengan om niko, terima kasih untuk semua doa dan
dukungannya
11. Pendeta Jemaat GPM Bethel Mardika Ambon, Ma Mei Orno, Ma Mei
Tikupadang, Ma ko Tuhumena, Ibu Ketty Lekahena, Pa Herry Siahay
terima kasih untuk semua topangan doa dan dukungan yang diberikan.
12. Teman seperjuangan kk dessy, joeldrin, acit, sanders, umbu andri, anky,
lenny, maya, vallian, dengan teman-teman 2009 yang lainnya. Hey tahu
kah kalian? bersyukur bisa kenal sebangku kuliah, sekalas bareng,
menggila bareng, tertawa bareng, susah pun barengan dengan kalian,
orang-orang hebat yang Tuhan pertemukan di sini di Teologi UKSW,
percayalah rindu untuk kembali sekelas dan duduk bareng kalian lagi
dengan kalian, salam KOLIPOKI!!!
13. Onna, Juan, Egeno, Jeaneth, sohib dari SMA, danke par semua dukungan
dan semangat yang su kasih selama ini
14. Brian, Deki, Ninin, Heydi, danke untuk semua dukungan, semangat doa
dan dorongannya slama ini Tuhan Yesus Berkati. Juga untuk seseorang
yang luar biasa alm kk laki-laki Clif Pattiwael (pipi) yang kadang jadi
malaikat tak terlihat yang tetap hidup di hati terima kasih untuk semua
nasihat, dorongan dengan waktu dan pengalaman hidup yang luar biasa
bikin beta banyak belajar dari pipi dan jadi seperti ini bersyukur Tuhan
kasih kesempatan hidup dengan pipi bertumbuh dan besar sama-sama
walaupun seng lama , tenang dalam damai pipi you’re always in my
heart, we Love you pipi.
15. Mak Cia, Thalia, Ino, Arthur, k’gefan, Bumike, edada, queensha terima
kasih untuk suka duka, susah senang, untuk dukungan, semangat, kritik
saran, danke su jadi keluarga kecil di kota kecil ini. Entah bagaimana
cerita masing-masing nanti tapi pastinya akan sangat rindu cerita dan
sekedar berbagi tawa dan pengalaman bersama kalian. Sukses untuk
masing-masing, kalau nanti samua su dengan berjas atau apapun itu
setidaknya luangkan waktu duduk bersama mengenang banyak cerita
x
tatawa manangis, lapar tanganga satu deng satu baku hadap lah katawa di
kota kecil ini kota hati beriman. Seng harap banyak biarlah apa yang su
dibangun di kota kecil dingin ini sebagai sahabat, teman bahkan saudara
meski seng ada hubungan darah akan tetap terjalin seterusnya sampai
dimana pun katong masing-masing ada. love you guys!
16. Pa den, Bebs Art, Dino, Choken, Kaleb (gebaAng), Juju, Hans, Eza,
Ashley, Ceka, Satria, Ipena, Elika, Endru, k’Mimi, Om Itho, Mami Ela,
Papi, Macica, kk tels, Ien and all crew KOB’15 KOB’16 terima kasih su
jadi keluarga dengan perhatian dukungan bahkan kritikan maupun saran
yang di berikan, terima kasih untuk setiap senyuman dengan tawa yang
terukir saat beta datang dengan muka bangka ka dong samua, untuk yang
su dipenghujung ayook semangat kasih fix, untuk yang masih toma juga
semangat, untuk yang su dengan sukses masing-masing sukses tarus,
Tuhan Yesus Berkati katong samua. Gagah
17. Teman-teman kost K’Sela, k’Jein, Wita, Chessy, Dessy, Sarly, Linda,
terima kasih par dukungan dengan semangat yang diberikan, Tuhan Yesus
Berkati.
18. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua orang yang tidak bisa
penulis sebutkan satu demi satu. Terimakasih sudah hadir dan memberi
warna dalam kehidupan penulis. Terimakasih untuk semua orang yang
membantu penulis dalam proses penulisan Tugas akhir ini. Tuhan
memberkati Kalian semua.
xi
MOTTO
Arungi samudra hidup, selami dalamnya lautan
hidup, nikmati perjalanan hidupmu dan
berproseslah! Maka kamu akan berbuah
didalamnya!!
-FradelTetapi kamu ini kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada
upah bagi usahamu!
(2 Tawarikh 15:7)
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur.
(Filipi 4:6)
Bukankah telah kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah
hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan Allahmu,
menyertai engkau kemanapun engkau pergi!
(Yosua 1:9)
I’m a little pencil in the hand of a writing God,
who is sending a love letter to the world !!!!
-Mother Theressa-
God Bless You
xii
“Tinjauan PAK Tentang Sikap Gereja Protestan Maluku (GPM) Jemaat Bethel-Ambon
Terhadap Kenakalan Remaja”
Jillian Fradelcia Adodo
712009008
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat
Bethel Ambon terhadap kenakalan remaja dari perspektif Pendidikan Agama Kristen. Teori yang
digunakan berdasarkan pada penjabaran Daniel Nuhamara (2007-2009). Penelitian ini
dimotivasi oleh fakta kenakalan remaja yang menggunakan miras, dan aksi pornografi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan
teknik pengumpulan data dan observasi bservasi. Manfaat penelitian ini menganalisis,
mendeskripsikan, memahami dan melengkapi penelitian yang terkait dengan peran serta sikap
gereja dalam menyikapi kenakalan remaja yang terjadi dalam konteks gereja sebagai lembaga
yang mengatur dan membimbing orang Kristen secara spiritualitas. Kedua secara praktis sebagai
salah satu upaya penulis dalam menganalisis dan memberikan kontribusi pemikiran baru dalam
upaya memahami dan menyikapi kenakalan remaja yang terjadi di lingkup gereja dan masyarakat
dalam Pendampingan dan pembimbingan bagi perkembangan generasi gereja yang berkualitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fungsi kontrol gereja terhadap remaja dilakukan melalui
evaluasi setelah bimbingan atau pembagian materi dan bahan ajar bagi GSM serta pertemuan
secara gabungan semua remaja dala m jemaat Bethel setiap minggu ke empat dalam bulan
berjalan serta belum adanya pembinaan secara lanjutan terhadap remaja khususnya remaja yang
terkait kenakalan remaja. Penelitian ini juga dibuat sebagai tugas akhir pada Fakultas Teologi
UKSW dan bagi pelayanan Jemaat GPM Bethel Ambon terhadap PAK remaja dan permasalahan
remaja.
Kata kunci: Sikap Gereja, guru sekolah minggu, kenakalan remaja, pendidikan agama kristen,
Jemaat GPM Bethel-Ambon.
xiii
I.
PENDAHULUAN
Remaja berasal dari kata adolescence dalam bahasa latin yaitu to grow up
to maturity, berarti tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan, tumbuh
dari kanak-kanak menjadi dewasa.1 Masa remaja juga disebut sebagai masa
pancaroba yang penuh dengan gejolak dan pemberontakan. Remaja dimulai pada
usia 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Untuk masa adolescence ini dibagi lagi
menjadi remaja awal (early adolescence) yaitu dari usia 12-15 tahun, remaja
madya (middle adolescence) usia 16-18 tahun dan remaja akhir usia 18-20 tahun.2
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam kehidupan
seseorang, khususnya dalam pembentukan kepribadian individu. Dalam masa
perkembangan remaja terjadi perubahan-perubahan sosial. Perubahan sosial yang
penting dalam masa remaja meliputi meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai
baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, serta dalam dukungan sosial.
Menurut Lawrence Kohlberg dalam buku PAK Remaja bahwa tingkatan
perkembangan lain yang harus dilewati oleh anak menuju kedewasaan ialah
dengan perkembangan moral atau yang lebih tepatnya disebut dengan
perkembangan pemikiran atau penalaran moral, Ia memusatkan diri pada “moral
reasoning” atau penalaran moral yaitu menyangkut apa yang dipikirkan seorang
individu tentang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang jahat.3 Hal
penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg ialah untuk mengungkapkan
moral yang ada dalam pikiran yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam
arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang, akan
semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari
perbuatan-perbuatannya.
Dewasa ini kehidupan perkembangan moralitas remaja semakin berada
pada tingkatan yang lebih cenderung meresahkan kehidupan masyakat. Ada
kelompok remaja yang berkembang ke arah yang positif namun ada pula
kelompok remaja yang berkembang pada arah negatif. Kelompok remaja yang
1
Hurlock Elizabeth B, Psikologi Perkembangan (New York : McGraw-hill,1980), 13.
Daniel Nuhamara, PAK Remaja (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), 9.
3
Daniel Nuhamara, PAK Remaja , 67.
2
1
berkembang ke arah negatif inilah kemudian berdampak pada kenakalan remaja.
Belakangan ini banyak media masa yang menyiarkan maraknya kenakalan remaja
di pelosok Indonesia, seperti tertangkapnya salah seorang remaja yang berusia 17
tahun di daerah Denpasar sebagai pengedar narkoba pada tanggal 27 agustus 2015
dengan sejumlah barang bukti yang ada.4 Hal ini menjadi menarik untuk
diperhatikan, di mana remaja merupakan generasi penerus oleh sebab itu harus
diarahkan dan dibimbing ke arah yang lebih baik.
Kehidupan anak dan remaja di kota Ambon sekarang ini begitu terpuruk
dalam moralitas yang tengah menuju ambang kehancuran untuk melahirkan
generasi penerus yang berkualitas baik secara moral, spritualitas maupun
intelektual.5 Para remaja yang melakukan kenakalan remaja ialah mereka yang
masih dalam masa pertumbuhan dan psikologi kejiwaan yang labil, yang jika
tidak diperhatikan maka akibatnya akan membias pada kelompok masyarakat
yang lebih luas.6 Remaja di beberapa wilayah di kota Ambon berkembang dan
bertumbuh dengan tidak memperhatikan etika perilaku serta nilai-nilai dan norma
yang berlaku. Selain mengamati,penulis juga melakukan percakapan awal dengan
beberapa warga dan Majelis Jemaat di sektor IV Jemaat Bethel Belakang Soya.
Melalui percakapan itu ditemukan bahwa dalam keseharian para remaja ini
membentuk kelompok, akan tetapi kelompok yang dibentuk lebih mengarah pada
aktivitas-aktivitas yang cenderung merugikan diri sendiri bahkan orang lain di
sekitar mereka. Mereka cenderung berkumpul dan melakukan aktivitas
sepertimerokok bahkan sampai pada minum minuman keras, bahkan ada remaja
yang mulai menggunakan obat-obatan terlarang dan yang lebih mirisnya lagi ada
sebuah kasus yang terjadi di sektor IV ini di mana ada remaja yang melakukan
perbuatan pornoaksi dan pornografi dengan mengintip bahkan merekam atau
membuat video terhadap seorang wanita yang tengah beraktivitas di kamar mandi
(sedang mandi) untuk dijadikan sebagai bahan tontonan bagi remaja ini, bahkan
4
Gede Nadi Jaya, Reporter : Bandar Narkoba Usia 17 Tahun Diringkus, Barang Bukti
114
Gram
Sabu
(Denpasar:
Merdeka.Com).
Accessed
october
19,
2015,
http://www.merdeka.com/peristiwa/bandar-narkoba-usia-17-tahun-diringkus-barang-bukti-114gram-sabu.html.
5
Hasil wawancara bersama Pdt. Ny. Telly Tomasoa / FarFar, Agustus 2015.
6
Richard Louhenapessy, Wali Kota : Konflik Warga Akibat Kenakalan Remaja (Ambon:
situs
Resmi
Pemerintah
Kota
Ambon,
2013).Accessed
October
2,
2014,http://www.ambon.go.id/wali-kota-konflik-antar-warga-akibat-kenakalan-remaja.
2
ada pula kasus terbaru yang dilakukan pada bulan februari 2016 yaitu pencabulan
seorang remaja berusia 16 tahun terhadap seorang anak remaja awal yang berumur
13 tahun. Klimaksnya ada remaja yang seharusnya mengikuti pendidikan di
sekolah malah mereka tidak melakukannya dengan baik sehingga harus putus
sekolah.
Dalam situasi seperti ini peran gereja menjadi sangat penting atau
signifikan. Dengan melihat lingkup kehidupan masyarakat kota Ambon yang
mayoritas merupakan penganut agama Kristen, gereja hadir sebagai lembaga yang
bertujuan untuk mengatur dan membimbing orang-orang Kristen secara
spiritualitas. Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel-Mardika hadir sejak 29 Mei
1904 dengan 20 sektor pelayanan yang kemudian dimekarkan menjadi 19 sektor
pelayanan akibat konflik yang terjadi di Ambon tahun 1999 silam dan salah satu
daerah pelayanannya yaitu daerah Belakang Soya yang merupakan sektor ke-IV
dari 19 sektor pelayanan yang berpusat di Mardika, Ambon. Penata layanan yang
ada di dalam jemaat ini meliputi tiga tugas panggilan utama yaitu diakonia,
marturia dan koinonia yang bukan hanya pada satu lingkup kategorial melainkan
berbagai lingkup kategorial termasuk dalam kategorial anak dan remaja yang
disediakan dalam lingkup SM-TPI (Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil).
Adapun hal-hal yang telah dilakukan oleh gereja selama ini ialah (1), SMTPI dimana gereja membentuk wadah pelayanan bagi anak dan remaja yang
kemudian gereja melaksanakan tugas pembimbingan bagi anak dan remaja
melalui guru sekolah minggu atau yang biasa disebut dengan istilah pengasuh
yang biasanya dilakukan bimbingan bagi para guru sekolah minggu satu minggu
sekali. (2), Kegiatan-kegiatan bagi remaja yang berupa jambore dan pekan remaja.
Sebagai generasi anak-anak Kristen, para remaja ini memang disediakan wadah
pelayanan untuk membentuk dan memupuk spritualitas dan solidaritas sebagai
anak-anak Kristus dalam wadah pelayanan anak dan remaja atau dengan istilah
lain SM-TPI.7 Tetapi adapula para remaja yang tidak mengikuti SM-TPI padahal
usia mereka seharusnya masih berada pada tahap “remaja”. Mereka cenderung
menganggap diri mereka sudah dewasa dan masuk dalam kategori pemuda,
padahal mereka juga tidak mengikuti setiap kegiatan atau ibadah pemuda karena
7
Hasil Wawancara bersama kepala biro Anak Remaja dan Katekisasi Sinode GPM
Pdt.F.R.Mattheis.S.Th, Agustus 2015.
3
merasa belum cukup umur untuk ada dalam kelompok pemuda (Pdt. Telly
Tomasoa/ Farfar). Dari hasil percakapan bersama dengan kedua pendeta ini pula,
penulis menemukan bahwa di sektor IV Jemaat Bethel ini ada pula remaja yang
tidak mengikuti SM-TPI yang seharusnya menjadi wadah bagi mereka untuk
mendapatkan pembinaan dan bimbingan terhadap pendidikan agama Kristen yang
telah di sediakan oleh Gereja. Kenakalan remaja yang terjadi kian berkembang
memerlukan peran penting dari gereja untuk lebih memperhatikan generasi gereja
di mana ketika adanya kenakalan remaja yang seharusnya menuntut peran gereja
untuk mengambil sikap dan tindakan dalam pembimbingan terhadap anak remaja
secara real bukan hanya ketika sudah adanya SM-TPI sebagai wadah resmi gereja
yang dilaksanakan oleh para pengasuh kemudian gereja atau dalam hal ini
pelayan-pelayan gereja sebagai gembala acuh atau kurang mengambil bagian
dalam penggembalaan dan pembinaan terhadap anak-anak remaja sebagai
generasi kristen, bagaimana Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel menyikapi
hal ini?.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan inilah, maka
penulis merasa tertarik untuk meneliti :
“Tinjauan PAK TentangSikap Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel
Ambon Terhadap Kenakalan Remaja”
A. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang dipaparkan maka masalah yang akan
diteliti dan dibahas dalam penulisan ini adalah bagaimana Sikap Jemaat GPM
Bethel Ambon Terhadap kenakalan remaja yang terjadi dari perspektif Pendidikan
Agama Kristen?
B. Tujuan Penetilitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan ini ialah mendeskripsikan
sikap Jemaat GPM Bethel Ambon terhadap kenakalan remaja dari perspektif
Pendidikan Agama Kristen.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
Penelitian ini dilakukan guna menganalisis, mendeskripsikan, memahami dan
melengkapi penelitian yang terkait dengan peran serta sikap gereja dalam
4
menyikapi kenakalan remaja yang terjadi dalam konteks gereja sebagai lembaga
yang mengatur dan membimbing orang Kristen secara spiritualitas. Kedua secara
praktis sebagai salah satu upaya penulis dalam menganalisis dan memberikan
kontribusi pemikiran baru dalam upaya memahami dan menyikapi kenakalan
remaja yang terjadi di lingkup gereja dan masyarakat dalam Pendampingan dan
pembimbingan bagi perkembangan generasi gereja yang berkualitas.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analisis. Penelitian
ini berusaha mengungkapkan masalah atau keadaan, serta memberikan gambaran
secara obyektif, suatu objek,suatu suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang tentang sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat
Bethel dalam menyikapi kenakalan-kenakalan remaja di sektor IV.8
Jenis penelitian yang dipakai adalah kualitatif.9 Penelitian ini bertujuan
untuk mendiskripsikan apa yang pada saat ini berlaku yang didalammya terdapat
upaya untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisa sikap gereja terhadap
kenakalan yang terjadi.
Data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap informan yaitu
Pendeta pendamping remaja 1 orang, Pendeta Jemaat 2 orang, komisi remaja 1
orang dan guru sekolah minggu 3 orang. Adapun wawancara yang dilakukan
untuk mendapatkan keterangan dan data dari individu-individu tertentu untuk
keperluan informasi secara lisan dan tertulis. Serta dari bahan literatur untuk
membangun landasan teori dan perolehan secara tertulis.10
E. Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini dideskripsikan dalam empat bagian yaitu bagian
pertama yang berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan yang menjadi
tolak ukur dari penulisan tugas akhir ini. Pada bagian kedua meliputi Pendikan
Agama Kristen (PAK), PAK Remaja, definisi tentang kenakalan remaja, macamMo. Natsir, “Metode Penelitian”, (Jakarta: Ghalia Indonesia 1988), 61, 89.
Mardalis. “Metode Penelitian,Suatu Pendekatan Proposal”(Jakarta: Bumi aksara, 2004)
8
9
26.
Koentjaraninggrat, “Metode- Metode Penelitian Masyarakat”, (Jakarta: PT Gramedia,
10
1991), 130.
5
macam kenakalan remaja, hubungan gereja dan remaja. Pada bagian ketiga berisi
hasil penelitian dan pembahasan serta analisis tentang sikap Gereja Protestan
Maluku Jemaat Bethel terhadap kenakalan remaja yang terjadi di sektor IV dari
perspektif Pendidikan Agama Kristen. Bagian keempat penutup yang meliputi
kesimpulan dan saran. Kesimpulan berupa temuan-temuan dari hasil penelitian
dan pembahasan, saran yang berupa masukan-masukan dan rekomendasi untuk
penelitian lanjutan.
II.
PENDIDIKAN PAK DAN REMAJA
Pada bagian ini membahas tentang pengertian Pendidikan Agama Kristen
(PAK), PAK Remaja, Kenakalan Remaja, Hubungan Gereja dan Remaja.
A. Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan berasal dari dua kata latin yaitu “educates” dan “educare atau
educere”, yang berarti merawat dan melengkapi dan juga membimbing keluar.
Pendidikan adalah sebagai upaya sadar dan sengaja untuk memperlengkapi
seorang atau sekelompok orang untuk membimbingnya keluar dari suatu tahapan
(keadaan) hidup ke suatu tahapan lainnya yang lebih baik.11 Pendidikan Agama
Kristen adalah suatu usaha untuk mempersiapkan manusia untuk meyakini,
memahami dan mengamalkan agama kristen itu sendiri. Pendidikan Agama
Kristen berfungsi menumbuhkan sikap dan perilaku manusia berdasarkan iman
kristen dalam kehidupan sehari-hari sertapengetahuan tentang pendidikan kristen
dengan tujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan agar
manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.12
Menurut Augustinus di dalam buku strategi pendidikan agama kristen,
PAK adalah pendidikan yang bertujuan menghantar para pelajarnya untuk
bertumbuh dalam kehidupan rohani, terbuka dengan Firman Tuhan dan
memperoleh pengetahuan akan perbuatan-perbuatan Allah melalui Alkitab dan
bacaan lain. Semuanya itu untuk memperoleh hikmat yang dari Allah sendiri.13
Martin Luther dalam kutipan yang ditulis oleh Roberth Boekhlke mengatakan
11
B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta: Andi, 1994), 15.
Winatasahirin, Identitas dan ciri Khas Pendidikan Kristen , (Jakarta : BPK-BM, 2003),
12
153.
13
Robert Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Prakten Pendidikan Agama
Kristen dari Plato Sampai Ig. Loyola , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 128.
6
bahwa PAK merupakan pendidikan yang melibatkan semua warga jemaat
khususnya kaum muda, agar bisa belajar secara teratur dan tertib sehingga sadar
akan dosa dan kemerdekaan yang Allah kerjakan melalui Yesus Kristus.
Disamping itu memperlengkapi mereka dengan berbagai sumber iman sehingga
mampu mengambil bagian secara bertanggung jawab dalam pelayanan terhadap
masyarakat, negara dan gereja.14 Adapun elemen-elemen inti yang dapat
menjelaskan hakikat PAK15, yaitu; Pertama harus dikatakan bahwa PAK itu suatu
usaha pendidikan, karena merupakan suatu usaha yang sadar, sistematis, dan
berkesinambungan apa pun bentuknya.Kedua , PAK juga merupakan pendidikan
yang khusus yakni dalam dimensi religius manusia. Ini berarti usaha tersebut
dikhususkan pada bagaimana pencarian akan yang transenden serta ekspresi dari
hubungan-hubungan seseorang dengan yang transenden tadi dikembangkan serta
dimungkinkan tersedia bagi manusia pada masa kini. Ketiga , PAK juga secara
lebih khusus menunjuk kepada persekutuan iman yang melakukan tugas
pendidikan agamawi, yakni persekutuan iman kristen. Karenanya pencarian
manusia terhadap yang transenden serta ekspresi dari hubungan itu diwarnai oleh
ajaran kristen sebagaimana dinyatakan kepada kita dalam Alkitab sebagai warisan
masa lampau dan tindakan kreatif masa kini. Keempat, PAK sebagai usaha
pendidikan bagaimana pun juga mempunyai hakikat politis, dan karena itu
berpartisipasi juga dalam hakikat politis pendidikan secara umum. Artinya, dalam
PAK tidak hanya ada intervensi dalam kehidupan individual orang lain dibidang
kerohanian saja melainkan juga mempengaruhi orang lain bagaimana mereka
menjalani hidupnya dalam konteks masyarakat.
Pengertian tujuan PAK yaitu pertama aims, adalah tujuan yang diusahakan
untuk dicapai pada akhirnya (secara mutlak) atau juga disebut sebagai tujuan akhir
ultimate aims. Kedua goals, adalah tujuan yang hendak dicapai dalam jangka
waktu tertentu. Ketiga objektif, adalah tujuan yang hendak dicapai dalam proses
belajar-mengajar dalam satu tatap muka.16 Tujuan dari Pendidikan Agama Kristen
14
Robert Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Prakten Pendidikan Agama
Kristen dari Plato Sampai Ig. Loyola , 342.
15
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen , (Jakarta: Jurnal Info
Media, 2007), 25-26.
16
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen , (Bandung: Jurnal Info
Media, 2008), 29.
7
ialah untuk mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih
Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia
datang ke dalam persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal tersebut dinyatakan
dalam kasihnya terhadap Allah dan sesama, yang dihayati dalam hidupnya seharihari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus.17
B. PAK Remaja
Pendidikan Agama Kristen Remaja menurut Robert L. Browning dalam
buku Pembimbing Agama Kristen yang diuraikan oleh Daniel Nuhamara
mendefinisikan PAK Remaja sebagai suatu upaya menolong para remaja
"menjelajahi seluruh medan hubungan-hubungan", mengalami selaku remaja
"dalam terang Injil", menemukan kepribadian yang tepat, dan menerima tanggung
jawab bagi makna dan nilai yang menjadi jelas bagi mereka ketika mereka
mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan tujuan dan misi gereja dalam
dunia.18 PAK Remaja bertujuan mengasuh para remaja dalam paguyuban Kristen
sehingga mereka dapat mendengar Injil dan mengalami maknanya, menyadari
kasih Allah dalam hidup mereka, dan meresponnya dalam iman dan kasih.19
Wayne Rice dalam bukunya Junior High Ministry yang dijabarkan oleh Daniel
Nuhamara dalam buku PAK Remaja, mengemukakan bahwa kunci untuk
memahami remaja adalah menyadari bahwa masa remaja itu merupakan masa
transisi dari kanak-kanak menuju pada kedewasaan dalam berbagai hal.20 Remaja
dimulai pada usia 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Untuk masa adolescence ini
dibagi lagi menjadi remaja awal (early adolescence) yaitu dari usia 12-15 tahun,
remaja madya (middle adolescence) usia 16-18 tahun dan remaja akhir usia 18-20
tahun.21
Dalam masa perkembangan remaja ini keadaan emosi mereka dalam
tahapan-tahapan yang tidak stabil bila dilihat dari segi perkembangan sosialnya
mereka berada pada dorongan untuk mandiri, yang mana pada masa ini remaja
17
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen , (Bandung : Jurnal Info
Media, 2009), 31.
18
Robert L. Browning, "The Church's Youth Ministry", Marvin J. Taylor, Penyunting, An
Introduction to Christian Education (New York: Abingdon Press, 1966), 181.
19
Robert L. Browning, "The Church's Youth Ministry", Marvin J. Taylor, Penyunting, An
Introduction to Christian Education (New York: Abingdon Press, 1966), 182.
20
Daniel Nuhamara, PAK Remaja , (Bandung: Jurnal Info Media, april 2008), 59
21
Daniel Nuhamara, PAK Remaja , 9.
8
memiliki keinginan untuk hidup mandiri tanpa ada aturan dari orang tua. Ia seakan
mampu dan mengerti untuk melakukan segala sesuatu. Mereka cenderung
memiliki keinginan untuk hidup mandiri dan menentukan sendiri nilai-nilai yang
ada tanpa harus ada campur tangan orang tua. Peer group sebagai jembatan
menuju kemandirian peer group merupakan sebuah jembatan ataupun batu
loncatan yang diciptakan oleh para remaja untuk belajar mandiri, karena bagi
remaja mereka akan menjadi diri sendiri ketika mereka memiliki atau berada pada
komunitas sebaya dengan hobbi yang sama. Belum siap meninggalkan sahabat
demi iman, dalam hal ini jelas terlihat bahwa pada usia remaja, iman kepercayaan
yang mereka miliki mampu untuk digoyahkan. Mereka berada pada pencarian jati
diri, berbeda dengan makna dan kehadiran seorang sahabat bagi mereka.
Kehadiran sahabat di usia remaja, akan sangat memberi makna dalam kehidupan
mereka. Sehingga ketika mereka diperhadapkan dengan iman dan persahabatan,
maka iman remaja akan berkembang jika kelompok persahabatan yang dibentuk
itu saling mendukung dalam iman. Selain faktor di dalam diri remaja, proses
perkembangan mereka juga dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya serta
struktur masyarakat.22
Perkembangan remaja pula dilihat dari segi moral ego, kognitif dan juga
kepercayaan. Jean Pieget23dalam buku Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen
Dalam Masyarakat Indonesia mengatakan bahwa usia remaja (11-15 tahun)
merupakan tahap operasi formal. Dimana remaja memasuki kematangan intelek,
mampu berpikir jauh melampaui dunia dan keyakinan serta memiliki ide-ide yang
cemerlang. Pada masa ini remaja juga mulai berpikir ilmiah namun tidak berarti
bahwa merek bisa menerima dan mengerti semua hal yang diajarkan kepada
mereka. Lawrence Kohlberg di dalam Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat
Indonesia,teori
perkembangan
moralnya
mengatakan
bahwa
perkembangan moral seorang remaja dapat diukur sesuai dengan perubahanperubahan dalam hal: (1), konsep tentang
keadilan benar dan salah. (2)
kemampuannya untuk melihat atau memandang hal tertentu dari sudut pandangan
Daniel Nuhamara, “PAK Remaja”, 46-51..
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 219-220.
22
23
9
lain. (3) value atau nilai yang diberikan kepada kehidupan manusia.24 Erik
Erikson, dengan teori perkembangan ego remaja yang dijabarkan oleh Nieke
Kristina Atmadja-Hadinoto, dalam Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia menjelaskan bahwa dalam perkembangan ini remaja berada
dalam situasi antara mencapai identitas dan menyisihkan rasa kekaburan identitas.
Ia mulai belajar memberikan loyalitas terhadap sesuatu yang yang menjadi bagian
dari identitasnya yaitu kelompok teman, ideologi atau agama yng dianut
olehnya.25 Oleh Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto,dalam Dialog Dan Edukasi
Keluarga
Kristen
Dalam
Masyarakat
Indonesia
mengemukakan
teori
perkembangan iman James Flower yang menganilisa tentang perkembangan iman
remaja yang berada pada masa pembentukan pandangan hidup melalui apa yang
dipercaya oleh keluarganya sendiri ke arah pandangan lain diluar. Hal ini sejalan
dengan semakin meluasnya lingkungan perhatian remaja pada usia ini. Oleh
karena itu, iman harus mampu menolong remaja memperoleh orientasi yang lebih
luas dalam dalam menemukan nilai-nilai serta membentuk identitas dan
pandangan hidup. Namun dalam tahap ini remaja sendiritidak yakin benar
terhadap identitas diri sendiri dan kesanggupan menilai mana yang baik dan mana
yang tidak.26
C. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari normanorma hukum pidana yang
dilakukan
oleh remaja. Perilaku tersebut
akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Kenakalan berasal dari
kata dasar nakal yang berarti suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka
tidak menurut, sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik
dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain atau tingkah laku yang melanggar
norma kehidupan masyarakat.27 Kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial
Daniel Nuhama, “PAK Remaja” (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), 68.
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, 231.
26
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, 234.
27
Desy Anwar, “nakal” dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amelia,
2003), 287.
24
25
10
pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, akibatnya,
mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja
juga merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat
diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.28
Kenakalan remaja dapat digolongkan dalam dua kelompok yang besar,
sesuai dengan kaitannya dengan hukum,29 yaitu ;
1. Kenakalan remaja yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran
hukum.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan
undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar
hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.
Selain penggolongan kenakalan remaja ada juga gejala-gejala kenakalan
remaja yang dikalangan remaja saat ini30, yaitu ;
a. Membohong, memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau
menutup kesalahan.
b. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
c. Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orangtua atau menentang keinginan
orangtua.
d. Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, mudah
menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.
e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga
mudah terangsang untuk mempergunakannya. Misalnya pisau, pistol,
krakeling, silet dan lain sebagainya.
f. Bergaul dengan teman yan memberi pengaruh buruk, sehingga mudah terjerat
dalam perkara yang benar-benar kriminil.
g. Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan sehingga mudah timbul
tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab (a-moral dan a-sosial)
Bambang
Mulyono,
“Pendekatan
Analisis
Kenakalan
Remaja
dan
Penanggulangannya”, (Yogjakarta : Andi, 2006), 21.
29
J. Singgih D Gunarsa, “Psikologi Remaja”, (Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1980),
31.
30
J. Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja , 31-32.
28
11
h. Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang tidak
sopan, tidak senonoh seolah-olah menggambarkan kurang perhatian dan
pendidikan dari orang dewasa.
i. Secara berkelompok makan dirumah makan, tanpa membayar atau naik bis
tanpa membeli karcis.’
j. Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan
ekonomis maupun tujuan lain.
k. Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau mengisap ganja
sehingga merusak dirinya maupun orang lain.
D. Hubungan Gereja Dan Remaja
Gereja mula-mula hadir di dunia ini bukan sebagai lembaga, tetapi sebagai
persekutuan yang menantikan Kerajaan Allah. Ia kemudian menjadi lembaga
dengan organisasi, struktur, pejabat, tata gereja dan sebagainya.31 Dalam buku
Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia yang dikutip
dari Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, De Haas mengatakan dari segi filosofis,
lembaga berfungsi sebagai apriori sosial dan kultural bagi individu yang mangatur
dan menstabilkan kehidupan sosial dan menolong manusia dalam masyarakat.
Usaha edukatif gereja tidak mungkin berlangsung tanpa keberadaan gereja sebagai
lembaga.32 Gereja sebagai lembaga berfungsi sebagai gereja yang bertugas untuk
mendidik. Gereja yang bertugas untuk mendidik yaitu fungsi gereja sebagai
institusi yang menurut Bart salah satu dari 9 unsur kelembagaan ialah pendidikan.
Gereja digambarkan sebagai sebuah sekolah dengan guru-guru rohani yang
mengajarkan tentang kristus.33 Fungsi gereja sebagai yang mendidik ini hadir
melalui peranan Pendidikan Agama Kristen. Fungsi kontrol gereja mengarah pada
gereja yang melakukan fungsinya secara istimewa di tengah masyarakat. 34 Dalam
menjalankan fungsi kontrolnya dalam hal membimbing dan mendidik jemaat
terkhususnya dalam pembahasan ini ialah remaja maka gereja perlu memakai
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 258.
32
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, 260.
33
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, 274.
34
Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “Pendidikan Agama Kristen ” (Jakarta; BPK
Gunung mulia, 1985), 67.
31
12
metode yang baik dan benar, yang di dalam PAK metode adalah suatu pelayanan,
suatu pekerjaan yang aktif yang kita lakukan bagi Firman Tuhan dan bagi sesama
manusia, supaya kedua pihak itu bertemu satu sama lain, metode yang digunakan
bersudut pada dua yaitu, teori dan praktek.35 Awal pelayanan PAK di gereja
dimulai dengan pelayanan anak dan remaja di sekolah minggu, yang masih
merupakan aktivitas kaum awam yang berada di luar struktur pelayanan gereja.
Motivasi orang tua membawa anak-anak mereka ke sekolah minggu adalah
sekolah minggu mengajarkan budi pekerti yang baik, tempat atau wadah di mana
setidaknya anak-anak dapat belajar sesuatu yang bermanfaat, berjumpa dengan
anak-anak yang lain dan tidak berkeliaran di jalan pada hari minggu, demi
keamanan atau kuatir terpengaruh pergaulan jahat. Sekolah minggu dilayani oleh
warga gereja yang tidak diperlengkapi cukup untuk pelayanan dan pembimbingan
terhadap anak dan remaja.36Ada 2 teori mengenai pendidikan yang membedakan
yaitu metode otoriter dan metode kreatif.37 Dalam metode otoriter ialah metode
ceramah, bercerita, sedangkan metode kreatif dengan menggunakan metode
percakapan atau diskusi, metode lakon atau sandiwara, metode audiovisual,
metode menghafal, dan metode bertanya secara tatap muka.38
Pelayanan terhadap remaja tidak terlalu mendapat perhatian khusus dari
gereja-gereja pada umumnya terlihat dari kurangnya pemimpin remaja yang
memenuhi kualifikasi dimana pemimpin remaja adalah remaja itu sendiri yang
termasuk di dalam kepengurusan remaja jemaat lokal.39 Kualifikasi mendasar
seorang pemimpin remaja ialah kedewasaan secara spiritual. Kedewasaan spiritual
dapat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai relasi yang berarti dengan
Yesus Kristus sehingga ia dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain. Tiga
hal kualifikasi yang diperlukan seorang pemimpin remaja ialah (1) harus mampu
Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “Pendidikan Agama Kristen ” (Jakarta; BPK
Gunung mulia, 1985), 90.
36
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, 173.
37
Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “Pendidikan Agama Kristen ” (Jakarta; BPK
Gunung mulia, 1985), 91.
38
Dr Homrighause. E.G , Dr Enklaar I. H, “Pendidikan Agama Kristen ” (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1985), 96-101.
39
Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA” (Bandung: Jurnal Info Media, 2008),
16.
35
13
megidentifikasi kebutuhan, masalah, dan perasaan remaja. (2) harus menyukai
remaja. (3) harus dapat bersedia memberikan waktu yang cukup bagi remaja.40
Sikap dan peranan gereja dalam pengembangan PAK Remaja bukan hanya
melalui atau menemukan pemimpin yang berkualitas bagi remaja akan tetapi perlu
pula mengembangkan program bagi remaja atau membuat kurikulum PAK remaja
yang mencakup jenis kegiatan, tujuan atau kompetensi yang diharapkan dapat
dimiliki oleh remaja metode maupun media pembelajarannya melalui pembinaan
dan evaluasi terhadap pemimpin remaja baik secara langsung terhadap pemimpin
remaja atau remaja itu sendiri yaitu;41 aktivitas-aktivitas yang disukai oleh remaja,
kegiatan-kegiatan yang paling di nikmati oleh remaja, mmasalah-masalah dalam
pelayanan, kebutuhan-kebutuhan remaja yang paling besar, dan yang paling
mendasar ialah bagaimana kebutuhan-kebutuhan remaja bisa terpenuhi antara
lain42 ;
a. Libatkan mereka dalam perencanaan dan tindaklanjuti dengan aktivitas dan
program.
b. Dengarkan mereka dan tunjukkan bahwa anada mengasihi mereka melalui
tindakan.
c. Katakan pada mereka bahwa mereka penting. Pujilah mereka bilamana mereka
melakukan sesuatu yang baik dan benar.
d. Gunakanlah permainan yang membangun rasa percaya diri.
e. Siapkan kesempatan bagi mereka untuk memecahkan masalah identitas diri
dan memperoleh penguatan yang positif dalam pergumulan mereka dan
penghargaan yang sehat terhadap perbedaan dalam diri remaja lainnya.
Tentang kebutuhan akan hubungan baik dengan Tuhan:
a. Usahakan pelajaran dan program sekolah minggu yang membantu remaja
dalam perjalanan pribadinya dengan Tuhan dan berikan petunjuk yang praktis.
b. Berbagi atau ceritakan tentang pergumulan iman pribadi kepada mereka, jujur,
dan ajarlah mereka bahwa butuh waktu untuk menjadi dewasa dalam iman.
c. Doakanlah mereka dan beri perhatian yang cukup.
Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA”, 18.
Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA”, 95.
42
Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA”, 98-99.
40
41
14
d. Beri tekanan yang lebih pada prinsip-prinsip Firman Allah untuk membantu
mereka dalam pengambilan keputusan.
e. Jadilah teman dan bukan pengkhotbah bagi merejka dan bantulah remaja
menemukan imannya sendiri.
III.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini menguraikan hasil penelitian, yang terdiri atas gambaran
umum tempat penelitian serta pembahasan dan analisis sikap Gereja Protestan
Maluku Jemaat Bethel terhadap kenakalan remaja yang kemudian dibagi dalam
dua bagian yaitu sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel Ambon terhadap
kenakalan remaja dari perspektif Pendidikan Agama Kristen, Sikap dan peran
komisi anak dan remaja serta guru sekolah minggu khususnya remaja tentang
kenakalan remaja.
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Umat Kristen di Kota Ambon mulai ada pada abad XVI, ketika bangsa
Portugis datang ke Maluku mencari rempah-rempah.43Sejarah mencatat, pada
tahun 1572, bangsa Portugis membangun Kota Franggi atau Laha, dimana negeri
dan anak negeri Halong masuk dan tinggal di Mardika. Pada saat itu pula, “orang
Mardika” di Kristen kan. Inilah cikal bakal jemaat GPM Bethel, yakni komunitas
Kristen yang tinggal di lokasi Halong Mardika, Mardika, Belakang Soya (Belso)
dan Tanah Tinggi.44
Jemaat GPM Bethel yang berawal dari orang-orang “Mardiykers” atau
“Mardika” ini berdiam di bagian Timur Benteng Victoria, yaitu arah ke Batu
Merah. Kelompok ini adalah keturunan budak yang telah dibebaskan
(dimerdekakan) dari kerja paksa di Benteng Victoria, dan pada umumnya berasal
dari luar Indonesia seperti Malabar dan Bangladesh. Selain kelompok ini, ada pula
kelompok orang-orang Ambon, antara lain yang berasal dari Halong, Tawiri dan
Hative. Kelompok ini kemudian bersama-sama kelompok Mardika mendiami
daerah yang kemudian di sebut Halong Mardika sekarang ini. Pada saat itu di
43
44
Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015.
Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015.
15
Kota Ambon ada 4 (empat) gedung gereja yang dilayani oleh para Misionaris.
Salah satu dari keempat gedung gereja tersebut adalah gedung gereja Bethel
sekarang, yang rupanya diperuntukkan bagi para pengungsi daerah Mardika
tersebut.45
Pemilihan Nama Bethel sebagai gedung gereja yang di bangun sejak
tanggal 29 Mei 1904 didasari makna teologis dan sejarah seperti yang dapat kita
temui dalam Kej. 28 : 10 – 22 yaitu suatu tempat dimana Yakub bertemu dengan
Tuhan Allah di dalam mimpi di Lus. Yakub meyakini tempat ini sebagai “Rumah
Allah” atau “Pintu Gerbang Surga”. Lalu Yakub mendirikan sebuah sebuah tugu
peringatan dari batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan menuang minyak ke
atasnya. Yakub kemudian menamai tempat yang dahulunya bernama Lus itu
menjadi Betel.
Di Betel itulah Yakub berjanji jika Allah menyertai dan
melindunginya, maka batu yang didirikan sebagai tugu inu akan menjadi Rumah
Allah dan Yakub akan mempersembahkan kepada Tuhan sepersepuluh dari segala
yang Tuhan berikan kepadanya.46
Ketika gedung Gereja Bethel di bangun maka pengerahan jemaat di
dasarkan pada 4 wilayah tadi untuk membangun gedung gereja. Sebagai tanda
partisipasi ke empat wilayah tersebut dalam pembangunan dan eksistensi jemaat,
maka di dirikan 4 tiang yang sampai saat ini masih menjadi penyanggah gedung
Gereja Bethel. Ke empat tiang tersebut memiliki dasar teologi dan filosofi, bukan
sekedar arsitektur belaka. Filosofi dan Teologinya terinspirasi dari peristiwa
Yakub, ketika batu alas kepalanya kelak menjadi dasar Rumah Allah. Filosofi dan
dasar teologi ini yang kiranya terus menjadi spirit bagi jemaat GPM Bethel dalam
kaitan dengan pengembangan jemaat ke arah yang lebih baik. Mimpi Yakub
adalah BETHEL.47
45
Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015.
Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015.
47
Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015.
46
16
B.
Sikap Dan Peran GPM JEMAAT BETHEL AMBON
Terhadap Kenakalan Remaja Dari Perspektif Pendidikan Agama Kristen
.. pelayanan terhadap remaja dibagi dalam 3 jenjang berdasarkan usia 48
Melalui pernyataan di atas pembagian remaja diterapkan secara psikologi
perkembangan dari seorang remaja dalam hal ini tahapan usia. Secara mental
karakter remaja berbeda-beda. Masing-masing anak dengan tipe, karakter, pola
pikir dan pergaulan yang berbeda. Ada yang masih kanak-kanak, ada yang menuju
dewasa
(GPM) JEMAAT BETHEL AMBON TERHADAP KENAKALAN REMAJA
Oleh:
JILLIAN FRADELCIA ADODO
712009008
TUGAS AKHIR
Diajukankepada Program StudiTeologi,
FakultasTeologigunamemenuhisebagiandaripersyaratanuntukmencapaigelar
SarjanaSainsdalambidangTeologi (S.Si.Teol)
Program Studi IlmuTeologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
i
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur penulis panjatkan atas kasih Yesus Kristus dan
anugerahNya yang telah memimpin dan menyertai penulis selama menjalani
masa pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana sehinga
dengan hikmat yang diterima penulis mampu menyelesaikan penyusunan tugas
akhir dan masa kuliah dengan baik.
Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar
sarjana dalam bidang ilmu Teologi (S.Si. Teol). Penyelesaian tugas akhir ini pun
disusun dengan harapan bahwa dapat membantu gereja dan anggota gereja secara
khusus Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel Ambon dalam menyikapi
kenakalan remaja yang terjadi di lingkup gereja dan masyarakat sebagaimana
mestinya sehingga melahirkan generasi kristen yang berkualitas dalam spiritual
maupun etika melalui Pendidikan Agama Kristen (PAK) terhadap remaja. Penulis
juga berharap kiranya tugas akhir ini dapat berguna di kemudian hari sebagai
bahan referensi maupun sekedar menambah pengetahuan bagi orang lain terutama
pekerja-pekerja gereja dalam hal pembimbingan bagi remaja. Penulis menyadari
sungguh dari seluruh rangkaian penulisan tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis memohon maaf bagi semua pihak yang turut terlibat dalam
penulisan ini jika ada salah kata maupun kalimat oleh sebab itu kritik dan saran
sangatlah diperlukan agar tulisan ini lebih baik lagi.
Penulis
Jillian Fradelcia Adodo
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………..
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….......
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT …………………………………………
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ………………………………….
PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI ………………....
KATA PENGANTAR …………………………………………………….....
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….
UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………………
MOTTO ……………………………………………………………………...
ABSTRAK …………………………………………………………………….
I. Pendahuluan …………………………………………………………….
A. Latar Belakang …………………………………………………….
II. Pendidikan PAK dan Remaja ………………………………………….
A. Pendidikan Agama Kristen …………………………………….....
B. PAK Remaja ………………………………………………………
C. Kenakalan Remaja …………………………………………………
D. Hubungan Gereja Dan Remaja ……………………………………
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan ………………………………………
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ……………………………
B. Sikap Dan Peran GPM JEMAAT BETHEL AMBON Terhadap
Kenakalan Remaja Dari Perspektif Pendidikan Agama Kristen
C. Sikap Dan Peran Komisi Anak Dan Remaja Serta Guru Sekolah
Minggu GPM Jemaat Bethel Ambon Terhadap Kenakalan Remaja
Dari Perspektif Pendidikan Agama ………………….....
IV. Penutup …………………………………………………………………..
Daftar Pustaka ………………………………………………………............
vii
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii-xi
xii
xiii
1
1-6
6
6-8
8-10
10-12
12-15
15
15-16
17-25
25-32
32-34
35-37
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bantuan
berupa kritik, saran, bimbingan maupun dukungan serta doa untuk penyelesaian
tugas akhir ini dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus oleh karena anugerah, kasih dan cintaNya yang
selalu menolong serta menuntun penulis dalam menjalani studi di Fakultas
Teologi UKSW. Penulis ada dan mampu menyelesaikan tugas akhir ini
bukan karena kuat dan hebatnya penulis melainkan oleh hikmat dan
pertolongan tangan kuat yang selalu menopang penulis.
2. Kepada papa dan mama terhebat. Papa Chres danke par samua kerja karas
yg papa usahakan dan mama nel danke jadi tiang doa siang malam ini baru
langkah awal par menuju proses dengan janji yang harus ditepati par bikin
mama dengan papa tersenyum liat beta pung sukses. Maav kalau
terlambat, tutup talinga lalu bajalan berlalu dengan samua orang pung
carita dengan seng suka satu hal yang beta mau bilang kalo Beta Paleng
Sayang dong dua Tete Manis sayang dengan kasih umur panjang sehatsehat tarus sampe mama deng papa bisa liat beta dengan toga di atas
mimbar. Kace, seftia, santa dengan iky, walau pun kadang seng akur, tapi
kk del tau dong pung doa slalu ada par kk del.
3. Untuk Jesten Kenneth Wattimena, danke su jadi teman hidup, sahabat,
sombar, tempat berbagi susah sanang tempat mengaduh lelah, motivator.
Danke par semua doa, dukungan, dan jadi orang yang tidak pernah lelah
kasih semangat saat beta patah semangat dan ingin menyerah dengan
keadaan, entah akhirnya bagaimana biar Tete Manis yang ator, meskipun
berakhir setidaknya bersyukur karena ale pernah ada dan menemani sampe
di proses dan tahap ini. You’re a special one, Te Amo.
4. Ayah, Ma’Mirel, Gres, Oland, dengan Natalia. Khususnya Mami Ge
dengan Natha terima kasih untuk semua semangat dukungan dengan doa,
terima kasih sudah menjadi sahabat bahkan saudara dalam semua beta
pung susah dengan senang, tetap jadi seperti ini sampe tua nanti, dong dua
viii
taulah beta pung sayang par dong dua bagaimana, you’re the best Te Amo.
5. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel yang telah menjadi dosen pembimbing selama
penulisan tugas akhir ini. Terima kasih untuk semua waktu, bimbingan dan
motivasi, saran dan kritik yang sudah diberikan, dan mohon maaf untuk
semua kesalahan yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja lewat
tutur kata maupun tingkah laku, Biarlah Tuhan Yesus pohon berkat selalu
memberkati bpk dengan keluarga.
6. Pdt. Mariska Lauterboom/Tiwa, danke untuk saran masukan motivasi dari
kaka, danke su jadi dosen pembimbing 2 walaupun seng sampe di tahap
akhir karena kaka lanjut sekolah tapi ilmu yang di bagi cukup jadi bagian
sukses dalam penulisan tugas akhir ini, Tuhan Yesus memberkati ka’Ika ,
Bu Rino dengan Baby’T.
7. Pdt. Izak Lattu, Ph.D selaku wali studi. Terima kasih banyak ka’chaken
untuk dukungan dan motivasi yang kaka sudah berikan dan terima kasih
juga untuk waktu dan nasihat selaku kaka bahkan orang tua wali di
fakultas selama masa studi. Tete Manis berkati selalu.
8. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Teologi. Terima kasih sudah membagi
ilmu pengetahuan kepada penulis, mendukung dan memotivasi penulis
untuk terus belajar agar penulis dapat terus berkembang. Buat Bu Budi
yang selalu setia membantu segala keperluan mahasiswa dan tidak bosan
untuk menerima kami dikantornya terima kasih banyak Bu. Kepada ibu
dekan, terima kasih ibu sudah bersedia menjadi ibu bagi penulis selama
masa perkuliahan di tanah rantau, teriring doa Tuhan Yesus Memberkati
bapak dan ibu beserta keluarga.
9. Lembaga Kemahasiswaan
Fakultas Teologi
yang sudah banyak
membantu dan menolong penulis serta semangat teman-teman LK
terkhususnya Ama Bolodadi dan Priska dalam memperjuangkan hak-hak
mahasiswa, semoga apa yang telah teman-teman lakukan berbuah manis
untuk teman-teman kedepan. Tuhan Yesus memberkati, tetap solid dan
semangat dalam melayani.
ix
10. Untuk semua keluarga besar Adodo, Soumokil, Opa Onggo Nanulaitta,
mama Ete dengan Bapa No Amahorseja, semua Keluarga besar di BOOI,
kel Kailola, tanta min dengan om niko, terima kasih untuk semua doa dan
dukungannya
11. Pendeta Jemaat GPM Bethel Mardika Ambon, Ma Mei Orno, Ma Mei
Tikupadang, Ma ko Tuhumena, Ibu Ketty Lekahena, Pa Herry Siahay
terima kasih untuk semua topangan doa dan dukungan yang diberikan.
12. Teman seperjuangan kk dessy, joeldrin, acit, sanders, umbu andri, anky,
lenny, maya, vallian, dengan teman-teman 2009 yang lainnya. Hey tahu
kah kalian? bersyukur bisa kenal sebangku kuliah, sekalas bareng,
menggila bareng, tertawa bareng, susah pun barengan dengan kalian,
orang-orang hebat yang Tuhan pertemukan di sini di Teologi UKSW,
percayalah rindu untuk kembali sekelas dan duduk bareng kalian lagi
dengan kalian, salam KOLIPOKI!!!
13. Onna, Juan, Egeno, Jeaneth, sohib dari SMA, danke par semua dukungan
dan semangat yang su kasih selama ini
14. Brian, Deki, Ninin, Heydi, danke untuk semua dukungan, semangat doa
dan dorongannya slama ini Tuhan Yesus Berkati. Juga untuk seseorang
yang luar biasa alm kk laki-laki Clif Pattiwael (pipi) yang kadang jadi
malaikat tak terlihat yang tetap hidup di hati terima kasih untuk semua
nasihat, dorongan dengan waktu dan pengalaman hidup yang luar biasa
bikin beta banyak belajar dari pipi dan jadi seperti ini bersyukur Tuhan
kasih kesempatan hidup dengan pipi bertumbuh dan besar sama-sama
walaupun seng lama , tenang dalam damai pipi you’re always in my
heart, we Love you pipi.
15. Mak Cia, Thalia, Ino, Arthur, k’gefan, Bumike, edada, queensha terima
kasih untuk suka duka, susah senang, untuk dukungan, semangat, kritik
saran, danke su jadi keluarga kecil di kota kecil ini. Entah bagaimana
cerita masing-masing nanti tapi pastinya akan sangat rindu cerita dan
sekedar berbagi tawa dan pengalaman bersama kalian. Sukses untuk
masing-masing, kalau nanti samua su dengan berjas atau apapun itu
setidaknya luangkan waktu duduk bersama mengenang banyak cerita
x
tatawa manangis, lapar tanganga satu deng satu baku hadap lah katawa di
kota kecil ini kota hati beriman. Seng harap banyak biarlah apa yang su
dibangun di kota kecil dingin ini sebagai sahabat, teman bahkan saudara
meski seng ada hubungan darah akan tetap terjalin seterusnya sampai
dimana pun katong masing-masing ada. love you guys!
16. Pa den, Bebs Art, Dino, Choken, Kaleb (gebaAng), Juju, Hans, Eza,
Ashley, Ceka, Satria, Ipena, Elika, Endru, k’Mimi, Om Itho, Mami Ela,
Papi, Macica, kk tels, Ien and all crew KOB’15 KOB’16 terima kasih su
jadi keluarga dengan perhatian dukungan bahkan kritikan maupun saran
yang di berikan, terima kasih untuk setiap senyuman dengan tawa yang
terukir saat beta datang dengan muka bangka ka dong samua, untuk yang
su dipenghujung ayook semangat kasih fix, untuk yang masih toma juga
semangat, untuk yang su dengan sukses masing-masing sukses tarus,
Tuhan Yesus Berkati katong samua. Gagah
17. Teman-teman kost K’Sela, k’Jein, Wita, Chessy, Dessy, Sarly, Linda,
terima kasih par dukungan dengan semangat yang diberikan, Tuhan Yesus
Berkati.
18. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua orang yang tidak bisa
penulis sebutkan satu demi satu. Terimakasih sudah hadir dan memberi
warna dalam kehidupan penulis. Terimakasih untuk semua orang yang
membantu penulis dalam proses penulisan Tugas akhir ini. Tuhan
memberkati Kalian semua.
xi
MOTTO
Arungi samudra hidup, selami dalamnya lautan
hidup, nikmati perjalanan hidupmu dan
berproseslah! Maka kamu akan berbuah
didalamnya!!
-FradelTetapi kamu ini kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada
upah bagi usahamu!
(2 Tawarikh 15:7)
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur.
(Filipi 4:6)
Bukankah telah kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah
hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan Allahmu,
menyertai engkau kemanapun engkau pergi!
(Yosua 1:9)
I’m a little pencil in the hand of a writing God,
who is sending a love letter to the world !!!!
-Mother Theressa-
God Bless You
xii
“Tinjauan PAK Tentang Sikap Gereja Protestan Maluku (GPM) Jemaat Bethel-Ambon
Terhadap Kenakalan Remaja”
Jillian Fradelcia Adodo
712009008
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat
Bethel Ambon terhadap kenakalan remaja dari perspektif Pendidikan Agama Kristen. Teori yang
digunakan berdasarkan pada penjabaran Daniel Nuhamara (2007-2009). Penelitian ini
dimotivasi oleh fakta kenakalan remaja yang menggunakan miras, dan aksi pornografi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan
teknik pengumpulan data dan observasi bservasi. Manfaat penelitian ini menganalisis,
mendeskripsikan, memahami dan melengkapi penelitian yang terkait dengan peran serta sikap
gereja dalam menyikapi kenakalan remaja yang terjadi dalam konteks gereja sebagai lembaga
yang mengatur dan membimbing orang Kristen secara spiritualitas. Kedua secara praktis sebagai
salah satu upaya penulis dalam menganalisis dan memberikan kontribusi pemikiran baru dalam
upaya memahami dan menyikapi kenakalan remaja yang terjadi di lingkup gereja dan masyarakat
dalam Pendampingan dan pembimbingan bagi perkembangan generasi gereja yang berkualitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fungsi kontrol gereja terhadap remaja dilakukan melalui
evaluasi setelah bimbingan atau pembagian materi dan bahan ajar bagi GSM serta pertemuan
secara gabungan semua remaja dala m jemaat Bethel setiap minggu ke empat dalam bulan
berjalan serta belum adanya pembinaan secara lanjutan terhadap remaja khususnya remaja yang
terkait kenakalan remaja. Penelitian ini juga dibuat sebagai tugas akhir pada Fakultas Teologi
UKSW dan bagi pelayanan Jemaat GPM Bethel Ambon terhadap PAK remaja dan permasalahan
remaja.
Kata kunci: Sikap Gereja, guru sekolah minggu, kenakalan remaja, pendidikan agama kristen,
Jemaat GPM Bethel-Ambon.
xiii
I.
PENDAHULUAN
Remaja berasal dari kata adolescence dalam bahasa latin yaitu to grow up
to maturity, berarti tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan, tumbuh
dari kanak-kanak menjadi dewasa.1 Masa remaja juga disebut sebagai masa
pancaroba yang penuh dengan gejolak dan pemberontakan. Remaja dimulai pada
usia 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Untuk masa adolescence ini dibagi lagi
menjadi remaja awal (early adolescence) yaitu dari usia 12-15 tahun, remaja
madya (middle adolescence) usia 16-18 tahun dan remaja akhir usia 18-20 tahun.2
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam kehidupan
seseorang, khususnya dalam pembentukan kepribadian individu. Dalam masa
perkembangan remaja terjadi perubahan-perubahan sosial. Perubahan sosial yang
penting dalam masa remaja meliputi meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai
baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, serta dalam dukungan sosial.
Menurut Lawrence Kohlberg dalam buku PAK Remaja bahwa tingkatan
perkembangan lain yang harus dilewati oleh anak menuju kedewasaan ialah
dengan perkembangan moral atau yang lebih tepatnya disebut dengan
perkembangan pemikiran atau penalaran moral, Ia memusatkan diri pada “moral
reasoning” atau penalaran moral yaitu menyangkut apa yang dipikirkan seorang
individu tentang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang jahat.3 Hal
penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg ialah untuk mengungkapkan
moral yang ada dalam pikiran yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam
arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang, akan
semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari
perbuatan-perbuatannya.
Dewasa ini kehidupan perkembangan moralitas remaja semakin berada
pada tingkatan yang lebih cenderung meresahkan kehidupan masyakat. Ada
kelompok remaja yang berkembang ke arah yang positif namun ada pula
kelompok remaja yang berkembang pada arah negatif. Kelompok remaja yang
1
Hurlock Elizabeth B, Psikologi Perkembangan (New York : McGraw-hill,1980), 13.
Daniel Nuhamara, PAK Remaja (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), 9.
3
Daniel Nuhamara, PAK Remaja , 67.
2
1
berkembang ke arah negatif inilah kemudian berdampak pada kenakalan remaja.
Belakangan ini banyak media masa yang menyiarkan maraknya kenakalan remaja
di pelosok Indonesia, seperti tertangkapnya salah seorang remaja yang berusia 17
tahun di daerah Denpasar sebagai pengedar narkoba pada tanggal 27 agustus 2015
dengan sejumlah barang bukti yang ada.4 Hal ini menjadi menarik untuk
diperhatikan, di mana remaja merupakan generasi penerus oleh sebab itu harus
diarahkan dan dibimbing ke arah yang lebih baik.
Kehidupan anak dan remaja di kota Ambon sekarang ini begitu terpuruk
dalam moralitas yang tengah menuju ambang kehancuran untuk melahirkan
generasi penerus yang berkualitas baik secara moral, spritualitas maupun
intelektual.5 Para remaja yang melakukan kenakalan remaja ialah mereka yang
masih dalam masa pertumbuhan dan psikologi kejiwaan yang labil, yang jika
tidak diperhatikan maka akibatnya akan membias pada kelompok masyarakat
yang lebih luas.6 Remaja di beberapa wilayah di kota Ambon berkembang dan
bertumbuh dengan tidak memperhatikan etika perilaku serta nilai-nilai dan norma
yang berlaku. Selain mengamati,penulis juga melakukan percakapan awal dengan
beberapa warga dan Majelis Jemaat di sektor IV Jemaat Bethel Belakang Soya.
Melalui percakapan itu ditemukan bahwa dalam keseharian para remaja ini
membentuk kelompok, akan tetapi kelompok yang dibentuk lebih mengarah pada
aktivitas-aktivitas yang cenderung merugikan diri sendiri bahkan orang lain di
sekitar mereka. Mereka cenderung berkumpul dan melakukan aktivitas
sepertimerokok bahkan sampai pada minum minuman keras, bahkan ada remaja
yang mulai menggunakan obat-obatan terlarang dan yang lebih mirisnya lagi ada
sebuah kasus yang terjadi di sektor IV ini di mana ada remaja yang melakukan
perbuatan pornoaksi dan pornografi dengan mengintip bahkan merekam atau
membuat video terhadap seorang wanita yang tengah beraktivitas di kamar mandi
(sedang mandi) untuk dijadikan sebagai bahan tontonan bagi remaja ini, bahkan
4
Gede Nadi Jaya, Reporter : Bandar Narkoba Usia 17 Tahun Diringkus, Barang Bukti
114
Gram
Sabu
(Denpasar:
Merdeka.Com).
Accessed
october
19,
2015,
http://www.merdeka.com/peristiwa/bandar-narkoba-usia-17-tahun-diringkus-barang-bukti-114gram-sabu.html.
5
Hasil wawancara bersama Pdt. Ny. Telly Tomasoa / FarFar, Agustus 2015.
6
Richard Louhenapessy, Wali Kota : Konflik Warga Akibat Kenakalan Remaja (Ambon:
situs
Resmi
Pemerintah
Kota
Ambon,
2013).Accessed
October
2,
2014,http://www.ambon.go.id/wali-kota-konflik-antar-warga-akibat-kenakalan-remaja.
2
ada pula kasus terbaru yang dilakukan pada bulan februari 2016 yaitu pencabulan
seorang remaja berusia 16 tahun terhadap seorang anak remaja awal yang berumur
13 tahun. Klimaksnya ada remaja yang seharusnya mengikuti pendidikan di
sekolah malah mereka tidak melakukannya dengan baik sehingga harus putus
sekolah.
Dalam situasi seperti ini peran gereja menjadi sangat penting atau
signifikan. Dengan melihat lingkup kehidupan masyarakat kota Ambon yang
mayoritas merupakan penganut agama Kristen, gereja hadir sebagai lembaga yang
bertujuan untuk mengatur dan membimbing orang-orang Kristen secara
spiritualitas. Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel-Mardika hadir sejak 29 Mei
1904 dengan 20 sektor pelayanan yang kemudian dimekarkan menjadi 19 sektor
pelayanan akibat konflik yang terjadi di Ambon tahun 1999 silam dan salah satu
daerah pelayanannya yaitu daerah Belakang Soya yang merupakan sektor ke-IV
dari 19 sektor pelayanan yang berpusat di Mardika, Ambon. Penata layanan yang
ada di dalam jemaat ini meliputi tiga tugas panggilan utama yaitu diakonia,
marturia dan koinonia yang bukan hanya pada satu lingkup kategorial melainkan
berbagai lingkup kategorial termasuk dalam kategorial anak dan remaja yang
disediakan dalam lingkup SM-TPI (Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil).
Adapun hal-hal yang telah dilakukan oleh gereja selama ini ialah (1), SMTPI dimana gereja membentuk wadah pelayanan bagi anak dan remaja yang
kemudian gereja melaksanakan tugas pembimbingan bagi anak dan remaja
melalui guru sekolah minggu atau yang biasa disebut dengan istilah pengasuh
yang biasanya dilakukan bimbingan bagi para guru sekolah minggu satu minggu
sekali. (2), Kegiatan-kegiatan bagi remaja yang berupa jambore dan pekan remaja.
Sebagai generasi anak-anak Kristen, para remaja ini memang disediakan wadah
pelayanan untuk membentuk dan memupuk spritualitas dan solidaritas sebagai
anak-anak Kristus dalam wadah pelayanan anak dan remaja atau dengan istilah
lain SM-TPI.7 Tetapi adapula para remaja yang tidak mengikuti SM-TPI padahal
usia mereka seharusnya masih berada pada tahap “remaja”. Mereka cenderung
menganggap diri mereka sudah dewasa dan masuk dalam kategori pemuda,
padahal mereka juga tidak mengikuti setiap kegiatan atau ibadah pemuda karena
7
Hasil Wawancara bersama kepala biro Anak Remaja dan Katekisasi Sinode GPM
Pdt.F.R.Mattheis.S.Th, Agustus 2015.
3
merasa belum cukup umur untuk ada dalam kelompok pemuda (Pdt. Telly
Tomasoa/ Farfar). Dari hasil percakapan bersama dengan kedua pendeta ini pula,
penulis menemukan bahwa di sektor IV Jemaat Bethel ini ada pula remaja yang
tidak mengikuti SM-TPI yang seharusnya menjadi wadah bagi mereka untuk
mendapatkan pembinaan dan bimbingan terhadap pendidikan agama Kristen yang
telah di sediakan oleh Gereja. Kenakalan remaja yang terjadi kian berkembang
memerlukan peran penting dari gereja untuk lebih memperhatikan generasi gereja
di mana ketika adanya kenakalan remaja yang seharusnya menuntut peran gereja
untuk mengambil sikap dan tindakan dalam pembimbingan terhadap anak remaja
secara real bukan hanya ketika sudah adanya SM-TPI sebagai wadah resmi gereja
yang dilaksanakan oleh para pengasuh kemudian gereja atau dalam hal ini
pelayan-pelayan gereja sebagai gembala acuh atau kurang mengambil bagian
dalam penggembalaan dan pembinaan terhadap anak-anak remaja sebagai
generasi kristen, bagaimana Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel menyikapi
hal ini?.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan inilah, maka
penulis merasa tertarik untuk meneliti :
“Tinjauan PAK TentangSikap Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel
Ambon Terhadap Kenakalan Remaja”
A. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang dipaparkan maka masalah yang akan
diteliti dan dibahas dalam penulisan ini adalah bagaimana Sikap Jemaat GPM
Bethel Ambon Terhadap kenakalan remaja yang terjadi dari perspektif Pendidikan
Agama Kristen?
B. Tujuan Penetilitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan ini ialah mendeskripsikan
sikap Jemaat GPM Bethel Ambon terhadap kenakalan remaja dari perspektif
Pendidikan Agama Kristen.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
Penelitian ini dilakukan guna menganalisis, mendeskripsikan, memahami dan
melengkapi penelitian yang terkait dengan peran serta sikap gereja dalam
4
menyikapi kenakalan remaja yang terjadi dalam konteks gereja sebagai lembaga
yang mengatur dan membimbing orang Kristen secara spiritualitas. Kedua secara
praktis sebagai salah satu upaya penulis dalam menganalisis dan memberikan
kontribusi pemikiran baru dalam upaya memahami dan menyikapi kenakalan
remaja yang terjadi di lingkup gereja dan masyarakat dalam Pendampingan dan
pembimbingan bagi perkembangan generasi gereja yang berkualitas.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analisis. Penelitian
ini berusaha mengungkapkan masalah atau keadaan, serta memberikan gambaran
secara obyektif, suatu objek,suatu suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang tentang sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat
Bethel dalam menyikapi kenakalan-kenakalan remaja di sektor IV.8
Jenis penelitian yang dipakai adalah kualitatif.9 Penelitian ini bertujuan
untuk mendiskripsikan apa yang pada saat ini berlaku yang didalammya terdapat
upaya untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisa sikap gereja terhadap
kenakalan yang terjadi.
Data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap informan yaitu
Pendeta pendamping remaja 1 orang, Pendeta Jemaat 2 orang, komisi remaja 1
orang dan guru sekolah minggu 3 orang. Adapun wawancara yang dilakukan
untuk mendapatkan keterangan dan data dari individu-individu tertentu untuk
keperluan informasi secara lisan dan tertulis. Serta dari bahan literatur untuk
membangun landasan teori dan perolehan secara tertulis.10
E. Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini dideskripsikan dalam empat bagian yaitu bagian
pertama yang berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan yang menjadi
tolak ukur dari penulisan tugas akhir ini. Pada bagian kedua meliputi Pendikan
Agama Kristen (PAK), PAK Remaja, definisi tentang kenakalan remaja, macamMo. Natsir, “Metode Penelitian”, (Jakarta: Ghalia Indonesia 1988), 61, 89.
Mardalis. “Metode Penelitian,Suatu Pendekatan Proposal”(Jakarta: Bumi aksara, 2004)
8
9
26.
Koentjaraninggrat, “Metode- Metode Penelitian Masyarakat”, (Jakarta: PT Gramedia,
10
1991), 130.
5
macam kenakalan remaja, hubungan gereja dan remaja. Pada bagian ketiga berisi
hasil penelitian dan pembahasan serta analisis tentang sikap Gereja Protestan
Maluku Jemaat Bethel terhadap kenakalan remaja yang terjadi di sektor IV dari
perspektif Pendidikan Agama Kristen. Bagian keempat penutup yang meliputi
kesimpulan dan saran. Kesimpulan berupa temuan-temuan dari hasil penelitian
dan pembahasan, saran yang berupa masukan-masukan dan rekomendasi untuk
penelitian lanjutan.
II.
PENDIDIKAN PAK DAN REMAJA
Pada bagian ini membahas tentang pengertian Pendidikan Agama Kristen
(PAK), PAK Remaja, Kenakalan Remaja, Hubungan Gereja dan Remaja.
A. Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan berasal dari dua kata latin yaitu “educates” dan “educare atau
educere”, yang berarti merawat dan melengkapi dan juga membimbing keluar.
Pendidikan adalah sebagai upaya sadar dan sengaja untuk memperlengkapi
seorang atau sekelompok orang untuk membimbingnya keluar dari suatu tahapan
(keadaan) hidup ke suatu tahapan lainnya yang lebih baik.11 Pendidikan Agama
Kristen adalah suatu usaha untuk mempersiapkan manusia untuk meyakini,
memahami dan mengamalkan agama kristen itu sendiri. Pendidikan Agama
Kristen berfungsi menumbuhkan sikap dan perilaku manusia berdasarkan iman
kristen dalam kehidupan sehari-hari sertapengetahuan tentang pendidikan kristen
dengan tujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan agar
manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.12
Menurut Augustinus di dalam buku strategi pendidikan agama kristen,
PAK adalah pendidikan yang bertujuan menghantar para pelajarnya untuk
bertumbuh dalam kehidupan rohani, terbuka dengan Firman Tuhan dan
memperoleh pengetahuan akan perbuatan-perbuatan Allah melalui Alkitab dan
bacaan lain. Semuanya itu untuk memperoleh hikmat yang dari Allah sendiri.13
Martin Luther dalam kutipan yang ditulis oleh Roberth Boekhlke mengatakan
11
B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta: Andi, 1994), 15.
Winatasahirin, Identitas dan ciri Khas Pendidikan Kristen , (Jakarta : BPK-BM, 2003),
12
153.
13
Robert Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Prakten Pendidikan Agama
Kristen dari Plato Sampai Ig. Loyola , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 128.
6
bahwa PAK merupakan pendidikan yang melibatkan semua warga jemaat
khususnya kaum muda, agar bisa belajar secara teratur dan tertib sehingga sadar
akan dosa dan kemerdekaan yang Allah kerjakan melalui Yesus Kristus.
Disamping itu memperlengkapi mereka dengan berbagai sumber iman sehingga
mampu mengambil bagian secara bertanggung jawab dalam pelayanan terhadap
masyarakat, negara dan gereja.14 Adapun elemen-elemen inti yang dapat
menjelaskan hakikat PAK15, yaitu; Pertama harus dikatakan bahwa PAK itu suatu
usaha pendidikan, karena merupakan suatu usaha yang sadar, sistematis, dan
berkesinambungan apa pun bentuknya.Kedua , PAK juga merupakan pendidikan
yang khusus yakni dalam dimensi religius manusia. Ini berarti usaha tersebut
dikhususkan pada bagaimana pencarian akan yang transenden serta ekspresi dari
hubungan-hubungan seseorang dengan yang transenden tadi dikembangkan serta
dimungkinkan tersedia bagi manusia pada masa kini. Ketiga , PAK juga secara
lebih khusus menunjuk kepada persekutuan iman yang melakukan tugas
pendidikan agamawi, yakni persekutuan iman kristen. Karenanya pencarian
manusia terhadap yang transenden serta ekspresi dari hubungan itu diwarnai oleh
ajaran kristen sebagaimana dinyatakan kepada kita dalam Alkitab sebagai warisan
masa lampau dan tindakan kreatif masa kini. Keempat, PAK sebagai usaha
pendidikan bagaimana pun juga mempunyai hakikat politis, dan karena itu
berpartisipasi juga dalam hakikat politis pendidikan secara umum. Artinya, dalam
PAK tidak hanya ada intervensi dalam kehidupan individual orang lain dibidang
kerohanian saja melainkan juga mempengaruhi orang lain bagaimana mereka
menjalani hidupnya dalam konteks masyarakat.
Pengertian tujuan PAK yaitu pertama aims, adalah tujuan yang diusahakan
untuk dicapai pada akhirnya (secara mutlak) atau juga disebut sebagai tujuan akhir
ultimate aims. Kedua goals, adalah tujuan yang hendak dicapai dalam jangka
waktu tertentu. Ketiga objektif, adalah tujuan yang hendak dicapai dalam proses
belajar-mengajar dalam satu tatap muka.16 Tujuan dari Pendidikan Agama Kristen
14
Robert Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Prakten Pendidikan Agama
Kristen dari Plato Sampai Ig. Loyola , 342.
15
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen , (Jakarta: Jurnal Info
Media, 2007), 25-26.
16
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen , (Bandung: Jurnal Info
Media, 2008), 29.
7
ialah untuk mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih
Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia
datang ke dalam persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal tersebut dinyatakan
dalam kasihnya terhadap Allah dan sesama, yang dihayati dalam hidupnya seharihari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus.17
B. PAK Remaja
Pendidikan Agama Kristen Remaja menurut Robert L. Browning dalam
buku Pembimbing Agama Kristen yang diuraikan oleh Daniel Nuhamara
mendefinisikan PAK Remaja sebagai suatu upaya menolong para remaja
"menjelajahi seluruh medan hubungan-hubungan", mengalami selaku remaja
"dalam terang Injil", menemukan kepribadian yang tepat, dan menerima tanggung
jawab bagi makna dan nilai yang menjadi jelas bagi mereka ketika mereka
mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan tujuan dan misi gereja dalam
dunia.18 PAK Remaja bertujuan mengasuh para remaja dalam paguyuban Kristen
sehingga mereka dapat mendengar Injil dan mengalami maknanya, menyadari
kasih Allah dalam hidup mereka, dan meresponnya dalam iman dan kasih.19
Wayne Rice dalam bukunya Junior High Ministry yang dijabarkan oleh Daniel
Nuhamara dalam buku PAK Remaja, mengemukakan bahwa kunci untuk
memahami remaja adalah menyadari bahwa masa remaja itu merupakan masa
transisi dari kanak-kanak menuju pada kedewasaan dalam berbagai hal.20 Remaja
dimulai pada usia 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Untuk masa adolescence ini
dibagi lagi menjadi remaja awal (early adolescence) yaitu dari usia 12-15 tahun,
remaja madya (middle adolescence) usia 16-18 tahun dan remaja akhir usia 18-20
tahun.21
Dalam masa perkembangan remaja ini keadaan emosi mereka dalam
tahapan-tahapan yang tidak stabil bila dilihat dari segi perkembangan sosialnya
mereka berada pada dorongan untuk mandiri, yang mana pada masa ini remaja
17
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen , (Bandung : Jurnal Info
Media, 2009), 31.
18
Robert L. Browning, "The Church's Youth Ministry", Marvin J. Taylor, Penyunting, An
Introduction to Christian Education (New York: Abingdon Press, 1966), 181.
19
Robert L. Browning, "The Church's Youth Ministry", Marvin J. Taylor, Penyunting, An
Introduction to Christian Education (New York: Abingdon Press, 1966), 182.
20
Daniel Nuhamara, PAK Remaja , (Bandung: Jurnal Info Media, april 2008), 59
21
Daniel Nuhamara, PAK Remaja , 9.
8
memiliki keinginan untuk hidup mandiri tanpa ada aturan dari orang tua. Ia seakan
mampu dan mengerti untuk melakukan segala sesuatu. Mereka cenderung
memiliki keinginan untuk hidup mandiri dan menentukan sendiri nilai-nilai yang
ada tanpa harus ada campur tangan orang tua. Peer group sebagai jembatan
menuju kemandirian peer group merupakan sebuah jembatan ataupun batu
loncatan yang diciptakan oleh para remaja untuk belajar mandiri, karena bagi
remaja mereka akan menjadi diri sendiri ketika mereka memiliki atau berada pada
komunitas sebaya dengan hobbi yang sama. Belum siap meninggalkan sahabat
demi iman, dalam hal ini jelas terlihat bahwa pada usia remaja, iman kepercayaan
yang mereka miliki mampu untuk digoyahkan. Mereka berada pada pencarian jati
diri, berbeda dengan makna dan kehadiran seorang sahabat bagi mereka.
Kehadiran sahabat di usia remaja, akan sangat memberi makna dalam kehidupan
mereka. Sehingga ketika mereka diperhadapkan dengan iman dan persahabatan,
maka iman remaja akan berkembang jika kelompok persahabatan yang dibentuk
itu saling mendukung dalam iman. Selain faktor di dalam diri remaja, proses
perkembangan mereka juga dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya serta
struktur masyarakat.22
Perkembangan remaja pula dilihat dari segi moral ego, kognitif dan juga
kepercayaan. Jean Pieget23dalam buku Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen
Dalam Masyarakat Indonesia mengatakan bahwa usia remaja (11-15 tahun)
merupakan tahap operasi formal. Dimana remaja memasuki kematangan intelek,
mampu berpikir jauh melampaui dunia dan keyakinan serta memiliki ide-ide yang
cemerlang. Pada masa ini remaja juga mulai berpikir ilmiah namun tidak berarti
bahwa merek bisa menerima dan mengerti semua hal yang diajarkan kepada
mereka. Lawrence Kohlberg di dalam Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat
Indonesia,teori
perkembangan
moralnya
mengatakan
bahwa
perkembangan moral seorang remaja dapat diukur sesuai dengan perubahanperubahan dalam hal: (1), konsep tentang
keadilan benar dan salah. (2)
kemampuannya untuk melihat atau memandang hal tertentu dari sudut pandangan
Daniel Nuhamara, “PAK Remaja”, 46-51..
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 219-220.
22
23
9
lain. (3) value atau nilai yang diberikan kepada kehidupan manusia.24 Erik
Erikson, dengan teori perkembangan ego remaja yang dijabarkan oleh Nieke
Kristina Atmadja-Hadinoto, dalam Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia menjelaskan bahwa dalam perkembangan ini remaja berada
dalam situasi antara mencapai identitas dan menyisihkan rasa kekaburan identitas.
Ia mulai belajar memberikan loyalitas terhadap sesuatu yang yang menjadi bagian
dari identitasnya yaitu kelompok teman, ideologi atau agama yng dianut
olehnya.25 Oleh Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto,dalam Dialog Dan Edukasi
Keluarga
Kristen
Dalam
Masyarakat
Indonesia
mengemukakan
teori
perkembangan iman James Flower yang menganilisa tentang perkembangan iman
remaja yang berada pada masa pembentukan pandangan hidup melalui apa yang
dipercaya oleh keluarganya sendiri ke arah pandangan lain diluar. Hal ini sejalan
dengan semakin meluasnya lingkungan perhatian remaja pada usia ini. Oleh
karena itu, iman harus mampu menolong remaja memperoleh orientasi yang lebih
luas dalam dalam menemukan nilai-nilai serta membentuk identitas dan
pandangan hidup. Namun dalam tahap ini remaja sendiritidak yakin benar
terhadap identitas diri sendiri dan kesanggupan menilai mana yang baik dan mana
yang tidak.26
C. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari normanorma hukum pidana yang
dilakukan
oleh remaja. Perilaku tersebut
akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Kenakalan berasal dari
kata dasar nakal yang berarti suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka
tidak menurut, sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik
dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain atau tingkah laku yang melanggar
norma kehidupan masyarakat.27 Kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial
Daniel Nuhama, “PAK Remaja” (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), 68.
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, 231.
26
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, 234.
27
Desy Anwar, “nakal” dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amelia,
2003), 287.
24
25
10
pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, akibatnya,
mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja
juga merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat
diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.28
Kenakalan remaja dapat digolongkan dalam dua kelompok yang besar,
sesuai dengan kaitannya dengan hukum,29 yaitu ;
1. Kenakalan remaja yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran
hukum.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan
undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar
hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.
Selain penggolongan kenakalan remaja ada juga gejala-gejala kenakalan
remaja yang dikalangan remaja saat ini30, yaitu ;
a. Membohong, memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau
menutup kesalahan.
b. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
c. Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orangtua atau menentang keinginan
orangtua.
d. Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, mudah
menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.
e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga
mudah terangsang untuk mempergunakannya. Misalnya pisau, pistol,
krakeling, silet dan lain sebagainya.
f. Bergaul dengan teman yan memberi pengaruh buruk, sehingga mudah terjerat
dalam perkara yang benar-benar kriminil.
g. Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan sehingga mudah timbul
tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab (a-moral dan a-sosial)
Bambang
Mulyono,
“Pendekatan
Analisis
Kenakalan
Remaja
dan
Penanggulangannya”, (Yogjakarta : Andi, 2006), 21.
29
J. Singgih D Gunarsa, “Psikologi Remaja”, (Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1980),
31.
30
J. Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja , 31-32.
28
11
h. Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang tidak
sopan, tidak senonoh seolah-olah menggambarkan kurang perhatian dan
pendidikan dari orang dewasa.
i. Secara berkelompok makan dirumah makan, tanpa membayar atau naik bis
tanpa membeli karcis.’
j. Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan
ekonomis maupun tujuan lain.
k. Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau mengisap ganja
sehingga merusak dirinya maupun orang lain.
D. Hubungan Gereja Dan Remaja
Gereja mula-mula hadir di dunia ini bukan sebagai lembaga, tetapi sebagai
persekutuan yang menantikan Kerajaan Allah. Ia kemudian menjadi lembaga
dengan organisasi, struktur, pejabat, tata gereja dan sebagainya.31 Dalam buku
Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia yang dikutip
dari Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, De Haas mengatakan dari segi filosofis,
lembaga berfungsi sebagai apriori sosial dan kultural bagi individu yang mangatur
dan menstabilkan kehidupan sosial dan menolong manusia dalam masyarakat.
Usaha edukatif gereja tidak mungkin berlangsung tanpa keberadaan gereja sebagai
lembaga.32 Gereja sebagai lembaga berfungsi sebagai gereja yang bertugas untuk
mendidik. Gereja yang bertugas untuk mendidik yaitu fungsi gereja sebagai
institusi yang menurut Bart salah satu dari 9 unsur kelembagaan ialah pendidikan.
Gereja digambarkan sebagai sebuah sekolah dengan guru-guru rohani yang
mengajarkan tentang kristus.33 Fungsi gereja sebagai yang mendidik ini hadir
melalui peranan Pendidikan Agama Kristen. Fungsi kontrol gereja mengarah pada
gereja yang melakukan fungsinya secara istimewa di tengah masyarakat. 34 Dalam
menjalankan fungsi kontrolnya dalam hal membimbing dan mendidik jemaat
terkhususnya dalam pembahasan ini ialah remaja maka gereja perlu memakai
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 258.
32
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, 260.
33
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, 274.
34
Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “Pendidikan Agama Kristen ” (Jakarta; BPK
Gunung mulia, 1985), 67.
31
12
metode yang baik dan benar, yang di dalam PAK metode adalah suatu pelayanan,
suatu pekerjaan yang aktif yang kita lakukan bagi Firman Tuhan dan bagi sesama
manusia, supaya kedua pihak itu bertemu satu sama lain, metode yang digunakan
bersudut pada dua yaitu, teori dan praktek.35 Awal pelayanan PAK di gereja
dimulai dengan pelayanan anak dan remaja di sekolah minggu, yang masih
merupakan aktivitas kaum awam yang berada di luar struktur pelayanan gereja.
Motivasi orang tua membawa anak-anak mereka ke sekolah minggu adalah
sekolah minggu mengajarkan budi pekerti yang baik, tempat atau wadah di mana
setidaknya anak-anak dapat belajar sesuatu yang bermanfaat, berjumpa dengan
anak-anak yang lain dan tidak berkeliaran di jalan pada hari minggu, demi
keamanan atau kuatir terpengaruh pergaulan jahat. Sekolah minggu dilayani oleh
warga gereja yang tidak diperlengkapi cukup untuk pelayanan dan pembimbingan
terhadap anak dan remaja.36Ada 2 teori mengenai pendidikan yang membedakan
yaitu metode otoriter dan metode kreatif.37 Dalam metode otoriter ialah metode
ceramah, bercerita, sedangkan metode kreatif dengan menggunakan metode
percakapan atau diskusi, metode lakon atau sandiwara, metode audiovisual,
metode menghafal, dan metode bertanya secara tatap muka.38
Pelayanan terhadap remaja tidak terlalu mendapat perhatian khusus dari
gereja-gereja pada umumnya terlihat dari kurangnya pemimpin remaja yang
memenuhi kualifikasi dimana pemimpin remaja adalah remaja itu sendiri yang
termasuk di dalam kepengurusan remaja jemaat lokal.39 Kualifikasi mendasar
seorang pemimpin remaja ialah kedewasaan secara spiritual. Kedewasaan spiritual
dapat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai relasi yang berarti dengan
Yesus Kristus sehingga ia dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain. Tiga
hal kualifikasi yang diperlukan seorang pemimpin remaja ialah (1) harus mampu
Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “Pendidikan Agama Kristen ” (Jakarta; BPK
Gunung mulia, 1985), 90.
36
Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam
Masyarakat Indonesia”, 173.
37
Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “Pendidikan Agama Kristen ” (Jakarta; BPK
Gunung mulia, 1985), 91.
38
Dr Homrighause. E.G , Dr Enklaar I. H, “Pendidikan Agama Kristen ” (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1985), 96-101.
39
Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA” (Bandung: Jurnal Info Media, 2008),
16.
35
13
megidentifikasi kebutuhan, masalah, dan perasaan remaja. (2) harus menyukai
remaja. (3) harus dapat bersedia memberikan waktu yang cukup bagi remaja.40
Sikap dan peranan gereja dalam pengembangan PAK Remaja bukan hanya
melalui atau menemukan pemimpin yang berkualitas bagi remaja akan tetapi perlu
pula mengembangkan program bagi remaja atau membuat kurikulum PAK remaja
yang mencakup jenis kegiatan, tujuan atau kompetensi yang diharapkan dapat
dimiliki oleh remaja metode maupun media pembelajarannya melalui pembinaan
dan evaluasi terhadap pemimpin remaja baik secara langsung terhadap pemimpin
remaja atau remaja itu sendiri yaitu;41 aktivitas-aktivitas yang disukai oleh remaja,
kegiatan-kegiatan yang paling di nikmati oleh remaja, mmasalah-masalah dalam
pelayanan, kebutuhan-kebutuhan remaja yang paling besar, dan yang paling
mendasar ialah bagaimana kebutuhan-kebutuhan remaja bisa terpenuhi antara
lain42 ;
a. Libatkan mereka dalam perencanaan dan tindaklanjuti dengan aktivitas dan
program.
b. Dengarkan mereka dan tunjukkan bahwa anada mengasihi mereka melalui
tindakan.
c. Katakan pada mereka bahwa mereka penting. Pujilah mereka bilamana mereka
melakukan sesuatu yang baik dan benar.
d. Gunakanlah permainan yang membangun rasa percaya diri.
e. Siapkan kesempatan bagi mereka untuk memecahkan masalah identitas diri
dan memperoleh penguatan yang positif dalam pergumulan mereka dan
penghargaan yang sehat terhadap perbedaan dalam diri remaja lainnya.
Tentang kebutuhan akan hubungan baik dengan Tuhan:
a. Usahakan pelajaran dan program sekolah minggu yang membantu remaja
dalam perjalanan pribadinya dengan Tuhan dan berikan petunjuk yang praktis.
b. Berbagi atau ceritakan tentang pergumulan iman pribadi kepada mereka, jujur,
dan ajarlah mereka bahwa butuh waktu untuk menjadi dewasa dalam iman.
c. Doakanlah mereka dan beri perhatian yang cukup.
Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA”, 18.
Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA”, 95.
42
Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA”, 98-99.
40
41
14
d. Beri tekanan yang lebih pada prinsip-prinsip Firman Allah untuk membantu
mereka dalam pengambilan keputusan.
e. Jadilah teman dan bukan pengkhotbah bagi merejka dan bantulah remaja
menemukan imannya sendiri.
III.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini menguraikan hasil penelitian, yang terdiri atas gambaran
umum tempat penelitian serta pembahasan dan analisis sikap Gereja Protestan
Maluku Jemaat Bethel terhadap kenakalan remaja yang kemudian dibagi dalam
dua bagian yaitu sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel Ambon terhadap
kenakalan remaja dari perspektif Pendidikan Agama Kristen, Sikap dan peran
komisi anak dan remaja serta guru sekolah minggu khususnya remaja tentang
kenakalan remaja.
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Umat Kristen di Kota Ambon mulai ada pada abad XVI, ketika bangsa
Portugis datang ke Maluku mencari rempah-rempah.43Sejarah mencatat, pada
tahun 1572, bangsa Portugis membangun Kota Franggi atau Laha, dimana negeri
dan anak negeri Halong masuk dan tinggal di Mardika. Pada saat itu pula, “orang
Mardika” di Kristen kan. Inilah cikal bakal jemaat GPM Bethel, yakni komunitas
Kristen yang tinggal di lokasi Halong Mardika, Mardika, Belakang Soya (Belso)
dan Tanah Tinggi.44
Jemaat GPM Bethel yang berawal dari orang-orang “Mardiykers” atau
“Mardika” ini berdiam di bagian Timur Benteng Victoria, yaitu arah ke Batu
Merah. Kelompok ini adalah keturunan budak yang telah dibebaskan
(dimerdekakan) dari kerja paksa di Benteng Victoria, dan pada umumnya berasal
dari luar Indonesia seperti Malabar dan Bangladesh. Selain kelompok ini, ada pula
kelompok orang-orang Ambon, antara lain yang berasal dari Halong, Tawiri dan
Hative. Kelompok ini kemudian bersama-sama kelompok Mardika mendiami
daerah yang kemudian di sebut Halong Mardika sekarang ini. Pada saat itu di
43
44
Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015.
Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015.
15
Kota Ambon ada 4 (empat) gedung gereja yang dilayani oleh para Misionaris.
Salah satu dari keempat gedung gereja tersebut adalah gedung gereja Bethel
sekarang, yang rupanya diperuntukkan bagi para pengungsi daerah Mardika
tersebut.45
Pemilihan Nama Bethel sebagai gedung gereja yang di bangun sejak
tanggal 29 Mei 1904 didasari makna teologis dan sejarah seperti yang dapat kita
temui dalam Kej. 28 : 10 – 22 yaitu suatu tempat dimana Yakub bertemu dengan
Tuhan Allah di dalam mimpi di Lus. Yakub meyakini tempat ini sebagai “Rumah
Allah” atau “Pintu Gerbang Surga”. Lalu Yakub mendirikan sebuah sebuah tugu
peringatan dari batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan menuang minyak ke
atasnya. Yakub kemudian menamai tempat yang dahulunya bernama Lus itu
menjadi Betel.
Di Betel itulah Yakub berjanji jika Allah menyertai dan
melindunginya, maka batu yang didirikan sebagai tugu inu akan menjadi Rumah
Allah dan Yakub akan mempersembahkan kepada Tuhan sepersepuluh dari segala
yang Tuhan berikan kepadanya.46
Ketika gedung Gereja Bethel di bangun maka pengerahan jemaat di
dasarkan pada 4 wilayah tadi untuk membangun gedung gereja. Sebagai tanda
partisipasi ke empat wilayah tersebut dalam pembangunan dan eksistensi jemaat,
maka di dirikan 4 tiang yang sampai saat ini masih menjadi penyanggah gedung
Gereja Bethel. Ke empat tiang tersebut memiliki dasar teologi dan filosofi, bukan
sekedar arsitektur belaka. Filosofi dan Teologinya terinspirasi dari peristiwa
Yakub, ketika batu alas kepalanya kelak menjadi dasar Rumah Allah. Filosofi dan
dasar teologi ini yang kiranya terus menjadi spirit bagi jemaat GPM Bethel dalam
kaitan dengan pengembangan jemaat ke arah yang lebih baik. Mimpi Yakub
adalah BETHEL.47
45
Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015.
Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015.
47
Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015.
46
16
B.
Sikap Dan Peran GPM JEMAAT BETHEL AMBON
Terhadap Kenakalan Remaja Dari Perspektif Pendidikan Agama Kristen
.. pelayanan terhadap remaja dibagi dalam 3 jenjang berdasarkan usia 48
Melalui pernyataan di atas pembagian remaja diterapkan secara psikologi
perkembangan dari seorang remaja dalam hal ini tahapan usia. Secara mental
karakter remaja berbeda-beda. Masing-masing anak dengan tipe, karakter, pola
pikir dan pergaulan yang berbeda. Ada yang masih kanak-kanak, ada yang menuju
dewasa