Karakteristik Penderita Kista Ovarium Pada Wanita Sebelum Menopause yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2014-2015

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Kista Ovarium
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi cairan,
yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah , nanah, atau cairan
coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita usia subur
atau usia reproduksi (Dewi, 2010). Kista ovarium juga merupakan rongga
berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga
kista fungsional karena terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu ovulasi.
Kista fungsional akan mengerut dan menyusut setelah beberapa waktu (1-3
bulan), demikian pula yang terjadi bila seseorang perempuan sudah menopause,
kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas indung telur (Yatim,
2005).
2.2 Anatomi Ovarium
Ovarium merupakan organ yang kecil berbentuk seperti buah kenari
berwarna putih dan konsistensinya agak padat. Ukuran ovarium 3 cm x 2 cm x
1cm dan beratnya 5-8 gram. Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari
tangan, terletak di kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika.
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Bagian ovarium kecil

berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Lipatan yang menghubungkan
lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.
Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita, hormon merupakan bahan
kimia yang mengontrol jalanya dari sel dan organ tertentu (Wiknjosastro,2008).

7
Universitas Sumatera Utara

8

2.3 Patofisiologi Kista Ovarium
Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih mudah atau folikel yang setiap
bulannya akan membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat sehingga
menjadi telur matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang ini keluar dari
indung telur dan bergerak ke rahim melalui saluran telur. Apabila sel telur yang
matang ini dibuahi, folikel akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3
minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun
jika terjadi gangguan pada proses siklus ini bisa membentuk kista.
Kista juga dapat terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.

Folikel tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan hormon
LH tinggi pada keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan andorogen dan
estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi,
folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di
dalam ovarium (Corvin, 2008).

Universitas Sumatera Utara

9

2.4 Klasifikasi Kista Ovarium
Menurut Wiknjosastro ( 2008) klasifikasi kista ovarium antara lain:
2.4.1 Kista Ovarium Non Neoplastik
Kista ovarium non neoplastik , antara lain:
1. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel. Kista ini berdiameter 1-1

cm . Kista ini


bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas
beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista,
terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista jernih dan sering

kali

mengandung estrogen, oleh sebab itu kista kadang-kadang dapat menyebabkan
gangguan haid. Kista folikel lama kelamaan mengecil dan dapat menghilang, atau
bisa terjadi ruptur dan kista menghilang.
2. Kista Korpus Luteum
Korpus luteum disebut kista korpus luteum jika berukuran > 3 cm , kadangkadang diameter kista ini dapat sebesar 10 cm, rata-rata 4 cm (Benson, 2008).
Dalam keadaan normal korpus luteum lama kelamaan mengecil dan menjadi
korpus albikans. Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, kista ini berisi cairan yang berwarna merah coklat. Pada
pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi gambaran yang khas. Dinding
kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal
dari sel- sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amonorea diikuti oleh pendarahan yang tidak teratur. Adanya kista dapat


Universitas Sumatera Utara

10

menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah. Rasa nyeri di dalam perut yang
mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam
diagnosis. Penanganan kista luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri.
3. Kista Teka Lutein
Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan jarang terjadi dibandingkan
kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein berisi cairan berwarna
kekuning-kuningan. Berhubungan dengan penyakit trofofoblastik kehamilan
(misalnya mola hidatidosa, koriokarsioma), penyakit ovarium polikistik dan
pemberian zat perangsang ovulasi. Gejala yang timbul biasanya rasa penuh atau
menekan pada pelpis (Benson, 2008). Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh
hormon koriogononadotropin yang berlebihan, dan hilangnya mola atau
koriokarsinoma, ovarium yang mengecil secara spontan.
4. Kista Inkusi Germinal
Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita usia lanjut, dan besarnya jarang
melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada
pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. kista ini terletak di

bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel, berisi
cairan jernih.
5. Kista Endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. Endometriosis adalah suatu
keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar
kavun uteri. Jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium atau pun di luar
uterus. Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita pada umur muda, dan

Universitas Sumatera Utara

11

wanita yang tidak mempunyai banyak anak. Gambaran mikroskopik dari
endometriosis yaitu pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai kista besar
berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau endometrioma)
(Wiknjosastro, 2008).
Gejala klinis endometriosis terjadi karena pengaruh hormonal estrogen dan
progesteron sehingga terjadi siklus menstruasi. Gejala klinis endometriosis dalam
bentuk : dismenorea (nyeri abdomen/perut sesuai dengan waktu menstruasi),
disparunia (nyeri saat hubungan seksual), nyeri saat defekasi (pada endometriosis

dinding rektosigmoid), menoragia (perubahan menstruasi dalam bentuk
polimenorea atau hipermenorea), infertilitas (gangguan saluran tuba falopii
sehingga tidak berfungsi sebagai saluran ovum spermatozoa dan tempat konsepsi).
Endometriosis dijumpai secara kebetulan pada pasangan yang memeriksakan diri
karena kemandulan (Manuaba, 2009). Penaganan endometriosis terdiri atas
pencegahan,

pengawasan,

terapi

hormonal,

pembedahan,

dan

radiasi

(Wiknjosastro, 2008).

6. Kista Stein Leventhhal
Pada tahun 1955 Stein dan Leventhal meminta perhatian dengan terhadap
segolongan wanita muda dengan gejala-gejala infertilitas, amenorea. Kista ini
disebabkan oleh gangguan hormonal.

Universitas Sumatera Utara

12

2.4.2 Kista Ovarium Neoplastik
Kista ovarium neoplastik, antara lain:
1. Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista
jernih dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik.
Berhubungan adanya tangkai dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejalgejala mendadak. Terapi yang dilakukan dengan pengangkatan kista dengan
reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa
secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Tumor musinosum merupakan 15 %- 25% dari semua neeoplasma ovarium dan

menyebabkan 6%-10% kanker ovarium. Sekitar 8%-10% adalah bilateral. Tumor
ini bisa sangat besar (>70 kg) tetapi rata-rata berdiameter 16-17 cm saat
didiagnosis dan terutama ditemukan pada dua kelompok umur (10-30 tahun dan
>40 tahun). Biasanya tidak menimbulkan gejala selain rasa penuh akibat adanya
massa dalam perut. Tumor musinosum berdinding licin halus dan berisi cairan
kental, tebal , kecoklatan (Benson, 2008). Bila terjadi keganasan terapi yang
dilakukan adalah melakukan pembedahan.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista jenis ini tidak mencapai ukuran yang sangat besar dibandingkan dengan
kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin dan berwarna keabuabuan. Ciri khas kista ini ialah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista

Universitas Sumatera Utara

13

sebesar 50 % dan keluar pada permukaan kista sebesar 5 %. Isi kista cair, kuning,
dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.
4. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini

ditemukan oleh Sartesson tahun 1969, kista ini tidak ada hubungannya dengan
endometriosis ovarii.
5. Kista Dermoid
Tidak ada ciri-ciri khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih dan
keabu-abuan, dan agak tipis. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding
bagian dalam yang menonjol dan padat. Kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai
(komplikasi) dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada
kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi
kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan jarang terjadi, kira-kira
1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya terjadi pada wanita sesudah
menopause. Kista dermoid penaganannya dengan pengangkatan seluruh ovar
Adapun tumor-tumor ovarium padat yang jinak antara lain:
1. Fibroma Ovarii
Tumor ini merupakan 5 % dari semua neoplasma ovarium dan paling sering
ditemukan pada penderita dalam

masa menopause dan sesudah menopause.

Tumor ini dapat mencapai diameter 2-30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kg.
Potensi keganasan pada fibroma ovarii sangat rendah, kurang dari 1 %.

2. Tumor Brenner

Universitas Sumatera Utara

14

Tumor brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas. Jika kista ini
membesar, beratnya sampai beberapa kilogram dan memberi gejala seperti
fibroma (benjolan). Meskipun tumor brenner biasanya jinak, namun telah
dilaporkan beberapa kasus tumor jenis ini yang histopatologik maupun klinis
menunjukan keganasan.
3.

Maskulinovoblastoma

Tumor ini sangat jarang terjadi, tumor ini biasanya unilateral dan besar
diameternya antara 0,5-16 cm. Penanganan dengan pengangkatan tumor bersama
ovarium.
Menurut Carlo livoti dan Elisabeth topp, (2006) Kista fungsional di bagi
menjadi beberapa tipe sebagai berikut:

a.

Kista Fungsional Persisten

Kadang-kadang sebuah folikel atau beberapa folikel akan menolak pecah, dan
tetap berada di pinggiran ovarium menghasilkan hormon. Ini disebut kista
fungsional persiste. Kista ini membuat kadar estrogen dalam tubuh di atas normal
dan menghambat menstruasi karena hormon yang ada terus mencegah lapisan
uterus untuk lepas. Sering wanita yang mengalami hal ini berpikir bahwa mereka
mungkin hamil sebab menstruasinya terlambat dan mereka mengalami efek akibat
peningkatan hormon. USG tidak cukup untuk mendiagnosis hal ini, karena selama
masa trimester pertama kehamilan, folikel yang pecah tetap berada di permukaan
ovarium untuk menghasilkan hormon yang mempertahankan kehamilan. Jadi,
pertama-tama dokter akan melakukan tes kehamilan untuk menghilangkan
kemungkinan itu dan kemudian melakukan USG untuk memeriksa kista.

Universitas Sumatera Utara

15

b. Kista Fungsional Hemhorrahagic
Gejala dari kista ini yaitu nyeri perut dan perut terasa kembung. Bila pada lokasi
terjadi arteri atau vena pecah akan terjadi pendarahan di dalam tubuh penderita.
Pada saat mengalami pendarahan, penderita akan merasa melayang dan sering
pingsan, gejala ini menyerupai kehamilan ektopik yang pecah. Hal ini sangat
jarang terjadi dan ini merupakan

satu dari beberapa kista fungsional yang

membutuhkan operasi.
c. Kista Fungsional Besar
Sembilan puluh lima persen (95 %) kista yang berdiameter < 5 cm merupakan
kista fungsional. Tetapi ketika kista lebih besar dari 5 cm menjadi 10- 20 %.
Dokter menyarankan melakukan operasi, kista fungsional besar selalu ditemukan
secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan USG atau pemeriksaan panggul
karena kista ini tidak bergejala.
d. Ovarium Polikistik
Ovarium polikistik adalah kelainan fungsional dari ovarium, yang tidak
menyebabkan terlalu banyak kekhawatiran medis. Ovarium polikistik merupakan
ovarium yang membuat

banyak folikel yang tidak pernah terjadi ovulasi,

sementara itu setiap folikel tetap bertahan di permukaan ovarium dan membuat
hormon. Kelebihan hormon pria dan wanita menyebabkan kegemukan, timbul
jerawat, dan pertumbuhan rambut yang belebihan dan mempengaruhi status haid
pada wanita.

Universitas Sumatera Utara

16

2.5 Gejala-gejala Kista Ovarium
2.5.1 Gejala Kista Secara Umum
Menurut Yatim Faisal, (2005) gejala kista secara umum, antara lain :
a. Rasa nyeri di rongga panggul disertai rasa gatal.
b. Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh
bergerak.
c. Rasa nyeri saat siklus menstruasi selesai, pendarahan menstruasi tidak
seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, lebih pendek atau tidak
keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak
teratur.
d. Perut membesar .
2.5.2 Gejala Klinis Kista Ovarium
Ada pun gejala klinis kista ovarium:
1. Pembesaran, tumor yang kecil

mungkin diketahui

saat

melakukan

pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm , dianggap belum
berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang menopause atau setelah
menopause. Besarnya tumor dapat menimbulkan gangguan berkemih dan
buang air besar terasa berat di bagian bawah perut, dan teraba tumor di perut.
2. Gejala gangguan hormonal , indung telur merupakan sumber hormon wanita
yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat
mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan
dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan
pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan hormon.

Universitas Sumatera Utara

17

3. Gejala klinis karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor dapat
berbentuk infeksi kista ovarium dengan gejala demam, perut sakit, tegang dan
nyeri, penderita tampak sakit. Mengalami torsi pada tangkai dengan gejala
perut mendadak sakit hebat dan keadaan umum penderita cukup baik
(Manuaba, 2009).
2.6 Epidemiologi Kista Ovarium
2.6.1 Distribusi Frekuensi Kista Ovarium Berdasarkan Orang
Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia produktif dan jarang
sekali di bawah umur 20 maupun di atas 50 tahun (Winkjosastro, 2008).
Berdasarkan data catatan medik di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto tahun
2008, wanita yang mengalami kista ovarium sekitar 58% terjadi pada wanita yang
berumur di bawah 30 tahun. Kista ovarium di RSUD Banjarnegara tahun 20092010, mayoritas berumur 22-28 tahun sebanyak 34,38%, multiparitas sebanyak
65,6% dan jenis kista ovarium berupa kistoma ovari simpleks sebanyak 96,87%
(Khamidah, 2011).
2.6.2

Distribusi Frekuensi Kista Ovarium Berdasarkan Tempat dan Waktu

Kista Ovarium di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2008 - 2012
sebanyak 690 orang ( Pratama, 2012). Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Semarang, pada tahun 2012 penderita kista ovarium terdapat 38 orang, pada tahun
2013 penderita kista ovarium terdapat 94 orang, pada tahun 2014 sampai bulan
Juni penderita kista ovarium terdapat 116 orang (Fitriana, 2014). Berdasarkan
penelitian Gidia (2013), penderita kista ovarium di RSUD Sekarwangi Sukabumi,

Universitas Sumatera Utara

18

Jawa Barat tahun 2013 paling banyak ditemukan pada umur 20-35 tahun sebanyak
62 orang (82.7%).
2.6.3

Determinan Kista Ovarium

Penyebab pasti dari penyakit kista Ovarium belum diketahui secara pasti. Akan
tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Penyebab terjadinya kista
ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan. Beberapa
faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista ovarium adalah sebagai berikut:
a. Faktor Umur
Kista sering tejadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi, keganasan
kista ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarche dan usia di atas 45 tahun
(Manuaba, 2009). Menurut penelitian Azhar (2014), kista ovarium di Peshawar,
Pakistan, penderita kista ovarium paling banyak terjadi pada wanita umur 21- 30
tahun (46,0 %).
b. Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah
seseorang wanita memiliki risiko terkena kista ovarium. Resiko wanita terkena
kista ovarium adalah sebesar 1,6%. Apabila wanita tersebut memiliki seorang
anggota keluarga yang mengindap kista, risikonya akan meningkat menjadi 4%
sampai 5% (Rasjidi, 2009). Dalam tubuh kista ada terdapat gen-gen yang
berpotensi memicu kanker yaitu protoonkogen. Karena faktor pemicu seperti
pola hidup yang kurang sehat, protoonkogen bisa berubah menjadi onkogen
yaitu gen yang dapat memicu timbulnya sel kanker.
c. Faktor Reproduksi

Universitas Sumatera Utara

19

Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki
dampak terbesar pada penyakit kista ovarium, paritas (ketidaksuburan) yang
rendah dan infertilitas, serta menarche dini dan menopause terlambat
meningkatkan resiko untuk berkembang menjadi kista ovarium (Rasjidi, 2009).
Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksi, menstruasi di usia
dini (menarche dini)

yaitu usia 11 tahun atau

lebih muda (< 12 tahun)

merupakan faktor risiko berkembangnya kista ovarium, karena faktor asupan gizi
yang jauh lebih baik , rata-rata anak perempuan mulai memperoleh haid pada usia
10-11 tahun. Siklus haid yang tidak teratur juga merupakan faktor risiko
terjadinya kista ovarium (Manuaba, 2010).
Pada wanita usia subur dan sudah menikah serta memiliki anak, biasanya
mereka menggunakan alat kontrasepsi hormonal merupakan faktor resiko kista
ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal
implant, akan tetapi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal
berupa pil cenderung mengurangi resiko untuk terkena kista ovarium (Henderson,
2005).
Berdasarkan penelitian Pratama (2012), Kista Ovarium di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau tahun 2008 - 2012, penderita kista ovarium banyak terjadi
pada wanita dengan paritas < 2 ada sebanyak 36 orang (50,1 %). Penderita kista
ovarium berdasarkan riwayat menarche paling banyak terjadi pada wanita
menarche dini sebesar 42 orang (58,3%).

Universitas Sumatera Utara

20

d. Faktor Hormonal
Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang
ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik. Kista fungsional dapat
terbentuk karena stimulasi hormon gonadotropin atau sensitivitas terhadap
hormon gonadotropin yang berlebihan. Hormon gonadotropin termasuk FSH
(Folikel Stimulating) dan HCG (Human Chorionik Gonadotropin) (Wiknjosastro,
2008 ).
e. Faktor Lingkungan
Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak
memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial
ekonomi. Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan yaitu konsumsi
tinggi lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi alkohol, zat tambahan pada
makanan, terpapar polusi asap rokok atau zat berbahaya lainya, stress dan kurang
aktivitas atau olahraga bisa memicu terjadinya suatu penyakit ( Bustam, 2007).
2.7 Komplikasi Kista Ovarium
Komplikasi kista ovarium diantaranya:
2.7.1

Torsi kista ovarium
Torsi kista ovarium biasanya terjadi saat hamil/pascapartum. Keluhannya

nyeri perut mendadak, mual dan muntah, torsi menahun tidak dirasakan karena
perlahan-lahan sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri abdomen,
timbulnya torsi karena ada tumor dalam perut. Terapi yang dilakukan adalah
tindakan laparotomi.

Universitas Sumatera Utara

21

2.7.2 Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada kistanya. Keluhan
seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak. Perdarahan menimbulkan pembesaran
kista dan memerlukan tindakan laparotomi. Tidak ada patokan mengenai ukuran
besar kista yang berpotensi pecah. Ada kista yang berukuran 5 cm sudah pecah,
namun ada pula yang sampai berukuran 20 cm belum pecah. Pecahnya kista
menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya perdarahan.
2.7.3

Infeksi kista ovarium

Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba dan menuju
lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista ovarii yaitu badan panas, nyeri
pada abdomen, perut terasa tegang,

diperlukan pemeriksaan laparotomi dan

laboratorium untuk mengetahui adanya infeksi pada kista.
2.7.4

Ruptura kapsul kista

Ruptur kapsul kista terjadi karena akibat dari perdarahan mendadak, infeksi kista
dengan pembentukan abses membesar ruptura. Diperlukan tindakan laparotomi
untuk mengetahui terjadinya ruptura kapsul kista.
2.7.5

Degenerasi ganas

Degenerasi ganas berlangsung pelan “ silent killer” . Terdiagnosa setelah stadium
lanjut, diagnosa dini karsinoma ovarium menggunakan pemeriksaan tumor marker
CA 125 untuk mengetahui terjadinya degenerasi ganas (Manuaba, 2010).

Universitas Sumatera Utara

22

2.8 Pencegahan Kista Ovarium
2.8.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu tindakan pencegahan bila penyakit kista ovarium belum
muncul. Upaya pencegahan primer dapat dilakukan dengan memberikan
informasi mengenai kista ovarium. Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu
terjadinya penyakit kista ovarium. Risiko kista ovarium fungsional meningkat
dengan merokok. Risiko dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan
indeks massa tubuh menurun. Selain dikarenakan merokok pola makan yang tidak
sehat seperti konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat tambahan pada
makanan, konsumsi alkohol dapat juga meningkatka risiko penderita kista
ovarium (Bustam, 2007).
2.8.2

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit dan
mencegah terjadinya komplikasi penyakit kista melalui upaya diagnosa dini serta
pengobatan yang tepat (Asmadi, 2008). Kista nonneoplastik akibat peradangan
umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala - gejala ke arah peradangan
genital. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada
suatu waktu biasanya menghilang sendiri. Jika kista ovarium itu bersifat
neoplastik, maka perlu pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari
gejala - gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis
diferensial. Penegakan diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan yang berupa:
1. Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis tumor adneksa.
Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi, dan derajat nyeri serta kapan mulai

Universitas Sumatera Utara

23

timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan penegakan diagnosis.
Anamnesa seperti keluhan klinik kista ovarium ringan karena besarnya tumor
dan keluhan mendadak akibat komplikasi kista ovarium.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik, antara lain:
a) Fisik umum sebagai tanda vitalnya.
b) Pemeriksaaan palpasi: teraba tumor di abdomen (bentuk kista padat),
bergerak, terasa nyeri atau tidak nyeri.
c) Pemeriksaan dalam: melihat letak tumor apakah melekat dengan uterus.
d) Pemeriksaan spekulom : melihat servik dilakukan biopsi atau PAP smear.
e) Pemeriksaan rektal : memberikan konfirmasi jelas tentang keberadaan
tumor (Manuaba, 2010 ).
Kista ovarium dapat dilakukan pemeriksan lanjut yang dapat dilaksanakan dengan
:
1. Laparoskopi : pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui apakah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
2. Ultrasonografi : dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas
tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.

Universitas Sumatera Utara

24

4. CA-125 : memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-125.
Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun tidak ada
proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada
perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan, kadar normal CA-125
(0-35 u/ml).
5. Parasentensis pungsi asites : berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro,2008).
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode:
1. Terapi Hormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen- progresteron) boleh
ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat yang akan
mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak terjadinya ovulasi,
diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada ovarium,
misalnya melakukan diatermi dengan sinar laser.
2. Terapi Pembedahan /Operasi
Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu mempertimbangkan
beberapa kondisi antara lain, umur penderita, ukuran kista, dan keluhan. Apabila
kista kecil atau besarnya kurang dari 5 cm dan pada pemeriksaan Ultrasonografi
tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dilakukan operasi dengan
laparoskopi dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul
dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut.

Universitas Sumatera Utara

25

Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan pengangkatan kista dengan
laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparatomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan atau
tidak. Bila sudah dalam proses keganasan, dilakukan operasi sekalian mengangkat
ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar dan kelenjar limpe (Yatim,
2005).
2.8.3 Pencegahan Tersier
Pencegahan

tersier

dilakukan

bertujuan

untuk

mengurangi

ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi supaya penderita kista ovarium
melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan dengan dukungan
moril dari orang-orang terdekat terhadap penderita kista ovarium pasca operasi
karena penderita akan kehilangan harga diri sebagai seorang wanita. Berdasarkan
penelitian Triyanto (2009), terdapat hubungan antara dukungan suami dengan
tingkat stres istri (Wanita) yang menderita kista ovarium. Dukungan suami atau
keluarga diperlukan sepanjang kehidupan seorang wanita. Apabila tidak ada
tindakan atau dukungan dari keluarga , maka wanita yang menderita kista ovarium
akan mengalami stres bahkan dapat terjadi depresi.

Universitas Sumatera Utara

26

2.9 Kerangka Konsep
Karakteristik Penderita Kista Ovarium
1. Sosiodemografi
Umur
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
2. Ukuran Diameter Kista
3. Jenis Kista
4. Keluhan
5. Status Haid
6. Riwayat Menarche
7. Hasil pemeriksaan CA-125
8. Penatalaksanaan Medis
9. Lama Rawatan
10. Sumber Biaya Pengobatan
11. Asal Penderita
12. Keadaan Sewaktu Pulang
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara