sop barang bukti dit resnarkoba polda ntb tahun 2017

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
DIREKTORAT RESERSE NARKOBA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI
DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA
KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

MATARAM,

JANUARI 2017

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
DIREKTORAT RESERSE NARKOBA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI
DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESERSE NARKOBA
KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

I.

PENDAHULUAN
1. Umum
a. Tugas pokok Polri sesuai yang diamanatkan dalam Undang-undang No 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban, sebagai pelindung,
pengayom, dan pelayan masyarakat serta penegakan hukum. Di dalam
menjalankan tugas pokok Polri dituntut mampu menjalankan peran secara
maksimal perlindungan dan pelayanan masyarakat sebagai wujud
interpretasi dan tuntutan serta harapan masyarakat;
b. Konsep pengelolaan barang bukti harus memperhatikan jumlah dan jenis
dari barang bukti tersebut dan perundang-undangan yang berlaku,
meliputi: penerimaan, penyimpanan, perawatan barang bukti, selain itu
guna menghindari kejadian yang bersifat khusus, antara lain:
1) Penyalahgunaan barang bukti;
2) Hilangnya barang bukti;
3) Adanya bencana yang bisa mengakibatkan barang bukti hilang atau
rusak;
c. Prosedur atau tata cara didalam melakukan pengelolaan barang bukti

menjadikan komitmen bersama didalam setiap Satker. Agar prosedur atau
tata cara tersebut dapat dipedomani maka disusun adanya Standar
Operasional Prosedur (SOP) sebagai parameter atau tolak ukur
pelaksanaan tugas. Dengan adanya Standar Operasional Prosedur (SOP),
sebagai acuan didalam pelaksanaan tugas menyimpan dan merawat
barang bukti;
d. Direktorat Reserse Narkoba Polda NTB dalam melakukan pengelolaan
barang bukti, selalu memperhatikan jumlah dan jenis dari barang bukti
tersebut, dan selalu melakukan pengecekan dan pelaporan secara
berkala.
/2. Dasar.......

2
2. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;
b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
c. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;
d. Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Barang
Bukti Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

e. Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010
tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Polda;
f.

Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 tanggal 30 September 2010
tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Polres dan Polsek.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan kitab
Undan-Undang Hukum Acara Pidana;
h. Perkap 14 Tahun 2012 tentang Manjemen Penyidikan.
3. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Maksud pembuatan pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) agar
dapat digunakan sebagai pedoman tugas pada Satker Dit Resnarkoba
dalam rangka pengelolaan barang bukti yang meliputi: penerimaan,
penyimpanan, perawatan barang bukti.
b. Tujuan
Tujuan pembuatan pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah
menciptakan komitmen mengenai kegiatan yang dikerjakan oleh setiap

Anggota Dit Resnarkoba Polda NTB dalam melakukan tugas pengelolaan
barang bukti.
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) meliputi
proses penerimaan , penyimpanan, perawatan barang bukti.
5. Tata Urut
I.
II.
III.
IV.
V.

PENDAHULUAN
PELAKSANAAN SOP
ADMINISTRASI SOP
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
PENUTUP
/6. Pengertian......

3

6. Pengertian
a. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
kinerja berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif, dan
prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada
satuan kerja.
b. Penyidik/Penyidik Pembantu adalah pejabat polisi negara Republik
Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
c. Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih
dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian
dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.
d. Barang Bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau
tidak berwujud yang telah dilakukan penyitaan oleh penyidik untuk
keperluan ;pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan;
e. Barang Temuan sebagai barang bukti adalah benda bergerak atau
tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang ditinggalkan atau

ditemukan masyarakat atau penyidik karena tersangka belum tertangkap
atau melarikan diri dan dilakukan penyitaan oleh penyidik;
f. Pengelolaan Barang Bukti adalah tata cara atau proses penerimaan,
penyimpanan, pengamanan, perawatan, pengeluaran, dan pemusnahan
benda sitaan dari ruang atau tempat khusus penyimpanan barang bukti;
g. Pejabat Pengelola Barang Bukti yang selanjutnya disingkat PPBB
adalah Anggota Polri/Penyidik/Pembantu yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk menerima, menyimpan, mengamankan, merawat,
mengeluarkan, dan memusnahkan benda sitaan dari ruang atau tempat
khusus penyimpanan barang bukti;
h. Tempat Penyimpanan Barang Bukti adalah ruangan atau tempat
khusus yang disiapkan dan ditetapkan berdasarkan surat ketetapan oleh
Kepala Satuan Kerja (Kasatker) untuk menyimpan benda-benda sitaan
penyidik berdasarkan sifat dan jenisnya yang dikelola oleh PPBB.

/II. Pelaksanaan.......

4
II. PELAKSANAAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Dalam melaksanakan tugas pengelolaan barang bukti yang dilakukan oleh

Anggota Dit Resnarkoba Polda NTB standar kerja sebagai pedoman di dalam
melaksanakan tugas pokok. Standar kerja ini sekaligus dapat digunakan untuk
menilai kinerja secara internal maupun eksternal. Standar internal yang
bersifat prosedural ini yang diinterpretasikan sebagai Standar Operasional
Prosedur (SOP). Pembuatan SOP menjadi relevan karena sebagai tolak ukur
dalam menilai efektivitas dan efisiensi kinerja dalam melaksanakan program
kerjanya. Secara konseptual prosedur diartikan sebagai langkah-langkah
sejumlah intruksi logis untuk menuju pada suatu proses yang dikehendaki.
Secara umum, SOP merupakan gambaran langkah-langkah kerja (sistem dan
mekanisme tata kerja internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu
tugas untuk mencapai tujuan.

1. SOP PENERIMAAN BARANG BUKTI
a. Meneliti Surat Perintah Penyitaan dan Berita Acara Penyitaan;
b. Mengecek dan mencocokkan jumlah dan jenis barang bukti serta
membuat Berita Acara Penerimaan Barang Bukti;
c. Mencatat barang bukti yang diterima ke dalam buku register Daftar
Barang Bukti ;
d. Melakukan pemotretan terhadap barang bukti untuk dokumentasi;
e. Melaporkan kepada Pimpinan.


2. SOP PERAWATAN BARANG BUKTI
a. Pemeriksaan dan pengawasan secara berkala paling lama 2 (dua)
minggu sekali dan melaporkan kepada Pimpinan;
b. Mengecek barang bukti yang berbahaya, berharga, atau yang
memerlukan pengawetan;
c. Menjaga dan mencegah agar barang bukti tidak dicuri, rusak, atau
menguap;
d. Mencatat dan melaporkan kepada penyidik apabila terjadi kerusakan
dan penyusutan terhadap barang bukti yang disimpan.

/3. Sop Pengeluaran.......

5
3. SOP PENGELUARAN DAN PEMUSNAHAN BARANG BUKTI
a. Meneliti Surat Perintah Pengeluaran Barang Bukti dan Berita Acara
Pengeluaran Barang Bukti;
b. Membuat Berita Acara Serah Terima Barang Bukti;
c. Mencatat dalam buku mutasi atau buku register;
d. Melaporkan setiap kegiatan kepada Pimpinan atau Atasan.


A. PENGAMANAN DAN PERAWATAN BARANG BUKTI
Dit Resnarkoba:
1) Melakukan pengamanan dengan menerbitkan Surat Perintah
Penyitaan(SPSita);
2) Mencatat ke dalam buku register daftar barang bukti;
3) Menyimpan barang bukti berdasarkan sifat dan jenisnya;
4) Mengontrol barang bukti secara berkala/periodik dan dicatat ke
dalam buku kontrol barang bukti;
5) Mengeluarkan barang bukti atas perintah atasan, yang dilampiri
dengan Surat Perintah Pengeluaran Barang Bukti (SPPBB).
B. KOORDINASI ANTAR FUNGSI DENGAN DIT TAHTI
a. Setelah melakukan penyitaan oleh satker yang mempunyai
kewenangan untuk itu, Dit Resnarkoba Polda NTB dengan
diterbitkannya Surat Penyitaan segera memberitahukan Dit Tahti
Polda NTB untuk dilakukan pendataan jenis dan jumlah barang
bukti sebagai bahan pelaporan kepada Pimpinan;
b. Pada saat barang bukti akan diserahkan untuk dilakukan penitipan
ke Dit Tahti wajib didampingi oleh penyidik yang menangani
perkaranya dan melaporkan kepada petugas pengamanan dan

perawatan barang bukti untuk dilakukan pendataan dan
pemeriksaan jenis serta jumlah barang bukti, yang selanjutnya di
tempatkan pada Ruang Khusus Penyimpanan Barang Bukti;
c. Setiap barang bukti yang akan dititip harus disertai dengan Surat
Perintah Penyitaan dan dilabel sesuai dengan identitas barang
bukti serta difoto;
d. Petugas setiap 2 (dua) minggu melakukan pemeriksaan dan
pengawasan terhadap barang bukti yang disimpan di tempat
penyimpanan barang bukti yang telah ditentukan;
e. Menjaga dan mencegah agar barang bukti yang disimpan tidak
terjadi pencurian, kebakaran ataupun kebanjiran;
F.mencatat…..

6
f.

Mencatat dan melaporkan kepada penyidik/atau atasan penyidik
yang menyita bila terjadi kerusakan dan penyusutan serta
kebakaran dan pencurian terhadap barang bukti yang disimpan;
g. Pinjam pakai barang bukti harus dilengkapi dengan Surat

Permohonan Pinjam Pakai Barang Bukti yang diajukan kepada
Atasan untuk menjadi pertimbangan dan penilaian;
h. Pengeluaran barang bukti harus disertai dengan Surat Perintah
Pengeluaran Barang Bukti yang kemudian dicatat dan dimasukkan
dalam buku register pengeluaran barang bukti;
i. Pemusnahan barang bukti dilakukan dengan melakukan koordinasi
sebelumnya dengan penyidik yang menangani, dan setelah itu
dibuatkan Surat Perintah Pemusnahan Barang Bukti, BA
Pemusnahan Barang Bukti.

III. ADMINISTRASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
1. Penyelenggaraan administrasi pengelolaan barang bukti berpedoman
pada ketentuan yang berlaku antara lain:
a.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;

b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
c. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;
d. Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan
Barang Bukti Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
e. Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010
tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Polda;
f.

Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 tanggal 30 September 2010
tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Polres dan
Polsek.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan
kitab Undan-Undang Hukum Acara Pidana;
h. Perkap 14 Tahun 2012 tentang Manjemen Penyidikan.
2. Pada Satker Dit Resnarkoba Polda NTB agar dapat mempedomani
Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai indikator keberhasilan
kinerja kesatuan.
Pengawasan…..

7
IV. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
1. Pengawasan dan Pengendalian dilakukan oleh Pimpinan atau Perwira
yang ditunjuk di dalam pelaksanaan Standar Operasional
Opera
Prosedur (SOP);
2. Sistem pelaporan secara berkala sebagai bukti dalam pelaksanaan tugas
kepada Pimpinan.
V. PENUTUP
Opera
Prosedur (SOP) ini dibuat untuk dapat
Demikian Standar Operasional
rgunakan sebagai pedoman Satker Dit Resnarkoba Polda NTB, dalam
dipergunakan
rangka meningkatkan kinerja serta profesionalisme dalam pelaksanaan tugas.

Mataram, 2 Januari 2017
DIREKTUR RESERSE NARKOBA
POLDA NTB

I KOMANG SANDI ARSANA, S.I.K., M.H.
KOMBES POL NRP 74060403