PERBANDINGAN KECEPATAN KONVERGENSI TABEL ROUTING PROTOKOL DYMO DAN AODV PADA MOBILE AD HOC NETWORK DENGAN SIMULATOR NS2 SKRIPSI
PERBANDINGAN KECEPATAN KONVERGENSI TABEL
ROUTING PROTOKOL DYMO DAN AODV PADA MOBILE
AD HOC NETWORK DENGAN SIMULATOR NS2
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Disusun oleh:
Dionisius Reinard Sugianto
085314018
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
ROUTING TABLE CONVERGENCE SPEED COMPARISON
DYMO AND AODV PROTOCOL ON MOBILE AD HOC
NETWORK WITH NS2 SIMULATOR
A THESIS
Presented as Partial Fulfillment of The Requirements
to Obtain The Sarjana Komputer Degree
in Informatics Engineering Department
Created By:
Dionisius Reinard Sugianto
085314018
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
HALAMAN MOTTO Semua hal dalam hidup adalah sementara.
Jika berlangsung baik, nikmatilah karena tidak akan bertahan selamanya.
Jika berlangsung salah, jangan khawatir karena juga tidak akan bertahan lama.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Tuhan YME yang selalu
menjadi kekuatanku saat menghadapi masalah, dan menyertaiku
dalam menyelesaikan skripsi.
Untuk Bapak, Ibu, Adik, dan Keluarga besar yang selalu
memberikan doa, dukungan, dan semangat selama studi dan
perkuliahan .
Buat kekasih saya , Anna Setiawan , atas dukungan dan kritik dalam
menyelesaikan skripsi.
ABSTRAK
adalah jenis jaringan ad hoc yang dapatMANET (Mobile Ad Hoc Network)
mengkonfigurasi dirinya sendiri pada saat bekerja. Sifat protokol MANET ada
banyak, contohnya yang bersifat reaktif dan proaktif. Protokol DYMO dan AODV
merupakan contoh dari protokol MANET yang bersifat reaktif. Sifat reaktif
bekerja ketika ada permintaan, ketika ada permintaan, protokol yang bersifat
reaktif akan membentuk tabel routing, dimana hal ini membutuhkan waktu untuk
mengkonvergensi tabel routing. Waktu yang dibutuhkan oleh kedua protokol
mungkin berbeda, oleh karena itu konvergensi menjadi penting ketika ada
permintaan.Untuk itu, dilakukanlah perbandingan antara protokol DYMO dan AODV
dengan parameter jumlah lompatan yang berbeda-beda. Kemudian dilakukan
analisa waktu yang dibutuhkan oleh kedua protokol tersebut.Dari pengujian yang dilakukan menggunakan Network Simulator dengan
parameter jumlah lompatan yang berbeda-beda terlihat bahwa protokol AODV
memiliki waktu konvergensi yang lebih cepat dibandingkan protokol DYMO.Kata kunci : MANET, DYMO, AODV, Konvergensi, Routing.
ABSTRACT
MANET (Mobile Ad Hoc Network) is a type of Ad hoc network that canconfigure itself on the job. There are many types of MANET protocols, including
reactive and proactive. DYMO and AODV protocols are examples of a reactive
MANET protocol. The characteristic of a reactive MANET protocol is that when
there is demand, a reactive protocol will form the routing table where it will take
time to converge the routing table. The time taken by the two protocols may be
different, therefore the convergence becomes important when there is demand.A comparison between DYMO and AODV protocols with a number of
different jump parameters is conducted. After that, the time taken by the two
protocols will be analyzed.After the tests performed using the Network Simulator with a different
number of jump parameters, the results are AODV protocol has faster
convergence time than the DYMO protocol.Keywords: MANET, DYMO, AODV, Convergence, Routing.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir“Perbandingan Kecepatan Konvergensi Tabel Routing Protokol
DYMO dan AODV Pada Mobile Ad Hoc Network dengan Simulator NS2
” ini dengan baik.Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak lepas dari bantuan sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, yang telah menjawab semua doa-doa penulis dan mencurahkan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Bapak Henricus Agung Hernawan, S.T., M.Kom., selaku dosen pembimbing tugas akhir penulis.
3. Bapak Iwan Binanto M.Cs dan Bapak S. Yudianto Asmoro, S.T., M.Kom., selaku panitia penguji yang telah memberikan banyak
kritik dan saran dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
4. Bapak dan Ibu yang telah memberi dukungan doa, materi, serta semangat. Tanpa semua itu penulis tidak akan memperoleh
5. Teman-teman seperjuangan TI angkatan 2008 yang telah menemani selama menimba ilmu di Program Studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma. Terima kasih untuk pertemanannya selama ini.
6. Untuk pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR
ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ................................ Error! Bookmark not defined.
Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........
Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. AODV dan DYMO .......................................................................... 12Gambar 2.2. trace format ...................................................................................... 14Gambar 3.1. contoh tampilan proses routing DYMO ........................................... 21Gambar 3.2. Flowchart cara kerja ......................................................................... 23Gambar 3.3. Flowchart program hopcount.awk ................................................... 24Gambar 3.4. Flowchart program konvergen.awk ................................................. 25Gambar 3.5. contoh posisi node awal ................................................................... 26Gambar 3.6. contoh posisi node mengalami perubahan ....................................... 26Gambar 3.7. contoh terjadi proses routing ............................................................ 27Gambar 3.8. contoh hasil output ........................................................................... 28Gambar 3.9. contoh file awk ................................................................................. 28Gambar 3.10. contoh grafik pengaruh penambahan jumlah hop terhadap kecepatan konvergensi routing .............................................................................. 30Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Dua Lompatan ........ 34Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Tiga Lompatan........ 35Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Empat Lompatan .... 37Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Rata-Rata Kecepatan Konvergensi ................ 38DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Parameter Simulasi .............................................................................. 19Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan protokol AODV ................................................................................................... 29Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan protokol AODV ................................................................................................... 29Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan protokol AODV ................................................................................................... 29Tabel 3.3. contoh perbandingan rata-rata kecepatan konvergensi routing untuk semua percobaan antara protokol AODV dan DYMO ......................... 30Tabel 4.1. Pengujian Untuk Dua lompatan Protokol AODV ................................ 33Tabel 4.2. Pengujian Untuk Dua lompatan Protokol DYMO ............................... 34Tabel 4.3. Pengujian Untuk Tiga lompatan Protokol AODV ............................... 35Tabel 4.4. Pengujian Untuk Tiga lompatan Protokol DYMO .............................. 35Tabel 4.5. Pengujian Untuk Empat lompatan Protokol AODV ............................ 36Tabel 4.6. Pengujian Untuk Empat lompatan Protokol DYMO ........................... 36Tabel 4.7. Perbandingan Rata-Rata Kecepatan Konvergensi Protokol AODV dan DYMO .................................................................................................. 38BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang MANET adalah jenis jaringan ad hoc yang dapat mengkonfigurasi dirinya
sendiri pada saat bekerja [8]. Topologi jaringan manet tidak terstruktur di mana
tiap node bisa masuk dan keluar dari jaringan sekehendaknya. Tiap node bisa
berkomunikasi dengan node lainnya dalam jangkauan transmisi tertentu. Untuk
komunikasi diluar jangkauan, suatu node membutuhkan bantuan node lain yang
bertindak sebagai jembatan sehingga node dalam MANET bisa bertindak sebagai
terminal dan router.Banyak protokol routing yang dikembangkan untuk MANET dalam
beberapa tahun ini. Protokol routing yang dikembangkan ada yang bersifat
proaktif dan ada juga yang bersifat reaktif. Contoh dari protokol yang bersifat
proaktif adalah OLSR (Optimized Link State protocol), HRP (Hierarchical State
Routing protocol), DSDV (Highly Dynamic Destination-Sequenced Distance
Vector routing protocol), dan lain-lain. Sedangkan contoh dari protokol yang
bersifat reaktif adalah AODV (Ad hoc On-demand Distance Vector), DSR
(Dynamic Source Routing), DYMO (Dynamic Manet On-demand routing
protocol), dan lain-lain.
menawarkan kecepatan untuk beradaptasi terhadap topologi jaringan nirkabel
yang berubah-ubah dan menentukan rute unicast antara node dalam jaringan.
Operasi dasar dari protokol DYMO adalah penemuan rute dan pemeliharaan rute
dalam jaringan nirkabel. Protokol DYMO dapat menangani berbagai pola
mobilitas dengan menentukan rute yang dibutuhkan secara dinamis dan dapat
menangani berbagai pola lalu lintas data. Dalam jaringan dengan jumlah router
yang besar, protokol DYMO paling cocok untuk skenario lalu lintas data yang
jarang di mana router hanya meneruskan paket yang berisi sebagian kecil
informasi dari router DYMO yang lainnya, hal ini dikarenakan sifat dari protokol
DYMO yang reaktif, penemuan rute dan pemeliharaan rute.Sifat reaktif atau On-demand bekerja ketika ada permintaan, ketika ada
permintaan, protokol yang bersifat reaktif akan membentuk tabel routing, dimana
protokol-protokol yang bersifat reaktif ini membutuhkan waktu untuk
mengkonvergensi tabel routing. Waktu yang dibutuhkan oleh kedua protokol
mungkin berbeda karena cara kerja protokol AODV dan protokol DYMO tidaklah
sama, oleh karena itu konvergensi menjadi penting ketika ada permintaan,
protokol yang bersifat reaktif harus melakukan konvergensi tabel routing secara
cepat.Dari latar belakang tersebut, akan dilakukan perbandingan kecepatan waktu
konvergensi antara protokol DYMO dan protokol AODV, seberapa cepat kedua
protokol melakukan konvergensi tabel routing dengan jumlah lompatan yang
1.2. Rumusan masalah Bagaimana unjuk kerja routing protokol AODV dan DYMO dilihat dari waktu konvergensi dengan parameter jumlah hop yang bervariasi?
1.3. Tujuan Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah menganalisa unjuk kerja waktu
konvergensi routing DYMO dan AODV dengan menggunakan software simulator
NS-2.
1.4. Batasan masalah Agar simulasi yang dibuat dapat mencapai tujuan pembuatan simulasi maka dilakukan pembatasan masalah antara lain sebagai berikut :
Network Simulator yang digunakan adalah network simulator 2 (NS- 2) seri 2.34.
Implementasi DYMO yang digunakan adalah DYMOUM v0.3 yang sesuai dengan DYMO draft -04 dan -05.
Node yang digunakan untuk simulasi tidak lebih dari 25 node.
Metode routing yang digunakan adalah DYMO dan AODV. Jenis transport agent yang digunakan adalah CBR (Constant Bit Rate). Jumlah paket CBR yang dikirim hanya satu paket. Proses pengiriman data dimulai dari detik ke nol.1.5. Metodologi penelitian
Adapun metodologi penelitian dan langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur mengenai :
a. Teori Network Simulator 2
b. Teori Protokol AODV dan Protokol DYMO
c. Tahap-tahap dalam membangun simulasi
2. Perencanaan dan pembangunan simulasi
3. Pengambilan data hasil simulasi 4. pengukuran data simulasi
5. Analisis data simulasi
1.6. Sistematika penulisan
Bab I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang Latar Balakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian, serta Sistematika Penulisan laporan. Bab II DASAR TEORI Bab ini berisi tentang dasar teori yang digunakan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Bab III PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN Bab ini berisi tentang perencanaan simulasi jaringan. Bab IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi tentang pelaksanaan simulasi dan hasil analisis data simulasi jaringan. Bab V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang beberapa kesimpulan yang didapat dan saran-saran berdasarkan hasil analisis data simulasi jaringan.
BAB II DASAR TEORI 2.1. MANET (Mobile Ad Hoc Network) MANET adalah jenis jaringan ad hoc yang dapat mengkonfigurasi dirinya
sendiri pada saat bekerja. Karena MANET memiliki sifat mobile, MANET dapat
menggunakan koneksi nirkabel untuk terhubung ke berbagai jaringan. Ini bisa
menjadi koneksi Wi-Fi standar, atau media lain, seperti transmisi seluler atau
satelit. [8]2.2. AODV (Ad-hoc On Demand Distance Vector)
Ad-hoc On Demand Distance Vector merupakan jenis protokol reaktif yang
digunakan pada jaringan ad-hoc. AODV menggunakan dua jenis operasi yaitu
menemukan rute (Route Discovery) dan pemeliharaan rute (Route Maintenance).
Route Discovery adalah proses pembuatan rute ke tujuan ketika sebuah node
memerlukannya. Ketika sebuah node S ingin berkomunikasi dengan node T, node
S akan mengeluarkan pesan RREQ(Route Request) yang termasuk urutan angka
terakhir dari node T dan id pesan RREQ dari setiap node akan disimpan dan akan
bertambah seiring dengan bertambahnya node yang dilewati. Pesan RREQ ini
akan dikirimkan ke semua node yang ada pada jaringan tersebut kecuali yang
akan membuat suatu rute terbalik yang digunakan untuk mengetahui rute balik
menuju ke node asal.Ketika RREQ mencapai node tujuan T, sebuah pesan RREP akan
dikirimkan kembali, yang berisi banyaknya jumlah lompatan ke node T dan
urutan angka untuk rute tersebut. Sebuah node perantara hanya harus
mengirimkan kembali jika ada rute terbaru, yaitu angka urutan yang lebih besar
dari atau sama dengan angka urutan tujuan RREQ tersebut. Karena balasan akan
dikirim pada jalan terbalik, AODV tidak mendukung hubungan asimetris. Setiap
node yang menerima RREP ini akan menciptakan rute menuju ke node T dalam
tabel routing, dan menambahkan node yang ditransmisikan oleh RREP dalam
daftar sebelumnya. Daftar sebelumnya adalah daftar node yang mungkin
menggunakan node ini sebagai hop berikutnya ke tujuan.Jika sebuah node perantara memiliki rute ke tujuan yang diminta dan
mengirimkan pesan RREP kembali, pesan RREQ harus dihapus. Selanjutnya,
node tersebut mungkin mengirim RREP sembarang ke node tujuan dan nomor
urutan untuk node yang membuat pesan RREQ. Pesan RREP sembarang ini akan
dikirimkan ke seluruh rute jaringan untuk meringankan setiap rute yang telah
ditemukan oleh node tujuan, yang dimana node tersebut mungkin belum
menerima pesan RREQ apapun dan tidak memiliki rute ke node pembuat RREQ
awal.Route Maintenance adalah sebuah proses yang bergantung pada perubahan
peristiwa yang membatasi sebuah komunikasi) secara terus menerus. Node
mendengarkan pesan RREQ dan RREP untuk melakukan ini. Selain itu, setiap
node melakukan perjanjian untuk mengirim pesan setiap detik n. Jika tidak ada
RREQ atau RREP yang dikirimkan selama periode itu maka pesan Hello akan
dikirim untuk menunjukan bahwa node tersebut masih hidup atau tidak. Cara lain
adalah mekanisme lapisan link-layer dapat digunakan untuk mendeteksi kesalahan
koneksi. Selain melakukan pengamatan sebuah kesalahan koneksi, sebuah node
juga harus merespon ketika menerima data paket yang tidak memiliki rute tujuan.
Ketika sebuah node mendeteksi adanya kesalahan koneksi, atau menerima data
paket yang tidak memiliki tujuan, node tersebut akan membuat paket Route Error
(RERR) untuk memberitahukan ke node yang lain bahwa ada kesalahan. Paket
RERR ini berisi daftar tujuan yang tidak terjangkau. Jika sebuah kesalahan
koneksi terjadi, node akan menambahkan node yang tidak terjangkau tersebut
kedalam sebuah daftar. Jika node menerima paket yang tidak memiliki rute
ketujuan, maka node juga akan menambahkan node yang tidak terjangkau tersebut
kedalam daftar. Dalam kedua kasus, semua masukan dalam tabel routing yang
menggunakan rute melalui node didalam daftar tersebut akan ditambahkan
kedalam daftar. Daftar tersebut akan dihapus ketika daftar node pendahulu tidak
ada, yaitu tujuan yang tidak memiliki node tetangga yang menggunakan node
tersebut. Pesan RERR adalah baik unicast atau broadcast ke semua node tetangga
yang memiliki rute ke tujuan didaftar yang dihasilkan. Ketika sebuah node
sebagai hop berikutnya, tetap didalam daftar node tidak terjangkau. Tujuannya
adalah untuk memberitahukan semua node menggunakan link ketika terjadi
kegagalan. Untuk menemukan rute baru, node asal dapat menjalankan route
discovery untuk tujuan yang tidak terjangkau, atau node tujuan putus secara loka
mungkin mencoba untuk memperbaiki rute tersebut, baik dalam kasus
mengirimkan sebuah pesan RREQ dengan nomor urutan bertambah satu.Keuntungan utama dari protokol ini adalah bahwa rute yang didirikan pada
permintaan dan nomor urut tujuan digunakan untuk menemukan rute terbaru
untuk tujuan. Sambungan konfigurasi delay lebih rendah. Ini tidak menciptakan
lalu lintas tambahan untuk komunikasi sepanjang link yang ada. Selain itu, jarak
vector routing sederhana, dan tidak memerlukan banyak memori atau perhitungan.
Kekurangan dari Protokol AODV yaitu membutuhkan lebih banyak waktu untuk
membuat sambungan, dan komunikasi awal untuk mendirikan sebuah rute lebih
berat dari beberapa pendekatan lain. Juga, intermediate node dapat menyebabkan
rute konsisten jika nomor urutan sumber sangat tua dan node intermediate
memiliki tinggi tetapi tidak nomor urutan tujuan terbaru, sehingga memiliki entri
basi. Juga beberapa paket RouteReply dalam menanggapi paket RouteRequest
tunggal dapat menyebabkan pengeluaran pengendali berat. Kelemahan lain dari
AODV adalah bahwa beaconing periodik menyebabkan konsumsi bandwidth
yang tidak perlu. [6]2.3. DYMO (Dynamic MANET On-demand)
Dynamic MANET On-demand (DYMO) routing protokol dimaksudkan
untuk digunakan oleh wireless mobile router, jaringan multihop. DYMO
menentukan rute unicast antara router DYMO dalam jaringan pada mode
permintaan, DYMO menawarkan konvergensi yang ditingkatkan pada topologi
jaringan yang dinamis.DYMO termasuk jenis protokol Reactive, yang bersifat menemukan rute pada saat ada permintaan dan membanjiri jaringan dengan paket permintaan.
Selama Route Discovery, sumber router DYMO memulai penyebaran Route
Request (RREQ) di seluruh jaringan untuk menemukan rute ke target router
DYMO. Selama proses penyebaran hop-by-hop ini, setiap router DYMO
mencatat rute menuju originator. Ketika target router DYMO menerima RREQ,
target router DYMO ini menanggapi dengan Route Reply (RREP) yang dikirim
hop-by-hop ke arah sumber. Setiap router DYMO yang menerima RREP
menciptakan sebuah rute ke target, dan kemudian RREP unicast hop-by-hop ke
arah sumber. Ketika sumber router DYMO menerima RREP, rute telah dibentuk
antara sumber router DYMO dan target DYMO router di kedua arah.Route Maintenance terdiri dari dua operasi. Dalam rangka untuk
mempertahankan rute yang digunakan, router DYMO memperpanjang TTL rute
setelah berhasil forwarding paket. Dalam rangka untuk bereaksi terhadap
perubahan dalam topologi jaringan, router DYMO memantau rute di mana lalu
DYMO akan diberitahu. Sebuah Route Error (RERR) dikirim ke arah sumber
paket untuk menunjukkan rute ke tujuan tertentu yang tidak sah atau hilang.
Ketika sumber router DYMO menerima RERR, hal ini akan menghapus rute. Jika
sumber router DYMO ini kemudian menerima paket untuk forwarding untuk
tujuan yang sama, hal ini akan diperlukan untuk melakukan penemuan rute lagi
untuk tujuan itu.DYMO menggunakan nomor urut untuk memastikan bebas dari loop.Nomor
urut ini memungkinkan router DYMO untuk menentukan urutan waktu rute
DYMO penemuan pesan, dengan demikian menghindari penggunaan informasi
routing yang tidak diperlukan.Protokol DYMO menyajikan berbagai fitur baru dari AODV. Keuntungan dari protokol DYMO adalah :
• Hemat energi ketika jaringan besar dan menunjukkan mobilitas tinggi.
- Tabel routing DYMO memakan memori relatif kurang dari AODV bahkan dengan fitur penghitungan rute.
- Biaya overhead untuk protokol DYMO menurun dengan ukuran jaringan meningkat dan mobilitas tinggi.
Protokol DYMO, bagaimanapun, tidak bekerja dengan baik pada mobilitas
rendah. Biaya Overhead atas pesan untuk skenario seperti itu agak tinggi dan tidak
dibutuhkan. Keterbatasan lain terletak pada penerapan protokol sebagaimana
tercantum dalam draft DYMO yang menyatakan bahwa protokol DYMO bekerja
sangat rendah dan biaya overhead routing melebihi lalu lintas yang sebenarnya.
[9] Perbedaan mendasar antara protokol DYMO dan AODV adalah padaprotokol AODV, jika suatu node ingin berkomunikasi dengan node lainnya yang
tidak terdaftar pada tabel routing, maka protokol AODV akan menyebarkan
broadcast kesemua router yang menggunakan protokol AODV, pada proses
penyebaran ini, yang dibawa hanya node sumber, dan setelah menemukan node
tujuan, hanya node tujuan yang diberitahukan kepada node sumber, sedangkan
untuk protokol DYMO, pada saat mengirimkan broadcast, urutan node yang
dibawa adalah urutan node dari node sumber ke tujuan, dan setelah menemukan
node tujuan, dilakukan yang sebaliknya. Sebagai contoh dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :Gambar 2.1. AODV dan DYMO2.4. Konvergensi tabel routing
Konvergensi adalah bagian dari proses memperbarui tabel routing. Ketika
koneksi putus atau berubah, pembaruan akan dikirim diseluruh jaringan yang
mengalami perubahan dalam topologi jaringan. Kemudian setiap router
menjalankan algoritma routing untuk menghitung ulang rute dan membangun
tabel routing yang baru berdasarkan informasi. Setelah semua router dalam
jaringan telah memperbarui tabel routing mereka, konvergensi selesai. [4]2.5. Network simulator
Network Simulator adalah simulator kejadian diskrit yang ditargetkan
pada penelitian jaringan. Network simulator memberikan dukungan substansial
untuk simulasi TCP, routing, dan protokol multicast melalui jaringan kabel dan
nirkabel (lokal dan satelit). [12]Hasil dari network simulator merupakan file berbentuk log data
berekstensi ".tr". File log ini dapat dihitung ataupun dianalisa menggunakan cara manual maupun menggunakan file lain yang disebut awk script. Network Simulator memiliki dua bagian trace format yaitu :
Gambar 2.2. trace format
1. Basic Trace String : bagian ini mirip dengan trace paket normal. Bagian ini
berlabel nomor dari satu sampai 12 ($1 sampai dengan $12)2. Additional Trace String : string khusus NS2. Sebagai contoh, string jejak untuk IP Trace dan Format Jejak AODV-RREQ ditampilkan di atas.
Ketika NS2 tidak melacak informasi ini dua. Garis-garis ini tidak akan muncul sebagai bagian dari jejak string, tapi jejak tali Dasar masih akan muncul pada string. hasil log data dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut :
s 0.013354748 _1_ RTR --- 0 cbr 532 [0 0 0 0] ------- [1:0 5:0 30 8]
$1 : Aksi (s/r/d) = s $2 : Waktu = 0.013354748 $3 : Node sumber = 1 $4 : Layer (AGT/RTR/LL/IFQ/MAC/PHY) = RTR (routing) $6 : Id paket = 0 $7 : Tipe paket = cbr (Constant Bit Rate) $8 : Ukuran paket = 532 [a b c d] = [0 0 0 0]
$9 : a = durasi header paket didalam layer mac $10 : b = mac sumber $11 : c = mac tujuan $12 : d = tipe mac didalam paket
Flag [a:b c:d e f] = [1:0 5:0 30 8] $13 : a = ip node sumber $14 : b = nomor port ip sumber $15 : c = ip node tujuan $16 : d = nomor port ip tujuan $17 : e = jumlah TTL ip header
2.6. Pemrograman TCL (Tool Command Language) 2.6.1. Pengertian TCL Tcl adalah bahasa pemrograman sederhana yang bersifat open source multiparadigm. Bahasa pemrograman ini telah berjalan pada hampir semua OS yang modern, misalnya, Unix (Linux dan non-Linux), MacOS, Windows (NT versi keluarga dan kemudian, dengan didukung oleh rilis 95/98 tua), sistem PDA, ponsel, dan banyak lagi. [5] 2.6.2.
Fitur TCL Tcl menyediakan berbagai macam fitur, segala sesuatu yang
diperlukan untuk menulis program yang sangat besar dan komprehensif:
Penanganan string. File sistem akses. Ekspresi reguler. dan lain-lain.
2.7. Pemrograman AWK [2] Awk adalah bahasa pemrograman operasi dasar yang berguna untuk
mencari satu set file pola, dan untuk melakukan tindakan tersebut awk membuat
seleksi data tertentu dan transformasi operasi yang mudah untuk diungkapkan.Awk adalah bahasa pemrograman yang dirancang untuk membuat banyak
pencarian informasi umum dan teks tugas manipulasi mudah untuk negara dan
tentukan. Untuk masing-masing pola, suatu tindakan dapat ditentukan; inilah
tindakan yang akan dilakukan pada setiap baris yang cocok dengan pola yang
ditentukan.Awk biasanya dipakai untuk analasis log yang panjang atau grab text lalu
di-modify. AWK adalah bahasa pemrograman ditafsirkan biasanya digunakan
sebagai ekstraksi data dan alat pelaporan. Ini adalah fitur standar yang paling
mirip Unix sistem operasi.AWK diciptakan di Bell Labs pada tahun 1970, dan namanya berasal dari
nama keluarga penulisnya - Alfred Aho, Peter Weinberger, dan Brian Kernighan.
Nama ini tidak umum diucapkan sebagai string surat terpisah melainkan sebagai
akronim, terdengar sama dengan nama burung, Auk (yang bertindak sebagai
lambang dari bahasa seperti pada sampul buku AWK Programming Language -
yang buku ini sering disebut dengan singkatan TAPL). Ketika ditulis dalam huruf
kecil semua, seperti awk, mengacu pada program 9 Unix atau Rencana yang
menjalankan script yang ditulis dalam bahasa pemrograman AWK.BAB III PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN 3.1. Parameter simulasi Metode yang digunakan pada tugas akhir ini adalah simulasi. Adapun
software simulasi yang digunakan adalah Network Simulator-2 (NS-2). Program
DYMO yang digunakan adalah code yang tersebar bebas yaitu DYMOUM,
sedangkan untuk AODV sudah tersedia didalam Network Simulator-2. Node
sumber dan node tujuan tersebar secara acak dalam jaringan, model ini dapat
membuat sebuah node memilih tujuannya dan akan berpindah ke arah mana
dengan kecepatan yang dapat ditentukan. Ketika sebuah node mencapai posisi
tujuannya, node tersebut akan berhenti sebanyak waktu yang ditentukan sebelum
mencari tujuan acak lainnya dan mengulangi proses tersebut. Komunikasi antar
node akan dibuat model acak, dan menggunakan jenis paket CBR (Constant Bit
Rate).Adapun parameter yang digunakan sebagai berikut :
Parameter Nilai
Tipe Kanal Wireless Channel
Model Propagasi Two Ray Ground
Tipe Network Interface Wireless Tipe MACIEEE 802.11 Maks. Paket dalam Antrian
50 Waktu simulasi 5 detik Jenis paket CBR (Constant Bit Rate)
Routing Protokol DYMO / AODV
Model pergerakan node Random Way Point
Kecepatan 2 m/s
Tabel 3.1. Parameter Simulasi Area simulasi menunjukan banyaknya node diarea tersebut dimana sebuah
MANET akan berjalan. Dalam skenario ini area simulasi dibuat 1000m x 1000m.
Area simulasi dibuat seperti ini agar node dapat bebas bergerak dan dapat
menggunakan protokol routing secara benar tanpa harus bertumpuk disatu tempat.
Untuk area 1000m x 1000m node maksimalnya adalah 25. Hal ini diperoleh dari
perhitungan jarak komunikasi terjauh dari sebuat node jika didalam suatu area.
Jarak komunikasi terjauh adalah 250m.
Jarak radio wireless didapat dari percobaan sederhana. Node A berada pada
posisi X=0, Y=50 dan posisi node B X=40, Y=50, skenario sederhana adalah
kembali lagi ke posisi X=251, dan yang terjadi node A dan B tidak dapat
berkomunikasi lagi.Kecepatan node bergerak dibuat 2 m/s dengan membayangkan seperti orang
yang lagi berjalan, bertujuan untuk mengukur performa protokol yang digunakan,
berjalan dengan baik atau tidak. Performa dari protokol routing sangat
berpengaruh pada kecepatan node berpindah tempat, semakin cepat node
berpindah maka koneksi yang dibuat juga akan semakin sulit.Protokol routing yang digunakan adalah dua jenis tipe protokol jaringan ad- hoc reaktif, yang terdaftar pada IETF, yaitu : AODV dan DYMO.
Routing antar node dapat dijalankan (khusus protokol DYMO, karena
protokol ini adalah protokol baru yang diimplementasikan kedalam NS-2),
dibuktikan dengan percobaan sederhana, 3 node dibuat membentuk seperti
segitiga, dan diberi jarak agar dapat melakukan proses routing, pada detik ke 5
node A mulai mengirimkan paket CBR ke node C, pada saat node C tidak berada
pada jangkauan radio node A, node A mulai mencari node yang dapat meneruskan
paket CBR ke node C, node A yang mengetahui node B berada dalam
jangkuannya mulai mengirimkan Hello Packet agar node A mengetahui informasi
node apa saja yang berada dalam jangkauan node B, setelah diketahui node C
berada dalam jangkauan node B, node A menggunakan node B sebagai router agar
paket CBR dengan tujuan node C dapat disampaikan. Contoh gambar :± 200m ± 200m
3
2
1 ± 400m
Gambar 3.1. contoh tampilan proses routing DYMO Untuk pembangunan jaringan pertama-tama dibentuk 25 node dengan node
dengan posisi random dengan menggunakan setdest, setdest adalah tool yang telah
disediakan oleh NS-2 untuk membuat jaringan secara otomatis.Format perintah setdest : ./setdest
- –n (jumlah node) –p (waktu pause) –s (kecepatan) –t (waktu simulasi) –x (panjang area) –y (lebar area) > (File keluaran).
Contoh :
./setdest
- –n 25 –p 0 –M 20.0 –t 10.0 –x 1000 –y 1000 > scen-25- 1000-1000-1
Selanjutnya akan dibangun koneksi menggunakan cbrgen, cbrgen adalah
tool yang telah disediakan oleh NS-2 untuk membuat koneksi pada jaringan secara ns cbrgen.tcl
- –type (tcp/cbr) –nn (jumlah node) –seed (bilangan acak pertama)
- –mc (koneksi maksimal) –rate (banyak paket tiap detik) > (File keluaran).
Contoh :
ns cbrgen.tcl
- –type cbr –nn 25 –seed 1 –mc 1 –rate 2.0 > cbr-25-1-
2 Setelah jaringan dibentuk selanjutnya dibuat koneksi antar node, dengan
menggunakan cbrgen, maka koneksi random akan dibentuk mengikuti jaringan
yang telah dibuat. Langkah selanjutnya adalah menjalankan script tcl di NS-2.
Dengan menjalankan script tersebut maka akan mengeluarkan output Trace file
dan NAM file.3.2. Skenario simulasi
Skenario simulasi digunakan untuk mengukur kinerja protokol AODV dan
protokol DYMO yang dibentuk secara random. Digunakan beberapa asumsi untuk
membuat skenario simulasi dengan parameter yang ditetapkan diatas : 1. luas skenario : 1000m x 1000m2. waktu simulasi : 5 detik. 3. jumlah node : 25 node. Dengan parameter diatas, skenario akan dibuat hingga mencapai jumlah
yang dibutuhkan dengan syarat memiliki dua lompatan, tiga lompatan dan empat
A Start Bentuk Node Jalankan hopcount.awk
Tidak Bentuk Koneksi Jika jumlah hop == 2 / 3 / 4 Jalankan Simulasi
Ya Hasil Jika jumlah hop AODV == DYMO
A Ya Jalankan konvergen.awk Selesai
Gambar 3.2. Flowchart cara kerja
Start
Jumlah forward = 0
Jumlah lompatan = 0
(Action == “f”) &&
(Protocol == “cbr”) &&
(Mac == “RTR”)
Jumlah forward ++
Jumlah lompatan = jumlah forward + 1
Ya
Tidak
Tampilkan
jumlah
lompatan
Action = $1
Mac = $4
Protocol = $7
Buka file trace
End Of File
Ya
Tidak
Scan baris baris +1 Start Waktu = 0 Buka file trace Scan baris
Action = $1 Time = $2 Node = $3 Mac = $4
Protocol = $7 (Action == “s”) && (Node ==
“_1_”) && baris +1 (Mac == “RTR”) &&
(Protocol == “cbr”) Ya Waktu = Time
Tidak Tidak End Of File Ya
Tampilkan Waktu
1000m x 1000m dengan jumlah node 25
1
16
17
15
11
9
3
14
18
5
2
12
19
6
8
24
25
10
7
4
13
20
22
21
23 Gambar 3.5. contoh posisi node awal
1000m x 1000m dengan jumlah node 25
11
16
15
14
3
17
1
9
18
25
19
24
12
5
2
10
4
8
7
20
23
6
21
13
22
1000m x 1000m dengan jumlah node 25
11
16
15
14
3
1
17
9
18
25
19
24
12
5
2
10
4
8
7
20
23
6
21
13
22 Gambar 3.7. contoh terjadi proses routing 3.3.
Parameter kinerja Parameter yang akan dianalisa adalah :
1. Kecepatan konvergensi routing Kecepatan konvergensi routing sebelum sebuah paket dikirim atau pembuatan tabel routing pertama kali.