ANALISIS PERILAKU PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN LOMBOK UTARA ARTIKEL ILMIAH

  

ANALISIS PERILAKU PEMASARAN KAKAO DI

KABUPATEN LOMBOK UTARA

ARTIKEL ILMIAH

Oleh

NAWAR HASNATUL HAFIFAH

  

C1G113078

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018

  

ANALYSIS OF COCOA MARKETING BEHAVIOR IN

NORTH LOMBOK DISTRICT

SCIENTIFIC ARTICLES

By

NAWAR HASNATUL HAFIFAH

  

C1G113078

FACULTY OF AGRICULTURE

UNIVERSITY OF MATARAM

2018 ANALISIS PERILAKU PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN LOMBOK UTARA ANALYSIS OF COCOA MARKETING BEHAVIOR IN NORTH LOMBOK DISTRICT 1) 2) 3) 1) 2) 3) Nawar Hasnatul Hafifah , Lalu Sukardi , Hayati Mahasiswa , Dosen Pembimbing Utama , Dosen Pembimbing Pendamping

  Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Mataram e-mail : nawarhasnatulhafifah@gmail.com ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui perilaku pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara. (2) mengetahui saluran pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara. (3) mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan unit analisis petani kakao dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kakao. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Perilaku pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara yaitu : 1) Petani memproduksi biji kakao kemudian melakukan penjualan biji kakao dalam bentuk biji kakao kering ke pedagang pengepul desa (PPD) dan ke pedagang antar pulau (PAP). 2) Pedagang pengepul desa (PPD) membeli hasil produksi kakao petani kemudian melakukan grading kualitas dan menjual kembali ke pedagang antar pulau (PAP). 3) Pedagang antar pulau (PAP) membeli kakao petani dan pedagang pengepul desa (PPD) kemudian melakukan grading kualitas pada biji kakao yang di peroleh dari petani dan menjual kembali ke luar pulau lombok.

  Kata Kunci : Perilaku, Pemasaran, Kakao.

  This study aims to: (1) know the behavior of cocoa marketing in North Lombok regency. (2) to know the cocoa marketing channel in North Lombok regency. (3) to know the marketing efficiency of cocoa in North Lombok regency. The method used in this research is descriptive method with cocoa farmer analysis unit and marketing institution involved in cocoa marketing. The results showed that: (1) Cocoa marketing behavior in North Lombok regency are: 1) Farmers produce cocoa beans then sell cocoa beans in the form of dried cocoa beans to village collecting traders (PPD) and to inter island traders (PAP). 2) Village collecting traders (PPD) buy the cocoa farmer's produce then do the quality grading and sell back to inter island traders (PAP). 3) Inter-island traders (PAPs) buy cocoa farmers and village collectors (PPD) and then conduct quality grading on cocoa beans obtained from farmers and sell back to outside Lombok Island.

  Keywords: Behavior, Marketing, Cocoa.

  

PENDAHULUAN

  Pertanian merupakan penopang perekonomian masyarakat Kabupaten Lombok Utara. Indikasi tersebut diperkuat oleh sebagian besar penduduk kabupaten Lombok Utara bekerja di sektor pertanian. Lahan yang luas dan tanah yang subur merupakan modal yang sangat penting bagi peningkatan pertanian di Kabupaten Lombok Utara.

  Sektor pertanian yang menjadi primadona di Kabupaten Lombok Utara adalah pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Sektor lain seperti peternakan, perikanan dan kehutanan juga cukup memberikan andil yang signifikan terhadap perkembangan perekonomian di Kabupaten Lombok Utara (Badan Pusat Statistik, 2016)

  Kakao (Theobroma Cacao) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Usahatani tanaman perkebunan kakao umumnya ditujukan untuk kepentingan pasar, sehingga masalah pasar merupakan masalah yang sangat penting untuk meningkatkan kemauan petani dalam meningkatkan produksinya.

  Kabupaten Lombok Utara merupakan sentral produksi kakao terbanyak di NTB. Terdapat 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Bayan, Kayangan, Gangga, Tanjung dan Pemenang. Kecamatan Gangga merupakan luas areal terbanyak yaitu 1.485,55 Ha dan produksi tertinggi sebanyak 577,85 Ton dengan rata-rata produksi 508,58 Kg/Ha (Dinas Pertanian KLU, 2016).

  Pemasaran merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pendapatan petani dari semua penjualan produksi usahataninya. Pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran (Soekartawi, 1995).

  Dari tahun ketahun produksi kakao terus mengalami peningkatan namun belum tentu menjamin meningkatkan keuntungan petani karena banyak faktor yang mempengaruhi salah satu faktor tersebut yaitu faktor pemasaran.

  Berdasarkan uraian tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang : “Analisis Perilaku Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara” Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui perilaku pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara, 2) Untuk mengetahui saluran pemasaran kakao di

  Kabupaten Lombok Utara, 3) Untuk mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara.

METODOLOGI PENELITIAN

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan unit analisis petani kakao dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kakao. Daerah penelitian ditentukan secara “purposive sampling” dan ditetapkan tiga desa yaitu Desa Bentek, Genggelang dan Rempek atas pertimbangan bahwa desa ini merupakan sentral produksi kakao terbanyak. Penentuan jumlah responden ditentukan secara “quota

  

sampilng” sebanyak 30 petani responden ditetapkan 10 petani responden dimasing-

masing desa secara “accidental sampling”.

  Untuk mengetahui perilaku pemasaran dan saluran pemasaran kakao di analisis ecara deskriptif, sedangkan efisiensi pemasaran menggunakan rumus sebagai berikut :

  1) Margin Pemasaran

  MP = Pr

  • – Pf Dimana : MP = Margin Pemasaran (Rp)

  Pr = Harga jual produk ditingkat konsumen (Rp) Pf = Harga jual produk ditingkat produsen (Rp)

  2) Share Produsen

  SP = x 100% Dimana : SP = Share Produsen (%)

  Pf = Harga ditingkat petani (Rp) Pr = Harga ditingkat konsumen akhir (Rp)

  3) Distribusi Keuntungan

  DK = Dimana : DK =Distribusi Keuntungan

  Π =Keuntungan Pemasaran C =Biaya Pemasaran

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Org % Org % Org %

  15

  1

  3

  25

  75 1 100 Jumlah 30 100 4 100 1 100

  4 Pengalaman Berusaha a.

  1-10 b. 11-20 c. 21-30

  1

  14

  11 23,3

  3.3

  50 46,7 4 100

  1 100 Jumlah 30 100 4 100 1 100

  5 Luas Lahan (Ha) a.

  0,50 – 1,00

  3

  24

  10 80 - - - -

  40 36,7

  12

  1 Kisaran Umur (Tahun) a.

  7

  15 – 64 b. ≥64 30 100

  4 100 1 100 Jumlah 30 100 100 1 100

  2 Tingkat Pendidikan a.

  Tidak Sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. PT

  4

  11

  4

  4 13,3 36,7 13,3 23,4 13,3

  7

  2

  1

  1

  50

  4.1 Karakteristik Responden No Uraian Petani PPD PAP

  25 1 100 Jumlah 30 100 4 100 1 100

  3 Jumlah Tanggungan Keluarga a.

  1-2 b. 3-4 c. >4

  25 b.

  3

  10 - - - - 1,00 – 2,00 c.

  • >2,00 30 100
  • Jumlah

  Sumber : data primer diolah 2017

  4.1.1. Umur

Tabel 4.1 pada nomor 1 menunjukkan bahwa secara keseluruhan tergolong dalam umur produktif. Mengacu pada pendapat Simajuntak (1985) umur produktif berkisar

  antara 15 –64 tahun, artinya baik secara fisik maupun mental mempunyai kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa termasuk melakukan kegiatan usahatani itu sendiri.

  4.1.2. Tingkat Pendidikan Ttabel 4.1 pada nomor 2 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden tergolong pendidikan rendah. Mengacu pada pendapat Soekartawi (2002) maka secara keseluruhan pendidikan 50% responden rendah yaitu tamat SD ke bawah. Artinya hampir semua responden tidak melakukan penidikan formal dengan tingkat pendidikan responden yang kurang baik.

  4.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Tabel 4.1 pada nomor 3 menunjukkan bahwa 37,14% responden memiliki kisaran tanggungan 3-4 orang tergolong keluarga menengah. Mengacu pada pendapat Ilyas

  (1988), besar kecilnya rumah tangga keluarga ditentukan oleh jumlah anggota keluarga yang ditanggungnya.

  4.1.4. Pengalaman Berusaha

Tabel 4.1 pada nomor 4 menunjukkan bahwa 29 petani responden (96,7%) pada kisaran 11-30 tahun dan 4 orang PPD responden pada kisaran 1-10 tahun. Sedangkan

  PAP responden berkisar antara 11-20 tahun. Hal ini menunjukkan kisaran pengalaman petani dan lembaga pemasaran dapat dikatakan sudah memiliki pengalaman yang cukup.

  4.1.5. Luas Lahan

Tabel 4.1 pada nomor 5 menunjukkan bahwa yang paling dominan luas lahan garapan petani responden pada kisaran 1,00-2,00 Ha yaitu sebanyak 24 petani (80%)

  tergolong petani lahan luas. Mengacu pada pendapat Hutagalung (2007) lahan luas adalah petani yang mengusahakan lahan lebih dari 1,00 Ha.

4.2. Perilaku Pemasaran Kakao

4.2.1. Perilaku Petani

  Dalam kegiatan pemasaran kakao petani melakukan kegiatan penjualan. Petani merupakan produsen yang melakukan budidaya kakao. Petani memiliki peran sebagai produsen atau penghasil kakao pada saluran pertama. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Perilaku Petani pada Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara

  2017 No Perilaku Uraian Jumlah Persentase

  Petani (%)

  1 Bentuk Pemasaran Kakao 30 100 Biji kakao kering

  • 2 Sistem penjualan -

  26 86,7 Langsung

  • 3 Sistem Transaksi

  4 13,3 Langsung + ijon

  • 4 13,3

  26 86,7 Tunai

  • 4 Tempat Penjualan

  Keredit

  • 7 23,3

  23 76,7 PPD

  • Sumber : data primer diolah 2017

  PAP

4.3. Perilaku Lembaga Pemasaran 4.3.1. Perilaku Pedagang Pengepul Desa

  c) Total volume penyusutan(Kg)

  a) Penjemuran ulang b)

  Grading kualitas c)

  Biaya perlakuan

  250/kg 4 hari

  3 Penjualan

  a) Bentuk produk yang dijual b)

  Total volume Penjualan (Kg/tahun)

  = 5%

  Kering 7.362 22.000 Petani Langsung Tunai

  d) Harga jual

  (Rp/kg) Kering 1.539

  81 26.000

  Kering 1.670

  88 26.000

  Kering 6.994 368 26.000

  Kering 6.116 322 26.000

  Kering 6.438 22.000 Petani Langsung

  Kering 1.758 24.000 Petani Langsung Tunai

  1 Pembelian

  3

  Dari hasil penelitian sebanyak 30 petani/produsen responden (100%) memasarkan kakao dalam bentuk biji kakao kering. sistem penjualan yang dilakukan oleh petani responden, sebayak 26 petani responden (86,7%) menjual biji kakao secara langsung setiap kali selesai panen dan 4 (empat) petani responden (13,3%) menjual biji kakao secara langsung dan juga secara ijon. Alasan petani responden menjual secara ijon adalah petani memiliki kebutuhan ataupun kepentingan yang harus disegerakan dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani memperoleh pembayaran biji kakao dari setiap lembaga pemasaran secara tunai dari biji kakao yang dijual secara langsung dan dibayar secara kredit pada biji kakao yang dijual secara ijon.

  Untuk memperoleh keuntungan yang tinggi perilaku PPD dalam memasarkan kakao yang diterima dari petani sebagai berikut :

Tabel 4.2 Perilaku Pedagang Pengepul Desa pada Pemasaran Kakao di Kabupaten

  Lombok Utara 2017 No Uraian PPD

  1

  2

  a) Bentuk produk yang dibeli b)

  Kering 1.620 24.000 Petani Langsung Tunai

  4 Total Rata- rata

  • 17.178 92.000

  Total volume (Kg/tahun)

  c) Harga beli

  (Rp/kg)

  d) Tempat beli

    • ijon Tunai + kredit

  • 4.295 23.000
  • 2 Perilaku Pemasaran
  • 1.500 1 hari
  • 375/kg
  • Upah buruh 1 hari Ada 500/kg 1 hari Ada 500/kg 1 hari Ada 250/kg 1 hari Ada
  • 16.319 859 104.000
  • 4.080 215 26.000
e)

  e) Sistem pembelian f)

  Sistem pembayaran ke petani

  • Langsung Langsung Langsung Langsung Sistem penjualan

  Sumber : data primer diolah 2017 Dari hasil penelitian Pedagang pengepul desa (PPD) mengumpulkan kakao dari petani membeli biji kakao kering. Harga pembelian kakao disetiap desa berbeda-beda karena banyaknya pembeli dan sedikitnya penjual kakao. Sistem pembayaran dilakukan antara petani sebagai penjual produk kakao dengan pedagang pengepul desa sebagai pembeli dilakukan secara kontan atau tunai terhadap petani yang menjual secara borongan. Petani yang menjual secara ijon dibayar secara kredit atau dikurangi dengan jumlah hutang, yang berarti dibayar setelah barang ditimbang dan dicek tingkat kekeringan biji kakao. Perilaku pemasaran ke empat PPD melakukan kegiatan yang sama. Volume penjualan PPD yaitu Volume setelah dikuarangi dengan volume penyusutan biji sebesar 5% perkg.

4.3.2. Perilaku Pedagang Antar Pulau

  Dalam memasarkan kakao yang diterima oleh PAP dari Petani dan PPD untuk memperoleh keuntungan yang tinggi melakukan perlakuan sebagai berikut.

Tabel 4.3 Perilaku Pedagang Antar Pulau pada Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok

  Utara 2017 No Uraian Sumber Produk Kakao

  Petani PPD

  1 Pembelian

  a) Kering Kering Bentuk produk yang di beli

  b) 7.581 16.319 Volume (Kg/tahun)

  c) 25.357 26.000 Harga (Rp/kg)

  d) Langsung dan Ijon Langsung Sistem pembelian

  e) Tunai dan kredit Tunai Sistem pembayaran

  • f)

  250 Biaya Pengangkutan (Rp/Kg)

  Perilaku pemasaran

  2

  a)

  • 1 hari Penjemuran

  b) Ada Tidak ada Grading kualitas

  c) Biaya pemasaran (Rp/kg)

  • 500 500 -

  1.500 1.500 Biaya Pengiriman

  Upah buruh

  d) 2.000 2.000 Total Biaya

  3 Penjualan

  a) Kering Kering Bentuk produk yang di jual

  b) 7.202 16.319 Volume Penjualan (Kg/tahun)

  c) 379 Volume penyusutan (kg)

  d) 30.000 30.000 Harga jual(Rp/kg)

  e) Langsung Langsung Sistem penjualan

  Sumber : data primer diolah 2017 Dari hasil penelitian PAP membeli biji kakao kering dari petani dan PPD. Perbedaan harga pembelian ditingkat petani dan PPD karena tingkat kekeringan dan kualitas biji kakao yang diperoleh berbeda. Biji kakao yang diterima dari PPD tidak ada perlakuan pemasaran karena PAP sudah mempercayai bahwa kakao yang diterima dari PPD sudah memenuhi standar mutu biji kakao yang dinginkan oleh pedagang pengepul diluar pulau lombok. Sedangkan biji kakao yang diperoleh dari petani dilakukan perlakuan pemasaran agar seragam dengan biji kakao yang diperoleh dari PPD. Volume penjualan PAP yaitu velume penjualan setelah dikurangi volume penyusutan sebesar 5% perkg untuk kakao yang diperoleh dari petani. sedangkan kakao yang diperoleh dari PPD volume pembelian sama dengan volume penjualan.

  4.4. Saluran Pemasaran

  Saluran pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara dapat dikatakan terdapata 2 (dua) saluran yaitu: 1.

  Saluran pemasaran I : Petani PPD PAP 2. Saluran pemasaran II : Petani PAP

  Untuk responden petani disini terdapat 30 orang petani responden, 4 orang PPD dan 1 orang PAP. Ke dua saluran tersebut sebanyak 23 petani responden menggunakan saluran pemasaran I dan 7 petani lainnya menggunakan saluran pemasaran II. Dari hasil penelitian apabila produksi kakao petani tinggi maka petani memasarkan kakao melalui saluran pemasaran II dan apabila produksi kakao rendah petani memasarkan kakao melalui saluran pemasaran I.

  Hasil analisis memperlihatkan bahwa mayoritas petani menggunakan saluran pemasaran I dalam memasarkan hasil panennya yang melibatkan PPD kemudian ke PAP. Faktor yang menjadi pertimbangan utama bagi petani dalam memilih saluran pemasaran yang akan digunakan adalah: 1) Jauhnya jarak antara pusat produksi dengan lokasi tempat PAP yang membuat mahalnya biaya transportasi 2) Kondisi sarana/prasarana jalanan dan mobilitas yang kurang mendukung dengan baik dan 3) Jumlah produksi yang dihasilkan petani relatif kecil.

  4.5. Efisiensi Pemasaran

  Dalam penelitian ini, untuk menentukan efisiensi saluran pemasaran di gunakan indikator : Margin Pemasaran, Share Produsen, Distribusi Keuntungan, Volume Penjualan.

Tabel 4.4 Margin Pemasaran, Share harga, Distribusi keuntungan dan Volume pada Masing-masing Saluran Pemasaran Kakao di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017.

  Saluran Saluran No Lembaga Pemasaran Pemasaran I Pemasaran II

  (Rp/kg) (Rp/kg)

  1 Petani a.

  23.000 25.357 Harga jual b.

  17.178 7.581 Total volume penjualan

  Pedagang Pengepul Desa (PPD)

  2 a.

  23.000 Harga beli

  • b.
  • 26.000 Harga jual c.
  • a)

  Biaya Pemasaran

  • b)

  Bianga Pengangkutan

  • c)

  Biaya pengiriman

  375 Upah buruh

  • d.

  375 Total biaya = c

  • e.

  3.000 Margin pemasaran (b-a)

  • f.

  2.625 Keuntungan pemasaran (b-a-d) =

  • 17.178
  • g.

  Total volume Ppmbelian

  h.

  • 859 Total volume penyusutan (5%)

  16.319 - i. Total volume penjualan

  • 7 j.

  3 Pedagang Antar Pulau (PAP) a.

  26.000 25.357 Harga beli b.

  30.000 30.000 Harga jual c.

  Biaya pemasaran

  a) 250

  Biaya pengangkutan

  b) 1.500 1.500

  Biaya pengiriman

  c) 500 500

  Upah buruh 2.250 2.000 d. Total biaya = c e.

  4.000 4.643 Margin pemasaran (b-a) f.

  1.750 2.643 Keuntungan pemasaran (b-a-d) =

  16.319 7.581 g. Total volume pembelian

  379 h. Total volume penyusutan (5%) i.

  16.319 7.202 Total volume penjualan

  0,77 1,32 j.

  4 Total Margin Pemasaran 7.000 4.643

  5 Share Produsen/Share Harga (%)

  77

  85

  6 Distribusi Keuntungan 0,11

  1 Sumber : data primer diolah 2017 Margin pemasaran pada saluran I pada PPD yaitu sebesar Rp.3000/kg dan PAP sebesar Rp.4.000/kg total margin pemasaran sebesar Rp.7.000. Share produsen pada saluran pemasaran I sebesar 77%, dan distribusi keuntungan sebesar 0,1. Mengingat tidak adanya nilai batasan tertentu untuk kriteria efisien margin pemasaran.Ketiga indikator tersebut menunjukkan bahwa saluran pemasaran I efisien.

  Pada saluran pemasaran II, yang terlibat hanya PAP saja. Adapun untuk biaya pemasarannya sebesar Rp.2.000/kg. Sedangkan total margin pemasaran sebesar Rp.4.643/kg, share produsen sebesar 85% sedangkan distribusi keuntungan sbesar 1. Sehingga dari ketiga indikator tersebut menjelaskan bahwa saluran pemasaran II efisien.

  Total volume penjualan kakao pada saluran pemasaran I dengan jumlah petani 23 orang responden ditingkat PPD sebanyak 16.319 kg/tahun setelah melakukan grading kualitas. Sedangkan volume penjualan ditingkat PAP tetap yaitu sebesar 16.319 kg/ahun PAP tidak melakukan apapun setelah menerima biji kakao dari PPD. Sedangkan pada saluran pemasaran II, dengan jumlah petani responden sebanyak 7 (tujuh) orang volume pembelian sebanyak 7.581 kg/ahun, volume penjualan setelah melakukan grading kwalitas sebanyak 7.202 kg/tahun. Total penjualan PAP dari saluran pemasaran I dan II sebesar 23.521 kg/tahun.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1)

  Perilaku pemasaran kakao di kabupaten lombok utara yaitu : a.

  Petani memproduksi biji kakao kemudian melakukan penjualan biji kakao dalam bentuk biji kakao kering ke pedagang pengepul desa (PPD) dan ke pedagang antar pulau (PAP) b. Pedagang pengepul desa (PPD) membeli hasil produksi kakao petani kemudian melakukan grading kualitas dan menjual kembali ke pedagang antar pulau (PAP).

  c.

  Pedagang antar pulau (PAP) membeli kakao petani dan pedagang pengepul desa (PPD) kemudian melakukan grading kualitas pada biji kakao yang di peroleh dari petani dan menjual kembali ke luar pulau lombok.

  2) Saluran pemasaran kakao di Kabupaten Lombok Utara terdiri atas 2 saluran pemasaran, yaitu: saluran I: Petani – Pedagang Pengumpul desa – Pedagang antar

  Pulau dan saluran II: Petani

  • – Pedagang Antar Pulau. Abila produksi petani tinggi maka disalurkan melalui saluran pemasaran II, dan apabila produksi biji kakao petani rendah maka disalurkan melalui saluran pemasaran I. Sebagian besar dari petani responden menyalurkan barang melalui saluran pemasaran I, sebanyak 23 petani responden (76,7%) karen hasil produksi biji kakao petani relatif kecil.

  3) Efisiensi pemasaran kakao, menujukkan bahwa saluran pemasaran yang memenuhi keritria efisiensi pada dua indikator yaitu, margin pemasaran, share produsen / share harga kedua saluran tersebut efisien sedangkan pada indikator distribusi keuntungan saluran 1 dan 2 di katakan adil karena memenuhi keriteria adil. Volume penjualan pada saluran I dengan jumlah petani 23 responden sebesar 17.178 Kg/Tahun dengan harga jual Rp.23.000/Kg. Pada saluran II dengan jumlah petani 7 responden sebesar 7581 Kg/Tahun dengan harga jual Rp.25.357/Kg.

5.2 Saran

  1) Diharapkan kepada petani untuk lebih meningkatkan kualitas biji kakao guna memeproleh harga jual yang lebih tinggi.

  2) Penting adanya dukungan dan kerjasama dari pihak pemerintah daerah bagi petani untuk memberikan informasi harga yang berlaku pada setiap lembaga yang ada supaya tawar menawar ditingkat petani untuk menjual hasil produksinya lebih kuat dan untuk menjaga kestabilan harga.

  

Daftar Pustaka

  BPS KLU, 2016. Kabupaten Lombok Utara dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik KLU, Tanjung. Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Utara. 2016. Luas Lahan dan Produktifitas Kakao.

  Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lombok Utara. Lombok Utara

  Hutagalung,M., 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Tingkat

  Kesejahteraan Petani pada Beberapa Strata Luas lahan . Skripsi. Departemen

  Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan Ilyas B. 1988. Kajian faktor social ekonomi yang mempengaruhi fertilitas pasangan usia

  subur dalam rangkaian pengelola kependudukan . Majalah demografi indonesia Nomor29 tahunXV. Jakarta. Simanjuntak P. J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Soekarwati, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.