BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - SISKA NURHAYATI BAB I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abadini kemajuan teknologi di bidang Informasi Teknologi (IT)
sangat pesat. Dengan sejalannya perkembangan IT modernisasi juga terus dilakukan di berbagai bidang kehidupan seperti bidang pendidikan, transportasi, politik, sosial-budaya, dan perekonomian. Termasuk modernisasi pada bidang perpajakan.
Sebelum teknologi diterapkan pada pelayanan perpajakan setiap wajib pajak yang akan melaporkan Surat Pemberitahuan pajak harus melaporkan sendiri ke kantor Direktorat Jenderal Pajak atau dikirim melalui Kantor Pos secara tercatat atau dengan ketentuan lainnya sesuai dengan UU No. 16 Tahun 2000 Pasal 6 ayat 1 dan 2. Akan tetapi setelah teknologi diterapkan pada pelayanan perpajakan, sistem pelaporan pajak menjadi lebih mudah, cepat, dan amanyaitu dengan menggunakan sistem e-filing. E-filing adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik yang dilakukan secara online dan realtimemelalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak atau Penyedia Layanan SPT Elektronik atau Application (ASP).
Service Provider
Penerapan sistem e-filing ini telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Per-03/PJ/2015 Tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik yang menyatakan
:”bahwa dalam rangka menyesuaikan sistem administrasi perpajakan dengan perkembangan teknologi informasi serta untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, perlu diberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dalam penyampaian Surat Pemberitahuan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 26 huruf e Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan (SPT), perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Pe nyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik”. E-filing merupakan sebuah inovasi perkembangan teknologi informasi yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memudahkan dan meningkatkan pelayanan kepada para wajib pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajibannya. Dengan menggunakan e-filing kegiatan mengisi dan mengirim SPT tahunan dapat dilakukan dengan mudah dan efisien karena telah tersedia formulir elektronik di layanan pajak online yang siap memandu para pengguna layanan. Layanan pajak online juga dapat diakses kapan pun dan di mana pun selama 24 jam. Dalam e-filing juga tidak diperlukan lagi dokumen fisik berupa kertas-kertas karena semua dokumen akan dikirim dalam bentuk dokumen elektronik sehingga mengurangi biaya administrasi pelaporan perpajakan. Keamanan dan kerahasiaan data juga terjamin, karena data disimpan dalam sistem server tersendiri yang terpisah dengan sistem lainnya. Selain memberikan manfaat kepada wajib pajak, e-filing juga memberikan manfaat bagi Direkorat Jenderal Pajak (DJP) yaitu mempermudah dalam pelayanan pajak.
Dengan diterapkannya sistem e-filing, diharapkan kepatuhan wajib pajak dapat meningkat sehingga pendapatan pajak negara dapat meningkat juga. Seperti yang kita ketahui, pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, pemerintah menargetkan pendapatan negara sebesar Rp. 1.750,3 triliun. Dari angka tersebut, pendapatan pemerintah masih mengandalkan pajak yaitu sebesar 85,6 % atau Rp. 1.498 triliun. Sekitar 14,3 % atau sekitar Rp. 250 triliun berasal dari penerimaan negara bukan pajak (PNPB), dan 0,1% atau sekiar Rp. 1,4 triliun berasal dari hibah.
Gambar 1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun 2017Wajib Pajak yang menggunakan e-filing dalam pelaporan SPT nya dari tahun ketahun terus meningkat. Pada penerimaan SPT tahunan PPh orang pribadi tahun pajak 2014 sampai dengan 31 maret 2015 persentase wajib pajak orang pribadi yang menggunakan e-filing naik sebesar 130,90%. Akan tetapi jumlah wajib pajak orang pribadiyang menggunakan e-filing masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah wajib pajak orang pribadi yang melaporkan SPT secara manual. Persentase wajib pajak orang pribadi tahun pajak 2014 yang melaporkan SPT menggunakan e-filing hanya sebesar 14,24% dari total pelapor. Dan pada tahun pajak 2015 wajib pajak orang pribadi yang melaporkan SPT menggunakan e-filing hanya sebesar 27,97% dari total pelapor. Artinya sebagian besarwajib pajak orang pribadi dalam melaporkan SPT masih secara manual.Hal ini dikarenakan masih banyak Wajib Pajak yang belum paham tentang pengoperasian e-filing dan kemampuan Wajib Pajak untuk menggunakan e-filing masih minim (Noviandini,2012). Menurut Laihad (2013) hal tersebut juga terjadi karenamasih kurangnya sosialisasi dari Direktorat Jenderal Pajak mengenai sistem e-filing.
Tabel 1.1 Penerimaan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun Pajak 2014
hingga 31 Maret 2015
Uraian
31 Maret 2014
31 Maret 2015 Pertumbuhan Manual 6.510.408 6.429.925 -1,24% E-filing 1.081.164 2.496.397 130.90%
Total 7.591.572 8.926.322 17.58%
Sumber : Dashboard Penerimaan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun Pajak 2014, Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Banyak faktor penentu sistem e-filing dapat diterima atau tidak oleh wajib pajak. Selain faktor kemampuan wajib pajak, adanya perbedaan mengenai persepsi kemanfaatan,persepsi kemudahan, keamanan & kerahasiaan, serta kepuasan wajib pajak juga sebagai salah satu faktor penentu (Noviandini, 2012).
Davis (1989) mengembangkan model Technology Acceptance Model (TAM) yang meneliti mengenai faktor-faktor determinan dari penggunaan Sistem Informasi oleh pengguna. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penggunaan sistem informasi dipengaruhi oleh persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaaan (perceived ease of use ).
Persepsi kemanfaatan menjadi faktor penentu sebuah sistem dapat diterima atau tidak. Wajib pajak yang beranggapan bahwa e-filing memiliki manfaat bagi mereka dalam melaporkan SPT menyebabkan mereka tertarik untuk menggunakannya. Semakin besar manfaat yang mereka dapatkan semakin tinggi pula perilaku penggunaan e-filing. Begitu pula sebaliknya apabila wajib pajak menganggap e-filing tidak memiliki manfaat untuk mereka dalam melaporkan SPT, maka mengakibatkan kepada turunnya perilaku penggunaan e-filing oleh wajib pajak.
Persepsi kemudahan penggunaan juga menjadi salah satu faktor penentu sebuah sistem dapat diterima atau tidak. Wajib pajak yang beranggapan bahwa e-filing mudah untuk dimengerti dan digunakan akan mendorong mereka untuk selalu menggunakan sistem tersebut. Begitu pula sebaliknya, apabila wajib pajak merasakan ketidakmudahan dalam e-filing maka wajib pajak menjadi tidak bersemangat untuk menggunakannya. Hal ini akan mengakibatkan turunnya perilakupenggunaan e-filing oleh wajib pajak.
Goodhue dan Thompson (1995) memperkenalkan teori Task
Technology Fit (TTF) yang menjelaskan tentang bagaimana individu
cenderung memilih teknologi yang dapat membantu individu mengerjakan tugas yang didukung adanya fungsi dari teknologi (e-filing) tersebut. Teori
Task Technology Fit (TTF) memformulasikan suatu teknologi yang
mempertimbangkan keamanan dan kerahasiaan cenderung dipilih karena sesuai dengan kebutuhan keamanan dan kerahasiaan dalam melaksanakan pekerjaan (Dharma dan Noviari, 2016).
Keamanan dan kerahasiaanjuga menjadi salah satu penentu sebuah sistem dapat diterima atau tidak. Suatu sistem informasi dapat dikatakan baik jika keamanan sistem tersebut dapat diandalkan (Wibisono dan Toly, 2014). Keamanan dan kerahasiaan yang dirasakan oleh wajib pajak setelah menggunakan e-filing akan menyebabkan mereka tertarik untuk kembali menggunakan sistem e-filing. Begitupula sebaliknya, apabila wajib pajak merasa ketidakamanan dan ketidakrahasiaan setelah menggunakan e-filing maka akan berpengaruh pada turunnya perilaku wajib pajak dalam menggunakan e-filing.
Kepuasan penggunaan juga menjadi salah satu faktor penentu sebuah sistem dapat diterima atau tidak. Kepuasan yang dirasakan wajib pajak setelah menggunakan e-filing menyebabkan wajib pajak tertarik untuk kembali menggunakan e-filing untuk pelaporan SPT nya. Begitupula sebaliknya, apabila wajib pajak merasa ketidakpuasan setelah menggunakan e-filing maka wajib pajak menjadi malas untuk menggunakan e-filing kembali. Hal ini akan berpengaruh terhadap turunnya perilaku penggunaan e-filing oleh wajib pajak.
Ada beberapa penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan e-filing dengan variabel yang berbeda-beda.
Penelitian Noviandini (2012) terhadap wajib pajak badan yang menggunakan sistem e-filing di Yogyakarta menunjukan hasil bahwa persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan e-filing. Persepsi kepuasan penggunaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan e-filing.
Beberapa penelitian lain juga mendukung hasil penelitian Noviandini. Wibisono dan Toly (2014) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat wajib pajak dalam penggunaan e-filing di Surabaya.
Hasilnya menunjukan bahwa keamanan dan kerahasiaan, kesiapan teknologi informasi, persepsi kegunaan serta pesepsi kemudahan mempengaruhi minat wajib pajak dalam penggunaan e-filing. Hasil penelitian Ermawati dan Delima (2016) menunjukan persepsi kemudahan penggunaan, pesepsi kegunaan, dan pengalaman dalam menggunakan e-filing berpengaruh terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filing. Penelitian yang dilakukan oleh Tallaha, dkk (2014) terhadap wajib pajak orang pribadi di Bandaraya, Kuala Lumpur, Malaysia menunjukan bahwa persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahan, dan persepsi norma subjektif berpengaruh positif terhadap penggunaan e-filing, sedangkan persepsi tingkah laku dan pengetahuan perpajakan tidak mempengaruhi penggunaan e- filing. Penelitian Lihad (2013) mengenai pengaruh perilaku wajib pajak terhadap penggunaan e-filing di kota Manado menunjukan bahwa persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan secara signifikan berpengaruh terhadap penggunaan e-filing, tetapi sikap terhadap perilaku tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan e-filing.
Penelitian inimengacu pada penelitian Noviandini (2012) yaitu menggunakan variabel persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan dan kepuasan wajib pajak dengan menambahkan satu variabel yaitu persepsi keamanan dan kerahasiaan, serta merubah sampel dan tempat penelitian.
Menurut Desmayanti (2012) keamanan sistem informasi adalah manajemen pengelolaan keamanan yang bertujuan mencegah, mengatasi, melindungi berbagai sistem informasi dari resiko terjadinya tindakan ilegal seperti penggunaan tanpa izin, penyusupan, dan pengrusakan terhadap berbagai informasi yang dimiliki, sedangkan kerahasiaan adalah praktik pertukaran informasi yang eksklusif dimana hanya yang berhak yang dapat mengakses informasi tersebut. Dalam konteks e-filing, keamanan berarti seberapa kuat sistem e-filing dalam menjaga data wajib pajak dari berbagai resiko tindakan ilegal, sedangkan kerahasiaan dalam e-filing berarti hanya wajib pajak yang dapat mengakses informasi tersebut (menggunakanusername dan password) . Sehingga peneliti ingin meneliti apakah keamanan dan kerahasiaan berpengaruh terhadap perilaku penggunaan e-filing oleh wajib pajak orang pribadi. Sampel penelitian dirubah menjadi wajib pajak orang pribadikarena setiap wajib pajak memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-bedadan berakibat pada perbedaan penerimaansebuah teknologi (e-filing) yang ditandai dengan perbedaan persepsi.
Penelitian ini penting dilakukan guna membuktikan apakah perilaku wajib pajak terhadap penggunaan e-filing dengan variabel, sampel, tempat, dan tahun penelitian yang berbeda memperoleh hasil yang sama atau berbeda. Selain itu, hasil penelitian mengenai perilaku wajib pajak terhadap penggunaan e-filing dapat menjadi bahan evaluasi bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam penerapan sistem e-filing yang baik dan efektif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah persepsi kemanfatan berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan e-filing oleh wajib pajak orang pribadi di Purbalingga?
2. Apakah persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan e-filing oleh wajib pajak orang pribadi di Purbalingga?
3. Apakah keamanan dan kerahasiaan berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan e-filing oleh wajib pajak orang pribadi di Purbalingga?
4. Apakah kepuasan wajib pajak berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan e-filing oleh wajib pajak orang pribadi di Purbalingga?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah persepsi kemanfatan berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan e-filing oleh wajib pajak orang pribadi di Purbalingga.
2. Untuk mengetahui apakah persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaane-filing oleh wajib pajak orang pribadi di Purbalingga.
3. Untuk mengetahui apakah keamanan dan kerahasiaan berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan e-filing oleh wajib pajak orang pribadi di Purbalingga.
4. Untuk mengetahui apakah kepuasan wajib pajak berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan e-filing oleh wajib pajak orang pribadi di Purbalingga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain :
1. Manfaat secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan, informasi, serta pemikiran mengenai pengaruh persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan, keamanan dan kerahasiaan, serta kepuasan wajib pajak orang pribadi terhadap perilaku penggunaan e-filing di Purbalingga.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Direktorat Jendral Pajak (DJP) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam penerapan sistem e-filing yang lebih baik dan efektif.
b. Bagi Wajib Pajak Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah informasi mengenai sistem e-filing. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur bagi penelitian selanjutnya mengenai pengaruh persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan, keamanan dan kerahasiaan, serta kepuasan wajib pajak orang pribadi tehadap perilaku penggunaan e-filing.