BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan budaya manusia dewasa ini telah mencapai taraf yang luar

  biasa. Dimana manusia bergerak menuju ke arah terwujudnya manusia yang mencakup seluruh dunia, suatu masyarakat global. Dengan teknologi yang serba canggih, manusia telah berhasil menghilangkan batas-batas dan jarak antar manusia satu dengan manusia lainnya, seolah-olah jarak antar kota, pulau, negara telah memudar dengan berkembangnya kemajuan yang pesat di era globalisasi.

  Globalisasi bisa diartikan sebagai suatu proses dimana di dalam kehidupan sehari-hari, ide-ide, dan informasi akan menjadi tolak ukur standar pada seluruh dunia. Proses tersebut diakibatkan karena adanya perkembangan yang pesat atas teknologi komunikasi, informasi transportasi dan aktivitas ekonomi yang telah memasuki pasar dunia.

  Secara umum Ubaedillah (2015: 67) mengemukakan globalisasi adalah: “Sebuah gambaran tentang semakin tinggi ketergantungan di antara sesama masyarakat dunia, baik budaya maupun ekonomi. Istilah globalisasi juga sering dihubungkan dengan sirkulasi gagasan, bahasa, dan budaya populer yang melintasi batas negara”.

  Menurut pandangan Yuniarto (2014: 67), fenomena globalisasi merupakan sesuatu yang tak terelakan, sesuatu yang pasti terjadi, selain memberi manfaat secara ekonomi namun membawa juga implikasi pada banyak aspek kehidupan manusia yang pada akhirnya mensyaratkan masyarakat agar dapat melakukan adaptasi atas perubahan-perubahan yang terjadi.

  Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang ikut merasakan perubahan perkembangan masyarakat dunia akibat dari proses globalisasi. Sekecil apapun perubahan yang terjadi di dunia akan segera dirasakan oleh bangsa Indonesia, sebaliknya sekecil apapun permasalahan yang dialami Indonesia akan cepat terlihat oleh dunia. Globalisasi tidak dapat dihindarkan, mengingat tidak ada seorang pun yang luput dari globalisasi itu.

  Oleh karenanya, Indonesia tidak bisa tidak terlibat dalam globalisasi selain ikut melaju di dalamnya.

  Kehadiran globalisasi banyak memiliki peran dan dampak positif bagi masyarakat Indonesia saat ini. Beberapa diantaranya, masyarakat akan lebih mudah dan cepat mendapatkan atau mengakses info dan memperoleh pengetahuan, masyarakat lebih cepat berkembang dalam menghadapi teknologi berkemajuan. Selain itu, masyarakat akan lebih mudah mengetahui perkembangan budaya luar negeri dan dalam negeri, dan sebagainya.

  Dampak-dampak positif tersebut dapat berubah menjadi dampak negatif jika sumbangsih globalisasi diterima oleh masyarakat secara cuma-cuma.

  Yang dikhawatirkan adalah segala sesuatu yang masuk ke Indonesia melalui globalisasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila juga diserap oleh bangsa Indonesia. Hal tersebut bisa berakibat lunturnya nilai-nilai Pancasila yang tertanam pada diri setiap individu di Indonesia, seperti sifat

  konsumerisme, hedonisme, individualisme , dan sebagainya.

  Dampak negatif globalisasi kian miris saat perubahan yang terjadi cenderung mengarah pada kepribadian dan akhlak para remaja Indonesia, sehingga menimbulkan sejumlah permasalahan melanda negeri ini. Selain itu, arus budaya dari luar seperti fenomena yang sedang menjamur saat ini adalah adanya korean wave/hallyou atau gelombang Korea yang kini mempengaruhi segala aspek kehidupan baik dalam berperilaku maupun moral masyarakat akibatnya, banyak masyarakat yang melupakan budaya sendiri bahkan tidak jarang masyarakat menganggap budaya asing merupakan budaya yang lebih populer dan modern ketimbang budaya bangsa sendiri.

  Globalisasi yang memiliki dua sisi tersebut merupakan salah satu penyebab infiltrasi budaya tidak terbendung. Budaya-budaya sedemikian cepat dan mudah saling bertukar tempat dan saling mempengaruhi masyarakat Indonesia.

  Pengaruh budaya asing yang mencoba masuk sehingga budaya bangsa akan segera tergeser dan parahnya akan menghilangkan budaya lokal, daerah, dan bangsa sehingga akan berakibat menghilangkan rasa kebangsaan dan jati diri.

  Indonesia memiliki dasar negara yang telah disepakati oleh founding

  fathers sejak tahun 1945 yaitu Pancasila yang merupakan hasil kristalisasi

  nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia. Dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa Pancasila sebagai dasar filosofi negara yang mengandung arti sebagai moral negara dan ideologi negara serta filsafat hidup bangsa yang bersifat mengharuskan setiap warga negara untuk mengamalkanya.

  Bagi Indonesia, pemahaman terhadap tren perubahan global sangatlah penting, terutama dalam mempersiapkan pendidikan bagi generasi muda kedepan. Khususnya dalam membangun pola pikir dengan wawasan global. Namun dari pada itu, setiap kegiatan dan aktivitas manusia perlu diatur oleh instrument yang disebut dasar negara. Sehingga, pola pikir dan perilaku yang berkembang tidak terjebak pada pemahaman yang sempit dan satu dimensi saja terhadap tren globalisasi yang menjadi keniscayaan.

  Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia maka sikap mental, tingkah laku dan amal perbuatan bangsa Indonesia memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dengan negara lain. Oleh karena itu setiap masyarakat harus memiliki ilmu pengetahuan untuk memahami sampai dapat mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Sehingga Pancasila tetap terjaga eksistensinya dalam era globalisasi. Apalagi permasalahan baru seperti fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, and Transgender (LGBT) mulai terang- terangan menampakan dirinya dan akan sangat berbahaya ketika remaja mengikuti fenomena tersebut. Pada tahun 2016, fenomena LGBT menjadi isu hangat di Indonesia mulai dari public figure yang terindiksi menyukai sesama jenis seperti dalam kasusnya Saipul Jamil yang melakukan pencabulan terhadap fans-nya sesama jenis.

  Dalam penelitiannya Sukmadewi (2017: 126) mengatakan bahwa: “LGBT merupakan perilaku menyimpang dan bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Terlebih lagi, perilaku lgbt sedang

  

“trend”dikalangan generasi muda. Sehingga dapat memberikan pengaruh

  negative terutama bagi masa depan mereka .”

  Melihat masalah-masalah yang melibatkan kaum remaja atas pelanggarannya terhadap nilai-nilai Pancasila perlu adanya suatu upaya pencegahan yang dapat dilakukan sejak dini kepada remaja agar terus berkembang sampai ke tingkat dewasa. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah. Dimana sekolah merupakan tempat mendapatkan pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan Sistem Pendidikan Nasional (SPN), yang tertulis dalam UU No. 20 Tahun 2003 yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

  Dalam dunia persekolahan, mata pelajaran yang paling relevan dalam melakukan upaya penanaman nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik agar memiliki pengetahuan untuk dapat mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

  Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014, Pembelajaran PKn adalah:

  “Suatu pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan daya nalar bagi peserta didik, karena difokuskan untuk pengembangan karakter bangsa yang merupakan proses pengembangan warga Negara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi”. Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah menjadi mata pelajaran wajib di setiap sekolah mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi menjadi salah satu acuan bagi setiap individu untuk memiliki batasan dalam bertindak. Oleh karena itu, PKn tidak hanya mengajarkan tentang teori bagaimana setiap individu harus bertindak melainkan juga teori yang telah dipelajari tersebut harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Berdasarkan hal di atas, melalui pembelajaran PKn peserta didik diharuskan mengembangkan daya nalarnya agar menjadi individu-individu yang cerdas dan berkarakter Pancasila, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan untuk dapat memahami, menghayati, dan dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  SMA Negeri 1 Baturraden merupakan sarana pendidikan bagi peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pembinaan secara sistematis untuk menjadi manusia yang cerdas dan memiliki kepribadian sesuai dasar negara kita.

  Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 2 (dua) guru PKn SMA Negeri 1 Baturraden pada hari Selasa tanggal 7 Januari 2017, yaitu Sri Irawati, S. Pd dan Suwarso, S. Pd, keduanya mengemukakan bahwa nilai- nilai Pancasila mulai memudar dalam diri peserta didik terlebih pada era digital sekarang ini.

  Pernyataan kedua guru PKn di atas dirumuskan oleh peneliti sebagai berikut:

  Tabel. 1.1. Pelanggaran Nilai-nilai Pancasila di SMA Negeri 1

  Baturraden

  Sila-sila Pancasila Pelanggaran

  1. Ketuhanan yang Maha Esa 1. Peserta didik tidak khikmat dalam berdoa.

  2. Tidak menjalankan kewajiban (sholat)

  3. Peserta didik tidak bergaul dengan peserta didik yang berlain agama.

  2. Kemanusiaan yang adil dan

  1. Masih adanya sikap semena-mena beradab terhadap guru dan teman (mengejek guru, membully teman baik verbal maupun dengan tindakan).

  2. Menjadikan candaan yang berlebihan sehingga mengakibatkan perkelahian.

  3. Peserta didik cenderung individual dan mengelompok atau membentuk klik (kelompok kecil).

  3. Persatuan Indonesia

  1. Peserta didik lebih menyukai produk dari luar negeri dari pada produk lokal. (produk tas, pakaian).

  2. Peserta didik meniru budaya asing yang menyebabkan hilangnya budaya sendiri.

  (gaya hidup, sopan santun dalam berbahasa)

  3. Tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

  4. Kerakyatan yang dipimpin

  1. Peserta didik memaksakan kehendak oleh hikmat kebijaksanaan dalam berdiskusi di kelas. dalam permusyawaratan

  2. Peserta didik enggan melakukan /perwakilan. musyawarah.

  3. Tidak mau bekerja sama.

  5. Keadilan sosial bagi

  1. Peserta didik melanggar peraturan yang seluruh rakyat Indonesia berlaku di sekolah. (datang terlambat, tidak menggunakan seragam lengkap)

  2. Peserta didik tidak menghormati hak orang lain. (mengeraskan suara kendaraan saa kelas lain dalam pembelajaran).

  Sumber: Wawancara Guru PKn SMA Negeri 1 Baturraden Selanjutnya peneliti melakukan observasi yang dilanjutkan wawancara kepada peserta didik SMA Negeri 1 Baturraden pada hari Rabu tanggal 8 Februari 2017 yang menguatkan keterangan guru PKn yang peneliti wawancarai bahwa peserta didik lebih menyukai produk-produk dari luar negeri, seperti tas, pakaian, asesoris. Mereka beralasan, produk import lebih keren dan lebih berkualitas, serta bisa menambah percaya diri ketimbang menggunakan produk dalam negeri. Kemudian wawancara dilakukan kepada 40 peserta didik kelas XI, menghasilkan 32 dari 40 peserta didik lebih menyukai entertainment asing, seperti K-Pop, J-Pop, I-Pop. Untuk mempermudah, peneliti menyajikan data berupa tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1. Rekapitulasi Data Wawancara Peserta Didik Kelas XI SMANegeri 1 Baturraden Tahun Ajaran 2016/2017.

  Jumlah Barat Kelas Peserta Korea Jepang Indonesia didik

  XI IPA

  20

  5

  6

  5

  5 XI IPS

  20

  9

  4

  3

  3 Jumlah

  40

  14

  10

  8

  8 Sumber: wawancara peserta didik

  Tabel di atas memperlihatkan dari 40 peserta didik kelas XI SMA Negeri

  1 Baturraden yang diwawancarai, hanya 8 peserta didik menyukai

  

entertainment Indonesia. 32 peserta didik lainnya menyukai entertainment

  asing. Diantaranya 14 peserta didik menyukai entertainment Korea, 10 peserta didik menyukai entertainment Jepang, dan 8 peserta didik menyukai

  entertainment Barat.

  Berangkat dari permasalahan di atas, Irhanayaningsih (tt:6) dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa: “Semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda mulai menurun. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya generasi muda yang menganggap bahwa budaya asing lebih modern dibandingkan dengan budaya sendiri. Hal ini bisa dilihat dari cara bersikap, berpakaian, berbicara, sampai pola hidup yang cenderung meniru budaya asing ”. Berdasarkan kenyataan di atas, menunjukan bahwa peserta didik sebagai remaja yang hidup di zaman modern sangat penting untuk mendapatkan pembinaan dan penanaman nilai-nilai Pancasila agar tidak terpengaruh dampak negatif budaya asing yang masuk ke Indonesia. Sehingga pengaruh budaya asing yang dibawa bersama arus globalisasi dapat direspon secara baik dan seimbang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Selain itu, di era globalisasi sekarang PKn perlu diterapkan secara cerdas dan baik untuk memberdayakan diri sendiri serta mampu menafsirkan, menilai, dan menggunakan informasi untuk melahirkan suatu gagasan kreatif yang menentukan sikap seseorang dalam mengambil keputusan dan bertindak di lingkungan sekitarnya.

  Dalam kaitannya dengan upaya penanaman nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik harus dilakukan terus menerus melalui pembelajaran PKn di sekolah. Melalui pembelajaran PKn, peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan ditanamkan nilai-nilai Pancasila melalui materi-materi yang disampaikan oleh guru PKn. Dengan strategi pembelajaran PKn yang telah disiapkan oleh guru dengan tepat, diharapkan nilai-nilai Pancasila dapat tersampaikan dan tertanam pada diri setiap peserta didik.

  Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Baturraden terkait penanaman nilai- nilai Pancasila untuk merespon arus globalisasi yang dapat mempengaruhi kepribadian peserta didik. Dengan demikian peneliti mengambil judul yaitu: “Penanaman Nilai-nilai Pancasila Di Era Globalisasi Melalui

  Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif di SMA Negeri 1 Baturraden)”.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan, secara umum masalah yang menjadi inti penelitian ini adalah: “Bagaimana penanaman nilai-nilai Pancasila di era globalisasi kepada peserta didik melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Baturraden?”.

  Selanjutnya, rumusan permasalahan secara khusus dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik SMA Negeri 1 Baturraden?

  2. Apa saja kendala yang dihadapi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik SMA Negeri 1 Baturraden?

  3. Bagaimana upaya yang dilakukan terhadap kendala yang dihadapi membelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai- nilai Pancasila kepada peserta didik SMA Negeri 1 Baturraden? C.

   Tujuan Penelitian

  Berangkat dari rumusan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini di uraikan menjadi tujuan penelitian umum dan khusus.

  Secara umum tujuan penelitian ini yaitu: “untuk mengetahui bagaimana penanaman Nilai-nilai Pancasila di era globalisasi kepada peserta didik melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Baturraden.

  Selanjutnya tujuan penelitian secara khusus sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik SMA Negeri 1 Baturraden.

  2. Untuk mengetahui kendala yang hadapi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik SMA Negeri 1 Baturraden.

  3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan terhadap kendala yang dihadapi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai- nilai Pancasila kepada peserta didik SMA Negeri 1 Baturraden.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang penanaman nilai-nilai Pancasila dalam era globalisasi pada peserta didik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta didik

  Memberikan masukan peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila agar dapat tertanam serta dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  b. Bagi Guru

  Memberikan masukan bagi guru untuk berperan serta dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam diri peserta didik melalui pengetahuan dan pemahaman Pancasila yang khususnya diberikan melalui mata pelajaran PKn.

  c. Bagi Sekolah

  Memberikan bahan masukan bagi sekolah untuk selalu memberikan dukungan yang baik kepada seluruh peserta didiknya agar nilai-nilai Pancasila tetap tertanam dalam diri peserta didik guna menjaga dan melestarikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

d. Bagi Peneliti

  Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta dapat menjadi sumbangsih bagi penelitian selanjutnya.