GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI RSIA SITI FATIMAH MAKASSAR TAHUN 2011

  

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI

MENYUSU DINI DI RSIA SITI FATIMAH MAKASSAR

TAHUN 2011

  Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Ahli Madya Kebidanan

  Program Studi Kebidanan pada Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

  

Oleh:

NUR HIDAYAH YUSUF

NIM. 70400008056

PRODI KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

  

2011

  

ABSTRAK

Nama : NUR HIDAYAH YUSUF Nim : 70300107069 Judul : “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di RSIA Siti Fatimah Makassar 2011 Pembimbing : dr. Syatirah, S.Ked.

  Inisiasi menyusu dini yang disingkat dengan IMD merupakan program yang sedang dianjurkan pemerintah. Karena program IMD dpat menurunkan angka kematian bayi pada umur 28 hari sekitar 22%. Inisiasi menyusu dini telah direkomendasikan oleh sebagai tindakan life saving, tetapi dalam penerapannya

  IMD itu sendiri belum tersosialisaikan dengan sempurna di beberapa Rumah Sakit. Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga mengurangi tingkat kematian bayi baru lahir, inisiasi menyusu dini juga meningkatkan ikatan batin ibu dan bayi. ada beberapa faktor penghambat inisiasi menyusu dini sehingga pelaksanaannya tidak dapat diterapkan dengan benar sehingga manfaatnya tidak dapat dirasakan secara optimal Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di RSIA siti Fatimah Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan jumlah populasi 115 dan didapatkan 89 sampel yang dipilih secara purposive sampling serta pengumpulan data menggunakan kuesioner. Penelitian yang didapatkan pengetahuan ibu hamil tentang pengertian IMD, yang tahu sebanyak 29 orang (32,59%) dan yang tidak tahu sebanyak 60 orang (67,41%), untuk pengetahuan ibu hamil tentang manfaaat dan tujuan IMD yang tahu sebanyak 13 orang (14,60%) dan yang tidak tahu sebanyak 76 orang (85,40%). Dan untuk pengetahuan ibu hamil tentang tata laksana IMD, yang tahu sebanyak 20 orang (22,48%), sedangkan yang tidak tahu sebanyak 69 orang (77,52%). Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pengertian, manfaaat dan tujuan, dan tata laksana IMD dianggap masih kurang, sehingga perlu kiranya ibu hamil mendapatkan iformasi dari petugas kesehatan.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di RSIA Siti Fatimah Makassr. Serta shalawat dan salam penulis junjungkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam jahiliah ke alam yang berilmu seperti saat ini.

  Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

  1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT., MS selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  2. dr. H. M. Furqaan Naiem, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  3. dr. H. Leo Prawirodihardjo, Sp.OG(K), M.Kes,M.M,Ph.D selaku direktur dan Hj. Siti Hasniah, S.SiT, M.M selaku kepala SIE Diklat RSIA Siti Fatimah Makassar yang telah memberikan kesempatan untuk meneliti,

  4. Drs. Supardin, M.HI selaku Pembantu Dekan bidang kemahasiswaan dan dan Drs. H. Syamsul Bahri selaku Pembantu Dekan bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

  5. Sitti Saleha, S.Si.T, S.KM, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah membantu kami dalam menyelesaikan pendidikan.

  6. dr. Syatirah, S.Ked selaku pembimbing yang telah banyak membantu dan memberi arahannya selama penelitian.

  7. dr. Nadyah, S.Ked dan Dra. Kamsinah, M.Pd.I masing-masing sebagai penguji I dan penguji II yang memberi masukan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

  8. Firdayanti, S.SIT, dr. Rini Fitriani, S.Ked, dan dr. Dewi Setiawati,S.ked yang memberikan bantuan, nasehat dan juga bimbingannya.

  9. Seluruh staf dosen dan staf administrasi Jurusan Kebidanan yang telah memberikan bantuan moril bagi penulis, baik dalam proses pendidikan maupun dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

  10. Seluruh staf administrasi akademik dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

  11. Seluruh staf administrasi dan petugas kesehatan RSIA Siti Fatimah Makassar yang telah memberikan bantuan moril bagi penulis dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.

  12. Sahabat-sahabatku (Kak Wana, Kak Yaya, Anisa, Vira, anday) serta seluruh teman-teman Kebidanan angkatan 08 yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

  14. Dan yang terspesial (Muh. Faisal dan Keluarganya) yang memberiku cinta dan kebanggan hidup yang tidak bisa penulis ungkapkan dengan kata-kata.

  15. Teristimewa dari lubuk hati yang dalam, penulis menghaturkan terima kasih kepada keluargaku tercinta khususnya Ayah (Muh.Yusuf, S.Ag), Ibu (Ernawati, S.Pd.I), Nenek (Hj.Darawisa dan Alm.Zaenab), kakek (H.Madung dan P.Pagi’), Adik-adikku (Nur Fadhilah, Tri Wahyudin, Miftahul Khaer) dan segenap keluargaku atas segala doa dan pengorbananya yang begitu banyak, baik moril maupun materil.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis tetap mengharapkan kritikan dan saran yang sifat membangun demi perbaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan terkhusus bagi penulis.

  Makassar, 21 April, 2011

  Penulis

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar

  Halaman Gambar 1. Anatomi Payudara

  …………………………. 9 Gambar 2. Refleks prolaktin

  …………………………. 12 Gambar 3. Let down Refleks

  …………………………. 14 Gambar 4. Perlekatan yang baik

  …………………………. 24 Gambar 5. Perlekatan menyusu yang baik dan salah

  …………………………. 25 Gambar 6. Posisi Menyusui yang benar

  …………………………. 26 Gambar 7. IMD yang Kurang Tepat

  …………………………. 31 Gambar 8. Tahap pertama IMD

  …………………………. 32 Gambar 9. Tahap kedua IMD

  …………………………. 33 Gambar 10. Tahap ketiga IMD

  …………………………. 33 Gambar 11. Tahap keempat IMD

  …………………………. 34 Gambar 12. Tahap kelima IMD

  …………………………. 34 Gambar 13. IMD pada Operasi Caesar

  …………………………. 39

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL………………………………………..……………………… i HALAMAN PENGESAHAN

  ……………………………………………………… ii KATA PENGANTAR

  ……………………………………….……………………… vi DAFTAR ISI

  …………………………………………………..…………………… vii DAFTAR GAMBAR

  …………………………………………..…………………… x DAFTAR

  TABEL……………………………………………..…………………… xi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………..……………………… xii ABSTRAK

  ………………………………………………………………………….xiii BAB

  I PENDAHULUAN…………………………………….……………………… 1

  A. Latar Belakang Masalah …………………………...……………................ 1

  B. Perumusan Masalah …………………………………..…………………… 4

  C. Tujuan Penelitian …………………………………..……………………… 4

  D. Manfaat Penelitian ………………………………..……………………… 4

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………..……………………… 6

  A. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan …………….………………………6

  1. Definisi Pengetahuan ………………………………………………… 6

  2. Tingkatan Pengetahuan ……………………….……………………… 6

  B. Tinjauan Umum tentang Air Susu Ibu (ASI) ………………….……….… 9

  1. Pengertian ASI ……………………………...……….………….…… 9

  2. Anatomi Payudara …………………………………………………… 9

  3. Fisiologi Laktasi …………………………….……………………….11

  4. Mekanisme ASI ……………………………...………………………14 5.

  Klasifikasi ASI……………………………....………………………16

  6. Manfaat Pemberian ASI ……………………..………………………17

  7. Cara menyusui yang benar …………………...………………………23

  8. Peranan Bidan Dalam Mendukung Pemberian ASI...............................................

  ……………………… 27

  C. Tinjauan Umum tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ………………… 28

  1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini …………….……………………. 28

  2. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepa t…………………………. 29

  3. Tahapan Inisiasi Menyusu Dini ……………….……………………. 32

  4. Tata Laksana Inisiasi Menyusu dini …………..……………………. 35

  5. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ……………….……………………. 42

  6. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGs …………….……………………. 53

  7. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini …………...……………………. 55

  8. Kebijakan The World Alliance for

  Breastfeeding Action (WABA) …………………..……………………. 59

  E. KERANGKA KONSEP ……………………….………………………… 76

  F. Dasar Penelitian Variabel Penelitian …………………………………… 77

  G. Skema Kerangka Konsep …………………………...…………………… 78

  H. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ……………………………… 79

  BAB III METODE PENELITIAN …………………………….…………………… 81

  A. Jenis Penelitian …………………………………………………………. 81

  B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………...…………………… 81

  C. Populasi dan Sampel …………………………………………………… 82

  D. Teknik Pengambilan Sampel ……………………...…………………… 82

  E. Metode Pengumpulan Data ………………………..…………………… 83

  F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ………………………………… 83

  G. Penyajian Data …………………………………….…………………… 84

  H. Etika Penelitian ………………………………………………………… 85

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………...…………………… 86

  A. Hasil Penelitian ………………………………………………………… 86

  B. Pembahasan ………………………………………..…………………… 93

  BAB V PENUTUP………………………………………………………………… 98 A. Kesimpula n………………………………………..…………………… 98 B. Saran

  ……………………………………………….…………………… 98 DAFTAR PUSTAKA………………………………………...…………………... 100 LAMPIRAN………………………………………………….…………………... 103

  DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil menurut Umur

  ………….. 87 Di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2011

  Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil menurut Agama ………….. 88

  Di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2011 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil menurut Pendidikan

  ………….. 89 Di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2011

  Tabel 4. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil menurut Pekerjaan ………….. 90

  Di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2011 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang

  ………….. 91 pengertian IMD di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2011 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang manfaat

  ………….. 91 dan tujuan IMD di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2011 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang

  ………….. 92 tata laksana IMD di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2011

  DAFTAR LAMPIRAN Halaman

  Lampiran 1. Lembar Kegi atan Konsul …………………………………………… 104 Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

  ……………………………………. 105 Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Kuesioner

  ……………………………………….. 106 Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Penelitian ……………………………………….. 111 Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data ……………………………………….. iii Lampiran 6. Master Tabel .……………………………………….. iii

DAFTAR SINGKATAN

  AKB : Angka Kematian Bayi ASI : Air Susu Ibu BBL : Bayi Baru Lahir BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

  IMD : Inisiasi Menyusu Dini MDGs : Millenium Development Goals SDKI : Survei Demokrasi dan Kesehatan Indonesia UNICEF : United Nation Childrens Fund WABA : World Alliance for Breastfeeding Action WBW : World Breastfeeding Week WHO : World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi

  peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan saraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (http://netsains.com).

  Pilar utama dalam proses menyusui adalah inisiasi menyusu dini (IMD). IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu. Jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah melahirkan. IMD sangat penting tidak hanya untuk bayi juga bagi si ibu (Yuliarti 2010, 26).

  Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam Negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah dua bulan, angka Kematian terjadi setiap tahun di seluruh dunia, yakni dengan jumlah sekitar 4.000.000 bayi. Departemen Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI) (http://www.kesrepro.info/node/430).

  Untuk di Sulawesi Selatan, Angka Kematian Bayi menunjukkan penurunan yang sangat tajam, yaitu dari 161 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 55 pada tahun 1996, lalu turun lagi menjadi 52 pada tahun 1998 kemudian pada tahun 2003 menjadi 48 (Susenas 2003).

  Ini berarti rata-rata penurunan AKB selama kurun waktu 1998

  • –2003 sekitar 4 poin. Namun, menurut hasil Surkesnas/Susenas 2002-2003, AKB di Sulawesi Selatan sebesar 47 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan hasil Susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulsel pada tahun 2005 sebesar 36 per 1.000 kelahiran hidup, dan hasil SDKI 2007 menunjukkan angka 41 per 1.000 kelahiran hidup. Fluktuasi ini bisa terjadi oleh karena perbedaan besar sampel yang diteliti, sementara itu data proyeksi yang dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa AKB di Sulsel pada tahun 2007 sebesar 27,52 per kelahiran hidup. Sementara laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bahwa jumlah kematian bayi pada tahun 2006 sebanyak 566 bayi, atau 4,32 per
ini jumlah kematian bayi turun menjadi 638 atau 4,39 per 1000 kelahiran hidup (Provil Dinas Kesehatan Prov.Sul-Sel).

  Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang merupakan instansi pelayanan kesehatan yang melayani pasien rujukan maupun pasien yang datang sendiri. Data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar tahun 2010 terdapat 2725 ibu yang melahirakan normal tahun 2010, dan jumlah kematian bayi sebanyak 20 per 1000 kelahiran bayi (Medical Record RSIA Siti Fatimah Makassar. 15 maret 2011). Penyebab kematian bayi dikarenakan beberapa faktor yaitu salah satunya berat badan rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah pemberian minuman. Masih banyak ibu yang belum mengerti tentang pemberian ASI Ekslusif dan pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini.

  Kematian Bayi Baru Lahir yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama, dapat dicegah jika bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama setelah kelahirannya. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan bayi akan terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa paling rentan dalam hidupnya.

  Pemberian ASI pada bayi oleh ibu menyusui wajib hukumnya sesuai ingin menyusui sempurna”. Makna secara luas dari firman Allah swt tersebut adalah, pada dasarnya ibu menyusui dapat memberikan ASI bagi bayinya sampai usia dua tahun tanpa harus mengalami ketakutan karena berkurangnya kandungan nutrisi atau anggapan bahwa menyusui dalam waktu lama akan merusak keindahan payudara ibu menyusui. Inisiasi menyusu dini sudah diterapkan di berbagai rumah sakit dan puskesmas yang ada di Makassar terutama RSIA Siti Fatimah. Namun masih banyak pula yang belum menerapkannya, karena masih kurangnya informasi tentang IMD terutama pada ibu hamil untuk persiapan dalam persalinannya. Namun perlunya peran serta petugas kesehatan dalam menerapkan program

  IMD dan membantu proses kelancaran penatalaksanaan IMD tersebut. Mengingat pentingnya IMD maka penulis terinspirasi untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini.

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalahnya adalah ”Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di RSIA Siti Fatimah Makassar

  ”.

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum

  2. Tujuan Khusus

  a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pengertian dan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini.

  b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang manfaat Inisiasi Menyusu Dini.

  c. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tata laksana Inisiasi Menyusu Dini.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoretis Diharapkan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini bertambah khususnya di RSIA Siti Fatimah Makassar.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang inisiasi menyusu dini yang didapat selama di bangku kuliah dan menerapkannya di masyarakat.

  b. Bagi petugas kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini dan dapat menerapkan praktik inisiasi menyusu dini

  Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan referensi penelitian selanjutnya didalam meningkatkan pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini.

  d. Bagi masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi secara umum pada masyarakat terutama pada ibu hamil untuk nantinya menerapkan inisiasi menyusu dini dan menjaga kelangsungan pemberian ASI ekslusif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

  1. Definisi Pengetahuan a.

  Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra, yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2005, 127-128).

  b. Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil dari tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what” misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo 2010, 1).

  2. Tingkat Pengetahuan

  Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni: a. Tahu (Know)

  Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

  b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

  d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  e. Sintesis (Shynthesis) Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo 2005, 29-30). Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh ilmu pengetahuan yaitu:

  a. Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan obyeknya, obyek ilmu pengetahuan dibagi menjadi obyek material dan obyek atau sudut penyelidikan. Obyek materialnya adalah manusia dan alam, sedangkan obyek formalnya obyek materialnya yang disoroti oleh suatu ilmu tertentu yaitu masalah khusus yang timbul daripada obyek material tadi.

  b. Metodik, artinya pengetahuan ilmiah itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan terkontrol. Cara-cara atau metode-metode pengetahuan antara lain metode observasi, metode induksi, metode perkembangan, metode situasi kasus metode introspeksi, metode ekstrospeksi, metode koesioner, metode klinis, metode uji coba, dan metode statistik.

  c. Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah tersusun dalam suatu sistem. Tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.

B. Tinjauan Umum tentang ASI

1. Pengertian ASI

  Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar

  mammae ibu, yang berguna sebagi makanan bagi bayinya. ASI dalam

  jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi selama 6 bulan pertama. Banyak hal yang menyebabkan ibu yang enggang menyusui diantaranya kurang memahami keutamaan ASI dibanding makanan pengganti ASI yang sering dikenal dengan PASI (Pengganti Air Susu Ibu) (Baskoro 2008, 1).

  2. Anatomi Payudara Gambar 1 Anatomi Payudara Sumber: Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Makanan Pendamping

  Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horisontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis, kelenjar susu berada diantara jaringan subkutan superfisialis dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor.

  Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbungan jaringan lemak (Kristiyanasari 2009, 1-2). Payudara disebut juga dengan glandula mammae. Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Dilihat dari luar payudara terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :

  a. Korpus (badan), yaitu bagian terbesar

  b. Areola, yaitu bagian tengah yang bewarna kehitaman c. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

  Dalam korpus mammae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel aciner, jaringan lemak sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobulus, kemudian beberapa lobulus

  Dari alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus lactiferous). Di bawah areola saluran saluran yang besar, melebar, disebut sinus laktiferus. Akhirnya semua memusat ke dalam putting dan bermuara ke luar (Suradi dan Kristina 2003, 1-2).

3. Fisiologi Laktasi

  Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Anton Baskoro 2008, 45).

  Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi, dengan terbentuknya hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi pada maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk produksi ASI disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin, dan sebagainya (Suradi dan Kristina 2003, 3). Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar (Kristiyanasari 2009, 6). Terdapat 2 refleks yang berperen sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu: a. Refleks Prolaktin

  Refleks ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada putting susu dan areola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hipofise melalui nervus vagus, terus ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk keperedaran darah dan sampai pada kelenjer-kelenjer pembuat ASI. Kelenjer ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI (Soetjiningsih 2002, 7).

  Gambar 2 Refleks Prolaktin b. Reflex Aliran (let down Refleks/Milk ejection reflex) Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut

  ”rooting reflex” (refleks menoleh). Bayi secara otomatis

  menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidah bayi. Efek hisapan bayi selain berpengaruh terhadap dihasilkannya hormon prolaktin oleh adenohipofise, berpengaruh pula terhadap hipofise posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel mioepitel ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dimana ASI akan disimpan. Pada saat bayi mengisap, ASI dalam sinus tertekan keluar kemulut bayi. Proses ini disebut refleks let down atau pelepasan ASI dan membuat ASI tersedia buat bayi. Let down refleks mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami gangguan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down refleks (Soetjiningsih 2002, 8)

  Gambar 3 Let Down Refleks Sumber : ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan 4. Mekanisme menyusui

  Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk memperoleh ASI adalah sebagai berikut.

  a. Refleks mencari (Rooting reflex): refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan puting susu apabila ia diletakkan di pipi sang bayi.

  b. Refleks mengisap (Sucking reflex): yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau pengganti puting susu samapai kelangit keras dan punggung lidah. Refleks ini melibatkan rahang, lidah, dan pipi. c. Refleks menelan (Swallowing reflex): yaitu gerakan pipi dan gusi dalm menekan areola sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi (Sitti Saleha 2009, 15-17). Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum dari botol, karena dot karetnya panjang dan tidak boleh diregangkan maka bayi yidak perlu mengisap kuat. Bila bayi telah biasa minum dari botol atau dot akan timbul kesulitan bila bayi menyusu pada ibu, karena ia mengisap payudara seperti halnya mengisap dot. Terjadilah bingung puting. Pada keadaan ini ibu dan bayi perlu bantuan untuk belajar menyusui dengan baik dan benar.

  Menyusui yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi (on

  demand) , karena secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya

  sendiri. Semakin sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi lebih banyak. Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi kembar, dengan daya hisapnya maka payudara akan memproduksi ASI lebih banyak, karena semakin kuat daya isapnya, semakin banyak ASI yang diproduksi (Suradi dan Kristina 2003, 4-5).

5. Klasifikasi ASI

  ASI diklasifikasikan menjadi tiga stadium, yaitu sebagai berikut :

  a. ASI Stadium I ( Kolostrum ) Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh lebih kuning dibanding ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel

  • – sel epitel, dengan khasiat kolostrum adalah sebagai berikut:

  1. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

  2. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gamma globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.

  3. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan

  b. ASI Stadium II ( ASI Transisi atau Peralihan ) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. Diseksresi dari hari keempat sampai hari ke sepuluh dari masa laktasi.

  c. ASI Stadium III ( ASI matur ) Merupakan ASI yang disekresi pada hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuiakan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan mulai dikenalkan makanan penamping selain ASI (Ambarwati dkk. 2009, 13).

6. Manfaat Pemberian ASI

  Memberikan ASI sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu maksimal sampai berusia 2 tahun. Adapun manfaat pemberian ASI adalah:

  a. Bagi Bayi 1) Dapat membantu memulai kehidupan dengan baik.

  Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. 2) Mengandung antibodi.

  Apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu membentuk antibodi dan akan disalurkan dengan bantuan limfosit. Antibodi di payudara disebut Mammae Immunocompetent Lymphoid Tissue (MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang di transfer disebut Bronchus associated Immunocompetent Tissue (BALT) dan untuk penyakit saluran pencernaan ditransfer melalui Gut Immunocompetent Lymphoid Tissue (GALT).

  3) ASI mengandung komposisi yang tepat.

  ASI merupakan bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

  Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur akan menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. 5) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi.

  Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik. 6) Terhindar dari alergi.

  Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi. 7) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.

  Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI ekslusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih

  8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

  Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu dengan botol atau dot.

  b. Bagi Ibu 1) Aspek kontrasepsi

  Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

  Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selam 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.

  2) Aspek kesehatan ibu Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya prdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara ekslusif. Penelitian membuktikan ibu yang memberikan ASI ekslusif memiliki resiko kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding yang tidak menyusi secara ekslusif. 3) Aspek penundaan berat badan.

  Ibu yang menyusui ekslusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga memang disiapkan sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.

  4) Aspek psikologis Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia (Kristiyanasari 2009, 15- 19).

  c. Bagi Keluarga

  ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga disebabkan oleh karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat. 2) Aspek psikologis

  Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasan kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga. 3) Aspek kemudahan Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus selalu dibersihkan. Tidak perlu minta pertolongan orang lain.

  d. Bagi Negara 1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.

  Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dengan ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penellitian epidemologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi misalnya diare dan infeksi saluran pernapasan bagian bawah.

  Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.