Evaluasi Keberhasilan Inseminasi Buatan di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

EVALUASI KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN DI

KECAMATAN TOMBOLOPAO KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

Sarjana Peternakan (S.Pt) pada Jurusan Ilmu Peternakan

  

Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar

Oleh

RISAL ARISANDI

  

60700112016

JURUSAN ILMU PETERNAKAAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

  

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN

MAKASSAR

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Makassar, Agustus 2017 Penyusun,

  Risal Arisandi 607001110016

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan skripsi yang berjudul

  “Evaluasi Kebehasilan Inseminasi Buatan Di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa yang diajukan sebagai salah satu syarat mencapai gelar

  Sarjana Ilmu Peternakan (S.Pt) pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, beserta sahabat-sahabatnya dan kepada pengikut setianya Insya Allah. Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah memberi dukungan, doa, semangat, perjalanan dan pengalaman berharga pada penulis sejak penulis menginjak bangku perkuliahan hingga proses penyusunan skripsi.Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Bapak Prof. Dr. H.Musyafir Pabbabari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  2. Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  3. Bapak Dr.Ir.Muh Basir S. Paly, M.Si.sebagai ketua Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin

  4. Bapak Dr.Ir.Muh Basir S. Paly, M.Si.selaku Dosen Pembimbing pertama, dan Bapak Ir.Junaedi M.Si.selaku Dosen Pembimbing kedua, atas bimbingan dan mengarahkan penulis mulai dari penyusunan proposal sampai penyelesaian skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Peternakan atas bimbingan dalam kegiatan perkuliahan, baik dalam tatap muka maupun arahan-arahan diluar perkuliahan.

  6. Bapak Dr.Ir.Andi Suarda, M.Si, Irmawaty S.Pt, M.P. Dan Dr. Muh.

  Thahir Malloko,M.HI. selaku penguji yang telah memberikan saran dan

  kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan penulisan dan penyusunan skripsi ini.

  7. Rekan dan sahabat tercinta: “Amar Musdar, Syamsul Alam S.Pt, Sabran

  S.Pt, Dan Ilyas S.Pt” yang tidak pernah berhenti mengiringi do’a, motivasi,

  serta canda tawa sehingga dalam kondisi apapun tetap mampu percaya diri dalam penyelesaian skripsi ini.

  8. Rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar: Hasrin, Asrul, Riswandi, Suhaebar

  Muhammad, Haidir Gassing, Wawan Surwantoudding, Saparuddin, Muhammad Nur.

  Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis peruntukkan untuk kedua orang tua penulis, Ibunda tercinta Hafsah dan Ayahanda Tercinta Nasir serta saudara tercinta (Nuryanti Purnamasari) kepada penulis sampai terselesaikannya skripsi ini. Semoga apa yang kalian berikan mendapat Hidayah dari-Nya Amin.

  Penulis berharap adanya masukan dan saran yang positif demi perbaiakan skripsi ini.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan menambah ilmu pengetahuan tentang peternakan khususnya masalah Produktivitas Sapi Hasil Inseminasi Buatan.Semoga segala bantuan dan bimbingan semua pihak dalam penyusunan skripsi ini mendapat imbalan dari Allah SWT.Amin.

  Wassalamu Alaikum Wr. Wb Makassar, Agustus 2017 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………..i HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii ABSTRAK .......................................................................................................... xiii ABSTRACT ........................................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................

  …1 A. Latar Belakang ....................................................................................... …1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. …4 C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian……………………………..…..……….5 D.

  Definisi Operasional Variabel ................................................................. …5 E. Penelitian Terdahulu………………………………………………………6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

  …9 A. Tinjauan Islam Tentang Ternak IB ......................................................... …9 B. Kajian Teoritis…………………………………………………..………..13 C. Potensi Pengembangan Inseminasi Buatan………………………………17 D.

  Inseminasi Buatan………………………………………………………..20 E. Parameter Keberhasilan Inseminasi Buatan……………………..….........33 F. Kerangka Fikir…………………………………………………….……..36

  A.

  Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………….…......39 B. Populasi Dan Sampel.............................................................................…39 C. Variabel yang Diamati…………………………………………….......…40 D.

  Jenis Dan Pengumpulan Data……………………………….………..….41 E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….……...41 F. Teknik Analisis Data……………………………………………..……...42

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... ..44 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………………….44 B. Karakteristik Responden Kecamatan Tombolopao……………………...45 C. Karakteristik Inseminator…………………………………………..….…48 D. Keberhasilan Inseminasi Buatan…………………………………...….....49 E. Hasil Evaluasi Hubungan Populasi dengan Tingkat Keberhasilan…..…..54 BAB V PENUTUP ............................................................................................. ..58 A. Kesimpulan ............................................................................................. ..58 B. Saran ........................................................................................................ ..58 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... ..60 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR TABEL

  Halaman 1. Karakteristik Responden Kecamatan Tombolopao .......................................... 46 2.

  Keberhasilan Inseminasi Buatan Kecamatan Tombolopao.............................. 50 3. Hasil Evaluasi Keberhasilan Inseminasi Buatan .............................................. 54

  

ABSTRAK

Nama : Risal Arisandi NIM : 60700112016 Jurusan : Ilmu Peternakan Judul : Evaluasi Keberhasilan Inseminasi Buatan Di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa

  Inseminasi Buatan adalah pemasukan atau penyimpanan semen ke dalam saluran kelamin betina dengan bantuan alat manusia, jadi bukan secara alam. Dalam praktek prosuder IB tidak hanya meliputi deposisi atau penyimpanan semen ke dalam saluran kelamin betina,.

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017. Lokasi penelitian bertempat di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa banyak peningkatan hasil

  Inseminasi Buatan. Metode penelitian dilakukan dengan cara wawancara dengan para peternak, dan data yang diporoleh dianalisis dengan Rumus SPPS.

  Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh peningkatan inseminasi sudah sangat meningkat dikalangan para peternak yang menggunakan

  IB dibandingkan dengan kawin alami. Kata kunci: Inseminasi Buatan

  

ABSTRACT

Nama : Risal Arisandi NIM : 60700112016 Jurusan : Ilmu Peternakan Judul : Evaluation of Successful Artificial Insemination In District Tombolo Pao Gowa District

  Artificial Insemination is the introduction or storage of semen into the female genital tract with the aid of a human tool, not natural. In practice the IB prosudes not only include deposition or storage of semen into the female genital tract.

  This research was conducted from March to April 2017. The research location is located in Tombolo Pao District, Gowa Regency. This study aims to see how much improvement the results of Artificial

  Insemination. The research method was conducted by interviewing the farmers, and the data obtained were analyzed by SPPS Formula.

  Based on the results of the analysis showed that the effect of increased insemination has greatly increased among the farmers who use IB compared with natural mating. Keywords: Use of Artificial Insemination To Increase Cattle Productivity.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sub-sektor peternakan di Indonesia perlu untuk

  ditingkatkan, hal ini mengingat permintaan akan produk peternakan di Indonesia pada umumnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi masyarakat, akan tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan populasi ternak. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha peningkatan produksi dan populasi ternak sapi potong.

  Salah satu yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi daging dan anak sapi atau pedet adalah dengan meningkatkan jumlah pemilikan sapi dan mutu genetik ternak. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menerapkan inseminasi buatan (IB) pada sapi potong, karena semen yang digunakan terhadap IB berasal dari sapi jantan yang genetiknya baik dan angka service per conception (S/C) yang rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan kawin alam.Inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik adalah upaya memasukkan semen/mani ke dalam saluran reproduksi hewan betina yang sedang birahi denganbantuan inseminator agar hewan dapat bunting. Dari definisi ini inseminator berperan sangat besar dalam keberhasilan pelaksanaan IB. Keahlian dan keterampilan inseminator dalam akurasi pengenalan birahi, sanitasi alat, penanganan (handling) semen beku, pencairan kembali (thawing) yang benar, serta kemampuan melakukan IB akan

  Pengembangan usaha sapi potong seperti peningkatan kelahiran pedet melalui program IB, penekanan tingkat kematian, pencegahan dan pemberantasan penyakit serta pengobatan dan ketrampilan khusus harus dimiliki oleh peternak di pedesaan. Kabupaten Gowa sebagai salahsatu daerah sumber ternak di Kecamatan Tombolopao dan sebagai daerah penyangga pangan khususnya daging sapi menyediakan jasa atau layanan antara lain penyediaan pasar hewan, pelayanan kesehatan hewan dan pelayanan inseminasi buatan (IB).

  Optimalisasi program IB lebih digalakkan karena program ini memberikan nilai tambah cukup besar bagi sumber pendapatan asli daerah dan bagi peternak berupa meningkatnya populasi dan produktivitas ternak, mempercepat jarak kelahiran ternak, memperoleh keturunan jenis ternak yang unggul sehingga meningkatkan kesejahteraan. Perkawinan dengan cara IB merupakan salah satu alat ampuh yang diciptakan manusia untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak baik secara kualitatip maupun kuantitatip (Toelihere, 1981).

  IB adalah usaha manusia memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus. IB dikatakan berhasil bila sapi induk yang dilakukan IB menjadi bunting. Masa bunting/periode kebuntingan sapi (gestation period) yaitu jangka waktu sejak terjadi pembuahan sperma terhadap sel telur sampai anak dilahirkan. Menurut Toelihere (1981) periode kebuntingan sapi berkisar 280 sampai dengan 285 hari. Setelah melahirkan disebut masa kosong sampai sapi yang bersangkutan bunting pada periode berikutnya. Program IB di Kabupaten Gowa mempunyai tujuan antara unggul yang mempunyai mutu genetik tinggi seperti jenis Simmental, Limousine, Brangus, Brahman dan Peranakan Ongole (PO), meningkatkan produktivitas ternak yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata pertambahan bobot badan harian, meningkatnya harga jual pedet dan meningkatnya bobot badan akhir setelah dewasa serta meningkatkan pendapatan peternak dari hasil penjualan ternak sapi hasil IB.

  Pada dasarnya, kesuksesan suatu program IBtergantung kualitas semen yang digunakan, ketepatanpenempatan spermatozoa pada lokasi yang tepat disaluran reproduksi betina dan pada waktu yang tepatpula, sehingga spermatozoa yang berkualitas baik dapatbertemu dengan sel telur untuk terjadinya pembuahan.Upaya yang dilakukan agar penempatan semen disaluran reproduksi betina dapat dilakukan secara tepatwaktu adalah dengan melaksanakan programsinkronisasi berahi

  Penerapan teknologi inseminasi buatan (IB) di Indonesia sendiri sudah semakin meningkat dan sudah menyebar di berbagai propinsi di Indonesia.

  Khususnya propinsi Sulawesi Selatan aplikasi penggunaan Inseminasi Buatan (IB) mengalami peningkatan yang cukup baik. Terbukti, tingkat keberhasilan IB mencapai 40% secara menyeluruh.Namun, beberapa Kabupaten Seperti Kab.

  Gowa, Enrekang (sapi perah), Bone, Bulukumba, dan Sidrap, keberhasilannya telah mencapai angka 50%. Namun presentase keberhasilan IB ini masih terbilang rendah.Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), Menyatakan bahwa tingkat keberhasilan IB pada sapi di Negara maju dianggap baik bila mencapai

  Selatan yang menerapkan aplikasi teknologi inseminasi buatan (IB).Perkembangan sapi atau hasil Inseminasi Buatan di Kecamatan Tombolopao sudah sangat tinggi yang menunjukkan semakin meningkatnya hasil ternak tersebut maka dari itu perlu adanya pengevaluasian hasil IB, agar dapat mengetahui berapa persen jumlah sapi yang berhasil di IB dalam setahun.

  Kecamatan Tombolopao merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa yang memiliki jumlah populasi ternak sapi dari tahun 2012 sebanyak 12.248, dan meningkat menjadi 12.575 pada tahun 2013, dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 12.801, pada tahun selanjutnya populasi sapi mengalami peningkatan kembali sebanyak 12.864 pada tahun 2015.

  Jadi jumlah keseluruhan populasi sapi yang ada di Kecamatan Tombolopao mencapai 50.488 ekor. Hal ini yang menarik peneliti ingin mengevaluasi peningkatan populasi sapi di Kecamatan Tombolopao dan ingin mengetahui berapa persen peningkatan sapi tiap tahunya (Herawati, T. 2012).

  B.

   Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat keberhasilan inseminasi buatan pada sapi yang terdapat di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa?

  C.

   Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan inseminasi buatan di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa

  D.

   Definisi Operasional Variabel 1.

  Populasi sapi Inseminasi Buatan dalam penelitian ini adalah jumlah sapi hasil IB yang berada dalam wilayah Kecamatan Tombolopoa Kabupaten Gowa.

  2. Tingkat keberhasilan IB merupakan parameter yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur guna mengevaluasi efesiensi reproduksi ternak betina

  3. Inseminasi Buatan adalah memasukkanmani/semen kedalam organ reproduksi betina sehat dengan menggunakan alat inseminasi agar ternak tersebut menjadi bunting.

  4. Birahi/estrus adalah suatu kondisi dimana sapi betina siap atau bersedia dikawini oleh pejantan.

  5. Semen adalah mani yang berasal dari pejantan unggul, digunakan untuk inseminasi buatan.

  6. Semen Beku sapi adalah semen yang berasal dari pejantan sapi terpilih yang diencerkan sesuai prosedur dan dibekukan pada suhu minus 196° C.

  7. Akseptor adalah ternak betina produktif yang dimanfaatkan untuk inseminasi buatan.

  8. Peternak adalah orang yang memelihara ternak sapi yang di IB dan diukur berdasarkan alokasi waktu peternak terhadap sapi, tingkat pendapatan peternak dari hasil ternak sapi, luas lahan yang dimiliki, dan jumlah ternak

  9. Inseminator adalah petugas yang telah dididik dan lulus dalam latihan keterampilan khusus untuk melakukan inseminasi buatan serta memiliki Surat Izin Melakukan Inseminasi (SIMI) 10. Service per Conceptionmerupakan jumlah pelayanan inseminasi (service) yang dibutuhkan oleh seekor betina sampai terjadinya kebuntingan atau konsepsi.

  11. Conception Rate merupakan prosentase sapi betina yang bunting pada inseminasi pertama, dan dapat dipakai sebagai alat ukur tingkat kesuburan ternak.

  E.

   Penelitian Terdahulu Angga ( 2013). Perbandingan Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan

pada Sapi Madura dan Sapi Madrasin (Madura-Limousin) di Kecamatan Geger

  Kabupaten Bangkalan.

  Telah dilakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan pada Sapi Madura dan Sapi Madrasin (Madura-

  Limousin) di Kecamatan Geger Kabupaten Bangkalan”Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan tingkat keberhasilan IB pada sapi Madura dan sapi Madrasin dengan mengetahui parameter Service per conception (S/C), Conception rate (CR), dan Non return rate (NRR). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 124 ekor sapi Madura dan 124 ekor sapi Madrasin.

  Sampel didapat dari beberapa akseptor IB dan Inseminator di kecamatan Geger, kabupaten Bangkalan. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan Chi-Square (χ2) pada kedua jenis sapi tersebut terhadap S/C, CR dan NRR(30-60).

  Koibur, J.F (2005). Evaluasi Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan

Program Inseminasi Buatan pada Sapi Bali di Kabupaten Jayapura. Telah

  dilakukan penelitian dengan judu l “Evaluasi Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan pada Sapi Bali di Kabupaten Jayapura” Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) pada temak sapi Bali di Kabupaten Jayapura. Obyek pada penelitian ini adalah ekor sapi di Kecamatan Nimbokrang dan 50 ekor sapi di Kecamafan Skanto. Jumlah sapi tepilih merupakan dari l0% populasi temak sapi peserta IB, pada 30 peternakan peserta program IB untuk setiap kecamatan. Penelitian ini merupakan studi kasus ternak sapi Bali beserta program IB. Data yang dihimpun dianalisis secara deskriptif tabulasi. Hasil peneliiian menunjukkan berturut-turut nilai, Service per Conception (S/C), Conception Rate (CR), dan angka kelahiran temak sapi Bali di Kabupaten Jayapura sebesar 1,74;76,73% dan 73,5%. Hasil ini dapit dikatakan baik karena telah memenuhi standar nasional. Terdapat hubungan yang signifikan antara S/C, C.R, dan Calving rate

  Umam K., Kusrini N., Kurniati D (2012). Hubungan antara Karakteristik

dengan Persepsi Peternak Terhadap Inseminasi Buatan aada Sapi Potong

Kelurahan Tuan-Tuan Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang . Telah

  Hubungan antara Karakteristik dengan

  dilakukan penelitian dengan judul “

  

Persepsi Peternak Terhadap Inseminasi Buatan pada Sapi Potong Kelurahan Tuan-

  Penelitian ini bertujuan Tuan Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang”. untuk menganalisis persepsi peternak sapi potong terhadap inseminasi buatan, Metodeanalisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan skala likert dan Korelasi Rank Spearman dari karakteristik dengan persepsi peternak. Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana dengan jumlah responden yang diambil sebanyak 33 orang peternak yang menggunakan

  IB. Data primer diperoleh melalui teknik wawancara berdasarkan kuesioner, dan data sekunder diperoleh dari kantor desa, kantor kecamatan dan instansi terkait.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) persepsi peternak terhadap inseminasibuatan termasuk kategori baik (87,88%); (2) terdapat hubungan yang cukup erat,signifikan dan searah antara umur dengan persepsi peternak terhadap inseminasi buatandengan rs = 0,352. Terdapat hubungan yang sangat lemah, tidak singnifikan dan searahantara pendidikan formal (rs = 0,099), pengalaman beternak (rs = 0,098) dengan persepsipeternak terhadap IB. sedangkan anggota keluarga memiliki hubungan yang sangatlemah, tidak signifikan dan tidak searah dengan persepsi peternak terhadap IB (rs = -0,157).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Islam Tentang Ternak IB Inseminasi Buatan adalah pemasukan atau penyimpanan semen ke dalam saluran kelamin betina dengan bantuan alat manusia, jadi bukan secara alam. Dalam praktek prosuder IB tidak hanya meliputi deposisi atau penyimpanan

  semen ke dalam saluran kelamin betina, tetapi juga tidak dengan mencakup seleksi dengan memelihara pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengankutan semen, inseminasi, pencatatan dan juga penentuan hasil inseminasi pada hewan betina, bimbingan dan penyuluhan pada ternak (Syaifullah dan Bakar, 2013).

  Untuk mengetahui efisiensi reproduksi maksimal pada kelompok sapi, setiap ekor sapi harus berkembang biak menurut frekuensi sesuai dengan ukuran ekonomi dan sapi ini harus dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama selama hidupnya supaya sapi tersebut dapat menutup biaya untuk membesarkan anaknya sampai mencapai umur dapat berkembang biak, sehingga diharapkan peternak dapat menentukan dan memilih ternak yang cocok untuk dipelihara.

  Inseminasi buatan merupakan suatu teknologi reproduksi yang digunakan untuk meningkatkan populasi ternak dengan cara memasukkan sperma /mani ke dalam organ reproduksi dengan tujuan menghasilkan individu baru. Pencitaan

  



 Terjemahanya; “

Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami

jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu segumpal daging itu kami jadikan dia mahlukyang (berbentuk) lain. Maka maha suci Allah, pencipta yang paling baik

  ” (Kementrian Agama, RI:2012). Didalam

  “Tafsir Ibnu Katsir” menjelaskan bahwa Alah swt menciptakan hewan dari setetes sperma yang kemudian terjadi pembentukan individu baru.

  Dalam proses pembentukan individu dalam servix, sperma berproses menjadi segumpal daging yang belum menampakkan sutu bentuk ataupun lekuk. Setelah itu segumpal daging berproses menjadi sel tulang pada awal ini ternak dalam servix sudah berkepala, berkaki, sekalipun di lengkapi tulang, otot, dan urat. Pada tahap ini di jelaskan munculnya zat pelindung, zat perekat, dan zat penguat bagi tubuh dalam servix. Setelah itu, maka barulah calon ternak menanpakkan bentuknya dengan anatomi yang rumit dan bentuk tubuh yang relative pantas sebagai bentuk hewan atau ternak. Mahakebesaran Allah, Pencipta yang paling baik (al Mu- Mubarakfuri, 2010).

  Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah swt menciptakan hewan atau ternak dari setetes sperma dan kembali berproses dalam organ dan membentuk individu baru, proses perkembangbiakan ternak tidak jauh beda dengan proses perkembangbiakan manusia. Reproduksii hewan terdapat beberapa kesulitan tertentu dalam prosesnya, sehingga dapat menerunkan efesiensi reproduksi. Oleh karena, muncullah suatu teknologi baru yang merupakan hasil rekayasa proses reproduksi sehingga sama dengan proses alaminya. Teknologi ini merupakan teknologi insseminasi buatan yang bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia dalam meningkatkan efisiensi reproduksi, meningkatkan mutu genetic dan populasi ternak secara teratur dan cepat menggunakan alat khusus.

  Teknologi inseminasi buatan IB merupakan salah satu teknologi reproduksi yang mampu dan telah berhasil untuk meningkatkan perbaikan mutu genetik ternak, sehingga dalam waktu pendek dapat menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan memanfaatkan pejantan unggul (Susilawati, 2011).

  Inseminasi Buatan pertama kali di perkenalkan di indonesia oleh Prof. B. Seit dari Denmark di Fakultas Kedokteran Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Penggunaan teknologi IB dengan menggunakan semen beku telah dilakukan di indonesia sejak tahun 1972 dan indonesia telah memproduksi semen beku sejak 1976. Pusat produksi semen beku di Indonesia Lembang ( Jawa Barat ) dan singosari ( Jawa Timur ) ( Feradis, 2010). Dengan adanya semen beku inilah perkembangan IB mulai maju dengan pesat, sehingga hampir menjangkau seluruh Provinsi di Indonesia (Sugoro, 2009).

  Program IB mempunyai peran yang sangat strategis dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas bibit. Dalam rangka meningkatkan produksi dan produktifitas ternak, teknologi IB adalah salah satu upaya penyebaran bibit unggul yang memiliki nilai praktis dan ekonomis yang dapat dilakukan dengan memberikan nilai tambah dalam pengembangan usaha peternakan ( Merthajiwa, 2011).

  Sebelum melakukan inseminasi buatan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan mengenai kesehatan ternak secara umum dan kondisi alat kelamin betina. Sapi yang akan di inseminasi tidak dalam keadaan bunting, karena sapi bunting juga sering mengalami gejala gejala birahi, sapi yang menderita gejala ( minta kawin terus menerus ) juga harus menjadi perhatian. Pemeriksaan dilakukan secara umum saja yaitu dengan melihat (infeksi) dan menyentuh (palpasi) (Faradis,2010).

  Prosedur inseminasi buatan pada sapi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  1. Sebelum melakukan prosedur insiminasi buatan (IB), semen di cairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkan dalam air hangat atau meletakkanya dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37 ℃ selama 7-18 detik.

  2. Setelah semen di thawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue. Kemudian straw dimasukkan dalam gun dan ujung yang mencuat di potong dengan menggunakan gunting bersih. Setelah plastic sheat dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw

  3. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit dengan ekor di ikat.

  4. Petugas inseminasi buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektrum, hingga dapat menjangkau dan memengang leher rahim (servix), apa bila dalam rektrum banyak kotoran harus di keluarkan terlebih dahulu.

  5. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang biasa di sebut posisi ke empat. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka gun dari uterus dan servix dapat dikeluarkan dengan perlahan lahan (Feradis,2010).

  B.

   Kajian Teoritis Kusdianawati (2012), Analisis Tingkat Kepuasan Peternak hasil

inseminasi buatan Terhadap, peningkatan ternak di Kecamatan Ketapang

Kabupaten Benua. Sapi Inseminasi Buatan merupakan salah satu ternak

  penghasil daging di Indonesia, akan tetapi produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah. Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005)

  Ternak sapi potong mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan peternakan dalam mengembangkan misi peternakan yaitu berupa, sumber pangan hewani asal ternak, sumber pendapatan masyarakat terutama

  a petani ternak, dan menciptakan lapangan kerja (Feradis, 2010 ).

  Menurut Feradis (2011), bangsa sapi mempunyai klasifikasi taxonomi Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Artiodactyla Sub ordo : Ruminantia Famili : Bovidae Genus : Bos (cattle) Spesies : Bos taurus (sapi Eropa), Bos indicus (sapi India/sapi zebu) dan

  Bos sondaicus (banteng/sapi Bali)

  Sapi-sapi yang tergolong dalam inseminasi buatan IB adalah Sapi Brahman, Sapi Ongole, Sapi Sumba Ongole (SO), Sapi Hereford, Sapi Shorthorn, Sapi Brangus, Sapi Aberden Angus, Sapi Santa Gartudis, Sapi Droughtmaster, Sapi Australian Commercial Cross, Sapi Sahiwal Cross, Sapi Limosin, Sapi Simmental, Sapi Peranakan Ongole (Feradis, 2010).

1. Sapi Ongole

  Sapi Ongole memiliki cici-ciri berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik.

  Jenis sapi ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut produksinya lebih rendah (Sugeng, 2003). Menurut Hardjosubroto(1994), umur pertama kali kawin sapi ini rata-rata adalah 27,72 bulan. Sapi Peranakan Ongole nilai S/C 1,28, dan nilai Conception Rate (CR) 75,34 %.

  2. Sapi Limousin Sapi ini berasal dari Perancis dan merupakan tipe sapi potong ciri yang dimilki sapi ini adalah warna bulu merah cokelat, tetapi pada sekeliling mata dan kaki mulai dari lutut ke bawah berwarna agak terang ukuran tubuh besar dan panjang, pertumbuhan bagus. Tanduk pada jantan tumbuh keluar dan agak melengkung.berat badan sapi betina 650 kg, dan jantan 850 kg (Sugeng, 2003). Menurut Nuryadi dan Sri (2010) sapi Peranakan Limousin nilai S/C 1,34 dan nilai Conception Rate (CR) 66%.

  3. Sapi Simental Sapi Simmentaladalah bangsa Bos Taurus (Siregar, 1999), berasal dari daerah Simmedi negara Switzerland tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika, merupakan tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), dibagian muka dan lutut kebawah serta ujung ekor berwarna putih, sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kgsedang betina dewasanya 800 kg. Bentuk tubuhnya kekar dan berotot, sapi jenis ini sangat cocok dipelihara di tempat yang beriklim sedang. Persentase karkas sapi jenis ini tinggi, mengandung sedikit lemak. Dapat difungsikan sebagai sapi perah dan potong.

  Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rateyang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.

  4. Sapi Brahman Bangsa sapi Brahman dikembangkan di Amerika Serikatdengan mencampurkan darah 3 bangsa sapi India yaitu bangsa-bangsa Gir, Guzerat, dan

  Nellor. Sapi Brahman merupakan bangsa sapi ukuran medium, pedetnya juga berukuran berat medium, namun berat sapih umumnya termasuk ringan. Sapi ini bertanduk dan warnanya bervariasi mulai dari abu-abu muda, totol-totol sampai hitam. Terdapat punuk pada punggung dibelakang kepala, yang merupakan kelanjutan dari otot-otot pundak, dengan telinga yang berpedulous panjang, serta adanya pendulous yang longgar sepanjang leher. Sapi Brahman mempunyai sifat- sifat yang hanya dipunyai oleh beberapa bangsa sapi tertentu, yaitu ketahanannya terhadap kondisi tatalaksana yang sangat minimal, toleransi terhadappanas, kemampuan untuk mengasuh anak, dan daya tahan terhadap kondisi lingkingan yang jelek. Oleh karena itu, sapi ini banyak digunakan untuk persilangan dengan sapi-sapi lainnya. Berat badan sapi betina mencapai 500 kg dan sapi jantan 600 kg (Blakely dan Bade, 1992).

  5. Sapi Brangus Sapi Brangus merupakan hasil persilangan antara Brahman dan Aberdeen

  Angus dan merupakan tipe sapi potong. Ciri-ciri yang dimiliki sapi ini adalah bulunya halus dan pada umumnya berwarna hitam atau merah. Sapi ini juga bertanduk, bergelambir, dan bertelinga kecil. Sapi ini juga berpunuk, tetapi kecil. Berat sapi betina mencapai 900 kg, dan jantan 1.100 kg (Sugeng, 2003).

  C.

   Potensi Pengembangan Insiminasi Buatan

  Usaha pengembangan inseminasi buatan tidak terlepas dari usaha ternak rakyat. Dirjen Peternakan (1998) melaporkan bahwa potensi dasar pengembangan peternakan Ruminansia di Indonesia hingga saat ini dan kemungkinan di masa mendatang berasal dari peternakan rakyat (skala usaha kecil). Hal ini ditegaskan lagi dengan laporan Dwi Yanto (2002) yang menyatakan bahwa 99% produksi sapi bakalan dalam negeri dilakukan oleh peternakan rakyat.

  Sektor pertanian secara nasional masih merupakan faktor yang signifikan untuk meningkatkan kesejatraan masyarakat, karena mayoritas penduduk masih memperoleh pendapatan utamanya di sektor ini. Peternakan merupakan salah satu sub-sektor yang terkandung didalamnya, memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara ini.

  Upaya pengembangan inseminasi buatan telah lama dilakukan oleh pemerintah. Nasoetion dalam Winarso dkk. (2005) menyatakan bahwa dalam upaya pengembangan inseminasi buatan, pemerintah menempuh dua kebijakan, yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi. Pengembangan inseminasi buatan secara ekstensifikasi menitikberatkan pada peningkatan populasi ternak yang didukung oleh pengadaan dan peningkatan mutu bibit, penanggulangan penyakit, penyuluhan dan pembinaan usaha, bantuan perkreditan, pengadaan dan dan pembinaan terhadap petani-peternak dilakukan untuk mengubah cara beternak dari pola tradisional menjadi usaha ternak komersial dengan menerapkan cara- cara zooteknik yang baik. Zooteknik tersebut termasuk saptausaha beternak sapi, yang meliputipenggunaan bibit unggul, perkandangan yang sehat, penyediaan dan pemberian pakan yang cukup nutrien, pengendalian terhadap penyakit, pengelolaan reproduksi, pengelolaan pascapanen, dan pemasaran hasil yang baik.

  Berbagai kebijakan dan program yang terkait dengan pengembangan usaha ternak inseminasi buatan telah diluncurkan dan diimplementasikan, baik secara nasional maupun di tingkat daerah. Dalam implementasinya, program dan kebijakan tersebut masih belum mampu mengatasi kesenjangan antara permintaan dan penawaran. Menurut Ilham dkk. (2001), hal ini disebabkan oleh :

1) Belum semua program yang dilakukan pemerintah sampai pada peternak.

  Seandainyapun sampai, peternak tidak mengaplikasikannya, Keberhasilan penerapan teknologi peternakan belum merata 2)

  Pengembangan usaha peternakan masih belum menjadi prioritas utama pemerintah, sehingga dana program untuk sub sektor peternakan masih relatif kecil dibandingkan dengan sub sektor lainya

  3) Kebijakan intensifikasi pada lahan sawah mengurangi penggunaan tenaga kerja ternak, sehingga banyak petani tidak lagi mengusahakan ternak sapi

  4) Masih banyak ternak sapi yang dipelihara secara ekstensif, sehingga menyulitkan dalam pengendalian penyakit dan terjadinya penurunan genetik akibat inbreeding

  Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor peternakan adalah upaya ntuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada akhirnya, upaya ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa (Santosa, 1997).

  Dalam rangka menghadapi swasembada daging sapi diperlukan peningkatan populasi sapi, secara nasional dengan cara peningkatan jumlah kelahiran pedet dan calon induk sapi dalam jumlah besar. Untuk mendukung peningkatan populasi tersebut terutama pada usaha peternakan rakyat diperlukan suatu teknologi tepat guna spesifik lokasi sesuai dengan kondisi agroekosistem dan kebutuhan pengguna yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Affandi, dkk., 2007).

  Alasan pentingnya peningkatan populasi inseminasi buatan dalam upaya mencapai swasembada daging antara lain adalah: 1)

  Subsektor peternakan berpotensi sebagai sumber pertumbuhan baru pada sektor pertanian 2)

  Rumah tangga yang terlibat langsung dalam usaha peternakan terus bertambah 3)

  Tersebarnya sentra produksi sapi di berbagai daerah, sedangkan sentra konsumsi terpusat di perkotaan sehingga mampu menggerakkan perekonomian regional

  4) Mendukung upaya ketahanan pangan, baik sebagai penyedia bahan pangan maupun sebagai sumber pendapatan yang keduanya berperan meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan (Kariyasa 2005).

  Dalam hal pengembangan inseminasi buatan diperlukan peningkatan sapi dalam jumlah besar. Untuk mendukung peningkatan populasi tersebut

  b peranan teknologi harus lebih dioptimalkan (Feradis, 2010 ).

  D.

   Insiminasi Buatan Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang sangat besar.

  Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan rasa, karsa dan daya cipta yang dimiliki. Salah satu bidang iptek yang berkembang pesat dewasa ini adalah teknologi reproduksi. Teknologi reproduksi adalah ilmu reproduksi atau ilmu tentang perkembangbiakan yang menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk (keturunan). Salah satu teknologi reproduksi yang telah banyak dikembangkan adalah inseminasi buatan.

  Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial insemination yang berarti memasukkan cairan semen (plasma semen) yang mengandung sel-sel kelamin pria (spermatozoa) yang diejakulasikan melalui penis pada waktu terjadi kopulasi atau penampungan semen (Partodiharjo, 1992).

  Produktivitas ternak sapi dapat dilakukan melalui kawin suntik yang dalam bahasa ilmiahnya adalah Artificial Insemination atau Inseminasi Buatan (IB). Hal tersebut adalah sebagai salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak, sehingga dapat menghasilkan keturunan/pedet dari bibit pejantan unggul. Sistem perkawinan pada ternak sapi secara buatan yakni suatu cara atau teknik memasukkan sperma atau semen kedalam kelamin sapi betina sehat dengan menggunakan alat inseminasi yang dilakukan oleh manusia (Inseminator) dengan tujuan agar sapi tersebut menjadi bunting. Semen adalah mani yang berasal dari sapi pejantan unggul yang dipergunakan untuk kawin suntik atau inseminasi buatan(Partodiharjo, 1992).

  Inseminasi Buatan (IB) adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoa. Potensi terpendam yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi yang unggul dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina (Hafez, 1993).

  Pelaksanaan Inseminasi Buatan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain seleksi dan pemeliharaan pejantan, cara penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan, dan penentuan hasil inseminasi.Agar dalam pelaksanaan IB pada hewan ternak atau peternakan memperoleh hasil yang lebih efektif, maka deteksi dan pelaporan birahi harus tepat disamping pelaksanaan dan teknik inseminasi itu sendiri dilaksanakan secara cermat oleh tenaga terampil.Semen yang diinseminasikan ke dalam saluran betina pada tempat dan waktu yang terbaik dapat memungkinkan pertemuan antara spermatozoa dan ovum sehingga berlangsung proses pembuahan (Tolihere, 2005).

  Namun dalam perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakup pemasukan semenke dalam saluran reproduksi betina, tetapi juga pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan/ternak betina, bimbingan dan penyuluhan pada peternak. Dengan demikianpengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi artificial breeding(perkawinan buatan). Tujuan dari IB itu sendiri adalah sebagai satu alat ampuh yang diciptakan manusia untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak secara kuantitatif dan kualitatif (Toelihere, 1985).

Dokumen yang terkait

Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan pada Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali

0 0 39

Strategi Kepala Sekolah dalam Mengimplemantasikan Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 2 Tombolo PaoKec. Tombolo Pao Kab. Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 130

Kemiskinan dan Konversi Agama (Studi Kasus Masyarakat Balangbuki Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 85

Relasi Masyarakat dan Pemerintahan Desa dalam Proses Pemungutan Pajak di Desa Tabbinjai Kec. Tombolo Pao - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 92

Persepsi Siswa terhadap Keteladanan Guru di Madrasah Aliyah Balassuka Kec. Tombolo Pao Kab.Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 84

Perencanaan Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Tombolo Pao Kabupaten Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 72

Evaluasi Kinerja Pengelolaan Persampahan Di Kelurahan Bonto-bontoa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 99

Analisis Tingkat Keberhasilan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Teknik Inseminasi Buatan pada Sapi Potong di Kab.Bantaeng - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 127

Diagnosa Kebuntingan Dini dalam Mendukung Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan sapi Bali di Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 111

Diagnosa Kebuntingan Dini dalam Mendukung Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan sapi Bali di Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 111