BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis Yang Relevan - Eti Veriyani BAB II

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis Yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul “Analisis Wacana Persuasif pada Iklan Barang Elekronik di Surat Kabar Suara Merdeka”

  dengan penelitian yang telah ada sebelumnya, maka penulis meninjau dua penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  1. Skripsi berjudul Analisis Wacana Persuasi dalam Ragam Bahasa Rambu- Rambu Lalu Lintas oleh Riyanto, NIM 0601040027, Tahun 2010.

  Skripsi tersebut di atas mendeskripsikan teknik-teknik persuasi dan bentuk tindak tutur (lokusi, ilokusi, dan perlokusi) yang terdapat dalam ragam bahasa rambu-rambu lalu lintas, dan aspek dan efek komunikasi. Data yang digunakan adalah bahasa (wacana) rambu-rambu lalu lintas. Sumber datanya adalah papan rambu-rambu lalu lintas. Jenis penelitian tersebut menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Tahap penelitiannya terdiri dari: penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Dalam tahap penyediaan data digunakan tiga tahap penyediaan data yang terdiri dari: mengumpulkan data dengan pencatatan, memilah-milah dengan membuang yang tidak diperlukan, dan penataan menurut tipe atau jenis terhadap apa yang telah dicatat, dan dipilah- pilahkan selanjutnya yaitu teknik catat. Tahap analisis datanya adalah metode padan dengan teknik Pilah Unsur Penentu (PUP), dan metode agih dengan teknik ubah ujud. Tahap penyajian hasil analisis data

  7 menggunakan penyajian informal. Penelitian tersebut menghasilkan teknik-teknik persuasi yaitu: rasionalisasi, identifikasi, dan sugesti. Tindak tutur (lokusi, ilokusi, dan perlokusi). Aspek komunikasi yang berupa: aspek fisik, aspek psikologi, dan aspek waktu. Efek komunikasi berupa umpan balik positif dan umpan balik negatif.

  2. Skripsi berjudul Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Kartu Seluler pada Spanduk , oleh Endang Purwati, NIM 0501040012, Tahun 2009.

  Skripsi tersebut di atas mendeskripsikan teknik-teknik persuasi dan bentuk tindak tutur (lokusi, ilokusi, dan perlokusi), serta untuk mendeskripsikan aspek dan efek komunikasi yang terdapat pada wacana persuasif dalam iklan kartu seluler pada spanduk. Data yang digunakan adalah bahasa yang terdapat pada wacana persuasif dalam iklan kartu seluler. Sumber data yang digunakan adalah spaduk iklan kartu seluler.

  Jenis penelitian dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Endang Purwati sama dengan penelitian Riyanto yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Tahap penelitian terdiri dari: penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Dalam tahap penyediaan data menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam, dan catat, selain itu juga menggunakan metode cakap dengan teknik lanjutan teknik Cakap Semuka (CS), teknik rekam, dan teknik catat. Tahap analisis datanya menggunakan metode padan dengan teknik dasar teknik Pilar Unsur Penentu (PUP), dan metode agih dengan teknik dasar teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan teknik lanjutan yakni teknik lesap. Tahap analisis datanya menggunakan metode informal. Penelitian tersebut menghasilkan teknik-teknik persuasi yaitu: rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, dan penggantian. Selain itu juga menghasilkan bentuk tindak tutur (lokusi, ilokusi, dan perlokusi). Aspek komunikasi berupa aspek sosial,budaya, ekonomi, moral, dan agama. Efek komunikasi berupa efek positif dan efek negatif.

  Dari penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa penelitian mengenai wacana persuasif pada surat kabar Suara Merdeka belum pernah dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada teknik lanjutan penyediaan data, data, dan sumber data.

  Tahap penyediaan data dalam penelitian ini tidak menggunakan teknik lanjutan berupa teknik rekam, tetapi menggunakan teknik catat yaitu peneliti menyimak/menyadap kemudian mencatat wacana iklan barang elektronik pada surat kabar Suara Merdeka. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kalimat-kalimat dalam surat kabar Suara Merdeka. Sumber datanya adalah surat kabar Suara Merdeka.

B. Wacana

1. Pengertian Wacana

  Menurut Kridalaksana (2009: 259) wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

  Tarigan (1993: 23) mengatakan bahwa istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara lakon.

  Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulan bahwa wacana adalah satuan gramatikal tertinggi atau terbesar yang dinyatakan dalam bentuk karangan utuh (novel, buku, seri ensiklopedi) yang di dalamnya mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara lakon.

2. Jenis Wacana

  Menurut Mulyana (2005: 47-63) wacana dapat dikelompokan menjadi enam, yaitu: (a) berdasarkan bentuknya: wacana naratif, wacana prosedural, wacana ekspositori, wacana hortatori, wacana dramatik, wacana epistoleri, dan wacana seremonial; (b) berdasarkan media penyampaianya: wacana tulis, dan wacana lisan; (c) berdasarkan jumlah penutur: wacana monolog, dan wacana dialog; (d) berdasarkan sifat: wacana fiksi, dan wacana nonfiksi; (e) berdasarkan isi: wacana politik, wacana sosial, wacana ekonomi, wacana budaya, wacana militer, wacana hukum dan kriminalitas, dan wacana olahraga dan kesehatan; dan (f) berdasarkan gaya dan tujuanya yaitu: wacana iklan, dan wacana ilmiah.

  Menurut Marwoto, dkk., (1987: 151-152) wacana dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: (a) jika ditinjau dari aspek hubungan pembicara dan pendengar yakni: wacana monolog, wacana dialog, dan wacana polilog; dan (b) berdasarkan tujuan: wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana argumentasi, dan wacana persuasif.

  Peran teori ini bagi peneliti adalah agar peneliti lebih mudah dalam mengklasifikasikan dan membatasi teori. Dalam penelitian ini penulis membatasi yaitu hanya menggunakan teori wacana berdasarkan medianya yaitu wacana tulis dan wacana berdasarkan tujuannya yang hanya membahas wacana persuasif. Hal ini disebabkan iklan barang elektronik pada surat kabar Suara Merdeka merupakan jenis wacana tulis yang bersifat persuasif.

3. Wacana Tulis

  Wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. (Mulyana, 2005: 51).

  Wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, dan bahasa yang dituliskan sesuai dengan penerapan sistem ejaan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang mewakili kreativitas manusia

  Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil simpulan bahwa wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan, dan bahasa yang dituliskan sesuai dengan penerapan sistem ejaan.

4. Wacana Persuasif

  a. Pengertian Wacana Persuasif Wacana persuasif adalah wacana yang berisi paparan berdaya- bujuk, berdaya-ajak, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya (Marwoto, dkk.,1987: 176).

  Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi. Oleh sebab itu, ia memerlukan juga upaya-upaya tertentu untuk merangsang orang untuk mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Upaya yang disodorkan yaitu berupa bukti-bukti, walau tidak setegas seperti yang dilakukan dalam argumentasi. Bentuk-bentuk persuasi yang dikenal secara umum adalah: propaganda yang dilakukan oleh golongan-golongan atau badan-badan tertentu, iklan-iklan dalam surat kabar, majalah, atau media massa lainnya, selebaran-selebaran, kampanye lisan dan sebagainnya. Semua bentuk persuasi tersebut biasanya mempergunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan dan merangsang emosi para pembaca serta bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain. Wacana persuasif bertujuan agar orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang di inginkan oleh penulis. Perlu diciptakan sesuatu dasar yaitu dasar kepercayaan. Persuasi itu sendiri adalah suatu usaha untuk menciptakan kesesuaian dan kesepakatan melalui kepercayaan. Orang yang menerima persuasi akan turut puas dan gembira karena ia tidak menerima keputusan itu berdasarkan ancaman (Keraf, 2007: 118-119)

  Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil simpulan bahwa wacana persuasif adalah wacana yang berisi paparan berdaya-bujuk, berdaya-ajak, ataupun berdaya himbau tanpa paksaan/ kekerasan yang membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit.

  b. Ciri-Ciri Wacana Persuasif Menurut Khasanah (2010: 13) ciri-ciri wacana persuasif adalah menggunakan bahasa emotif, menggunakan struktur kalimat yang unik, pilihan kata yang khusus,dan ajakan yang efektif. 1) Menggunakan Bahasa Emotif

  Bahasa emotif di sini bukanlah suatu bahasa yang membuat orang emosi atau marah, tetapi bahasa yang membuat seseorang merasakan suatu perasaan yang datang dari hati untuk melakukan sesuatu. Bahasa emotif juga membuat seseorang penasaran terhadap sesuatu sehingga dia ingin dapat mengalami dan terlibat di dalamnya.

  2) Menggunakan Struktur Kalimat yang Unik Struktur kalimat yang unik adalah struktur kalimat yang cenderung membuat para pembaca menikmati dan mudah mengerti, pesan persuasi dapat dengan mudah diterima masyarakat. 3) Pilihan Kata yang Khusus

  Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan (Keraf, 2004: 22). 4) Ajakan yang Efektif

  Ajakan yang efektif adalah suatu ajakan yang tidak bertele- tele dan tersembunyi secara makna, tetapi ajakan yang dapat membuat hati seseorang tersentuh dan bergerak serta terdorongan untuk melakukan sesuatu. c.Teknik-Teknik Persuasif

  Menurut Keraf (2007: 124-131) teknik-teknik persuasi antara lain adalah: rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, penggantian, dan proyeksi

  1) Rasionalisasi

  Rasionalisasi sebenarnya tidak lain dari argumentasi semu yaitu proses pembuktian mengenai suatu kebenaran dalam bentuknya yang agak lemah dan biasanya dipergunakan dalam persuasi. Rasionalisasi sebagai sebuah teknik persuasi dapat dibatasi sebagai suatu proses penggunaan akal pikiran untuk memberikan suatu dasar pembenaran pada suatu persoalan yang dasar atau alasan itu tidak merupakan sebab langsung dari masalah tersebut. Kebenaran yang dibicarakan dalam persuasi bukanlah kebenaran mutlak tetapi kebenaranya hanya berfungsi untuk melicinkan jalan agar keinginan, sikap, kepercayaan,keputusan, atau tindakan yang telah ditentukan atau yang diambil dapat dibenarkan.

  Rasionalisasi akan berjalan dengan baik apabila pembicara atau penulis mengetahuai apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan hadirin serta bagaimana sikap dan keyakinan mereka. 2) Identifikasi

  Agar identifikasi dapat berjalan sebagai mana yang diharapkan, haruslah diciptakan dasar umum yang sama. Bila dasar umum yang sama itu belum diciptakan, ia harus berusaha mencari dasar umum yang seluas-luasnya. Identifikasi merupakan kunci keberhasilan pembicara. Bila terdapat situasi konflik antara pembicara dan hadirin, maka pembicara harus berusaha mengaburkan situasi tersebut. Sikap agresif harus dibelokan sehingga dapat diciptakan dasar umum yang sama.

  Sebab itu, setiap pembicara harus mengetahui atau mempelajari siapa hadirinya. Hadirin atau orang yang diajak bicara dapat terdiri dari pria, wanita, atau gabungan kedua jenis kelamin itu, atau terdiri dari orang tua, kaum muda, dan sebagainya. Mengenai kelompok tua dan muda, Aristoteles dengan tepat mengemukakan pendapatnya “ kaum muda sangat optomis, sangat semangat, kurang mengadakan perhitungan, gampang menjadi mangsa paham-paham baru, tidak tetap pendiriannya, dan melebih-lebihkan pengetahuan mereka sendiri. Sebaliknya kaum tua bersifat skeptis, suka curiga, kikir, tenang, cinta akan kenikmatan, dan ragu-ragu dalam aspirasinya. Yang paling edeal adalah orang yang sanggup mengadakan sintese dengan memadukan sifat-sifat yang baik dari kedua kelompok manusia tadi.

  Di samping klasifikasi Aristoteles, masih banyak klasifikasi lain sebagai dasar identifikasi dalam persuasi. Untuk dapat menemukan dasar umum yang sama, dalam tulisan kita selalu mengajukan pertanyaan: untuk siapa tulisan ini diajukan? Dengan berusaha menjawab pertanyaan itu dengan tepat, penulis akan lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan ciri, tingkat pengetahuan, dan kemampuan hadirin atau mereka yang akan membaca tulisannya. Dalam penelitian ini pastilah pembicaraan dianalogikan dengan penulisan iklan barang elektronik pada surat kabar Suara Merdeka.

  3) Sugesti Sugesti adalah suatu usaha untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar tertentu atau kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari, sugesti itu biasannya dilakukan dengan kata- kata dan nada suara. Rangkaian kata-kata yang menarik dan meyakinkan, disertai dengan nada suara yang penuh dan berwibawa seseorang dapat mempengaruhi hadirin yang diajak bicara dengan mudah.

  4) Konformitas Konformitas adalah suatu keinginan atau suatu tindakan untuk membuat diri serupa dengan sesuatu hal yang lain. Konformitas adalah suatu mekanisme mental untuk menyesuaikan diri atau mencocokkan diri dengan sesuatu yang diinginkan itu. Sikap yang diambil pembicara untuk menyesuaikan diri dengan keadaan supaya tidak timbul ketegangan juga termasuk konformitas.

  Teknik konformitas ini mirip dengan teknik identifikasi. Perbedaannya adalah dalam identifikasi pembicara hanya menyajikan beberapa hal yang menyangkut dirinya dengan hadirin sedangkan dalam konformitas pembicara memperlihatkan bahwa dirinya mampu berbuat dan bertindak sebagai para hadirin.

  5) Kompensasi Kompensasi adalah suatu tindakan atau suatu hasil dari usaha untuk mencari suatu pengganti (subsitut) bagi suatu hal yang tidak dapat diterima, suatu sikap atau suatu keadaan yang tidak dapat dipertahankan. Usaha mencari penggantian terjadi karena tindakan atau keadaan asli sudah mengalami frustasi. Subtansi yang dicari harus merupakan suatu hal yang belum terlibat atau belum tercakup dalam hal atau keadaan asli Dalam persuasi pembicara dapat mendorong hadirin untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan lain atau tindakan yang diinginkan oleh pembicara dengan menunjukkan secara meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk itu. Apa yang barangkali sejauh ini tidak dicapai hadirin tidak usah dirisaukan karena keadaan memang tidak memungkinkan. Tetapi dunia kita bukan hanya tergantung dari bidang usaha itu. Masih tersedia banyak hal lain yang dapat dikerjakan. Kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang ada pada para hadirin sekarang ini, pembicara yakin akan dicapai hasil yang jauh lebih cemerlang, dan sekaligus akan mengangkat nama dan kedudukan para hadirin. 6) Penggantian

  Penggantian (displacement) adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud atau hal yang mengalami rintangan dengan suatu maksud atau hal lain yang sekaligus menggantikan emosi kebencian asli, atau kadang-kadang emosi cinta kasih yang asli.

  Dalam persuasi pembicara berusaha meyakinkan hadirin untuk mengalihkan sesuatu objek atau tujuan tertentu kepada suatu tujuan lain.

  7) Proyeksi Seperti halnya ada kemiripan antara penggantian dan kompensasi, juga terdapat kemiripan antara penggantian dan proyeksi sehingga kedua teknik ini sering dikacaukan. Proyeksi adalah suatu teknik untuk menjadikan sesuatu yang tadinya subjek menjadi objek.

  Sesuatu watak yang dimiliki seseorang, tidak mau diakui lagi sebagai sifat atau wataknya, tetapi dilontarkan sebagai sifat dan watak orang lain.

5. Iklan sebagai Bentuk Wacana Persuasif

  Menurut Mulyana (2005: 64) iklan termasuk bentuk wacana persuasif karena iklan mempunyai perbedaan dengan informasi atau pengumuman biasa. Perbedaan tersebut terletak pada ragam bahasa, retorika penyampaian, dan daya persuasi yang diciptakan. Pada iklan, bahasanya distrategiskan agar berdaya persuasi, yaitu mempengaruhi masyarakat agar tertarik dan membeli.

  Menurut Jakobson (dalam Mulyana, 2005: 65) bahasa iklan mempunyai ciri dan karakter tertentu. Dalam iklan penggunaan bahasa menjadi salah satu aspek penting bagi keberhasilan iklan. Oleh karena itu bahasa iklan harus mampu menjadi manifestasi atau presentasi dari hal yang diinginkan pihak pengiklan kepada masyarakat luas. Tujuannya ialah untuk mempengaruhi masyarakat agar tertarik dengan sesuatu yang diiklankan. Bahasa iklan di samping memiliki fungsi informatif juga mengandung fungsi persuatif, fungsi inilah yang kiranya justru ditekankan untuk mendapatkan dampak nyata (efek perlokusi) dari suatu tuturan.

  Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan adalah bentuk wacana persuasif sehingga iklan berbeda dengan informasi/ pengumuman lainnya. Selain itu bahasa iklan harus mampu menjadi manifestasi agar masyarakat tertarik pada sesuatu hal yang diiklankan.

C. Iklan

  1. Pengertian Iklan Iklan dalam penelitian disejajarkan dengan konsep advertising.

  Kata adversiting sendiri berasal dari bahasa Latin ad-vere yang berarti “menyampaikan pikiran dan gagasan kepada pihak lain” (Klepper dalam Mulyana, 2005: 63).

  Menurut (Moeliono (Peny.), 2007: 369) iklan adalah berita pesan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan.

  Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan adalah berita pesan yang berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada khalayak ramai, dengan tujuan akhir membujuk masyarakat agar tertarik pada barang/jasa yang ditawarkan.

  2. Jenis-Jenis Iklan

  Berdasarkan bentuk fisiknya iklan dibedakan menjadi dua: Iklan media cetak, dan iklan media elektronik.

  (Http://webcage.googleleusercontent.woriklan/+jenis-/+iklanelektronik) a. Media Cetak Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan- pesan visual yang dihasilkan dari proses percetakan, bahan baku dasarnya maupun sarana penyampaian pesannya menggunakan kertas. Berdasarkan bentuknya, iklan media cetak yaitu: iklan baris, iklan kolom, dan iklan display.

  1) Iklan Baris Iklan ini disebut dengan iklan baris karena pesan yang dibuat hanya terdiri dari beberapa baris kata/kalimat saja dan biaya yang dikenakan dihitung perbaris, dan harganya relatif murah. Biasanya iklan baris ini tidak lebih dari 3-4 baris dengan luas tidak lebih dari satu kolom. Bahasa yang digunakan dalam iklan baris umumnya singkat, penuh makna, dan sangat sederhana.

  2) Iklan Kolom Iklam kolom memiliki lebar satu kolom, namun lebih tinggi dibanding iklan baris. Selain pesan verbal tertulis, dimungkinkan pula pesan nonverbal sebagai ilustrasi, misalnya: gambar, simbol, lambang maupun tanda-tanda visual lainnya walaupun tidak terlalu bervariasi dan sangat terbatas. 3) Iklan Display

  Iklan Display lebih luas dari iklan kolom sehingga dapat mendisplay (memperlihatkan) ilustrasi berupa gambar-gambar baik foto maupun grafis dalam ukuran yang lebih besar, disamping pesan verbal tertulis ,umumnya digunakan oleh organisasi baik bisnis maupun sosial. b. Media Elektronik Media elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada prinsip elektronik dan eletromagnetik. Berdasarkan bentuknya, iklan elektronik yaitu: iklan radio, iklan televisi, dan iklan internet.

  1) Iklan Radio Iklan radio memiliki karakteristik yang khas yaitu hanya dapat didengar melalui audio (suara) dan merupakan perpaduan dari kata-kata (voice), musik dan sound effect. 2) Iklan Televisi

  Televisi merupakan salah satu yang termasuk dalam kategori

  above the line. Iklan televisi mengandung unsur suara, gambar, dan gerak.

  3) Iklan Internet Iklan yang mengandung unsur gambar dan gerak, serta dapat diakses melalui internet, dan jamgkauannya luas hingga ke seluruh dunia.

D. Elektronik

  Pengertian elektronik menurut (Suharsono (Peny.), 2009: 132) pengertian elektronik adalah pengetahuan mempraktikan tenaga listrik pada berbagai alat.

  Barang elektronik yang beredar sangat banyak dan bermacam-macam yaitu seperti: laptop, komputer, handphone, lampu, dan lain sebagainya. Karena itu, peneliti membatasi penelitian yaitu hanya meneliti tentang barang elektronik kebutuhan rumah tangga yang bersifat sekunder. Contoh: televisi, AC (Air Conditioning), rice cooker, kulkas, dan microwe oven.

E. Pragmatik

  Menurut Verhaar ( 1999:14), pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang membahas tentang hal yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal “ekstralingual” yang dibicarakan.

  Menurut Wijana (1996:1) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Firth (dalam Wijana, 1996: 5) mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipan, tindakan partisipan (baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-ciri situasi yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dampak-dampak tindak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan.

  Menurut Chaer dan Leonie Agustina (2004: 48) participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan).

  Dari berbagai pengertian pragmatik tersebut dapat disimpulan bahwa yang dimaksud pragmatik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari bahasa secara eksternal yaitu antara bahasa dan konteks situasi yang meliputi partisipan yaitu antara pendengar dan penutur. Dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah partisipan yaitu antara pembaca iklan dan pembuat iklan.

1. Hubungan Wacana dan Pragmatik

  Pragmatik mencakup studi interaksi antara pengetahuan kebahasaan dan unsur pengetahuan tentang dunia yang dimiliki oleh pendengar atau pembaca. Studi ini melibatkan unsur interpretatif yang mengarah pada studi tentang keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan konteks. Konteks merupakan ciri atau gambaran yang berfokus pada budaya dan linguistik yang sesuai dengan ujaran yang dihasilkan dan interpretasinya. Beberapa ciri atau gambaran konteks adalah adanya pengetahuan tentang: norma (norma pembicara dan kaidah sosial), dan status (konsep-konsep status sosial), ruang dan waktu, tingkat formalitas, media (sarana), tema, wilayah bahasa (Djajasudarma: 2006: 54).

  Mulyana (2005: 79) berpendapat bahwa pendekatan pragmatik terhadap wacana perlu mempertimbangkan faktor-faktor nonverbal seperti: a. paralingual (intonasi, nada, pelan, keras),

  b. kinesik (gerak tubuh dalam komunikasi, gerakan mata, tangan kaki, dan sebagainya), c. proksemik (jarak yang diambil oleh para penutur), d. kronesik (penggunaan dan strukturisasi waktu dalam interaksi).

  Di samping itu, kancah yang mempelajari pragmatik mencakup empat hal yaitu: (a) dieksis, (b) praanggapan, (c) tindak tutur, dan (d) implikatur (Mulyana, 2005: 79). Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian pada tindak tutur.

2. Tindak Tutur

  a. Pengertian Tindak Tutur Menurut Chaer (dalam Rohmadi: 2004: 29) tindak tutur adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.

  Menurut Mulyana (2005: 80) tindak tutur atau tindak ujar (speech act) adalah fungsi bahasa sebagai sarana penindak. Setiap kalimat atau ujaran yang diucapkan sebenarnya mengandung fungsi komunikasi tertentu. Tuturan dari seseorang (penutur) tentu saja tidak semata-mata hanya asal bicara, tetapi mengandung maksud tertentu.

  Fungsi inilah yang menjadi semangat para penutur untuk menindakan sesuatu.

  Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah gejala individual yang bersifat psikologis dimana setiap kalimat atau tuturan dari penutur merupakan suatu komunikasi dan tingkat keberhasilan komunikasi tergantung dari kemampuan bahasa yang dimiliki si penutur.

  b. Bentuk Tindak Tutur Searle (dalam Wijana, 1996: 17-21) mengemukakan bahwa setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.

  1) Tindak Lokusi Bentuk lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu.

  Tindak tutur ini disebut sebagai the act of saying something. 2) Tindak Ilokusi

  Sebuah tuturan selain berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi disebut sebagai The

  Act Doing Something .

  Tindak tutur sulit untuk diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi. Dengan demikian tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur.

  3) Tindak Perlokusi Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarkan. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak disengaja direalisasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut the act of affecting someone.

F. Aspek dan Efek Komunikasi

  Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communication yang bersumber dari kata komunis yang berarti

  ‘sama’. Sama di sini maksudnya ‘sama makna’ maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam wacana itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna atau dapat dikatakan mengerti bahasanya saja belum tentu menimbulkan kesamaan makna yang dibawakan oleh bahasa itu (Effendy,2009: 9).

  Dengan demikian diperlukan aspek komunikasi. Menurut Mulyana (2007:77) aspek komunikasi dibedakan menjadi empat macam yaitu:aspek berupa fisik, aspek psikologi, aspek sosial, dan aspek waktu.

  1. aspek berupa fisik (iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan). 2. aspek psikologis (sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi).

  3. aspek sosial (norma kelompok, nilai sosial, dan karakter budaya). 4. aspek waktu (kapan berkomunikasi: hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).

  Efek komunikasi adalah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi berupa umpan balik (feedback). Umpan balik dapat bersifat positif, dan bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan atau respon komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan dengan lancar. Umpan balik negatif adalah tanggapan atau respon komunikan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator tidak bisa melanjutkan komunikasinya (Effendy, 2009: 14).

G. Kerangka Pikir

  Berdasarkan uraian di atas, yaitu landasan teori yang digunakan untuk menganalisis wacana persuasif dalam iklan barang elektronik pada surat kabar

  

Suara Merdeka . Wacana persuasif tersebut dianalisis dengan menggunakan

teknik-teknik persuasif, bentuk tindak tutur dan aspek dan efek komunikasi.

  Untuk lebih jelasnya perlu penulis kemukakan bagan untuk memperjelas uraian.

  30 Wacana

  Pengertian Wacana Jenis Wacana

  Berdasarkan media i Berdasarkan tujuan:

  Wacana Tulis Pengertian wacana persuasif Ciri-ciri wacana persuasif: Menggunakan bahasa emotif Menggunakan strukutr kalimat yang unik Pilihan kata khusus Ajakan yang efektif

  Teknik-teknik persuasi: Rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, penggantian , proyeksi Kata kalimat wacana

  Hubungan wacana persuasif dan iklan

Pengertian

Iklan

  Berdasarkan bentuk fisik: Iklan media cetak iklan media Elektronik

  Berdasarkan jenis media: Iklan media elektronik: Iklan televisi Iklan radio Iklan internet Iklan media cetak: Iklan baris Iklan kolom Iklan display

  Pragmatik Hubungan wacana dan pragmatik Kajian pragmatik

  Deiksis Praanggapan Tindak tutur Implikatur

  Bentuk tindak tutur: Lokusi Ilokusi Perlokusi

  Jenis tindak tutur Aspek dan efek komunikasi

  Iklan display Iklan barang elektronik

  Wacana persuasif

  Analisis Wacana Persuasif pada Iklan Barang Elektronik di Surat Kabar Suara Merdeka

  29 Analisis Wacana Persuasif…, Eti Veriyani, FKIP UMP, 2011