BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Emi Triyani BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun pertama kehidupan anak merupakan periode yang sangat

  penting dan kritis, atau merupakan periode emas dalam perkembangan. Pada masa inilah struktur otak mengalami perubahan yang paling pesat. Nutrisi dan stimulasi yang dibutuhkan pada masa ini akan berpengaruh besar pada kecerdasan, ketrampilan dan perilaku anak. Keberhasilan di tahun pertama sangat menentukan untuk masa depan anak ( Soedjatmiko, 2009).

  Bayi usia 3–6 bulan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat terutama pada bagian otak. Pada masa inilah sel – sel tubuh berkembang pesat dalam waktu yang relatif singkat. Karena itu, hal yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan wajib diperhatikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang adalah kebutuhan tidur dan istirahat (Kartika. U, 2014).

  Tidur merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bayi juga merupakan salah satu rangsang bagi tumbuh kembang otak. Aktivitas tidur pada bayi menjadi ‘pintu’ dari tumbuh kembang otak bayi agar selanjutnya menjadi cerdas, berakal dan berpikir jernih. Sekitar 75% hormon pertumbuhan dikeluarkan pada saat bayi tidur, khususnya awal tahap ke–3 dan ke–4 tidur. Tingginya kadar hormon pertumbuhan ini erat hubungannya dengan fisik bayi karena hormon ini punya tugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan, serta mengatur metabolisme tubuh termasuk pada otak bayi (Dokumentasi Ayahbunda ( 2014)).

  Bayi berusia 0 – 5 bulan akan menjalani hidup barunya dengan 80 – 90% tidur. Sesaat setelah bayi lahir, bayi biasanya tidur selama 16 – 20 jam sehari yang dibagi menjadi 4 – 5 periode. Memasuki usia 2 bulan, bayi mulai banyak tidur malam dibanding siang. Pada usia 3 – 6 bulan, jumlah tidur siang bayi semakin berkurang, kira–kira 3 kali dan terus berkurang. Total jumlah waktu tidur berkisar antara 13 – 15 jam/hari ( Gola, 2009).

  Aspek yang sangat penting pada pengkajian riwayat tidur anak adalah kita mengetahui tidur normal pada tiap usia selama 24 jam.

  Menurut Mindell. JA dan Owens. JA (2003) dalam Chamness. JA (2008), jumlah tidur pada bayi usia 4 bulan adalah 14-15 jam dengan periode tidur 6-8 jam. Sedangkan bayi usia 6 bulan jumlah tidurnya adalah 13-14 jam dengan durasi tidur siang 2-4 jam selama 2x.

  Tujuh puluh persen bayi mempunyai kebiasaan untuk tidur sepanjang malam pada umur tiga bulan, 85% pada umur 6 bulan dan 95% di akhir tahun pertama (Rudolph, 2002) dalam Roekistiningsih, Fathoni, Laviana. Pola siklus tidur-bangun terlihat jelas pada umur 3-4 bulan dimana proporsi tidur mulai lebih banyak pada malam hari (Widodo, A & Afrina, 2008 ).

  Gangguan tidur sangat umum terjadi pada anak-anak. Diperkirakan 25%-50% usia 6-12 bulan mempunyai masalah terbangun dari tidurnya di malam hari dan sekitar 50% mempunyai kesulitan pada saat akan memulai tidur hingga usia 1 tahun.

  Sebuah penelitian di Tel Aviv Israel menyatakan bahwa sebanyak 20%-30% bayi dan balita mengalami gangguan tidur (Sadeh, 2004). Bayi yang mengalami gangguan tidur akan mengalami gangguan yang sama di masa-masa selanjutnya terutama dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kebiasaan bangun saat tidur menjadi masalah karena menyimpang dari tidur biasanya (Wong, D.L.(2003) dalam Andini, M., Novayelinda, R., Utami, G 2014)).

  Sekartini dan Adi (2006), melakukan penelitian dengan 385 responden anak berusia kurang dari 3 tahun di 5 kota yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Palembang dan Batam, menyatakan 44,2% jam tidur malamnya kurang dari 9 jam, terbangun malam hari lebih dari tiga kali dan lama terbangun pada malam hari lebih dari satu jam. Penelitian lainnya menyebutkan sekitar 20%-40% anak di bawah usia 3 bulan mengalami gangguan tidur. Usia 6 bulan -2 tahun sekitar 30% mengalami gangguan tidur juga 20% anak usia 2–5 tahun mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur dapat berupa anak bangun 3 kali atau lebih dalam satu malam atau sedikitnya lebih dari 4 kali dalam satu minggu, anak berpindah tidur ke tempat tidur orang tua, anak menolak tidur sedikitnya 30 menit saat waktu tidur, untuk memulai tidur diawali sedikit “tantrum”, marah atau gelisah. Lebih dari 72% orangtua menganggap bahwa gangguan tidur adalah hal yang biasa pada anak yang nantinya pada usia tertentu akan membaik dengan sendirinya. Pendapat ini sering timbul karena sampai saat ini gangguan tidur pada anak belum terungkap dengan jelas. Bila gangguan ini tidak ditangani secara serius dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi (Anonim, 2013).

  Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 30 orang ibu yang mempunyai bayi berusia 3–6 bulan yang berkunjung untuk melakukan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Susukan 2 Banjarnegara, 18 bayi dilaporkan bahwa aktivitas tidur malam bayinya kurang dari 13 jam, dan terbangun di malam hari lebih dari tiga kali dengan lama waktu terjaga kurang lebih satu jam dan alasan-alasan lain yang berbeda-beda pada setiap bayi. Ibu bayi juga mengatakan bahwa bayi yang aktivitas tidurnya kurang keesokan harinya akan rewel dan seringkali menangis.

  Pentingnya waktu tidur bagi perkembangan bayi, menurut Benneth & Guralnick (1991) dalam Andini, Fathoni dan Laviana (2014), kebutuhan tidurnya harus terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk terhadap perkembangannya. Salah satu cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tidur bayi adalah melalui pemberian stimulasi. Salah satu bentuk stimulasi yang umum dilakukan untuk bayi adalah stimulasi taktil dalam bentuk pijat, fleksi-ekstensi, dan posisi.

  Pijat bayi adalah sebagai tindakan menggosok bagian tubuh untuk memperoleh relaxasi (Collins (1998) dalam Lorenz (2005)). Pijat bayi juga merupakan rutinias pijat yang menggabungkan pijat Swedia, Indian Teknik dan Refleksi. Dimana masing-masing mempunyai tujuan tertentu.

  Pijat Swedia termasuk stroke yang bergerak menuju jantung dari ekstremitas tubuh untuk meningkatkan dan memperbaiki sirkulasi, terutama vena dan aliran lympatic, juga untuk membantu mengembalikan tonus otot. Pijat atau sentuhan adalah indra pertama di mana bayi dapat memberikan reaksi (Prasetyono, 2009). Sentuhan berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, Field dalam Andini, Novayelinda dan Utami (2014). Pijat bayi memiliki banyak manfaat antara lain, pijat bayi dapat memperbaiki perilaku anak autism (Angelica et.al,. 2001).

  Selain itu pijat bayi juga dapat meningkatkan aktivitas dari otak (Guzzetta et.al,. 2014)., meningkatkan perkembangan neonatus (Andini, Novayelinda, Utami 2014), serta meningkatkan kuantitas tidur bayi (Roekistiningsih, Fathoni & Laviana).

  Setelah dilakukan wawancara kepada ibu bayi tentang jumlah tidur bayi selama 24 jam pada saat Posyandu pada tanggal 13 dan 17 November 2014 ditemukan 20 dari 30 bayi mengalami gangguan tidur, dengan rata- rata jumlah tidurnya < 13 jam per hari.

  Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Banjarnegara.”

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan, maka dapat di rumuskan masalah penelitian “Adakah terdapat pengaruh antara pijat bayi dengan kuantitas tidur bayi usia 3 – 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Banjarnegara”.

  C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

  Mengetahui pengaruh terapi pijat bayi dengan kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Banjarnegara.

2. Tujuan Khusus a.

  Mengetahui karakteristik responden berdasar usia dan jenis kelamin b. Mengetahui kuantitas tidur bayi usia 3–6 bulan di Wilayah Kerja

  Puskesmas Susukan 2 Banjarnegara sebelum dan sesudah di lakukan pijat bayi pada kelompok intervensi.

  c.

  Mengetahui kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Banjarnegara sebelum dan setelah dilakukan pijat bayi pada kelompok kontrol.

  d.

  Mengetahui pengaruh pijat bayi usia 3–6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Banjarnegara.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh pijat bayi dengan kuantitas tidur bayi usia 3–6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Banjarnegara.

  2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu keperawatan untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran.

  3. Bagi Peneliti Penelitian ini menjadi sarana untuk menambah pengetahuan dalam bidang keperawatan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

  4. Bagi Bidang Keperawatan Penelitian ini berfungsi untuk mengembangkan ilmu keperawatan dimana pijat bayi ini merupakan terapi komplementer yang dapat dilakukan perawat sebagai tindakan mandiri perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

E. Keaslian Penelitian

  Sejauh ini penelitian tentang hubungan pijat bayi dengan kuantitas tidur bayi usia 3 – 6 bulan belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang hampir sama dengan penelitian tersebut adalah : 1.

  Penelitian tentang Improvements is the Behavior of Children With Autism

  Following Massage Therapy yang dilakukan oleh Angelina et.al. tahun

  2001. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi perilaku stereotype, agar dapat mengerjakan tugas sekolah, dan meningkatkan hubungan perilaku sosial selama bermain di sekolah serta kuantitas tidurnya bertambah di rumah. Penelitian ini meneliti 20 anak autis usia 3 – 6 tahun secara acak.

  Terapis melatih orang tua untuk memberikan pijat kepada anaknya selama 15 menit sebelum tidur malam selama 1 bulan dalam jadwal yang sama.

  Melalui observasi guru dan orang tua. Perbedaan penelitian ini dengan yang akan dilakukan adalah variable terikat yang berbeda. Persamaan penelitian ini adalah desain eksperimen pijat bayi.

  2. Penelitian tentang “Pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi ”. Dilakukan oleh Irva, Hasanah, Woferst (2014).

  Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain pre tes dan post tes. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 1 – 3 bulan. Sample berjumlah 17 bayi kelompok eksperimen dan 17 bayi kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel dengan Non Probability

  

sampling. Berdasarkan uji dari uji Mann – Whitney didapatkan p value

  sebesar 0,01 (p<0,05) sehingga pemberian pijat berpengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi. Perbedaan pada penelitian ini adalah berbeda variable terikat, tempat penelitian, jumlah sample. Persamaan pada penelitian ini adalah metode penelitian menggunakan Quasi

  eksperiment pre dan post test.

  3. Penelitian tentang “Pengaruh pijat bayi terhadap perkembangan

  

neonatus ” dilakukan oleh Andini, Novayelinda, Utami (2014). Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental dengan pretest dan Posttest desain. Populasi berjumlah 33 orang dengan teknik pengambilan sample menggunakan teknik non probability sampling. Orang tua diminta melakukan pemijatan bayinya pada usia 2 minggu selama 2 x 15 menit dalam sehari selama 2 minggu. Hasil uji dengan Mann-Whitney menunjukan p value 0,000 (p<0,05) sehingga ada pengaruh pijat bagi bayi dengan perkembangan neonatus. Perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel, umur responden. Persamaan dalam penelitian ini adalah metode nya sama dengan Quasi eksperimental pretest dan posttest desain.

4. Penelitian tentang “Efektifitas Massage Efflurage Terhadap

  

Perkembangan Gross Motorik Pada Usia 3 - 4 Bulan” dilakukan oleh

  Widodo dan Herawati (2010). Jenis penelitian menggunakan Experiment semu dengan two group posttest design with control. Menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sample 35 bayi dengan uji t test. Hasil peneliti an menunjukan ada pengaruh pemberian massage efflurage dalam pertumbuhan dan perkembangan gross motorik pada kemampuan bayi pada kemampuan merangkak, poll to sit dan rolling. Dilakukan 1 minggu 2x selama 4 minggu dari bagian depan daerah dada,perut sampai kaki, di bagian bawah belakang dari punggung atas sampai bawah kaki, tangan dan muka. Perbedaan dari penelitian ini adalah variabelnya, desainnya. Persamaan dari penelitian ini adalah sama sama menggunakan jenis penelitian eksperimen.