BAB II TINJAUAN PUSTAKA - MIKA ANISA TRI MUMPUNI BAB II

  1. Pengertian Sectio Caesarea

  Sectio caesarea

  adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012). Sectio caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi melalui insisi (membuat sayatan) didepan uterus. Sectio

  caesarea

  merupakan metode yang paling umum untuk melahirkan bayi, tetapi masih merupakan prosedur operasi besar, dilakukan pada ibu dalam keadaan sadar kecuali dalam keadaan darurat menurut Hartono (2014).

  Persalinan melalui sectio caesarea didefinisikan sebagai pelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) menurut Norman (2012). Sedangkan Koniak (2011) menambahkan, pelahiran sesarea juga dikenal dengan istilah sectio caesarea adalah pelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus, tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor.

  2. Ketuban Pecah Dini (KPD) Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Arif Mansjoer, 2011)

  Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas (Soewarto, 2008)

  3. Post Partum Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.

  Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yang pertama yaitu puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. Yang kedua, Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lama 6-8 minggu. Yang ketiga Remote puerperium adalah waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna biasa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

  Post partum adalah suatu masa antara pelahiran sampai organ- organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder Martin, 2011)

  B. Etiologi Sectio Caesarea dan KPD Manuaba (2009) Ibu hamil dilakukan sectio caesarea karena mengalami antara lain ruptur uteri iminen, pedarahan antepartum, ketuban pecah dini, panggul sempit.

  Menurut Roestam (2009) dan Saeffudin (2009), penyebab ketuban pecah dini belum di ketahui secara pasti. Maka preventif tidak dapat di lakukan kecuali dalam usaha menekan infeksi. Adapun penyebab ketuban pecah dini karena faktor infeksi, berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri pada tri semester ke dua servik inkompeten (berkontraksi). Selaput ketuban yang terlalu tipis, propas tali pusat, mal presentasi janin dan uterus yang menegang berlebihan. Ketuban di nyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.

  Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyakit, kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morboditas dan mortalitas perinatal. Selain itu juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu (Muchtar, 2009) . beberapa faktor predisposisi KPD , antara lain

  • Faktor selaput ketuban
  • Faktor infeksi, misal infeksi genitalia menyebabkan berkurangnya membran atau meningkatnya tekanan intra uteri oleh kedua faktor tersebut.
  • Faktor tekanan intra uteri yang mendadak.
  • Faktor yang berhubungahn dengan obstetrik dan ginekologi.
  • Faktor sosio ekonomi yang rendah.
  • Faktor antagorismus golongan darah A, B, O - Faktor rokok
  • Faktor keturunan
  • Trauma, misalnya pemeriksaan panggul atau poitis - Kelainan letak ata presentasi janin.
  • Inkompeten serviks.
C. Tanda dan Gejala ketuban pecah dini (KPD) Tanda-tanda dan gejala terjadinya ketuban pecah dini dari beberapa sumber seperti yang disebutkan di bawah ini : Memeriksa keluarnya cairan air ketuban secara ngepyok atau merembes, misalnya keluar cairan yang banyak atau sedikit-sedikit merembes dari vagina.

  Sifat fisik cairan amnion yaitu bau khas, warna keruh, tes lakmus alkalis, jika kertas lakmus tetap berwarna biru maka tanda air ketuban, jika berwarna merah maka tanda urine (Gulardi & Mochtar, 2011)

  Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Nugroho, 2012). D. Anatomi dan Fisiologi

  Gambar 1 alat reproduksi eksterna pada wanita (Winkjosastro, 2010)

  Gambar 2 alat reproduksi interna pada wanita (Winkjosastro, 2010)

  1. Alat reproduksi eksterna pada wanita yaitu :

  a. Mons veneris Adalah yang menggunung di atas simpisis dan akan di tumbuhi rambut kemaluan (pubis) b. Labia mayora

  Berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, kedua bibir ini di bagian bertemu membentuk perineum. c. Labia minora Bagian dari bibir besar yang berwarna merah jambu, di sini di jumpai fenulum klitoris, preputium dan prenulum prudanti.

  d. Klitoris Kira-kira sebesar kacang ijo sampai cabe rawit dan ditutup oleh frenulum klitoris. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat bereaksi dan sifatnya amat sensitif karena banyak memiliki serabut saraf.

  e. Vulva Adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang di batasi perineum.

  f. Vestibulum Terletak di sebelah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vertibuli dan kiri.

  g. Himen Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina, berlubang membentuk semukularis, anularis, lapisan septata.

  h. Lubang kemih (ovifisium uretra eksterna) Adalah tempat keluarnya air kemih terletak di bawah klitoris

  2. Alat perproduksi interna pada wanita a. Vagina adalah liang untuk saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim, terletak diantara saluran kemih dan liang dubur.

  Di bagian ujung atasnya terletak mulut rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding 10 cm. dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.

  b. Uterus Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis diantara kandung kemih dan rektum.

  1) Peritoneum Merupakan penebalan yang di isi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat saraf meliputi dinding rahim bagian luar yang menutupi bagian luar uterus. 2) Lapaisan otot

  Dalam lapisan ini terdapat isthmus yang mengalami perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks. 3) Endometrium

  Pada saat konepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi). Lapisan epitel serviks berbentuk silindris dan bersifat mengularkan cairan secara terus menerus sehingga dapat membasahi vagina.

  c. Tuba fallopi Terdapat di tepi atas ligementum latum, tuba fallopi merupakan tabula muskuler dengan panjang ± 12 cm dan diameternya antara 8-9 cm.

  d. Ovarium Ovarium terdapat dua buah, yaitu kanan dan kiri :

  1) Korteks ovani mengandung folikel primodial 2) Medula ovani terdapat pembuluh darah diantara kedua kembar ligamentum latum.

  E. Patofisiologi Sectio Caesarea dan KPD

  1. SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu, anestesi umum menyebabkan bayi lahir dalam keadaan apnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).

  2. Ketuban pecah dini biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan membran atau penambahan tekanan intrauteri ataupun oleh sebab kedua- duanya. Kemungkinan tekanan intrauteri yang kuat adalah penyebab independen dari ketuban pecah dini dan selaput ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

  Menurut Taylor (2010), terjadinya ketuban pecah dini ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut : Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servitis dan vaginitis, Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban), Infeksi (amnionitis atau korioamnitis), Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompetent dan lain-lain, Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini (Mochtar, 2008)

  F. Pemeriksaan penunjang Ketuban Pecah Dini Pre sectio caesarea

  a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa. Warna, konsentrasi, bau dan pH nya b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine atau sekret vagina c. Sekret vagina ibu hamil pH 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning d. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-

  7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.

  e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.

  21 G. Pathways (Gambar 3) Sumber : Nurarifin dan Hardhi (2015)

  Menstimulasi hopifisi anterior dan posterior Skresi prolaktin Iaktasi Pengeluaran ASI

  Resti infeksi bu Defisiensi pengetahuan Gangguan pola tidur bu

  Haambatan mobilitas fisik

Fisiologis

Skresi Ooytosin

  Penambahan anggota baru Perubahan peran menjadi ibu Ekstrogen pogresteron

  Psikologis (takingin, takinghold, takinggo) Perubahan psikologis

  Tidak adekuat Pengeluaran ASI tdk lancar Kurang pengetahuan perawatan payudara Ketidakefektifan pemberian ASI

  Ejeksi ASI Adekuat ASI keluar Efektif laktasi

  Asam laktat meningkat Nekrose Suplai O 2 kejaringan menurun Kelelahan Penurunan hormon

  Ketuban pecah dini Induksi

  Pendarahan Anemi HbO2 menurun Metabolism anaerob

  Pengelupasan desi dua Lochea Atonia uretri

  Nifas Uterus Kontraksi Uterus Adekuat Tidak Adekuat

  Merangsang area sensori motorik Jaringan terbuka Proteksi kurang Invasi bakteri Nyeri bedres

  Post Operasi SC Luka post operasi anestesi Jaringan terputus

  Persalinan Belum inpartu inpartu Fetal distress dan 12 jam pasien pada fase inpartu dengan ketuban pecah 4 jam sebelumnya Sectio Caesarea (SC)

  Asuhan Keperawatan Pada..., Mika Anisa Trimumpuni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

  10

  22

  H. Penatalaksanaan post partum

  1. Penatalaksanaan umum Perawatan pasca bedah menurut Mochtar (2010)

  a. Perawatan luka insisi Luka insisi di bersihkan dengan natrium clorida lalu ditutup dengan luka kasa dan di ganti secara periodik.

  b. Pemberian cairan Setelah 24 jam pertama klien pada pasca operasi, maka pemberian cairan per infus harus banyak mengandung elektrolit yang diperlukan agar jaringan tidak terjadi hipertermi, dehidrasi dan komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang diberikan biasanya ringer laktat. Apabila kadar Hb rendah berikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

  c. Diit Pemberian cairan infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian makanan dan minuman per oral.

  Sebenarnya pemberian cairan diperbolehkan pada 6-10 jam pasca operasi berupa air putih. Setelah diperbolehkan minum pada hari pertama, obat-obatan diberikan secara oral. Makanan diberikan langsung nasi.

  23

  2. Nyeri Dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi dan untuk mengurangi dapat di berikan obat-obatan anti sakit dan penenang. Setelah hari pertama atau kedua rasa nyeri hilang sendiri.

  3. Mobilisasi Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke dua di perbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari ke empat lima boleh pulang.

  4. Perawatan payudara Perawatan payudara telah dilakukan sejak wanita hamil, supaya puting susu lemas, tidak kasar dan kering sebagai persiapan untuk menyususi bayinya.

  5. Laktasi Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae : a. Peliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah.

  b. Keluar jaringan susu dari duktus laktiferus yang disebabkan kolostrum berwarna kuning putih susu.

  c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian diaman vena-vena

  24

  d. Setelah persalinan, pengaruh supresi ekstrogen dan progesteron hilang, maka akan timbul pengaruh horon laktogenik atau prolaktio yang akan merangsang air susu. Disamping itu oksitosin akan meningkata pada hari 2-3 post persalinan.

  6. Nasehat pada ibu post operasi sectio caesaria

  a. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih 1-2 tahun dengan menggunakan kontrasepsi b. Kehamilan berikutnya hendaknya dengan antenatal yang baik

  c. Dianjurkan bersali dirumah sakit besar

  d. Persalinan selanjutnya tergantung dari indikasi sectio caesaria dan keadaan pada kehamilan berikutnya.

  2 Ketidakefektifan Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan

  Health education :

  pemberian ASI

  1.Berikan informasi mengenai : selama … x 24 jam klien menunjukan respon breast b.d fedding adekuat dengan indikator : o Fisiologi menyusui ketidakadekuatan a. Klien mengungkapkan puas dengan o Keuntungan menyusui suplai ASI kebutuhan untuk menyusui o Perawatan payudara b. Klien mengatakan payudaranya sudah tidak o Kebutuhan diit kusus lembek lagi o Faktor-faktor yang menghambat proses c. Klien mampu mendemonstrasikan menyusui. perawatan payudara

  2. Demonstrasikan breast care dan pantau kemampuan klien untuk melakukan secara teratur.

  3. Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara menyiapkan, cara transportasi sehingga dapat diterima oleh bayi

  4. Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan pemberian asi ekslusif

  5. Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan payudara, infeksi payudara

  6. Anjurkan kelurga untuk memfasilitasi dan mendukung klien dalam pemberian ASI.

  1 Asuhan Keperawatan Pada..., Mika Anisa Trimumpuni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

  26 No Diagnosa Kep NOC

  Intervensi

  3 Resiko infeksi

  Infection Control (kontrol infeksi)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x

  b.d tindakan 24 jam diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan

  1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain invasif, paparan indikator :

  2. Pertahankan tehnik isolasi lingkungan Imunne status

  3. Batasi pengunjung bila perlu patogen Knowledge : infection control

  4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci

  Risck control

  tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung

  a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi meninggalkan pasien

  b. Mendskripisakn proses penularan penyakit,

  5. Gunakan sabun anti mikrobia untuk cuci tangan faktor yang mempengaruhi penularan serta

  6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan penatalaksanaanya keperawatan c. Menunjukan kemampuan untuk mencegah

  7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat timbulnya infeksi pelindung d. Jumlah leukosit dalam batas normal

  8. Pertahankan lingkungan aseptik selama

  e. Menunjukan perilaku hidup sehat pemasangan alat

  9. Beriakan terapi antibiotik bila perlu

  Infection protection (proteksi terhadap infeksi)

  1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

  2. Monitor hitungan granulosit, WBC

  3. Monitor kerentanan terhadap infeksi

  4. Batasi pengunjung

  5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular

  6. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien yang beresiko

  7. Pertahankan tehnik isolasi

  8. Beriakan perawatan kulit pada area epidema

  Asuhan Keperawatan Pada..., Mika Anisa Trimumpuni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

  27

  9. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

  10. Ajarkan cara menghindari infeksi

  11. Laporkan kecurigaan infeksi

  12. Laporkan kultur positif

  

Asuhan Keperawatan Pada..., Mika Anisa Trimumpuni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

  Intervensi

  6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat

  3. Kaji fungsi pernafasan : bunyi nafas, kecepatan, irama

  2. Kaji pola tidur

  1. Pantau keadaan umum pasien dan TTV

  5 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan pasien dapat istirahat tidur malam optimal dengan kriteria hasil :

  No Diagnosa Kep NOC Intervensi

  10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan dengan cara yang tepat

  9. Dukung pasien untuk mengeksplorasikan dengancara yang tepat

  8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

  7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi penyakit

  5. Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit

  4 Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b.d kurangnya sumber informasi

  4. Gambarkan proses penyakit

  3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit

  2. Jelaskan patofisiologi dari penyait dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi

  1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

  Teaching : disease proces

  b. Pasien dan kelurga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya.

  a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

  Kowledge : disease process Kowledge : helath behavior

  Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan pengetahuan klien meningkat dengan indikator :

  Asuhan Keperawatan Pada..., Mika Anisa Trimumpuni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

  29

  a. Melaporkan istirahat tidur malam yang

  4. Kaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur optimal

  5. Catat tindakan kemampuan untuk mengurangi

  b. Tidak menunjukan perilaku gelisah kegeliasahan

  c. Wajah tidak pucat dan konjungtiva mata

  6. Ciptakan suasan nyaman, kurangi atau hilangkan tidak anemis karena kurang tidur malam distraksi lingkungan dan gangguan tidur d. Mempertahankan (atau membentuk) pola

  7. Ajarkan relaksasi distraksi tidur yang memberikan energi yang cukup

  8. Beri obat dengan kolaborasi dokter untuk menjalani aktivitas sehari-hari

  No Diagnosa Kep NOC Intervensi

  6 Hambatan Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

  1. Monitor vital sign mobilitas fisik

  2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi selama … x 24 jam diharapkan hambatan mobilitas b.d nyeri fisik pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :

  3. Ajarkan ROM

  a. Klien meningkatkan dalam aktifitas fisik

  4. Dampingi dan bantu saat mobilisasi

  b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

  c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

  d. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker)

  Asuhan Keperawatan Pada..., Mika Anisa Trimumpuni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017