BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Tri Andriyaningrum BAB II

  1. Kehamilan Proses kehamilan merupakan merantai yang berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot , nidasi pada uterus,pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,2010;h.75).

  Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 hulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo,2009;h.213).

  Kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan sperma yang bernidasi pada uterus yang normalnya berlangsung dalam waktu 40 hari

  a. Tanda-Tanda Dugaan Adanya Kehamilan Menurut Manuaba, (2010;h.107) tanda-tanda dugaan adanya kehamilan yaitu :

  12

  1) Amenore (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan. 2) Mual dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan penegluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut

  mooring sickness. Dalam batas yang fisiologis,

  keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.

  3) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentrla) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

  4) Payudara tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan sommatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan dan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

  5) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua gejala ini sudah menghilang.

  6) Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar. kulit. Keluarnya

  7) Pigmentasi melanophore stimulating

  hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit

  disekitar pipi (cloasma gravidarum), pada dinding perut, (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekutar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting sus makin menonjol. 8) Varises atau penampakan pembuluh darah vena yang terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis dan payudara.

  b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan Menurut Manuaba, (2010;h.108) tanda tidak pasti kehamilan yaitu :

  1) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan. 2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda hegar, tanda

  Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba Ballotement.

  3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian kemungkinan positif palsu. c. Tanda Pasti Kehamilan Menurut Manuaba, (2010;h.109) tanda pasti kehamilan yaitu:

  1) Gerakan jain dalam rahim. 2) Terlihat/ teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.

  3) Denyut jantung janin.

  d. Diagnosis banding kehamilan Menurut Manuaba, (2010;h.109) Pembesaran perut wanita tidak selamanya merupakan kehamilan sehingga perlu dilakukan diagnosis banding diantaranya :

  1) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dalam pemeriksaan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukkan kehamilan. 2) Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim tetapi tidak disertai tanda hamil. Bentuk pembesaran tidak merata. Perdarahna banyak saat menstruasi. 3) Kista ovarium. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil dan menstruasi terus berlangsung. Lamanya pembesaran perut dapat melampaui usia kehamilan. Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negatif. 4) Hematometra. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia kehamilan. Perutvterasa nyeri setiap bulan.

  Terjadi tumpukan darah dalam rahim. Tanda dan pemeriksaan kehamilan tidak menunjukkan hasil yang positif, karena himen in perforata. kemih yang penuh. Dengan melakukan

  5) Kandung kateterisasi, maka pembesaran perut akan menghilang.

  e. Penyesuaian Psikologis Pada Ibu Dan Prosesnya Menurut Varney, (2007;h.501-504) Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan proses psikologis ini dapat diidentifikasi pada tiap trimester yaitu :

  1) Trimester pertama Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil.

  2) Trimester Kedua Trimseter kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil.

  3) Trimester Ketiga Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebaga makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun.

  f. Ketidaknyamanan Umum Selama Kehamilan Menurut Varney, (2007; h.536-539) ketidaknyamanan umum selama kehamilan yaitu :

  1) Trimester pertama

  a) Nausea Dengan atau tanpa disertai muntah-muntah, Nausea lebih kerap terjadi pada saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi hari. Penyebab morning sickness masih belum diketahui dengan pasti kendati sejumlah ide telah dikembangkan. Ide ini mencakup perubahan hormon selama kehamilan. Kadar gula darah yang rendah (mungkin disebabkan oleh tidak makan sehingga mengakibatkan siklus yang tidak berujung pangkal), lambung yang terlalu penuh, peristaltik yang lambat dan faktor emosi lain. Ptialisme (Salivasi Berlebihan). b) Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut atau peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang rentan mengalami sekresi berlebihan.

  c) Keletihan Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas. Dugaan lain adalah bahwa peningkatan progesteron memiliki efek menyebabkan tidur.

  d) Nyeri Punggung Bagian Atas Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara menjadi berat.

  e) Leukorea Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester pertama.

  f) Peningkatan Frekuensi Berkemih Frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi akibat penigkatan berat pada fundus uterus. Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istmus menjadi lunak (tanda Hegar), menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar.

  2) Trimester kedua

  a) Nyeri Ulu Hati Yaitu ketidaknyamanan yang mulai timbul menjelang akhir trimester kedua dan bertahan hingga trimester ketiga.

  b) Konstipasi Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan relaksi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron. .

  c) Hemoroid hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu, semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.

  d) Varises Varises vena lebih mudah muncul pada wanita yang memiliki kecenderungan tersebut dalam keluarga atau memiliki faktor predisposisi kongenital. 3) Trimester ketiga

  a) Nokturia Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester ketiga. b) Insomnia Penyebabnya seperti kekhawatiran, kecemasan, terlalu gembira menyambut suatu acara untuk keesokan hari.

  c) Kram tungkai Kram kaki diperkirakan disebabkan oleh gangguan asupan kalsium atau asupan kalsium yang tidak adekuat atau ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh.

  g. Tujuan Pemeriksaan Dan Pengawasan Ibu Hamil Menurut Mochtar, (2012;h.38) tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, dengan demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat.Tujuan umum adalah :

  1) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, nifas.

  2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.

  3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. 4) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi. h. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Menurut Mochtar, (2012;h.38) jadwal pemeriksaan kehamilan yaitu :

  1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan.

  2) Periksa ulang 1X sebulan sampai kehamilan 7 bulan. 3) Periksa ulang 2X sebulan sampai kehamilan 9 bulan. 4) Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan. 5) Periksa khusus jika ada keluhan-keluhan. i. Pemeriksaan Ibu Hamil

  Menurut Manuaba (2010;hal.117 ) pemeriksaan ibu hamil yaitu : 1) Anamnesa

  a) Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama, suku bangsa,pendidikan, pekerjaan, alamat.

  b) Anamnesa umum: (1) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan.

  (2) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir. Bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan. Memakai rumus Naegele: hari +7, bulan -3, tahun +1

  (3) Tentang kehamilan, peraslinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.

  2) Inspeksi Dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, sushu, pernafasan, jantung, paru-paru dan sebagainya. 3) Perkusi Tidak begitu banyak artinya, kecuali jika adaa suatu indikasi.

  4) Palpasi Pemeriksaan palpasi yang biasa digunakan untuk menetapkan kedududkan janin dalam rahim dan usia kehamilan terdiri dari pemeriksaan menurut Leopold I-IV. Tahap persiapan pemeriksaan menurut Leopold :

  a) Tahap persiapan pemeriksaan Leopold (1) Ibu tidur telentang dengan kepala lebih tinggi.

  (2) Kedudukan tanga pada saat pemeriksaan dapat diatas kepala atau membujur disamping badan.

  (3) Kaki ditekuk sedikit sehingga dinding perut lemas. (4) Bagian perut dibuka seperlunya. (5) Pemeriksaan menghadap muka pasien saat melakukan pemeriksaan leopold I sampai III, sedangkan saat melakukan pemeriksaan leopold IV pemeriksa menghadap ke kaki.

  b) Tahap pemeriksaan leopold (1) Leopold I

  (a) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan usia kehamilan dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.

  (b) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur sungsang, kepala bulat, keras dan melenting pada goyangan, pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus, tidak keras tak melenting, dan tidak bulat pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian- bagian janin. (2) Leopold II

  (a) Kemudian kedua tangan diturunkan menelususri tepi uterus untuk menetapkan bagian apa yang terletak dibagian samping. (b) Letak membujur dapat ditetapkan punggung janin, yang teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci. (c) Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala janin.

  (3) Leopold II (a) Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas simfisis pubis.

  (b) Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis pubis akan kosong. (4) Leopold IV

  (a) Pada pemeriksaan leopold IV, pemeriksa menghadap kearah kaki ibu untuk menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul.

  (b) Bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksa divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP maka tangan pemeriksa konvergen. j. Komplikasi Kehamilan

  Menurut Mochtar, (2012;h.139-169) komplikasi kehamilan yaitu : 1) Hiperemesis gravidarum

  Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi tetang kehamilan kepada ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikhis rasa takut, terapi obat menggunakan sedakiva (luminal,stesolid);vitamin (B1 Dan B6); anti muntah.

  2) Topsenia gravidarum Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan gejala yang timbul dari trias : hipertesi,proteinuri,dan edema.

  Pencegahan, pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan. 3) Abortus (keguguran dan kelainan dalam tua kehamilan)

  Keguguran adalah pengeluaran hasil kinsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.

  Penanganan berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga vetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi kuretase. Hendaknya pada penderita juga diberikan tomika dan antibiotika.

  4) Kelainan letak kehamilan (kehamilan ektopik) Adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi diluar endometrium rahim.

  Penanganan perbaiaki keadaan umum, transfusi darah dan segera lakukan lapatorium exsplorasi untuk memberhentikan sumber perdarahan. 5) Penyakit trofoblas

  Penyakit trofoblas karena kehamilan yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta.

  Penanganan perbaiki keadaan umum pasang batang laminaria untuk memperlebar pembukaan, dilakukan evakuasi jaringan dengan menggunakan suction curettage. 6) Anemia

  Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau hemoglobin (Buku saku, 2013.h:160) Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatanya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut potensial yang membahayakan bagi ibu dan anak, karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010.h:237).

  Pada pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil denga mal nutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan denga jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah (Manuaba, 2010.h:238). a) Diagnosis Menurut Manuaba, (2010.h:239)Pemriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut : (1) Hb 11 g% tidak anemia. (2) Hb 9-10 g% anemia ringan. (3) Hb 7-8 g% anemia sedang. (4) Hb <7 g% anemia berat. Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau < 10,5 g/dl (pada trimester II)(Buku saku, 2013.h:160).

  b) Kehamilan Kebutuhan zat besi pada wanita hamil Menurut Manuaba, (2010.h:238) sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan yaitu : Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe.

  Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe. Untuk darah janin 100 mg Fe. Sehingga jumlahnya 900 mg Fe Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 g%, dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 g%.

  c) Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin Menurut Manuaba, (2010.h:240) Pengaruh anemia terhadap kehamilan dan janin yaitu : (1) Pengaruh terhadap kehamilan

  (a) Dapat terjadi abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, molahidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD). (b) Bahaya saat persalinan

  Gangguan His (kekuatan mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering melakukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.

  (c) Pada kala nifas terjadi sub involusi uteri menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, anemia kala nifas.

  (2) bahaya anemia terhadap janin Sekalipun mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan rahim.

  d) Faktor predisposisi Menurut Buku saku, (2013.h:160) Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat, Kelainan gastrointestinal, Penyakit kronis, Riwayat keluarga.

  e) Tatalaksana khusus Menurut Buku saku, (2013.h:161) tatalaksana khusus anemia yaitu : (1) Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab anemia, berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apus darah tepi. (2) Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan.

  (a) Defisiensi besi : lakukan pemeriksaan ferritin <15 mg/ml, berika terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari. (b) Thalasemia : pasien denga kecurigaan thalasemia perlu dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis. (3) Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut :

  (a) Kadar Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20%. (b) Kadar Hb >7 g/dl dengan gejala klinis : pusing, pandangan berkunang-kunang, atau takikardia

  (ferkuensi nadi >100 kali/ menit. k. Peran bidan pada kunjungan antenatal care

  Menurut Saefudin, (2010;h.N-2) pada setiap kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi yang penting, seperti : 1) Trimester Pertama

  a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

  b) Mendeteksi masalah dan penanganannya.

  c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus toksoid, anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

  d) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat).

  2) Trimester kedua

  a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

  b) Mendeteksi masalah dan penanganannya.

  c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus toksoid, anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

  d) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat).

  e) Kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia. 3) Trimester ketiga

  a) Antara minggu 28-36 (1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

  (2) Mendeteksi masalah dan penanganannya. (3) Melakukan tindakan pencegahan pencegahan seperti tetanus toksoid, anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. (4) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat).

  (5) Kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia. (6) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. b) Sesudah minggu ke 36 (1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

  (2) Mendeteksi masalah dan penanganannya. (3) Melakukan tindakan pencegahan pencegahan seperti tetanus toksoid, anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. (4) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat).

  (5) Kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia. (6) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

  (7) Ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau kondisi yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

  2. Persalinan Persalinan (partus =

  labor ) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viabel melalui jalan lahir biasa (Mochtar,2012;hal.71).

  Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)(Manuaba,2010;h.164).

  Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kont raksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (APN,2008;h.39).

  Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008;h.672 ). Persalinan adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus yang dapat hidup diluar uteri melalui jalan lahir ataupun jalan lain yang normalnya setelah usia kehamilan lebih dari 37 minggu tanpa disertai adanya penyulit.

  b. Tanda- Tanda Permulaan Persalinan Menurut Mochtar, (2012;h.70) sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki hari perkiraan lahirnya yang disebut kala pendahuluan. Kala pendahuluan memberikan tanda-tanda sebagai berikut: 1) Lightening ata settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutam pada primigravida.

  Pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas. 2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

  3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

  4) Perasaan nyeri di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah uterus.

  5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertamba, mungkin bercampur darah (bloody show).

  c. Tanda-Tanda Inpartu Menurut Mochtar, (2012;h.70 ) tanda-tanda inpartu yaitu :

  1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datnag lebih kuat, sering, dan teratur.

  2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.

  3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. 4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

  d. Kala Persalinan Menurut Mochtar, (2012;.h.71-73 ) kala persalinan yaitu :

  1) Kala I (Kala Pembukaan) Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm).Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar.Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar kanalis servisis akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu : a) Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3cm, lamanya 7-8 jam.

  b) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Fase aktif dibagi atas 3 sub fase : (1) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

  (2) Periode dilatasi maksimal: selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

  (3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

  2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehinggga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang memulai lengkung refleks menimnulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seoerti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perinium meregang. Dengan his dan tenaga mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin.

  Kala II pada primi berlangsung selama 1,5 jam

  • – 2 jam, pada multi setengah jam sampai 1 jam.

  3) Kala III (Kala Pengeluaran Uri) Setelah bayii lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.

  Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan, dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung elaama 5-30 menit setelah bayi lahir.

  Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100- 200 cc.

  4) Kala IV Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.

  e. Faktor- Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan Menurut Mochtar, (2010;h.70) faktor- faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :

  1) Kekuatan mendorong janin keluar (power).

  1) His (kontraksi uterus). 2) Kontraksi otot-otot dinding perut. 3) Kontraksi diafragma. 2) Faktor janin. 3) Faktor jalan lahir.

  f. Mekanisme Persalinan Mekanisme persalinan gerakan posisi yang dilakukan janin untuk menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Gerakan ini diperlukan karena diameter terbesar janinharus sejajar dengan diameter terbesar pelvis ibu agar janin yang cukup bulan dapat melewati pelvis dan kemudian bayi dapt dilahirkan.Pada minggu- minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim meluas untuk menerimakepala janin, terutama pada primi, sedangkan pada multi, peluasan tersebut terjadi pada saat dimulainya partus.

  Menurut Varney, (2008;h.754-755) Mekanisme persalinan yaitu : 1) Engagement

  Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah melalui pintu atas panggul.

  2) Penururnan terjadi secara lengkap.

  Selama persalinan terjadi penuruan yang merupakan hasil dari kekuatan, termasuk kontraksi ( yang memperkuat tulang punggung janin, menyebabkan fundus langsung menempel pada bokong), dan pada kala dua, dorongan yang dapat dilakukan ibu karena kontraksi otot-otot abdomenya.

  3) Fleksi Merupakan hal yang sangat penting untuk penurunan lebih lanjut. Melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik yang lebih kecil digantikan dengan diameter kepala janin yang lebih besar yang terjadi ketika kepala janin tidak dalam keadaan fleksi sempurna. Fleksi terjadi ketika kepala janin bertemu dengan tahanan. Tahanan ini meningkat ketika terjadi penurunan dan yang pertama kali ditemui adalah dari serviks, kemudian dari sisi-sisi dinding pelvis, dan akhirnya dari dasar pelvis. 4) Rotasi internal

  Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjadi sejajar dengan diameter anteroposterior pelvis ibu, dibawah simfisis pubis. 5) Pelahiran kepala janin dengan ekstensi

  Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk mengeluarkan oksiput-anterior. Ekstensi harus terjadi ketika oksiput berada dibagian anterior karena kekuatan tahanan pada dasar pelvis yang mengarahkan kepala keatas menuju pintu bawah vulva.

  7) Rotasi Eksternal Terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat, menyebabkan diameter bisakromial sejajar dengan diameter anteroposterior pada pintu bawah panggul. 8) Pelahiran bahu dan tubuh

  6) Restetusi Adalah rotasi kepala 45 derajat baik kearah kanan maupun kearah kiri, bergantung pada arah dari tempat kepala berotasi ke posisi oksiput

  • – anterior. Dampaknya, restitusi tidak memutar leher dan membuat kepala berada pada sudut yang tepat pada bahu.

  Melahirkan bahu dan badan bayi sampai pada ekstremitas bawah.

  g. Perubahan Psikologik Pada Ibu Bersalin Perubahan psikologis dan perilaku ibu, terutama yang terjadi pada fase laten, aktif, dan transisi pada kala I persalinan cukup spesifik seiring kemajuan persalinan. Berbagai perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan pada wanita dan bagaimana ia mengatasi tuntutan terhadap dirinya yang muncul dari persalinan dan lingkungan tempat ia bersalin.Selain perubahan yang spesifik, kondisi psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang menjalani persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan; lingkungan tempat ibu berada; dan apakah bayi yang dikandungnya merupakan bayi yang diinginkan. Banyak bayi yang tidak direncanakan, tetapi sebagian besar bayi pada akhirnya diinginkan menjelang akhir kehamilan. Apabila kehadiran bayi tidak diinginkan, bagaimanapun aspek psikologis ibu akan memengaruhi perjalanan persalinan (Varney, 2008;h.686 ).

  h. Posisi Ibu Dalam Persalinan Menurut Mochtar, (2012;h.76) posisi ibu dalam persalinan yaitu :

  1) Posisi litotomi adalah posisi yang paling umum, wanita berbaring telentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat kesamping kanan dan kiri. 2) Posisi duduk. 3) Cara berbaring: a) Menurut Walcher: ditepi tempat tidur.

  b) Menururt Tjeenk- Willink: memakai bantal.

  c) Menurut Jonges: untuk memperlebar pintu bawah panggul.

  d) Menurut posisi Sims: posisi miring. i. Pemeriksaan Wanita Yang Hendak Bersalin Menurut Mochtar, (2012;h.76) pemeriksaan wanita yang hendak bersalin yaitu :

  1) Pemeriksaan umum: Tekanan darah, nadi, pernapasan, refleks, jantung, paru- paru, berat badan, tinggi badan dan sebagainya.

  2) Pemeriksaan status obstetrikus: Letak dan posisi janin, taksiran berat badan janin, denyut jantung janin, his, dan sifat-sifatnya.

  3) Pemeriksaan dalam Adanya masa atau tidak, konsistensi portio, Pembukaan serviks, turunya kepala, ketuban sudah pecah atau belum, adakah yang menumbung, terdapat moulage atau tidak, UUK berada di jam berapa.

  4) Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan urin protein, dan gula, pemeriksaan golongan darah, Hb.

  5) Palpasi bagi ibu Palpasi abdomen, menganjurkan untuk mengosongkan kandung kemih.

  6) Persiapan semua alat untuk persalinan biasa. j. Langkah Asuhan Persalinan Normal

  Menurut Prawirohardjo, (2010;h.341-347) langkah asuhan persalinan normal yaitu : Melihat tanda gejala kala dua 1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua : a) Ibu mempunyai keinginan unruk meneran.

  b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum atau vaginanya.

  c) Perineum menonjol.

  d) Vulva-vagiana dan sfingter ani membuka. Menyiapkan Pertolongan persalinan :

  2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap di gunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

  3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. 4) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai atau pribadi yang bersih.

  5) Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik( dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakan kembali di partus set/ wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik : 7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati.

  8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan servik sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

  9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%. 10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran :

  11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginanya titi. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

  13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorogan yang kuat untuk meneran.

  Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi : 14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih diatas perutibu untuk mengeringkan bayi.

  15) Meletakkan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu .

  16) Membuka partus set. 17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. Menolong kelahiran bayi.

  18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi. 19) Dengan lembut menyeka muka, mulut,dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih.

  20) Memeriksa lilitan tali pusat. 21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  Lahir Bahu : 22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi ( biparietal).

  Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya .dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.

  23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

  24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas dan punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Penanganan Bayi Baru Lahir : 25) Menilai bayi dengan cepat.

  26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu- bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/IM. 27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi.

  28) Memegang tali pusat dengan satu tangan dan memotongna. 29) Mengeringkan bayikani, mengganti handuk yanng basah dan menyelimuti bayi dengan slimut yang bersih dan kering.

  30) Memberikan bayi kepada ibunya untuk memulai pemberian ASI.

  Oksitosin : 31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melaukan palpasi abdomen untuk mengecek untuk memungkinkan adanya bayi yang kedua. 32) Memberitahu pada ibu bahwa ia akan di suntik.

  33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit/IM.

  Penegangan Tali Pusat Terkendali : 34) Memindahkan klem pada tali pusat.

  35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

  Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. 36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

  Mengeluarkan Plasenta : 37) Setelah plasenta lepas lakukan PTT.

  38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

  Memegang kedua plasenta dengan dua tangan dan denga hati-hati memutar plasenta sehingga selaput ketuban terpilin. Pemijatan Uterus :

  39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus.

  Menilai Perdarahan : 40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. 41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum.

  Melakukan Prosedur Pascapersalinan : 42) Menilaiulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

  43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%.

  44) Menempatkan klem tali pusat di desinveksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali desinveksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1cm dari pusat.

  45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

  46) Melepaskan klem bedah dan meletakkanya kedalam larutan klorin 0,5%.

  47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. 48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. 49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam: a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

  b) Setiap 15 menit pada 1jam pertama pascapersalinan.

  c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

  d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan peralatan yang sesuai untuk panatalaksanaan atonia uteri. e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan jahitan, lakukan penjahitan dengan anastesi lokal.

  50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

  51) Mengevaluasi kehilangan darah. 52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap

  30 menit selama jam kedua pascapersalinan. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. Kebersihan Dan Keamanan :

  53) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi(10 menit).

  54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai.

  55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinveksi tingkat tinggi. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

  57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

  58) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%.

  59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. Dokumentasi : 60) Melengkapi partograf. k. Komplikasi Dalam Persalinan

  Menurut Mochtar, (2012;h.213) kompilkasi dalam persalinan yaitu : 1) Distosia Karena Kelainan His (Power)

  Distosia Karena Kelainan His (Power) adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan. Penanganan : periksa keadaan serviks, presentasi dan porsi janin, turunya bagian terbawah janin dan keadaan panggul dan berikan oksitosin drip 5-10 satuan dalam 500 cc, dimulai dengan 12 tetes per menit, dinaikan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tets per menit. Maksud dari pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat terbuka.

  2) Distosia karena kelainan jalan lahir. 3) Partus percobaan

  Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuam persalinan, untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalo-pelvik.

  4) Distosia serviks Adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan pada serviks uteri.

  Penanganan bila setelah pemberian obatobatan seperti valium dan petidin tidak merubah sifat kekakuan, tindakan kita adalah melakukan seksio sesarea. 5) Kelainan pada letak kepala

  Adalah bagian terbawah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah, dan UUB sudah berputar kedepan. l. Asuhan kebidanan pada kala I-IV persalinan menurut Mochtar (2010;h.77-81) yaitu :

  1) Kala I Pekerjaan penolong (bidan) pada kala I adalah mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya serta menanamkan semangat kepada wanita tersebut bahwa proses persalinan adalah fisiologis, tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong. Pemberian obat atau tindakan hanya hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan-jalan. Jika berbaring sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan- jalan , harus berbaring. Periksa dalam pervaginam dilarang , kecuali ada indikasi . pada kala I pembukaan dilarang mengedan karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu.

  2) Kala II Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri, apabila belum pecah ketuban dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat lalu timbullah his mengedan, penolong telah siap untuk memimpin persalinan. Jika terdapat kemajuan persalinanpenolong harus menahan perineum dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau doek steril. Pada primigravida dianjurkan untuk melakukan episiotomi. 3) Kala III

  Segera sesudah anak lahir, anak diurus dan talipusat diklem, biasanya rahim setelah kelahiran akan mengalami masa istirahat , dalam masa istirahat itulah peran bidan yaitu : memeriksa keadaan ibu, TTV, mengawasi perdarahan, mencari tanda pelepasan plasenta, menyuruh ibu mengedan dan memberi tekanan pada fundus, uri dan selaput ketuban harus diperiksa sebaik-baiknya setelah dilahirkan. 4) Kala IV

  Ibu yang baru melahirkan , periksa ulang dahulu dan perhatikan mengenai :kontraksi rahim, perdarahan, kandung kemih, luka- luka jahitan, uri dan selaput ketuban harus lengkap, keadaan umum ibu dan bayi dalam kedaan baik.

  3. Nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Mochtar,2012;h.87). Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran (Williams,2014;h.674). Periode pascapartum atau disebut juga puerperium adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir dari periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil yang berlangsung selama 6 minggu (Varney,2008;h.958). Masa nifas adalah masa pulihnya kembali organ-organ reproduksi wanita setelah kelahiran plasenta dan selaput janin sampai alat- alat kandungan kembali seperti prahamil.

  a. Periode Masa Nifas Nifas dibagi dalam 3 periode menurut Mochtar, (2010;h.87) yaitu: dini, yaitu kepulihan saat ibu telah

  1) Puerperium diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

  2) Puerperium intermediet, yaitu kepulihan menyeluruh alat- alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

  3) Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

  b. Involusi Alat-Alat Kandungan Involusi alat-alat kandungan menurut Mochtar, (2012;h.87-

  88) yaitu: 1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

  2) Bekas implantasi plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

  3) Luka-luka pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.