BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - RIA KUSUMA DEWI BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana

  ‘pertuturan’ speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar (Kridalaksana, 2008: 154).

  Sementara menurut Chaer (2007:49) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Pendapat lain diungkapkan oleh Austin (1962) bahwa dalam suatu bentuk tuturan sebenarnya seseorang itu tidak hanya mengatakan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu.

  Menurut Searle (dalam Wijana, 1996:17-22) tindak tutur dibagi menjadi tiga yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur lokusi yaitu tindak tutur yang menyatakan sesuatu bagaimana adanya atau The Act of

  

Saying Something tindakan untuk mengatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi adalah

  tindak tutur yang selain menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, tindak tutur ilokusi disebut juga The Act of Doing Something (tindakan melakukan sesuatu). Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur. Tindak tutur perlokusi disebut juga sebagai The Act Affective Someone (tindak yang memberi efek pada orang lain).

  Perkembangan tindak tutur ilokusi menurut Searle (dalam Leech, 2011:163- 165) dikategorikan menjadi lima jenis tuturan yaitu, tuturan representatif, tuturan

  tuturan

  direktif, tuturan ekspresif, tuturan komisif, dan deklarasi. Lima jenis tuturan

  1 tersebut sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, tetapi pada penelitian ini peneliti hanya membahas tuturan ekspresif. Menurut Yule (2006: 93) menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur dan berfungsi untuk menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang sedang dialami oleh mitra tutur. Tindak tutur ini mencerminkan pernyataan-pernyatan psikologis berupa pernyataan kegembiraan, kebencian, kesukaan, kesengseraan, dan sebagainya.

  Peristiwa ekspresif tidak hanya ditemukan dalam komunikasi sehari-hari, tetapi dapat ditemukan dalam karya sastra. Teks fiksi yang mengandung tuturan- tuturan yakni salah satunya adalah novel. Menurut Nurgiyantoro (2010: 310) menyatakan bahwa sebuah novel umumnya dikembangkan dalam dua bentuk penuturan, yaitu narasi dan dialog. Novel merupakan salah satu karya fiksi yang banyak digemari, baik dikalangan remaja maupun orang dewasa. Pada penelitian ini, peneliti mengambil novel yang mengangkat sebuah topik yang sedang ramai diperbincangkan di lingkungan masyarakat. Seperti yang digunakan pada penelitian ini yang bertopik poligami. Perkawinan poligami menjadi sebuah fenomena sosial yang banyak menuai pro dan kontra. Di Indonesia praktek poligami kian marak terjadi, baik dikalangan elite maupun masyarakat awam dan bahkan banyak terjadi dikalangan para ulama dan tokoh pemerintahan.

  Dipilihnya novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia dalam penelitian ini berawal dari ketidaksengajaan peneliti saat membaca novel yang menarik untuk pembelajaran. Dalam novel tersebut peneliti menemukan tuturan tokoh yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif. Kisah cerita dalam novel tersebut bagus untuk disimak dan mendewasakan pikiran serta hati pembaca. Tidak hanya mengajari tentang ketegaran dan keikhlasan sebagaimana digambarkan pada tokoh Arini ketika harus menjalani takdirnya, beberapa tuturan juga mengingatkan pembaca tentang hidup yang sementara. Kematian yang bisa menimpa siapa saja dan kapan saja, sebagaimana yang menimpa salah seorang anak pengagum karya Arini.

  Dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 peneliti menemukan fenomena tuturan tokoh yang menunjukkan adanya fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif, yaitu seperti pada tuturan tokoh berikut:

  (1)”Mereka yang mengenal Arini dengan baik masih akan menemukan percik kesedihan sesekali menyala di matanya, sekalipun perempuan berjilbab itu sedang tersenyum. Tapi dia nyaris tak pernah lagi meratapi takdir. Air matanya mengeras bersama hati yang setiap saat berada dalam gempuran. Pertempuran yang harus selalu dimenangkan. “Maksudmu dengan Mei Rose?” Arini memberi gelengan sebagai jawaban pertanyaan Sita, sahabatnya.

  Konteks tuturan: Tuturan di atas dituturkan oleh Sita kepada Arini yang ingin menanyakan alasan kesedihan sahabatnya.

  Pada tindak tutur tersebut peneliti menemukan tuturan tokoh yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif untuk menanyakan (interogatif) meminta pengakuan. Tuturan yang menunjukkan adanya fungsi menanyakan meminta pengakuan ditandai dengan kata maksudmu dengan Mei Rose?. Pada tuturan tokoh tersebut terdapat intonasi naik pada akhir kalimat, dan menghendaki adanya jawaban dari lawan tutur. Tuturan dengan fungsi menanyakan meminta pengakuan yang dituturkan oleh tokoh Sita (penutur) di atas bermaksud untuk meminta jawaban ya atau tidak dari Arini (lawan tutur), meskipun jawaban Arini tidak lisan, namun dalam bentuk tindakan yaitu dengan memberi gelengan sebagai jawaban pertanyaan Sita. Dengan demikian, tuturan tokoh tersebut merupakan tuturan yang mengandung fungsi tindak tutur meminta pengakuan dan termasuk dalam fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif menanyakan (interogatif).

  Selain itu, peneliti menemukan tuturan tokoh yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif yaitu sebagai berikut.

  (2)”Bolehkah perempuan memilih celah lain? Cerai misalnya, ketimbang menerima fakta ada perempuan asing yang menempati ruang hati suami dan ingin dinikahinya. Islam membuka mekanisme perpisahan meski menyebutkan ia adalah halal namun dibenci-Nya. Jangan begitu, apa yang menghalangi perempuan yang menerima-tidak ingkar-terhadap ayat poligami, namun belum siap menempuh jalan itu untuk kemudian memutuskan berpisah dari suami? “Alasannya?” Kening Sita dan Lia berkernyit mendengar penuturan Arini setelah akhirnya perempuan itu membuka tabir kemelut yang menimpa keluarganya. “Cerai lebih baik dari bunuh diri.” Kedua sahabatnya spontan istighfar. “Bukannya aku ingin bunuh diri.” Bibir Arini melengkung manis. Namun bahasan ini terlalu berat untuk seulas senyuman.

  Konteks tuturan: Tuturan di atas dituturkan oleh Sita kepada Arini yang menanyakan alasan sahabatnya mengapa ingin memilih berpisah dari suaminya. Pada tuturan tersebut peneliti menemukan tuturan tokoh yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif untuk menanyakan (interogatif) meminta alasan.

  Tuturan yang menunjukkan adanya fungsi menanyakan meminta alasan ditandai dengan kata alasannya?. Pada tuturan tokoh tersebut terdapat intonasi naik pada akhir kalimat, dan menghendaki adanya jawaban dari lawan tutur. Tuturan dengan fungsi menanyakan meminta alasan yang dituturkan oleh tokoh Sita (penutur) di atas bermaksud untuk meminta alasan Arini kenapa memilih ingin berpisah dengan Pras, dan dalam rumah tangganya dikaruniai tiga anak. Dengan demikian, tuturan tokoh tersebut merupakan tuturan yang mengandung fungsi ekspresif meminta alasn dan termasuk dalam fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif menanyakan (interogatif).

  Pada tuturan berikutnya, peneliti menemukan fenomena yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif menyatakan (deklaratif) memuji yaitu terdapat pada data berikut.

  (3) “Aku buka jilbab karena itu. Untuk apa dipertahankan? Laki-laki yang telah memilih seorang muslimah berjilbab untuk menjadi istri, kmudian berzina dengan perempuan yang masih mengumbar aurat ke mana- mana.” Hidup dan keikhlasan.

  Betapa sulit. “Tapi Pras bukan seperti suamiku, Rin... dia orang baik.” Konteks tuturan: Tuturan di atas dituturkan oleh tokoh Lia (penutur) kepada Arini (lawan tutur) pada saat mereka sedang bersama dan membicarakan soal suami yang memilih poligami.

  Dari data tersebut peneliti menemukan tuturan tokoh yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif menyatakan pujian. Tuturan menyatakan (deklaratif) berupa pujian ditandai dengan kata tapi Pras bukan seperti suamiku, Rin... dia

  

orang baik. Dari tindak tutur tersebut Lia bermaksud memuji suaminya Arini, yaitu

  Pras karena kebaikannya. Kebaikan yang dimaksud dalam tuturan tersebut ialah Pras menikah lagi karena untuk menyelematkan hidup seseorang. Dengan demikian,. tuturan yang diungkapkan oleh tokoh Lia tersebut merupakan ungkapan yang digunakan untuk menyatakan pujian dan termasuk dalam fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif menyatakan (deklaratif).

  Selanjutnya, fenomena lain yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif menyuruh yaitu terdapat pada data berikut.

  (4)”Jejak kenangan terus diejanya sejak waktu terasa tak berdetak begitu kabar duka ia terima. “Ikhlaskan, Arini... lepas mereka dengan senyum,” bisik Pras, dengan suara kian parau.

  Konteks tuturan: Tuturan diituturkan oleh tokoh Pras kepada Arini yang saat itu mereka sedang berduka atas meninggalnya kedua anak mereka yaitu Putri dan Adam. Dari data tersebut peneliti menemukan tuturan tokoh yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif untuk menyuruh. Tuturan ekspresif menyuruh ditandai dengan kata Ikhlaskan, Arini... lepas mereka dengan senyum. Dari tuturan tersebut Pras (penutur) bermaksud menyuruh Arini (lawan tutur) untuk mengikhlaskan kepergian kedua anaknya tercinta. Tuturan di atas disampaikan oleh Pras (penutur) kepada Arini (lawan tutur) dengan harapan agar Arini melaksanakan sesuai isi tuturan tersebut yaitu melakukan tindakan mengikhlaskan kepergian anak-anaknya. Dengan demikian, tuturan yang dituturkan oleh tokoh Pras tersebut merupakan suruhan yang termasuk dalam fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif imperatif menyuruh (imperatif), sebab terdapat ekspresif menyuruh dari penutur yang ditujukan kepada istrinya utuk mengikhlaskan anak-anaknya yang sudah meninggal dengan senyuman.

  Dari beberapa fenomena yang peneliti temukan, maka peneliti berasumsi bahwa suatu tuturan dapat berisi ungkapan perasaan para penuturnya. Tuturan- tuturan yang mengandung ungkapan perasaan penuturnya banyak ditemukan di dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Fenomena kebahasaan inilah yang mendorong peneliti untuk menjadikan novel ini sebagai objek penelitian ilmu pragmatik, khususnya tentang tindak tutur ilokusi ekspresif. Untuk membuktikan adanya fenomena tindak tutur ilokusi ekspresif , maka penelitian dengan judul “Fungsi

  Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif pada Tuturan Tokoh dalam Novel Surga yang Tak

  Dirindukan 2 Karya Asma Nadia ” penting untuk dilakukan.

  B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah fungsi tindak tutur ilokusi ekpresif apa sajakah yang terdapat dalam novel

  Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif pada tuturan tokoh dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia.

  D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

  a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat pada umumnya untuk tidak hanya menikmati wacana novel sebagai bacaan hiburan saja, tetapi juga memanfaatkannya sebagai media pembelajaran bagi masyarakat untuk bersikap kritis terhadap kondisi sosial yang sedang terjadi.

  b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan menguatkan teori-teori yang sudah ada dalam pragmatik, khususnya dalam bidang tindak tutur ekspresif.

2. Manfaat Teoretis

  a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pragmatik sebagai ilmu bahasa yang mempelajari hubungan bahasa dengan konteksnya.

  b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah penelitian bahasa, khususnya penelitian mengenai tindak tutur ilokusi.