BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PTPN VII Unit Kedaton) - Raden Intan Repository

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalahpahaman judul skripsi ini, maka perlu adanya

  penegasan judul. Judul skripsi ini yaitu ‘’PENGARUH KESELAMATAN DAN

  KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PTPN VII Unit Kedaton)

  Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut :

  1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda)

  1 yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

  2. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah setiap tenaga kerja berhak mendapat

  perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional karena setiap orang yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula

  2 keselamatannya.

  3. Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

  oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

  3 jawab yang diberikan kepadanya.

1 Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: balai

  pustaka, 1996, h. 747 2 M. Benoe Satriyo Wibowo, Himpunan Peraturan Perundangan Ketenagakerjaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, h. 357

4. Ekonomi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan yang berupaya untuk

  memandang, meninjau, meneliti dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-

  

4

permasalahan ekonomi secara Islami .

B. ALASAN MEMILIH JUDUL

1. Alasan Objektif

  PTPN VII adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang agribisnis perkebunan dengan wilayah kerja di Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan. Pada perusahaan ini juga memungkinkan untuk diadakan penelitian mengingat literatur dan bahan data informasi yang diperlukan untuk menunjang penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kemudian bagaimana pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan.

  Apabila ditinjau dari perspektif Ekonomi Islam bagaimana keselamatan dan kesehatan dalam Islam? pada penelitian ini juga memungkinkan untuk diadakan penelitian mengingat literatur dan bahan data informasi yang diperlukan menunjang penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Alasan Subjektif.

  Sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan serta sebagai bahan referensi untuk peneliti. Hal tersebut didukung dengan tersedianya data-data yang dibutuhkan. Selain itu judul yang diajukan sesuai dengan jurusan yang penulis ambil di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Raden Intan Lampung.

4 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja

C. Latar Belakang Masalah

  Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, sumber daya manusia merupakan aset penting yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Oleh karena itu karyawan harus mendapatkan perhatian yang khusus dari perusahaan agar sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan mampu memberikan kontribusi yang optimal dalam upaya pencapaian

  5

  tujuan suatu organisasi. Dalam pengelolaan sumber daya manusia inilah diperlukan manajemen yang mampu mengelola sumber daya secara sistematis, terencana, dan efisien. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama bagi manajer sumber daya manusia ialah program keselamatan dan kesehatan kerja.

  Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 86 ayat (1) yang berisi bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

  6 nilai-nilai agama.

  Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan perlu dilakukan oleh setiap perusahaan dengan sasaran agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya dalam melakukan pekerjaannya dengan lancar dan terlindung dari hal-hal yang dapat mengancam fisik maupun jiwa dan raganya. Bila keselamatan dan kesehatan kerja tidak terjamin dalam suatu perusahaan maka akan dapat menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak, baik karyawan maupun perusahaan. 5 Sunyoto Danang, Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit CAPS, 2012, h. 68

  Upaya Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan tentang program keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan dan

  7

  pimpinan perusahaan. Program keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Pertama, membuat kondisi kerja aman dengan mempergunakan alat-alat pengaman yang lebih baik, penerangan sebaik mungkin, melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik dan menggunakan petunjuk- petunjuk peralatan keamanan. Kedua, melakukan kegiatan pencegahan kecelakaan dengan melakukan praktik-praktik manusia agar bertindak aman. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan mendidik para karyawan dalam hal keamanan, memberlakukan larangan-larangan secara keras, membentuk tim manajemen serikat

  8 pekerja untuk menanggulangi masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

  Penerapan pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi.

  Di samping itu keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan mampu menciptakan

  9 kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.

  Keselamatan dan kesehatan dalam perlindungan tenaga kerja di Indonesia ternyata masih minim. Ini terlihat dari banyaknya jumlah kecelakaan kerja tahun 2011 dengan jumlah 96.400 kecelakaan yang terjadi, sebanyak 2.144 diantaranya tercatat meninggal dunia dan 42 lainnya cacat. Sampai Desember 2015 angka

  7 8 Ibid, h. 102 Agus Tulus, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996, h.157

  10 kecelakaan kerja masih tinggi yaitu pada kisaran 80.000 kasus kecelakaan kerja.

  Data Internasional Labor Organization (ILO) menghasilkan kesimpulan bahwa dalam rentan waktu rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja dan

  11 70% di antaranya berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup.

  Keselamatan dan kesehatan kerja termasuk salah satu program pemeliharaan yang ada di perusahaan. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan sangatlah penting karena bertujuan untuk menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mengurangi

  12

  kecelakaan. Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan akan meningkatkan kinerja karyawan.

  Mengingat bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai ketentuan yang mengatur tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9 bahwa “setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat, martabat, manusia, moral dan agama”.

  10 www.jamsostek.com/infografik-data-dan-fakta-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-indonesia.

  (diakses pada 28 maret 2016) 11 12 www.bps.go.id Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Jakarta: Raja Grafindo

  Undang-Undang tersebut kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang pasal

  13

  1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Dengan meningkatnya jam kerja selamat, maka perusahaan dapat meminimalkan biaya tambahan premi asuransi kesehatan yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja dan mampu mendukung peningkatan kinerja karyawan pada perusahaan.

  PTPN VII Unit Kedaton merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini terkait dengan adanya Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara VII (SPPN VII) yang bertujuan untuk meniadakan atau meminimalkan adanya kecelakaan kerja. Perusahaan menyadari bahwa setiap karyawan berhak untuk mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan sewaktu bekerja. Perlindungan karyawan terhadap bahaya penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.

  Tenaga kerja yang sehat dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman akan meningkatkan kinerja karyawan, sehingga diharapkan kinerja karyawan meningkat yang dapat mendukung keberhasilan bisnis perusahaan dalam membangun dan meningkatkan produktivitas perusahaan.

  PTPN VII Unit Kedaton adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang agribisnis dengan komoditas karet yang dalam pengolahan getah karet atau lateks menjadi karet di perlukan bahan-bahan kimia tertentu.

  Pemilihan bahan-bahan kimia yang digunakan serta komposisi dari bahan-bahan kimia yang ditambahkan seperti asam semut, soda api dan tawas tersebut berpengaruh 13 Suma’mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: Gunung Agung, 1981, terhadap produksi karet yang dihasilkan. Oleh karena itu pemilihan dan komposisi bahan-bahan kimia yang tepat akan menghasilkan produk yang baik pula.

  Pada pengolahan lateks menjadi karet umumnya menghasilkan aroma bau yang tidak sedap, hal tersebut dikarenakan adanya pencampuran dari getah karet yang masih mentah yang memiliki bau yang tidak sedap dicampur dengan bahan-bahan kimia sehingga, menimbulkan aroma bau yang semakin menyengat dan dalam proses pengolahan getah karet dikelola dengan teknologi mesin yang modern dengan kecepatan kerja yang tinggi sehingga dapat menimbulkan bahaya dan kecelakaan yang

  14

  tinggi bagi karyawan yang berkontak langsung dengan mesin-mesin tersebut. Tercatat dari tahun 2011-2015 terdapat 3 kasus kecelakaan kerja pada karyawan yang diakibatkan kelalaian dari karyawan itu sendiri dan 11 kasus kecelakaan kerja diluar

  15 lingkungan perusahaan.

  Karena itu PTPN VII unit usaha kedaton sangat membutuhkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang baik sehingga mampu mencetak personil berkualitas dan mampu mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara optimal. Mengingat luasnya kegiataan penyediaan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi dalam lingkup penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada PTPN VII unit usaha kedaton bagian pabrik.

  14

  2Wawancara langsung dengan Kepala Pabrik PTPN VII Unit Kedaton, Ibu Heri Priyantini, pada tanggal 16 April 2016.

  Tabel 1 Data Karyawan dan Jumlah Produksi

  PTPN VII Unit Kedaton Bagian Pabrik

  Bagian Tahun Jumlah Jumlah Karyawan Produksi Pabrik Teknisi Pengolahan 2013

  98 51 149 2.198.669 Ton 2014

  95 55 150 2.389.725 Ton 2015 101 80 181 2.468.833 Ton

  Sumber: PTPN VII Unit Kedaton 2013-2015 Pada setiap perusahaan berkewajiban menjamin keselamatan dan kesehatan kerja, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nahl ayat 90 :

                    

  Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

  kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

  16 pelajaran” .

  Berdasarkan ayat di atas ada tiga hal yang diperintahkan oleh Allah SWT yang pertama jalan adil yaitu, menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan mana yang benar, mengembalikan hak kepada yang punya dan

  17

  jangan berlaku zalim atau aniaya. Begitu juga jaminan sosial dalam Islam memerintahkan kepada pemberi pekerjaan (majikan atau perusahaan) untuk berlaku adil, berbuat baik dan dermawan kepada para pekerjanya. 16 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung, 2005, h. 278

  Sebab para pekerja itu merupakan bagian dari perusahaan dan kalau bukan susah payah pekerja tidak mungkin usaha majikan (perusahaan) dapat berjalan dengan baik. Dengan kata lain antara pekerja dan perusahaan memiliki peran besar untuk kesuksesan usaha perusahaan. Maka majikan atau perusahaan berkewajiban untuk mensejahterakan pekerja dan memenuhi hak-hak nya, termasuk memberikan

  18 upah yang layak dan jaminan sosial.

  Islam sangat menghargai pekerjaan, bahkan seandainya kiamat sudah dekat dan kita yakin tidak akan pernah menikmati hasil dari pekerjaan kita, kita tetap diperintahkan untuk bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu

  19

  sendiri. Hal ini bisa dilihat dari hadist berikut:

  ﻰﻘ ﻬﻴﺒﻟا ﻩاوراًﺪَﻏ ُتْﻮ َُﲤ َﻚﱠﻧ َﺄَﻛ َﻚِﺗَﺮِﺧ ِﻻ ْﻞَﻤْﻋَواًﺪَﺑ َا ُﺶْﻴَِﲤ َﻚﱠﻧ َﺄَﻛ َكﺎَﻴْـﻧ ُﺪِﻟ ْﻞَﻤْﻋإ

  Artinya: “Bekerjalah seakan-akan engkau hidup seribu tahun lagi, dan beribadahlah seakan-akan besok engkau akan mati”.

  Hadis di atas merupakan anjuran nabi Muhamad pada umatnya untuk bekerja keras dengan baik dan sungguh-sungguh untuk memperoleh ridho Allah.

  Berdasarkan kondisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu upaya yang dilakukan perusahaan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dari bahaya sakit, kecelakaan dan kerugian akibat melakukan pekerjaan, sehingga para pekerja dapat bekerja dengan selamat. 18 19 Suharwardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2000. Hlm. 157 Sayyid Ahmad Al-hasyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits, Bandung: Sinar Baru Argensindo,

  Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka, penulis tertarik melakukan suatu penelitian dengan judul: “PENGARUH KESELAMATAN

  DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PTPN VII Unit Kedaton)”.

  D. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalaan ini sebagai berikut:

  1. Apakah terdapat pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PTPN VII Unit Kedaton?

  2. Bagaimana pandangan Ekonomi Islam tentang jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap kinerja karyawan PTPN VII ?

  E. TUJUAN PENELITIAN

  Adapun tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PTPN VII Unit Kedaton?

  2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Ekonomi Islam tentang jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap kinerja karyawan PTPN VII ?

  F. MANFAAT PENELITIAN

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  a. Secara teoritis, berguna sebagai bahan ilmu pengetahuan dan penilaian tentang ekonomi “secara umum” dan ekonomi Islam “secara khususnya”, untuk mengetahui keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan dan perspektif ekonomi Islam tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

  b. Secara praktif, bagi penulis atau peneliti merupakan sebagai sarana untuk mempraktekan teori-teori yang didapatkan. Penelitian ini sebagai salah satu potensi sebagai sumber daya manusia yang berkualitas. Penelitian ini juga menjadi salah satu tujuan utama penulis dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata satu sesuai dengan jurusan Ekonomi Islam di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Raden Intan Lampung.

  c. Bagi mahasiswa, adapun hasil penelitian ini semoga bermanfaat dan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya dapat memberikan kontribusi baik bagi khazanah ilmu pengetahuan keagamaan maupun ilmu pengetahuan secara umum.

  d. Bagi objek penelitian, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan untuk masyarakat agar selalu menjaga keselamatan dan kesehatan dalam bekerja agar menghasilkan kinerja yang baik.

BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  Keselamatan mencakup dua istilah, yaitu resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, tersengat aliran listrik, terpotong, luka memar, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Semua itu sering di hubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan pelatihan. Sedangkan kesehatan kerja adalah kondisi yang bebas dari gangguan

  20 fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

  Keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan kondisi-kondisi fisiologis fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja. Kondisi fisiologis fisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja seperti cidera, kehilangan nyawa atau anggota badan, sedangkan kondisi psikologis diakibatkan oleh stress pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap menarik diri, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan kecenderungan untuk

  21 20 mudah putus asa terhadap hal-hal yang kecil.

  Anwar Prabu Mangkuegara, Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2001, h. 161 21 Rivai, Manajemen Sumberdaya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktik, Jakarta:

  Kesehatan kerja merupakan spesialis ilmu kesehatan atau kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi tingginya baik fisik, mental, maupun social dengan usaha prefentif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan

  22 oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.

  Jadi keselamatan dan kesehatan kerja adalah setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional karena setiap orang yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula

  23 keselamatannya.

2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  24 Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

  a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan motivasi.

  b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

  c. Sumber produksi diperlihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

  d. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua lapangan pekerjaan.

  e. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan kerja yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

  22 23 Darmanto, Kesehatan Kerja di Perusahaan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 1999, h. 52 M. Benoe Satriyo Wibowo, Himpunan Peraturan Perundangan Ketenagakerjaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, h. 357 24 Suma’mur, Keselamatan Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: Gunung

  f. Memberikan perlindungan bagi pekerja dari bahaya yang dapat membahayakan kesehatan.

  g. Menempatkan dan memelihara kesehatan pekerja disuatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja.

3. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  Program keselamatan kerja adalah menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.

  Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya

  25 serta cara-cara melakukan pekerjaan.

  Perusahaan juga harus memelihara keselamatan karyawan di lingkungan

  26

  kerja dan syarat-syarat keselamatan kerja adalah sebagai berikut : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

  b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

  c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

  d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

  e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.

  f. Memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja.

25 Mangkunegara, Anwar Prabu, Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Penerbit Refika Aditama,

  2005, h. 114 26 idb4.wikispaces.com/file/view/rd4005.pdf g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin , cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

  h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan. i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. k. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban. l. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. m. Mengamankan dan memperlancar pengangkatan orang, binatang, tanaman atau barang. n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. o. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. p. Mencegah terkena aliran listrik.

4. Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  Ada tiga alasan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja

  27

  :

  a. Berdasarkan Perikemanusiaan Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk

27 Danang Sunyoto, Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit CAPS, 2012

  mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan.

  b. Berdasarkan undang-undang Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal, undang- undang negara bagian dan undang-undang kota praja tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda.

  c. Ekonomis Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan.

5. Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  Departemen tenaga kerja Republik Indonesia mengharapkan bahwa upaya pencegahan kecelakaan adalah merupakan program terpadu koordinasi dari berbagai aktivitas, pengawasan yang terarah yang didasarkan atas sikap, pengetahuan, dan kemampuan. Beberapa ahli telah mengembangkan teori

  28

  pencegahan kecelakaan dikenal 5 tahapan atau pendekatan pokok adalah :

  a. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja Pada era industrialisasi dengan kompleksitas permasalahan dan penerapan prinsip manajemen modern, masalah usaha pencegahan kecelakaan tidak mungkin dilakukan oleh orang per orang atau secara pribadi, namun memerlukan banyak orang, berbagai jenjang dalam organisasi yang memadai. b. Menemukan fakta dan masalah Dalam kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui survei, inspeksi, observasi, investigasi, dan review of record.

  c. Analisis Tahap ini terjadi proses bagaimana fakta atau masalah ditemukan dapat dicari solusinya. Fase ini, analisis harus dapat dikenali berbagai hal antara lain: sebab utama masalah tersebut, tingkat kekerapannya, loksi, kaitannya dengan manusia maupun kondisi. Analisis ini bisa saja menghasilkan satu atau lebih alternatif pemecahan.

  d. Pemilihan atau penetapan alternatif (pemecahan) Dari berbagai alternatif pemecahan perlu diadakan seleksi untuk ditetapkan satu yang benar-benar efektif dan efisiensi serta dipertanggungjawabkan. Jika sudah dipilih alternatif pemecahan maka harus diikuti dengan tindakan dari keputusan penetapan tersebut. Dalam proses pelaksanaan dibuthkan adanya kegiatan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan.

6. Komitmen dan Manajemen Keamanan

  Keamanan dimulai dengan komitmen manajemen puncak. Semua orang harus melihat bukti yang meyakinkan atas komitmen manajemen puncak. Hal ini meliputi manajemen puncak yang secara pribadi terlibat dalam:

  a. aktivitas keamanan

  b. membuat masalah keamanan menjadi prioritas utama dalam pertemuan dan penjadwalan produksi c. memberikan peringkat dan status yang tinggi kepada petugas keamanan perusahaan, d. menyertakan pelatihan keamanan dalam pelatihan pekerja baru.

  Idealnya keamanan adalah sebuah bagian integral dari sistem, dirajut kedalam setiap kompetensi manajemen dan bagian dari tanggung jawa hari-ke-hari setiap orang.

  Sebagai tambahan, menegakkan komitmen manajemen dengan sebuah kebijakan keamanan, dan mempublikasikannya. Hal ini harus ditekankan bahwa perusahaan akan melakukan segala hal yang praktis untuk menghilangkan atau mengurangi kecelakaan dan luka-luka. Menakankan bahwa pencegahan kecelakaan dan luka- luka bukan hanya penting tetapi yang paling penting. Dan menganalisis jumlah kecelakaan dan kejadian keamanan dan kemudian menetapkan sasaran keamanan spesifik yang dapat dicapai.

7. Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  Tujuan dan manfaat dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai

  29

  berikut :

  a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

  b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seselektif mungkin.

  c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

29 Mangkunegara, Anwar Prabu, Evaluasi Kinerja SDM . Bandung: Penerbit Refika Aditama,

  2005, h. 118 d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

  e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

  f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

  g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

  Tujuan dan manfaat dari keselamatan dan kesehatan kerja ini tidak dapat terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  Karyawan yang selamat dan selalu sehat merupakan idaman seluruh karyawan. Demikian juga perusahaan akan merasa senang jika karyawannya selamat dan sehat, karena akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan itu

  30

  sendiri. Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat dipengaruhi berbagai faktor. Perusahaan juga harus mengelola faktor-faktor penyebab tersebut, sehingga keselamatan dan kesehatan kerja karyawan tetap terjaga.

  Berikut ini faktor-faktor yang sering mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, yaitu: a. Udara

  Yaitu kondisi udara di ruangan tempat kerja harus membuat karyawan tenang dan nyaman. Misalnya di dalam ruangan tertutup tentu perlu diberikan pendingin ruangan yang cukup. Demikian pula di ruangan yang terbuka seperti pabrik juga 30 Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia Manusia Teori dan Praktik, Jakarta: Rajawali kualitas udara harus dikelola secara baik, karena kualitas udara diruangan sangat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan karyawan.

  b. Cahaya Kualitas cahaya diruangan juga akan sangat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Pada ruangan yang terlalu gelap atau cahaya yang kurang tentu akan merusak keselamat dan kesehatan karyawan, terutama kesehatan mata. Demikian pula jika terlalu banyak cahaya (membuat silau).

  Oleh karena itu faktor cahaya perlu diperhatikan agar keselamatan dan kesehatan karyawan tetap terjaga.

  c. Kebisingan Artinya suara yang ada di dalam ruangan atau lokasi kerja. Ruangan yang terlalu berisik atau bising tentu akan mempengaruhi kualitas pendengaran. Untuk itu perlu dibuatkan ruangan yang kedap suara, atau disediakan penutup telinga sehingga pendengaran karyawan tidak terganggu.

  d. Aroma Bau Maksudnya untuk ruangan yang memiliki aroma yang kurang sedap maka kesehatan akan sangat terganggu. Aroma yang dikeluarkan dari zat-zat tertentu yang membahayakan, misalnya zat kimia yang akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan karyawan. Oleh karena itu perlu dipersiapkan masker atau alat penutup mulut dan hidung agar terhindar dari bau yang kurang sedap atau membahayakan tersebut. e. Layout Ruangan Tata letak ruangan sangat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan karyawan, misalnya tata letak meja, kursi dan peralatan lainnya. Oleh karena itu agar karyawan tetap selamat dan sehat faktor layout ruangan perlu diperhatikan, misalnya tempat pembuangan limbah atau sampah.

9. Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja

  Kecelakaan sering kali terjadi sekalipun telah disediakanprogram kerja yang baik. Oleh karena itu, kecelakaan kerja harus dapat diminimalkan dengan cara

  31

  mengurangi kecelakaan kerja itu sendiri. Berikut cara untuk mengurangi kecelakaan kerja dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Buat aturan tentang keselamatan

  Perusahaan harus membuat suatu peraturan tentang keselamatan kerja yang langsung disosialisasikan kepada seluruh karyawan untuk dilaksanakan.

  b. Buatkan rambu-rambu yang mudah dibaca Perusahaan harus membuat rambu-rambu di setiap sudut ataupun tempat yang dianggap penting atau berbahaya. Tujuannya agar karyawan dapat mengetahui, sekaligus mengingatkan karyawan akan keselamatan kerja.

  c. Sediakan alat pengaman kerja Perusahaan berkewajiban memberikan alat pengaman kerja bagi karyawan yang bekerja di lapangan khusunya, sebagai alat pelindung diri bagi karyawan seperti penutup kepala berupa helem, masker penutup mulut, penutup telinga, kacamata sepatu khusus kerja (sepatu booth) dan baju khusus kerja. d. Selalu melakukan pemeliharaan alat terus menerus Peralatan kerja harus suatu waktu secara terus menerus dijaga dan dipelihara.

  Tujuannya agar fungsi dari peralatan tersebut tetap terjaga kualitasnya.

10. Tanggung Jawab Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  Tujuan umum pemberian tempat kerja yang aman, terjamin, dan sehat dicapai oleh pimpinan operasional dan anggota staf sumber daya manusia yang bekerja bersama.

  Tanggung jawab umum keselamatan dan kesehatan kerja dalam organisasi atau perusahaan biasanya menjadi tanggung jawab pengawas dan pimpinan.

  Seorang pemimpin sumber daya manusia atau spealisasi keselamatan dapat membantu mengkoordinasikan program keselamatan dan kesehatan, menginvestigasi kecelakaan, membuat materi program keselamatan serta mengadakan pelatihan keselmatan formal. Akan tetapi, peengawas dan pemimpin departemen memainkan peran utama dalam mempertahankan kondisi kinerja yang

  32 aman dan angkatan kerja yang sehat. Tabel 2 Pembagiam Umum Tanggung Jawab Sumber Daya Manusia: Keselamatan dan

  Kesehatan Kerja

  4. Mengamati prilaku kesehatan dan keselamatan karyawan

  dibedakan menjadi tiga, yaitu: 33 Sedarmayanti, Sumer Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung: CV. Maju Mundur,

  33 Pelatihan kerja dapat

  Pelatihan kerja merupakan usaha untuk mengurangi atau menghilangkan terjadinya kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan kehendak organisasi. Usaha tersebut dilakukan melalui peningkatan kemampuan kerja yang dimilliki karyawan dengan cara menambah pengetahuan dan keterampilan serta merubah sikap. Karyawan merupakan kekayaan organisasi yang paling berharga, karena dengan segala potensi yang dimilikinya karyawan dapat terus dilatih dan dikembangkan, sehingga lebih berdaya guna prestasinya menjadi semakin optimal untuk mencapai tujuan organisasi.

  Sumber: sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, 2016

  7. Mengikuti prosedur keamanan dan merekomendasikan perubahan seperlunya.

  6. Berkomunikasi dengan karyawan untuk menyebut karyawan yang kemungkinan besar sulit

  5. Memantau angkatan kerja atas masalah keamanan

  3. Menginvestigasi kecelakaan

  

Unit SDM Pimpinan

  2. Melatih karyawan tiap hari

  1. Memantau kesehatan dan keselamatan karyawan tiap hari

  6. Melatih pimpinan mengenali dan menangani situasi karyawan yang sulit

  5. Mengembangkan prosedur akses yang terbatas dan sistem identifikasi karyawan

  4. Memberi keahlian teknis atas pencegahan kecelakaan

  3. Memberi keahlian investigasi kecelakaan

  2. Mengembangkan sistem pelaporan keselamatan

  1. Mengkoordinasi Program Keselamatan dan kesehatan Kerja

11. Pelatihan Kerja Pada Karyawan

  a. Pre-service training (pelatihan pra-tugas) adalah pelatihan yang diberikan kepada calon karyawan yang akan mulai bekerja atau karyawan baru yang bersifat pembekalan, agar mereka dapat melaksanakan tugas yang nantinya dibebankan kepada mereka.

  b. In service training (pelatihan dalam tugas) adalah pelatihan dalam tugas yang dilakukan untuk karyawan yang sedang bertugas dalam organisasi dengan tujuan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan.

  c. Post service training (pelatihan purna atau pasca tugas) adalah pelatihan yang dilaksanakan organisasi untuk membantu dan mempersiapkan karyawan dalam menghadapi pensiun.

12. Tujuan Pelatihan Kerja

  Tujuan pelatihan kerja diantaranya:

  a. Meningkatkan produktivitas dalam jumlah maupun mutu

  b. Mengurangi kecelakaan

  c. Meningkatkan stabilitas dan fleksibilitas organisasi atau perusahaan

  d. Mempertinggi moral Hasil latihan yang dapat dirasakan adalah:

  a. Kepuasan karyawan bertambah

  b. Pemborosan dan kerusakan berkurang

  c. Ketidakhadiran dan perpindahan tenaga kerja menjadi berkurang

  d. Tingkat produksi bertambah e. Biaya pemeliharaan mesin berkurang

  f. Keluhan berkurang

  g. Tingkat kecelakaan kerja berkurang

  h. Komunikasi lebih baik i. Keterampilan karyawan meningkat j. Moril lebih baik k. Kerjasama lebih besar

  Tujuan umum pelatihan kerja karyawan harus diarahkan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Tujuan umum ini dapat dicapai apabila tijuan khusus dapat diwujudkan terlebih dahulu. Tujuan umum dan tujuan khusus pelatihan kerja dapat digambarkan sebagai berikut:

  Gambar 1 Tujuan Umum dan Khusus Pelatihan Kerja Sumber: Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, 2016. Tujuan Khusus

  Tujuan Khusus

  • Kualitas - Produktivitas kerja
  • Mutu perencanaan tenaga kerja
  • Moral kerja
  • Balas jasa tidak langsung
  • Keselamatan dan kesehatan kerja

  Meningkatkan Produktivitas

  Organisasi atau Perusahaan

B. Kinerja Karyawan

  1. Pengertian Kinerja

  Pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui

  34 perencanaan strategis suatu organisasi.

  Definisi lain menjelaskan bahwa kinerja merupakan catatan yang dihasilkan dari fungsi karyawan atau kegiatan yang dilakukan karyawan selama

  35

  periode waktu tertentu. Kinerja yang baik juga merupakan prestasi kerja

  36 seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya.

  Berdasarkan pengertiannya kinerja karyawan merupakan prestasi kerja. Artinya hasil kerja dalam organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang tidak melanggar hukum dan etika pada periode waktu tertentu dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

  2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

  a. Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan 34 potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge and skill). Artinya, pegawai

  Moeheriono, Pengukur Kinerja Berbasis Kompetensi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Edisi Revisi, 2012, h. 95 35 Ambar Teguh dan rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graham Ilmu, 2003, h. 223 yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang

  37 sesuai dengan keahliannya.

  b. Faktor Motivasi Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan dari pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus siap mental secara psikofik yaitu siap secara mental, fisik, tujuan, dan situasi. Artinya, seorang pegawai harus siap mental maupun secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, maupun memanfaatkan dan menciptakan

  38 situasi kerja.

  Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka untuk kemampuan harus benar- benar tepat dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan setiap karyawan. Sedangkan dalam faktor motivasi masing-masing karyawan wajib untuk menanamkan di dalam dirinya sikap mental psikofisik artinya sikap siap secara mental, fisik, tujuan dan situasi bila ingin tetap menjaga kualitas kinerjanya terutama dalam dunia kerja.

37 Mangkunegara, Anwar Prabu, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan, Bandung:

  Remaja Rosdakarya, 2001, h. 67

  Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kinerja karyawan dalam bekerja, maka hanya dapat mengukur berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkannya.

  Menurut sedarmayanti indikator tentang kinerja karyawan yang tinggi adalah:

  a. Efesiensi: merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang benar terlaksana. Apabila biaya yang digunakan sedikit maka tingkat efiseinsi semakin tinggi. Tetapi jika biaya yang digunakan besar maka, akan semakin rendah tingkat efisiensinya.

  b. Efektivitas: merupakan suatu ukuran yang menggambarkan tentang seberapa jauh target yang akan dicapai. Pengertian efektivitas lebih berorientasi kepada hasil yang dicapai.

  c. Kualitas: merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah terpenuhinya spesifikasi dan harapan, konsep ini hanya berorientasi pada pendapatan, modal yang dikeluarkan atau keduanya. Di samping itu kualitas juga berkaitan dengan proses produksi yang akan berpengaruh kepada kualitas hasil yang dicapai secara keseluruhan.

  39 Dengan demikian faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu

  setiap karyawan harus diberikan pekerjaan atau tugas sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Apabila tugas yang diterima melebihi kemampuannya maka pekerjaan yang dilakukan tidak akan efektif atau hasil pekerjaannya akan sangat buruk, sedangkan ketika sudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki harus ditanamkan pada dirinya kesadaran agar dapat 39 Sedarmayanti, Sumer Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung: CV. Maju Mundur, meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Setiap organisasi menginginkan produktivitas karyawan untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara bersama-sama tercapai secara optimal.

3. Manajemen kinerja

  Manajemen kinerja secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mengatur pengelolaan sumber daya manusia sesuai dengan hasil kinerja

  40

  karyawan agar tercapai sasaran pada individu maupun organisasi. Dimana setiap organisasi ataupun perusahaan harus memiliki visi, misi dan tujuan organisasi yang jelas dan terfokus, karena hal ini sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari good governance.

  Organisasi juga harus memiliki sebuah sistem yang mampu mengukur keberhasilan pencapaian keberhasilan pencapaian rencana strategis dirinya, oleh karena itu sistem yang biasa disebut dengan sistem manajemen kinerja ini diawali dengan sebuah perencanaan kinerja yang di dalamnya termasuk langkah penetapan indikator kinerja. Indikator kinerja yang tepat dalam siklus sistem manajemen kinerja sangat diperlukan untuk dapat mendorong perbaikan kinerja dan memberikan umpan balik bagi perencanaan strategi organisasi.

  Sistem manajemen kinerja merupakan proses pengukuran kinerja yang akan memberikan umpan balik bagi perencanaan strategis. Dengan adanya kinerja tersebut diharapkan suatu organisasi mampu memiliki perencanaan yang lebih baik karena didasarkan pada proses pembelajaran dari hasil kinerja

  41

  sebelumnya. Pengukuran kinerja adalah inti dari proses manajemen kinerja yang menyediakan data untuk dilaporkan dan dianalisis. Hasil pengukuran atas kinerja tersebut dapat berupa hasil positif dan negative dan akan dijadikan sebagai dasar perbaikan kinerja melalui perumusan rencana tindakan dan program. Hasil ini ada dua manfaat yaitu;

  a. Perumusan rencana tindakan dan program akan menjadi masukan bagi perencanaan kinerja organisasi di masa depan.

  b. Perumusan perencanaan tindakan dan program menyediakan informasi mengenai perlunya dilakukan penyesuaian strategi.

4. Penilaian Kinerja Karyawan

  Penilaian kinerja karyawan adalah proses yang dilakukan organisasi untuk mengevaluasi atau menilai keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Penilaian dapat dilakukan dengan membandingkan hasil kerja yang dicapai karyawan dengan standar pekerjaan.

  Apabila hasil kerja yang diperoleh sampai atau melebihi standar pekerjaan dapat dikatakan kinerja seorang karyawan termasuk pada kategori baik. Demikian sebaliknya, seorang karyawan yang hasil pekrjaannya tidak mencapai standar pekerjaan termasuk pada kinerja yang tidak baik atau berkinerja rendah.

5. Tujuan dan Manfaat Kinerja

  Bagi perusahaan penilaian kinerja memiliki berbagai manfaat antara

  42

  lain:

  a. Evaluasi antar individu dalam organisasi Penilaian kinerja dapat bertujuan untuk menilai kinerja setiap individu dalam organisasi. Tujuannya agar dapat memberi manfaat dalam menentukan jumlah dan jenis kompensasi yang merupakan hak bagi individu dalam organiasi, dan sebagai dasar dalam memutuskan pemindahan pekerjaan (job transferring) pada posisi yang tepat, promosi pekerjaan, mutasi atau demosi sampai tindakan pemberhentian.

  b. Pengembangan diri setiap individu dalam organisasi Setiap individu dalam organisasi dinilai kinerjanya, bagi karyawan yang memiliki kinerja rendah perlu dilakukan pengembangan baik melalui pendidikan maupun pelatihan.

  c. Pemeliharaan sistem Berbagai sistem yang ada dalam organisasi, setiap subsistem yang ada saling berkaitan antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Oleh karena itu sistem dalam organisasi perlu dijaga dengan baik, tujuannya agar memberikan berbagai manfaat diantaranya:

  1) Pengembangan perusahaan dari individu 2) Evaluasi pencapaian tujuan oleh individu atau tim 3) Perencanaan sumber daya manusia

  4) Penentuan dan identifikasi kebutuhan pengembangan orgaisasi 5) Audit atas sistem sumber daya manusia

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - HUKUMAN PENJARA BAGI ANAK MENURUT ULAMA NU LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan judul - SANKSI PENGGELAPAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM - Raden Intan Repository

0 0 15

BAB I PEMBAHASAN A. Penegasan Judul - SANKSI KEBIRI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEDOFILIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM - Raden Intan Repository

0 0 72

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - PENGARUH MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 17 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 103

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - PENGARUH HARGA DAN PROMOSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada CV. Anugerah Semata Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - PRAKTIK GADAI POHON CENGKEH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Sumberjaya Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran) - Raden Intan Repository

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - ANALISIS PREFERENSI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL TERHADAP SUMBER PERMODALAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Pedagang Pasar Bawah Kota Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 5 20

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - PENYELESAIAN KONFLIK ANTARA PEMERINTAH THAILAND DAN MINORITAS MUSLIM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM - Raden Intan Repository

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DENGAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Di PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Lampung) - Raden Intan Repo

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP HARGA TANAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Kecamatan Jati Agung) - Raden Intan Repository

0 1 16